Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Motivasi


a. Pengertian Motivasi
menurut Sardiman (2011:75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Penelitian
menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif dibandingkan motivasi dari luar
dalam upaya mencapai hasil belajar yang optimal. Sedangkan menurut Abdul Majid,
(2016) motivasi adalah energi yang aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan
pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi sehingga
mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan,
kebutuhan atau keinginan yang harus terpuaskan.
Dari kedua pengertian motivasi di atas terdapat kesamaan bahwa motivasi muncul karena
adanya daya penggerak didalam diri siswa yang memiliki keinginan untuk mencapai
sesuatu tujuan. Individu yang mempunyai harapan pasti akan melakukan sesuatu untuk
mencapai hal yang diinginkan.
b. Fungsi motivasi
Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut Sardiman A.M
(2011) yaitu:
a) Mendorong manusia untuk berbuat, yang akan menjadi penggerak dari setiap kegiatan
yang dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan,
yang sesuai guna mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Menurut Hamzah B. Uno (2011) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam belajar
sebagai berikut :
a) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan.
b) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai.
9

c) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.


Berdasarkan pendapat diatas, fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk mendorong,
menentukan arah dan perbuatan yang harus dicapai dan dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran serta memberikan dorongan kepada manusia dalam melakukan suatu
aktivitas.
Motivasi merupakan dorongan yang melibatkan kesiapsediaan kondisi fisik dan psikis
untuk melakukan suatu hal agar mencapai tujuan tertentu.Tidak hanya dari aspek afeksi
saja yang menjalankan motivasi individu, namun juga dari kesiapan diri baik fisik maupun
psikis seperti yang dijelaskan oleh beberapa ahlidi atas. Sebagai contoh siswa sangat
termotivasi untuk datang ke sekolah karena hari ini diadakan pemilihan ketua kelas.
Namun siswa ini sedang sakit dan tidak bisa berangkat sekolah. Siswa ini sudah
mempunyai kesiapan dari psikisnya,namun dari fisiknya belum siap.Sehingga keinginan
untuk mengikuti pemilihan ketua kelas tidak dapat terwujud.Jadi motivasi tidak hanya
muncul karena dorongan dari dalam diri, juga berasal dari kesiapan fisik dan psikis
individu. Dari beberapa pengertian motivasi di atas diketahui bahwa motivasi adalah suatu
proses internal baik psikis maupun fisik yang ada pada diri individu yang mendorong,
menggerakkan, memandu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang ditandai dengan munculnya “feeling”. Dari penjelasan di atas maka dapat
ditarik kriteria dari motivasi yaitu adanya dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar,
adanya kegiatan, dan memiliki tujuan yang ingin dicapai. (Fauziatun, 2014)
c. Jenis-Jenis Motivasi
jenis-jenis motivasi menurut para Uno (2012:7) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis
motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi
yang muncul dari dalam, seperti minat atau keingintahuan (curiousity), sehingga seseorang
tidak lagi termotivasi oleh bentuk-bentuk insentif atau hukuman. Sedangkan motivasi
ekstrinsik ialah motivasi yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau
menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor eksternal berupa ganjaran atau
hukuman (Uno 2012 ). Berdasarkan penjelasan di atas terdapat perbedaan yang mendasar
pada motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi intrinsik muncul karena
munculnya minat terhadap suatu hal tanpa pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik muncul karena pengaruh adanya ganjaran atau hukuman yang akan diberikan
ketika tujuan tercapai atai tidak tercapai.
Individu yang mempunyai motivasi intrinsik tinggi juga diidentifikasikan oleh Uno
(2012:8) yaitu Apabila menyenangi kegiatan tersebut maka termotivasi untuk melakukan
10

kegiatan tersebut, ketika menghadapi tantangan, dan merasa mampu maka akan
terusmencoba melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik di identifikasi
dengan pengaruh besar atau kecilnya ganjaran atau hukuman yang diberikan.
Menurut Djamarah (2008) motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul pada diri
individu dan tidak mendapat rangsangan dari luar individu. Individu yang mempunyai
motivasi intrinsik tinggi maka akan secara sadar untuk melakukan kegiatan tanpa ada
paksaan dari luar dirinya. Orang yang mempunyai motivasi intrinsik dimulai dengan
adanya minat pada suatu kegiatan. Motivasi kedua, yaitu motivasi ekstrinsik yanga
dijelaskan oleh Djamarah (2008) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan
kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena adanya rangsangan
dari luar dirinya.
Dari kedua pandangan yang menyatakan jenis-jenis motivasi, maka terdapat dua jenis
motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dari penjelasan di atas maka
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif karena kebutuhan/ keinginan dari
diri sendiri dan bukan dari rangsangan dari luardiri yang muncul untuk membimbing
perilaku dalam situasi tertentu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
timbul karena adanya rangsangan dari luar diri dan keinginan untuk menerima ganjaran
atau menghindar dari hukuman.
B. Tinjauan tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Beberapa ahli mengemukakan penjelasan mengenai pengertian motivasi belajar sebagai
berikut :
1) Sardiman (2014) motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non
intelektual dan peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuh gairah, merasa senang
dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energy unuk melakukan kegiatan belajar.
2) Dimyati dan Mudjiono (2009) yang berpendapat bahwa motivasi belajar merupakan
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku
belajar .
3) Rohmalina wahab (2016) motivasi belajar adalah dorongan yang
menjadi penggerak dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu
tujuan yaitu untuk mencapai prestasi.adi berdasarkan beberapa pengertian motivasi dan
belajar, maka ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan dari dalam
diri Individu yang berupa Faktor Psikis untuk melakukan perubahan tingkah laku
11

berdasarkan hasil usaha dan pengalaman-pengalaman belajar untuk mencapai tujuan


tertentu.
b. Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan dorongan bagi individu untuk melakukan proses belajar.
Tingkat motivasi belajar individu satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Namun ada ciri-
ciri khusus individu yang memiliki motivasi belajar. Menurut Sardiman A.M (2011)ciri-
ciri motivasi yang berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai
berikut :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tidak
berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi yang sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan pretasi yang telah
dicapai)
3. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”.
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
6. Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudahyakin akan
sesuatu)
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Kemudian menurut Uno (2012) ciri ciri motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan sesorang siswa
dapat belajar dengan baik.
Dijelaskan oleh Williams & Williams (2011:2) bahwa cara mengetahui siswa termotivasi
untuk belajar di kelas adalah siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa segera
mengerjakan tugas yang diberikan, siswa berani bertanya dan mau menjawab pertanyaan
dengan sukarela, siswa senang mengikuti pelajaran dan sangat rajin.
12

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik orang yang mempunyai motivasi


belajar, peneliti menarik kesimpulan bahwa karakteristik orang yang memiliki motivasi
belajar adalah mempunyai ketertarikan yang tinggi pada materi yang dipelajari, tekun dan
ulet menghadapi tugas, gigih dan tidak mudah putus asa, adanya dorongan dan kebutuhan
untuk belajar, memiliki tekad yang kuat dan selalu berusaha untuk mencapai prestasi,
senang mendalami materi yang dipelajari.
c. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Slameto (2010) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi dua faktor, yaitu:
1) faktor internal
faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar (diri
pembelajar), meliputi:
a) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan seseorang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Proses belajar akan terganggu
apabila kesehatan fisiknya dalam keadaan tidak baik.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu segala sesuatu yang berhubunan
dengan kondisi mental seseorang yang meleputi perhatian, minat, bakat, kematangan, daya
ingat, dan daya konsentrasi.
c) Faktor kelelahan
Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor kelelahan jasmani
(berhubungan dengan keadaan fisik, misal capek, pusing, pegal-pegal) dan faktor
kelelahan rohani (berhubungan dengan psikis, misal stres).
2) Faktor eksternal
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi:
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor ini mencakup cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor lingkungan sekolah
Faktor ini mencakup, guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, sarana dan prasarana, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor lingkungan masyarakat
13

Masyarakat adalah faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa di dalam masyarakat, massa media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

d. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Rendahnya Motivasi Belajar


Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar. Faktor-faktor tersebut secara umum adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor tersebut dapat menguatkan atau juga melemahkan motivasi belajar siswa.Faktor-
faktor yang menguatkan merupakan faktor yang mendukung untuk meningkatkan prestasi
belajar. Sedangkan faktor yang melemahkan merupakan faktor yang menyebabkan siswa
menjadi malas belajar.Faktor yang melemahkan juga berasal dari intrinsik maupun
ekstrinsik. Rendahnya motivasi belajar menjadi salah satu penyebab siswa mengalami
kesulitan belajar. Seperti yang dijelaskan dalam Rifa’i & Tri Anni (2009) “Peserta didik
yang bermotivasi rendah, misalnya, akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar
dan dalam proses belajar”. Pada beberapa ahli mengungkapkan bahwa faktor yang
mempengaruhi rendahnya motivasi belajar adalah faktor intern dari siswa tersebut.
Tidak hanya faktor intrinsik aja yang perlu diperhatikan pada rendahnya motivasi belajar,
tetapi akibat dari siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah seperti yang
diungkapkan Dalyono (2009) “…mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh,
mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas,
sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar”. Hal-hal
yang mempengaruhi motivasibelajar siswa tersebut muncul dari dalam dan dari luar diri
siswa yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya.Baik pengaruh dari diri siswa
sendiri seperti kondisi fisik yang sedang tidak sehat, kondisi mental dan inteligensi siswa
yang dibawah rata-rata, sikap dan keinginan siswa dalam mengikuti pembelajaran Atau
lingkungan di sekitarnya. Faktor internal yang mempengaruhi rendahnya motivasibelajar
yaitu sebagai berikut:
1) Kesehatan fisik dan mental. Keadaan siswa yang sakit menyebabkan siswa tidak dapat
menyerap pelajaran dengan baik, sehingga siswa malas untuk mengikuti pembelajaran.
Upaya pemenuhan gizi juga menjadi pengaruh siswa mempunyai kondisi fisik yang sehat
atau kurang optimal. Kesehatan mental siswa yang dimaksud adalah kondisi emosi siswa.
Siswa yang belum mampu mengatur emosinya maka akan sulit menyerap pelajaran
dengan baik. Faktor emosional yang kurang stabil menurut Djamarah (2011) misalnya
14

mudah tersinggung, pemurung, pemarah, selalu bingung dalam menghadapi masalah,


selalu sedih tanpa alasan yang jelas, dan sebagainya. Keadaan kesehatan fisik yang
dimaksud adalah menurut Djamarah (2011) misalnya cacat tubuh yang ringan, seperti
kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.
2) Bakat, Bakat merupakan keahlian yang dibawa sejak lahir. Siswa yang tidak memiliki
bakat akan sulit untuk mempelajari suatu keahlian yang bukan sesuai dengan bakatnya.
Dan bagi siswa yang mempunyai bakat tertentu namun tidak mempunyai motivasi untuk
mengembangkannya maka bakat tersebut menjadi sia-sia. Menurut Djamarah (2011)
bahwa bakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari diri sendiri anak dan faktor dari
lingkungan anak. Jika anak kurang berminat untuk mengembangkan bakat yang dimiliki
maka bakatnya akan menjadi sia-sia, dan sedangkan apabila lingkungan anak kurang
mendukung untuk mengembangkan bakat maka akan mengalami kendala yang serius pada
perkembangannya.
3) Minat untuk belajar. Siswa yang tidak mempunyai minat pada suatu mata pelajaran
cenderung untuk tidak memiliki motivasi untuk belajar. Rendahnya minat untuk belajar
menjadikan siswa malas mengikuti kegiatan pembelajaran. Walaupun kondisi fisik dan
lingkungan siswa yang mendukung untuk belajar namun apabila tidak adanya minat maka
akan sia-sia. Seperti yang diungkapkan Djamarah (2011) “…minat mempengaruhi proses
dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan
prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu”. Oleh karena itu minat siswa yang rendah untuk belajar sangat mempengaruhi
hasil akhir belajar siswa.
4) Konsentrasi, dalam belajar diperlukan konsentrasi untuk menerima informasi yang
dipelajari. Siswa yang motivasi belajarnya rendah cenderung sulit untuk memusatkan
konsentrasi pada belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang sulit memusatkan
konsentrasinya maka akan enggan untuk belajar.
5) Kepercayaan diri, Siswa yang memiliki kurang rasa percaya diri tinggi dalam belajar
akan kesulitan menyerap materi dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
6) Komitmen pada tugas (task commitment). Pengikatan diri terhadap tugas, yang biasa
disebut komitmen pada tugas merupakan salah satu faktor internal pada motivasi belajar.
Jadi siswa yang mempunyai komitmen pada tugas rendah, maka memiliki motivasi yang
kurang dalam belajar.
Faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar yaitu sebagai berikut.
15

1) Kondisi keluarga. Kondisi keluarga yang terlalu membiarkan atau acuh takacuh
sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena siswa tidak mendapat dorongan
untuk belajar dari lingkungan terdekatnya. Suasana dan keadaan keluarga yang
bermacam-macam mau tidakmau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana
belajardialami dan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini,ada tidaknya atau
tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan
penting pula. Purwanto (2007:104).Pendapat Purwanto tersebut mengindikasikan bahwa
tidak hanya pola asuhsaja yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, namun juga
suasanabelajar dan fasilitas belajar yang tersedia di rumah. Hubungan orangtuadan anak
juga merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak, seperti yang dijelaskan
Djamarah (2011) “Hubungan keluarga dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi
dan berkomunikasidengan lingkungan keluarga, terutama dengan orangtua yang
mengajar,melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
2) Teman sebaya, Pengaruh teman sebaya menjadi faktor Ekstrinsik yang sangat
mempengaruhi Motivasi Selajar Siswa, jika siswa bergaul dengan siswa yang memiliki
minat belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan mengikuti teman-temannya. Namun
jika siswa bergaul dengan teman yang kurang mendukung minat belajar, maka akan
menyebabkan siswa enggan untuk belajar. Dijelaskan oleh Eccles, Wigfield, & Schiefele
(1993) dalamSantrock (2008:533)bahwa “ Teman Sebaya dapat memengaruhi Motivasi
Anak Melalui Perbandingan Sosial, Kompetensi Dan Motivasi Sosial, Belajar Bersama,
Dan Pengaruh Kelompok Teman Sebaya”.
3) Lingkungan tempat tinggal. Merupakan kondisi sosial masyarakat dilingkungan
tempat tinggal siswa. Jika siswa tinggal di lingkungan yang tidak mendukungnya untuk
belajar, maka kecil kemungkinan siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Siswa yang
hidup dalam komunitas masyarakat yang heterogen yang sering terjadi kegaduhan,
kebisingan, keributan, pertengkaran, kemalingan, perkelahian, dan sebagainya sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang heterogen.
4) Lingkungan sekolah. Merupakan keadaan lingkungan sekolah berada, Lingkungan
sekolah termasuk pula kepala sekolah, guru dan staf pengajar lainnya yang memfasilitasi
siswa untuk belajar dengan baik di sekolah. Jika lingkungan sekolah tidak kondusif untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar maka motivasi belajar siswa akan semakin
memudar. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya suasana bising, karena
letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, tempat lalu lintas hilir mudik,berdekatan
dengan rumah penduduk, dekat pasar, bengkel, pabrik.
16

C. Tinjauan Model Pembelajaran


a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Sudrajat dalam Nunuk Suryani & Leo Agung (2012) model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran.
Menurut Supriyono dalam Nunuk Suryani & Leo Agung (2012), model
pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, pengaturan materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Dengan
kata lain, model pembelajaran ialah pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan pembelajaran di kelas.
Menurut Soekamto dkk dalam Trianto (2012) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.Sedangkan Menurut Agus Suprijono
(2015) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Menurut Joice& Weil (dalam Isjoni, 2013) model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran,
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran
adalah bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang dipergunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran
di kelas dalam memaksimalkan kondisi belajar secara sistematis untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam proses pembelajaran.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Rusman (2012) mengemukakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
17

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam
kelompok secara demokratis.
2) Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pembelajaran mengarang.
4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-
langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; (4)
sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu moodel pembelajaran.
5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6) Membuat persiapan mengajar (desain instrusional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
Menurut Amri (2013) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, Ciri-ciri tersebut yaitu:
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Rofa’ah (2016) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus di
antaranya adalah:
A. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
B. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa mengajar.
C. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
18

D. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat


tercapai.
Ciri-ciri model pembelajaran yang baik yaitu adanya keterlibatan intelektual dan
emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan
pembentukan sikap, adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif. Selama
pelaksanaan model pembelajaran guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator
dan motivator kegiatan belajar peserta didik.
E. Tinjauan Model Pembelajaran Artikulasi
a. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Menurut Ngalimun(2012), Model pembelajaran artikulasi merupakan model
pemebelajaran dengan penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok
perpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima
kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi didepan hasil diskusinya, guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan. Dalam proses pembelajaran siswa di tuntut
aktif yaitu siswa sebagai penerima materi kemudian berperan sebagai penyampai
materi.
Menurut Aris Shoiron (2010), model pembelajaran Artikulasi adalah merupakan
model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan sebagai “ penerima pesan “
dan sebagai “penyampai pesan” pembelajaran yang telah di berikan oleh guru wajib
dilaksanakan oleh siswa dan menjelaskan kepada siswa lain dalam pasangan
kelompoknya. Menurut Imans Kurniasi(2015), model pembelajaran artikulasi
merupakan model pembelajaran dengan pesan berantai. Pesan yang akan dibawa
merupakan pesan yang sedang dipelajari ketika itu seriap siswa wajib meneruskan
pesan kepadasiswa lain ( pasangan kelompoknya).
Jadi berdasarkan pengertian diatas model pembelajaran artikulasi merupakan
model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk pandai
berbicara atau menggunakan kata kata yang jelas, pengetahuan dalam menyampaikan
kembali materi yang telah disampaikan guru. Model pembelajaran ini menuntut siswa
aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk untuk membentuk menjadi
kelompok kecil yang masing masing siswa dalam kelompok tersebut memiliki bahan
konsep pemahaman sangat di perlukan dalam pembelajaran itu.
b. Karakteristik Model Artikulasi
Menurut Huda (2013) perbedaan model artikulasi dengan model pembelajaran
yang lain adalah penekanannya pada komunikasi siswa kepada teman satu
19

kelompoknya. Pada model artikulasi ada kegiatan wawancara/menyimak pada teman


satu kelompoknya serta pada cara tiap siswa menyampaikan hasil diskusi di depan
kelompok lain. Setiap anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat
kelompoknya Kelompok ini pun biasanya terdiri dari dua orang.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model artikulasi
adalah model pembelajaran yang menekankan pada aspek komunikasi kelompok
berpasangan dengan teman sebagai sumber belajar. Pada model ini terjadi proses
interaksi antar anggota, salah satu anggota menjadi narasumber sementara yang lain
merekam informasi, dan selanjutnya bergantian. Kemudian hasil belajar tersebut
didiskusikan dengan kelompok lain sehingga kelompok lain juga mendapat informasi
serupa. Jadi, pada model ini terjadi pembelajaran dari siswa untuk siswa.
c. Tujuan Model Artikulasi
Setiap model pembelajaran memiliki maksud dan tujuan yang akan dicapai
masing-masing, begitu juga model pembelajaran artikulasi. Menurut Bastiar, (2010)
model pembelajaran artikulasi memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam cara
mengungkapkan kata-kata dengan jelas dalam mengembangkan pengetahuan,
pemahaman serta kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat membuat suatu
keterhubungan antara materi dengan disiplin ilmu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penerapan model artikulasi dalam pembelajaran
dimaksudkan untuk melatih siswa dalam menyampaikan ide atau pengetahuannya,
menggali informasi berdasarkan kegiatan interaktif.

d. Manfaat Model Artikulasi


Setiap model pembelajaran memiliki manfaat dan tujuan masing masing sesuai
karakteristik model itu sendiri.Manfaat penerapan model artikulasi pada
pembelajaran, khususnya yang berdampak pada siswa adalah sebagai berikut. (Huda,
2013).
a. Siswa menjadi lebih mandiri.
b. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.
c. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripadanindividu.
d. Terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok kecil.
e. Terjadi interaksi antarkelompok kecil.
f. Masing masing siswa memiliki kesempatan berbicara atau tampil di
20

depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok mereka.


Berdasarkan manfaat model artikulasi yang sudah diapaparkan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model artikulasi ini menekankan pada interaksi dan komunikasi siswa
sebagai perekam informasi dari siswa lain sebagai anggota kelompok kecil untuk
kemudian menjadi sumber pengetahuan dan kemudian disampaikan di depan kelas. Siswa
secara mandiri menggali informasi dari temannya, kemudian mencernanya, lalu apa yang
telah diperoleh tersebut disharedi depan kelas sebagai bentuk pelaporan sekaligus sumber
informasi bagi siswa lainnya. Hal ini dapat melatih kemandirian, komunikasi, pemahaman,
serta kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran.
e. Langkah-langkah model pembelajaran artikulasi
Menurut Agus Suprijono (2015) Langkah-langkah atau sintak strategi
pembelajaran artikulasi adalah sebagai berikut :
1 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2 Guru menyampaikan materi sebagaimana biasa.
3 Untuk mengetahui daya serap siswa, Guru membentuk kelompok
berpasangan dua orang.
4 Guru menugaskan salah satu siswa dari sebuah pasangan untuk
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil
membuat catatan-catatan kecil, kemudian keduanya berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
5 Menugaskan siswa secara bergiliran atau diacak untuk menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya hingga sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6 Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
7 Kesimpulan/Penutup
Perbedaan strategi artikulasi ini dengan strategi lainnya adalah penekanannya pada
komunikasi siswa kepada teman satu kelompoknya, karena disana ada proses wawancara
pada teman satu kelompoknya, serta pada cara tiap siswa menyampaikan hasil diskusi di
depan kelompok yang lain, sebab setiap anak memiliki kesempatan untuk menyampaikan
pendapat kelompoknya. Kelompok ini pun biasanya hanya terdiri dari dua orang.Setiap
metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan.
Berikut beberapa kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran artikulasi (Imas
Kurniasih & Berlin Sani, 2015). Kelebihan metode pembelajaran artikulasi :
21

1 Semua siswa terlibat (mendapat peran)


2 Melatih kesiapan siswa
3 Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
4 Cocok untuk tugas sederhana
5 Interaksi lebih mudah
6 Lebih mudah dan cepat membentuknya
7 Meningkatkan partisipasi anak
Kelemahan metode pembelajaran artikulasi yaitu :
1 Model pembelajaran ini terlihat sangat sederhana dan sangat mudah dalam
teknis pelaksanaannya, akan tetapi akan terasa sangat sulit ketika siswa tidak bisa
memahami materi pelajaran, sehingga pesan tidak akan tersampaikan dengan baik.
2 Jika ada satu siswa yang tidak mengerti atau tidak paham materi
pelajaran,maka siswa yang lain pun akan mendapatkan informasi yang sama.
3 Rentan akan kegaduhan jika guru secara teknik kurang bisa menguasai
kelas.
4 Hanya bisa dilaksanakan pada mata pelajaran tertentu saja.
5 Waktu yang dibutuhkan banyak agar materi tersampaikan semuanya.
6 Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
7 Lebih sedikit ide yang muncul.
8 Jika ada perselisihan tidak ada penengah.
F. Tinjauan tentang Gender
a. Pengertian gender
Setiadi (2011:873), gender merupakan istilah istilah yang digunakan untuk
membedakan antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural.
Jenis kelamin terbentuk melalui proses alamiah dan bersifat kodrat ilahiah, sedangkan
gender merupakan atribut dan perilaku yang terbentuk melalui proses sosial, sehinga
istilah gender lebih merujuk pada bangunan kultural yang acap kali masalah atau isu
yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak, dan fungsi yang dibebankan kepada
perempuan dan laki-laki.
b. Perbedaan gender
Santrock, 2009: 218)menjelaskan bahwacorpus collosum pada perempuan lebih
besar daripada laki-laki dan mungkin ini menjelaskan mengapa perempuan lebih sadar
dibandingkan dengan laki-laki tentang emosimereka sendiri dan emosi orang lain. Ini
22

bisa terjadi karena otak kanan mampu meneruskan lebih banyak informasi tentang emosi
ke otak kiri.
Tabel 2.1 Perbedaan gender dalam beberapa karakteristik sifat

Karakteristik Perbedaan dalam Gender

Perbedaan fisik Meskipun kebanyakan perempuan


menjadi dewasa lebih cepatdari laki-laki,
ketika dewasa laki-laki lebih besar dan
kuat dibanding perempuan.
Kemampuan verbal Perempuan lebih baik dalam penggunaan
bahasa. Laki-laki banyak menemukan
masalah dalam penggunaan bahasa
Keterampilan spasial Laki-laki lebih baik dalam analisis ruang,
dan akan terus terlihat selama sekolah.
Motivasi prestasi Perbedaan disini dihubungkan dengan
tugas dan situasi. Laki-laki lebih baik
dalam tugas-tugas yang terlihat maskulin
seperti matematika dan sains, sedangkan
perempuan lebih baik dalam tugas-tugas
yang feminim seperti seni dan musik.
Namun dalam kompetisi langsung antara
laki-laki dan perempuan, ketika mulai
memasuki masa dewasa, motivasi
perempuan untuk mendapatkan prestasi
menurun
Agresif Laki-laki lebih agresif daripada
perempuan. Hal itu tampak dari awal dan
akan terus konsisten
Ada beberapa teori yang menganalisis mengapa terjadi perbedaan gender antara laki-laki
dan perempuan antara lain :
1. Teori Psikoanalisa
Perbedaan gender ditentukan oleh faktor psikologis. Perkembangan relasi gender
mengikuti perkembangan psikoseksual, terutama dalam masa phallic stage, ketika
seorang anak di menghubungkan identitas ayah ibunya dengan alat kelamin yang
23

dimilikinya. Rasa rendah diri seseorang anak perempuan mulai muncul ketika dirinya
menemukan “sesuatu” yang kurang, yang oleh penggagas teori ini Sigmund Freud di
istilahkan dengan “kecemburuan alat kelamin” (penis envy).
2. Teori Fungsional Struktural
Keutuhan masyarakat dipengaruhi oleh hubungan fungsional antara laki-laki dan
perempuan. Oleh karena itu menurut Talcott Parsons, salah seorang penggagas teori
ini, pembagian teori laki-laki dan perempuan tidak didasari oleh disrupsi dan
kompetisi, tetapi lebih kepada melestarikan harmoni dan stabilitas didalam
masyarakat. Laki-laki dan perempuan menjalankan peran masing-masing.
3. Teori Konflik Perbedaan dan ketimpangan gender antara laki-laki dan
perempuan tidak disebabkan oleh perbedaan biologis, tetapi merupakan bagian dari
penindasan dari kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam
konsep keluarga.
4. Teori Sosio-Biologis
Gabungan faktor biologis dan faktor sosial menyebabkan laki-laki lebih unggul
daripada perempuan. Fungsi reproduksi perempuan di anggap sebagai faktor
penghambat untuk mengimbangi kekuatan dan peran laki-laki. (Wibowo, 2011 : 360)
G. Pendidikan kewarganegaraan
1. Pengertian pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan menurut peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menegah
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibannya menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang di amanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945.
2. Tujuan pendidikan kewarganegaraan
Tujuan pendidikan kewarganegaraan menurut peraturan menteri pendidikan
nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah. Tujuannya dalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menggapai isu kewarganegaraan
b. Berpartisispasi secara aktif dan tanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
24

berdasarkan berdasarkan karakter karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup


bersama dengan bangsa bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
H. Penelitian yang Relevan
Septiana Eka Kurniawati (2014) yang berjudul “Penerapan ModelPembelajaran
Artikulasi Untuk Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar Siswapada Mata Pelajaran
Ips Materi Hidrosfer Kelas VII H SMP Negeri 3Kartasura Tahun Pelajaran
2013/2014”.Penelitian ini merupakan PenelitianTindakan Kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ips materi hidrosfer kelas VII H SMP Negeri 3
kartasura tahun pelajaran 2013/2014.
Hasil penelitian yang di lakukukan oleh Ginta Desriana mengenai Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pkn Kelas
Vii Smp It Al-Bayinah Pekanbaru menyatakan bahwa model pembelajaran artikulasi
mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa di sekolah pada saat proses
pembelajaran.
Hasil penelitian MI Masyariqul Anwar 4 Sukabumi Bandar Lampung oleh Vera
Silvianah, mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Pada Mata PelajaranPkn Kelas V Di Mi Masyarikul Anwar Iv
Sukabumi BandarLampung menyatakan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah,
terbukti dari 20 siswa kelas VA hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai 8. model
pembelajaran ini kurang mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa di
dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian Penerapan Model Pembelajaran ArtikulasiSebagai Upaya
Peningkatan Motivasi Dan HasilBelajar Siswa Dalam Pembelajaran
MatematikaMateri Lingkaran (Ptk Di Smp N 3 Colomadu, Karanganyar Kelas VIII
Semester Genap) menyatakan model pembelajaran ini mempunyai pengaruh terhadap
motivasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran
I. Kerangka Pemikiran
Dalam menciptakan suatu kondisi yang nyaman sangat di perlukan oleh seorang
pendidik dalam proses pembelajaran. Seorang tenaga pendidik harus mampu
mengelola kelas dengan baik yaitu dengan cara memilih metode dalam melakukan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran pada proses belajar mengajar.
25

Guru sebagai suatu fasilitator dan motivator dalam memegang peranan yang penting
dalam kegiatan pembelajaran sehingga dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif serta
dapat memahami karkteristik siswa dalam kegiatan pembelajaran disekolah.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jika dalam
proses pembelajaran tidak efektif dan membosankan maka motivasi belajar siswa dan
hasil belajar akan kurang baik. Motivasi belajar siswa sangat menentukan tercapainya
suatu tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Motivasi di dalam kegiatan
belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk
mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinyadan potensi di luar dirinya
untuk mewujudkan tujuan belajar dan untuk meningkatkanhasil belajar. Jika siswa
memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran makaaktivitas belajar siswa akan
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran jika terdapat rendahnya motivasi dan aktivitas belajar
siswa akan berdampak pada rendahnya hasil belajar sehingga memerlukan suatu
metodeyang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jika hasil belajarsiswa
belum sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) terdapat beberapa faktor
kesalahan dalam proses pembelajaran dan memungkinkan aktvitas danmotivasi
belajar siswa rendah
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan
modelpembelajaraan artikulasi. Artikulasi adalah model pembelajaran tipe kooperatif
yang penekanannya pada komunikasi siswa kepada teman satu kelompoknya, karena
disana ada proses wawancara pada teman satu kelompoknya sehingga dapat melatih
daya serap pemahaman dari orang lain dan melatih interaksi menjadi lebih mudah dan
mengikut sertakan seorang siswa berperan aktif didalam proses pembelajaran itu
sendiri.
J. Hipotesis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dalam hipotesis ini peneliti merujuk pada pendapat Yatim Riyanto
tentang hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain (Nurul Zuriah: 2009).
26

Berdasarakan kajian teori dan konsep diatas peneliti dapat merumuskan hipotesis
bahwa, ada Pengaruh dari ModelPembelajaran Artikulasi Dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa di sekolah sehingga akan ada motivasi belajar siswa yang lebih
baik .

Anda mungkin juga menyukai