Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN MOTIVASI BELAJAR DAN TEKNIK SAMPEL

( Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Fisika )

Oleh

Eti Wijayanti ( 0713022027 )

Fera Syeliyani ( 0713022030 )

Ike Festiana ( 0713022034 )

Made Sudarte ( 0713022006 )

Rusli Haikal Afandi ( 0713022045 )

Shinta Kurnia ( 0713022009 )

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2010
PENGERTIAN MOTIVASI

Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.

Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.

Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di
mulai dengan motivasi (niat). Untuk lebih memperjelas pembahasan tentang
motivasi, berikut pengertian motivasi menurut beberapa para ahli manajemen
sumber daya manusia, diantaranya yaitu:

 Pengertian motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau


penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
 Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
 Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses,
yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
 Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut
adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di
dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
 McDonald memilih pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di
dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-
reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam
organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi
berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota
suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan
berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
 Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes,
menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang
dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan
dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
 T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
 A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi
dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
 H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan
atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
 Lain lagi dengan Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya
adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu
akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan
membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
 Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan
tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian
tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat
menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi
tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.

Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa


motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang
dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Motivasi juga merupakan
sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya,
dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan
ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang
individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.

Menurut Thomas L. Good dan Jere B. Braphy dalam Winataputra, 1995:102):


“Motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah
laku”. Motivasi hendaknya merupakan kebutuhan yang artinya adalah setiap
individu termotivasi untuk melakukan aktivitas yang merupakan kebutuhannya.

Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (dalam Djamarah,
2008:148) menyebutkan bahwa perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang
mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya maka seseorang mempunyai motivasi
yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk
mencapainya.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003 : 73), “Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen
penting, yaitu :

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri


setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam sistem “neorophysiological” yang ada pada
organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dalam diri manusia),
penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan minculnya, rasa/”feeling’, afeksi seseorang.


dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.

Seperti yang di kemukakan oleh Dimyati (2002 : 80), terdapat tiga komponen
dalam motivasi yaitu :

1. Kebutuhan

Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa


yang ia miliki dan yang ia harapkan.

2. Dorongan

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam


rangka memenuhi harapan.

3. Tujuan

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.

Dari segi dorongan, menurut Hull (dalam Dimyati , 2002:82) :

“dorongan atau motivasi bekembang untuk memenuhi kebutuhan organisme.


Di samping itu juga merupakan system yang memungkinkan organisme dapat
memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme
merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan
tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah
laku organisme terjadi disebabkan respons dari organisme, kekuatan dorongan
organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.”

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.


2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang
berkesinambungan.

Motivasi belajar juga penting diketahui seorang guru. Pengetahuan dan


pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut:

1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat belajar siswa


untuk belajar sampai berhasil.
2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-
macam.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur,
teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik yang sesuai
dengan perilaku siswa.
4. Memberi peluang guru untuk rekayasa pedagogis.

Menurut Djamarah (2008 : 149) : “motivasi dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang atau
motivasi intrinsik dan motivasiyang berasal dari luar atau motivasi ekstrinsik.”

Masing-masing motivasi tersebut memiliki sumber yang berbeda, yaitu:

1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang aktif atau berfungsinya tidak


memerlukan rangsangan dari luar, karena setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya
inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan
anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran
itu.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsi karena ada
rangsangan dari luar. Motivasi itu ekstrinsik bila anak didik menempatkan
tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar.

Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah


psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang perlu di
pahami dalam prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Memuji lebih baik daripada mencela.


2. Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan
yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain
3. Memenuhi kebutuhan psikologi
4. Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
5. Keserasian antara motivasi
6. Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran
7. Menumbuhkan perilaku yang lebih baik
8. Mampu mempengaruhi lingkungan
9. Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata.

Menurut Sardiman (1994 : 85) :

“ada tiga fungsi motivasi yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor


yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari seriap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaaat .”
SAMPEL

Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu mewakili keseluruhan
populasi penelitian. Sampel dipergunakan ketika jumlah seluruh anggota populasi
terlalu banyak sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian
terhadap populasi secara keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah
masyarakat pada suatu kota tertentu. Sampel juga digunakan ketika jumlah
populasi secara keseluruhan tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya populasi
pengguna produk tertentu pada suatu kota.

Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus mampu mewakili populasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah sampel dan pengambilan sampel
penelitian harus ditentukan secara sistematis agar benar-benar mampu mewakili
populasi secara keseluruhan. Secara garis besar, metode penentuan jumlah sampel
terdiri dari dua ciri, yaitu metode acak (random sampling) dan tidak acak (non
random sampling). Metode acak adalah memberikan kesempatan kepada seluruh
populasi penelitian untuk menjadi sampel penelitian tanpa melihat struktur atau
karakteristik tertentu. Metode non random sampling dilakukan dengan
memberikan kesempatan kepada populasi dengan ciri atau karakteristik tertentu
untuk menjadi sampel penelitian, di mana ciri dan karakteristik tersebut harus
dikaitkan dengan tujuan penelitian.

Keuntungan menggunakan sampel yang sedikit adalah:


1. Penghematan biaya dan waktu
2. Memberikan peluang untuk memakai dana yang tersedia untuk kajian
analitis yang lebih lengkap, dan
3. Memberikan kemungkinan pengadministrasian yang lebih baik dalam
perencanaan sampel apabila dibandingkan dengan organisasi yang rumit
untuk mencari populasi keseluruhan.
Namun sekalipun banyak keuntungan dari penarikan sampel yang relatif sedikit,
teknik ini dapat pula mendatangkan beberapa kesulitan, misalnya:

1. Apabila ciri-ciri yang diteliti ternyata sangat langka terjadi di dalam


populasi, misalnya penduduk yang lebih dari seratus tahun
2. Bilamana rencana sampel tidak dirancang dan diikuti dengan teliti atau
tidak konsisten
3. Sampel yang rumit di dalam perencanaan sampel dapat menyebabkan
kesulitan, baik dalam lapangan maupun dalam perhitungan populasi yang
lengkap
4. Rencana sampel menetapkan pembatasan karakteristik untuk setiap bentuk
sampel
5. Sampel yang ditetapkan dalam rencana ternyata membutuhkan nasihat dari
pakar yang langka di tempat peneliti berada, dan
6. Data sampel membutuhkan perhatian khusus untuk mempersiapkan sub-
sub klasifikasi yang detail, karena jumlah kasus yang sedikit.

TEKNIK SAMPLING

Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya
dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan
sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal
dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .

Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Secara acak (probability sampling)
2. Secara tidak acak (non probability sampling)
1. Pengambilan Sampel secara Acak (Random)
semua unsur yang ada di populasi mempunyai peluang yang sama untuk
terambil sebagai sampel mewakili populasinya.
Pengambilan Sampel secara Acak (Random) Terdiri dari:

1. Acak sederhana (simple random sampling)


Dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu banyak variasinya dan
secara geografis tidak terlalu menyebar. Harus ada daftar populasi
(sampling frame). Caranya adalah:
 Dengan melakukan undian
 Memakai tabel bilangan random
 Memakai paket komputer (kalau sudah
 mempunyai kerangka sampel)

2. Sistematis (systematic random sampling)


Sampel yang diambil secara acak hanya unsur pertama, selanjutnya
diambil secara sistematik sesuai langkah yang sudah ditetapkan.
Syaratnya:
 Tersedianya kerangka sampling
 Populasinya mempunyai pola beraturan seperti blok-blok rumah;
nomor urut pasien
 Populasi sedikit homogen

Contoh Sistematis
• Dari 500 orang pasien yang dirawat di suatu rumah sakit akan diambil
25 orang untuk penelitian tentang kepuasan pelayanan di rumah sakit
tersebut. Cara pengambilan sampel akan dilakukan secara sistematis, di
mana probabilitas untuk terambil sebagai sampel adalah 25/500 = 1/20.

3. Strata (stratified random sampling)


Untuk populasi yang bersifat heterogen. Agar semua sifat dapat terwakili,
terlebih dahulu. populasi tersebut dibagi menjadi beberapa strata,
misalnya pendidikan (tinggi, sedang, kurang), ekonomi (kaya, sedang,
miskin). Kelebihannya adalah semua ciri yang heterogen di dalam
populasi dapat terwakili dan memungkinkan mencari hubungan
antarstrata atau membandingkannya.
Di dalam melakukan stratifikasi dan pengambilan sampel perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
 Unsur populasi di dalam strata tersebut diusahakan sehomogen
mungkin.
 Antarstrata diusahakan seheterogen mungkin.
 Sampel diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di
dalam masing-masing strata dan antarstrata.
 Di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara
 acak.

4. Klaster (cluster sampling)


Di dalam praktik kadang-kadang kerangka sampel juga sulit diperoleh
sehingga seharusnya peneliti membuatnya sebelum turun mengumpulkan
data. Hal ini seringkali sulit/tidak mungkin dilakukan, atau kalau
dilakukan membutuhkan waktu serta biaya yang cukup banyak. Sehingga
populasi dibagi ke dalam gugus/kelas yang diasumsikan di dalam setiap
kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang akan diteliti.

5. Sampel Bertingkat/Bertahap (Multistage Sampling)


Dilakukan kalau secara geografis populasi sangat menyebar dan meliputi
area yang sangat luas. Misalnya, kita akan meneliti puskesmas di
Indonesia yang terdiri dari 27 provinsi. Tahap pertama diacak dulu 5
provinsi dari 27 provinsi itu, selanjutnya masing-masing provinsi diacak
lagi kabupaten mana yang akan ditarik sebagai sampel (tahap II). Setelah
Kabupaten ditarik, tahap III diacak lagi puskesmas mana yang akan
menjadi sampel dari penelitian itu.
2. Pengambilan Sampel secara Tidak Acak

Tidak semua unsur di dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk
tertarik sebagai sampel.
Terdiri dari:

1. Purposive sampling
Sampel ditentukan oleh orang yang telah mengenal betul populasi yang akan
diteliti (seorang ahli di bidang yang akan diteliti). Dengan demikian, sampel
tersebut mungkin representatif untuk populasi yang sedang diteliti.

2. Incidental sampling
Sampel tersebut tidak terencana dan penggambaran hasil dari pengumpulan
data tersebut tidak didasarkan pada suatu metode yang baku. Misalnya, terjadi
suatu keadaan luar biasa, data yang sudah terkumpul disajikan secara
deskriptif dan hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi.

3. Quota sampling
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpul data dan sebelumnya
telah ditentukan jumlah yang akan diambil. Kalau jumlah tersebut sudah
dicapai, si pengumpul data berhenti, selanjutnya hasil itu dipresentasikan.

Contoh
Seorang Bidan ingin mengetahui apakah masyarakat setuju akan adanya
program KB. Sebelum mengumpulkan data ditentukan bahwa dia akan
mewawancarai sebanyak 500 orang yang datang ke Klinik “X”. Kepada
setiap pasien yang datang ke klinik ditanyakan apakah orang itu setuju atau
tidak dengan program tersebut. Orang yang ditanya mungkin hanya
menjawab setuju atau tidak setuju. Bidan tersebut akan berhenti setelah dia
menanyai sebanyak 500 orang dan akan menulis hasil temuannya.
4. Sampling jenuh
Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi
menjadi sampel.

5. Snowball sampling (getuk tular)


Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit
terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi
banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para
pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau
dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut
peneliti dapat menambah jumlah respondennya.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Sardiman, A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-motivasi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sampling

http://jonikriswanto.blogspot.com/2008/09/sampel.html

Anda mungkin juga menyukai