PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi saat semakin banyak pihak yang memahami bahwa manusia
merupakan unsur yang terpenting dalam menjalankan suatu organisasi. Mengingat bahwa
sumber daya manusia merupakan unsur yang terpenting, pemeliharaan hubungan yang continue
dan serasi dengan para karyawan dalam setiap organisasi menjadi sangat penting. Salah satu
aspek memanfaatkan pegawai ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada pegawai,
dengan istilah populer sekarang adalah pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah
dibatasi bahwa memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga
berarti bahwa setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam perusahaan,
diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan. Usaha untuk merealisasi
kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja
dengan segala daya dan upayanya (Manulang, 2002).
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba
mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan kata lain adalah dorongan
dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force)
disini dimaksudkan desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan
kecendrungan untuk mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah
pengertian yang mendalam tentang manusia. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk
mengingatkan orang-orang atau konseli agar mereka berkembang dan dapat mencapai hasil
sebagaimana dikehendaki dari orang tersebut. Oleh karena itu seorang konselor dituntut
pengenalan atau pemahaman akan sifat dan karateristik konselinya, suatu kebutuhan yang
dilandasi oleh motif dengan penguasaan konselor terhadap perilaku dan tindakan yang dibatasi
oleh motif, maka oknselor dapat mempengaruhi konseli untuk bertindak sesuai dengan
keinginan, tidak adanya motivasi akan berdampak buruk pada kelangsungan perkembangan
konseli.
Konselor adalah seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan. Konselor merupakan salah
satu profesi yang termasuk kedalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam undang –
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional maupun
tentang guru dan dosen. Konselor semula disebut sebagai guru bimbingan penyuluhan (Guru
Bp). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling (Guru Bk). Untuk
menyelesaikan kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula sebagai guru dan
pembimbing.
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu
bagi pencapaian konseling yang efektf, disamping faktor pengetahuan tentang dinamika prilaku
dan keterampilan terapeutik atau konseling. Konselor harus memahami dan mengembangkan
kompetensi untuk membantu siswa yang mengalami masalah dengan kadar cukup parah dan
siswa yang mengalami gangguan emosional khusus, khususnya melalui program – program
kelompok, program kegiatan diluar sekolah dan kegiatan pendidikan atau pengajaran disekolah
dan bentuk pelayanan lainnya. Salah satu kualiatas pribadi konselor yang harus dikembangkan
adalah genuine, genuine merupakan keaslian yang dimiliki konselor dalam membantu konsli
tanpa adanya pura-pura dan tidak sedang bermain peran. Seperti itulah sifat yang harus dimiliki
konseli memiliki motivasi yang tinggi dan mengedepankan genuine sebagai pijakan membantu
konseli dalam perkembangan hidupnya.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian motivasi?
2. Apa saja prinsip-prinsip motivasi?
3. Apa saja teori motivasi?
4. Apa pengertian genuine?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian motivasi
2. Mengetahui prinsip-prinsip motivasi
3. Agar dapat mengetahui teori motivasi
4. Agar dapat mengetahui pengertian genuine
BAB II
PEMBAHASAn
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain
1. Prinsip Kompetisi
Persaingan secara sehat baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi intra pribadi adalah
kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan / unjuk kerja dalam dimensi tempat
atau waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan individu
yang lain.
2. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu yang
berupa informasi, nasehat, amanat, peringatan, percontohan.
3. Prinsip Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan
tindakan yang dilakukan, sedangkan hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi
untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu.
4. Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
Konselor seyogyanya membantu klien dalam memahami tujuannya secara jelas. Melalui
konseling, klien dibantu untuk membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi
tujuan yang khusus.
5. Pemahaman Hasil
Konselor seyogianya selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah
dihasilkan oleh klien. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat unjuk kerja yang
telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.
6. Pengembangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu
objek. Prinsip dasarnya adala bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang
bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.
7. Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat
menumbukan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
2.3 Teori Motivasi
Teori motivasi dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu teori denganpendekatan isi
(content), proses, dan penguatan.
Teori pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat individu
melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu. Yang tergolong kedalam kelompok teori ini
misalnya teori jenjang kebutuhan Maslow.
· Teori Hirarki Kebutuhan : Abraham Maslow menghipotesiskan adanya lima jenjang
kebutuhan dalam diri semua manusia, yaitu dimulai dari kebutuhan psikologis, keamanan, social,
penghargaan, dan yang paling tinggi, aktualisasi diri. Teori ini mengatakan bahwa setelah tiap
teori dibawahnya terpuaskan, maka masing-masing teori diatasnya akan menjadi kebutuhan
dominan. Sementara motivasi untuk kebutuhan yang telah cukup terpuaskan tidak ada lagi.[8]
Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat individu
bertindak dengan cara tertentu, tetapi juga bagaimana individu termotivasi. Contoh kelompok
dari teori ini yaitu motif berprestasi (achievement motive) dari Mc Clelland.
Teori kebutuhan McClelland : dikemukakan oleh david McClelland dan kawan-
kawannya, , teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan akan prestasi : dorongan untuk lebih unggul, berprestasi, dan berusaha keras
untuk sukses. Peraih prestasi tinggi memiliki hasrat untuk menyelesaikan hal-hal dengan
lebih baik. Mereka tidak menyukai kemenangan oleh kebetulan, melainkan tantangan
menyelesaikan suatu masalah dan menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses
ataupun kegagalan.
2. Kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam
suatu cara yang mana tidak akan mereka lakukan jika tidak terpaksa. Individu dengan
nPow (need for power) ini menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat
mempengaruhi orang lain, suka ditempatkan dalam situasi kompetitif, berorientasi status,
dan cenderung lebih peduli akan prestise dan memperoleh pengaruh terhadap orang lain
daripada kinerja yang efektif.
3. Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab,
untuk disukai dan diterima baik oleh orang lain. Individu dengan motif afiliasi yang
tinggi berjuang keras untuk persahabatan, menyukai situasi yang kooperatif, dan ssangat
menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman timbale balik yang tinggi.
Teori pendekatan penguatan, lebih menekankan pada faktor-faktor yang dapat
meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yng dapat mengurangi suatu tindakan. Yang
tergolong teori ini misalnya teori Operant Conditioning dari Skinner.
1. Penguatan positif, yaitu memberikan penguatan terhadap tindakan yang dinilai positif
(baik).
2. Penguatan negatif, yaitu dengan memberikan penguatan untuk meninggalkan tindakan-
tindakan yang dipandang negatif (kurang tepat).
3. Penghapusan, yaitu usaha untuk menurunkan tindakan yang tidak dikehendaki dengan
memberikan penguatan manakala tindakan itu terjadi.
4. Hukuman, yaitu dengan memberikan hukuman terhadap mereka yang melakukan
tindakan yang dipandang tidak sesuai dengan harapan terdorong untuk melakukan
tindakan-tindakan yang tepat
2.4 Pengertian Genuine (keaslian)
Cara mengembangkan kepribadian konselor sebagai konselor yang asli adalah :
Sardiman AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Rajawali Press. 2004.
Syamsu yusuf dan A. Juntika Nurihsan,. Landasan bimbingan dan konseling. ( Bandung: PT
remaja rosda karya, 2005 )