Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar blakang


Termoregulasi

adalah

suatu

mekanisme

makhluk

hidup

untuk

mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir
(Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat
metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul
semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan
terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula
(Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan
bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang
memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya
Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme
regulasi untuk mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya
merupakan suatu upaya mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil
dinamis (steady state ) yang menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis
dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan tersebut, tubuh melakukan berbagai
aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai homeostatis yang
diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan
komunitas dalam suatu ekosistem.
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil.
Regulasi

dilakukan

dalam

banyak

bentuk,

misalnya

regulasi

untuk

mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak,

gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara
lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua komponen merupakan pengendali
utama

dalam

proses

regulasi

dalam

tubuh.

Pengaturan

suhu

tubuh

(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen


dari homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi
(pengaturan suhu tubuh) beruang kutub.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas
yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan
yang cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu
lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada
biasanya berupa panas. Enzim bekerja dalam suhu optimum.Kalau suhu rendah
enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian termoregulasi

Untuk mengetahui klasifikasi hewan berdasarkan sumber utama panas


tubuh

Untuk mengetahui interaksi panas hewan dengan lingkungan

Untuk mengetahui mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas


tubuh

Untuk mengetahui termoregulasi pada hewan poikiloterm, homeoterm,


heteroterm, ekstoterm, endoterm, dan endoterm

Untuk mengetahui adaptasi apa saja yang berhubungan dengan


pengaturan suhu tubuh hewan

Untuk mengetahui termoregulasi pada manusia

Untuk mengetahui bagaimana pengaturan temperatur yang terjadi dalam


tubuh

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk


mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood
animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli
Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Hewan ektoterm adalah
hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk
meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan
sistem metabolismenya hanya sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan
endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh
aves dan mamalia.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu
dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi
hewan yang berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang
mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang
kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa
bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu
sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya
untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke
dalam cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi
pengaruh cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan
3

Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan


Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan
menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan
endoterm dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu
dengan aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam
menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu
tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena golongan
homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya,
sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi
dibanding hewan golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm
yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC),
alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan
larva lalat rumah (30 - 37 oC.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi. Hewan yang mampu mempertahankan suhu
tubuhnya

dinamakan

homeoterm,

sedangkan

yang

ridak

mampu

mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

2.2 Klasifikasi Hewan berdasarkan Sumber Utama Panas Tubuh


a.

Poikiloterm
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian

dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak
mampu mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai
dengan suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu tubuh tidak betul-betul sama
dengan suhu lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya sedikit diatas

suhu

lingkungannya.

Menghadapi

fluktuasi

suhu

lingkungan,

hewan

poikilotermik melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan


poikilotermik lebih tinggi dari pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya
lebih ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya dari pada suhu metabolisme
internalnya.

b. Homoiterm.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena mampu menjaga
panas suhu tubuhnya. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm
mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor
kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya,
pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat
yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar
tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan
mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kirakira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada
neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas
yang hilang.

c. Heterotermik
Yaitu kelompok hewan yang pada saat tertentu memiliki sifat poikilotermik
dan pada saat lain bersifat homeotermik, dan kelompok hewan yang mengatur
suhu tubuh secara parsial, yaitu regulasinya terbatas pada bagian tubuh tertentu.
5

Disebut juga endotermik fakultatif, mampu melakukan regulasi fisiologik tetapi


tidak mengatur secara tepat sepanjang waktu. Heterotermik dapat di buktikan
pada insekta tertentu, yang ektotermik pada saat istirahat dan tetapi bersifat
endotermik pada saat aktif.

2.3 Interaksi panas hewan dengan lingkungan


Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur
suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan
memperoleh panas melaui :
a. Konduksi
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan
suatu benda. Atau perpindahan langsung gerakan termal antara molekulmolekul permukaan tubuh, seperti ketika hewan duduk dalam kolam air
dingin atau di atas batu yang panas. Panas akan selalu dihantarkan benda
bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah yang dipengaruhi oleh:
Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang
dimiliki suatu benda) dari kedua benda
Konduktivitasnya rendah
Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda
lain yang bersentuhan dengannya
b. Konveksi
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir
(fluida) yang bergerak. Atau konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh, seperti ketika tiupan
angin turut menghilangkan panas dari permukaan tubuh hewan yang
berkulit kering. Konveksi juga memberi kontribusi dalam kenyamanan dan
6

kesejukan yang diberikan oleh kipas angin kepada manusia selama harihari panas, tetapi sebagian besar dari pengaruh ini disebabkan oleh
pendinginan melalui evaporasi. Sebaliknya, faktor wind-chill (tiupan angin)
memperburuk kekejaman suhu musim dingin yang sangat dingin.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di
sekeliling tubuh ditingkatkan
Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara
panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi
lebih panas juga
c. Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi electromagnet yang dihasilkan oleh
semua benda nol, termasuk tubuh hewan dan matahari. Radiasi dapat
memindahkan panas di antara benda-benda yang tidak melakukan kontak
langsung, seperti ketika hewan menyerap panas radiasi dari matahri.Sebagai
contoh, radiasi sinar matahari.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi
suhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas
radiasinya
Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan
baik
Hewan yang berjemur (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
memperoleh panas tubuh
d. Evaporasi
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. misalnya pada
mekanisme ekskresi kelenjar keringat.atau Evaporasi proses kehilangan
panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
7

Evaporasi air dari permukaan cairan yang kehilangan beberapa molekulnya


yang berubah menjadi gas. Evaporasi air dari seekor hewan memberi efek
pendinginan yang signifikan pada permukaan hewan itu.
Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas,
penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada
anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya
keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya
menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun
Suhu tubuh hewan, endoterm dan ektoterrn tergantung pada jumlah
panas(kalori) per unit masa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas air,
sehingga kapasitas panas jaringan antara 0o 40o C kira-kira 1,0 kalori per
C per

gram. Berarti

makin luas hewan makin besar panas tubuh

menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas tubuh tergantung


pada:
1.

Kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolic

2.

Kecepatan penambahan panas

3.

Kecepatan kehilangan panas kelingkungan

Jadi panas tubuh dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan dapat
diregulasi dengan mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan
panas (transfer panas).

2.4 Mekanisme yang Mempengaruhi Kecepatan Panas Tubuh


Pada hewan ada mekanisme yang mempengaruhi kecepatan panas tubuh
guna menstabilkan suhu tubuhnya (termoregulasi), diantaranya:
1.

Mekanisme tingkah laku

2.

Mekanisme otonomik, seperti mempercepat metabolisme simpanan energi.


8

3.

Mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban dibandingkan

mekanisme yang lain. Yaitu memproduksi penambahan panas pada metabloisme


basal.
Kecepatan transfer panas ke dalam atau keluar tubuh dipengaruhi oleh tiga
faktor:
1.

Luas permukaan. Luas permukaan per gram berbanding terbalik dengan


peningkatan massa tubuh. Ini berarti bahwa hewan kecil memiliki suatu
aliran panas lebih tinggi per unit berat tubuh.

2.

Perbedaan suhu. Makin dekat seekor hewan menjaga suhu tubuhnya ke


suhu lingkungan makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau keluar
tubuhnya.

3.

Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan


poikiloterm memiliki konduktansi panas yang tinggi, sehingga hewan ini
memiliki suhu tubuh mendekati suhu lingkungan (kecuali apabilal hewan
berjemur di panas matahari). Hewan homeoterm memiliki bulu, rambut atau
lapisan lemak untuk mengurangi konduktansi permukaan tubuhnya. Insulasi
seperti ini menimbulkan perbedaan suhu antara pusat tubuh dengan
lingkungan hewan yang berjarak beberapa milimeter atayu sentimeter,
sehingga perbedaan temperatur kurang besar, jadi kecepatan aliran panas
dikurangi. Sifat yang penting dari rambut dan bulu adalah menyerap dan
menahan panas, sehingga memiliki konduktivitas panas yang rendah, jadi
tidak merambatkan panas.

2.5

Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm.


Suhu tubuh hewan poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya
dengan kondisi suhu lingkungannya, dan berubah seperti berubah-ubahnya suhu
lingkungan. Pada hewan poikiloterm air, misalnya kerang, udang, dan ikan,
suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konvektif
dengan air mediumnya, dan suhu tubuhnya mirip suhu air. Hewan
memproduksi panas internal secara metabolik, dan ini mungkin meningkatkan
9

suhu tubuh di atas suhu air. Namun air menyerap panas begitu efektif dan
hewan poikilotermik tidak memiliki insulasi sehingga perbedaan suhu hewan
dengan air sangat kecil.
Pada hewan poikilotermik darat, misalnya katak, keong dan serangga,
suhu tubuhnya dapat lebih mendekati suhu udara lingkungan. Input radiasi
panas dari matahari atau sumber lain mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas
suhu lingkungan, dan penguapan air melalui kulit dan organ-organ respiratori
menekan suhu tubuh beberapa derajat di bawah suhu lingkungan.
Hewan darat
mengurangi

dapat

penguapan

dan

memelihara keseimbangann tubuh


kehilangan

panas

lewat

dengan

konduksi

dan

memaksimalkan penambahan panas melalui radiasi dan panas metabolik. Sianar


matahari digunakan oleh serangga dan reptil sebagai sumber eksternal
tubuhnya. Untuk meningkatkan jumlah panas yang dapat diserap, hewan
tergantung pada warna tubuh dan orientasinya relatif terhadap matahari. Banyak
hewan yang dapat merubah warna kulitnya melalui penyebaran dan kontraksi
sel-sel pigmen hitam paada kulitnya. Karena hampir separuh energi matahari
berada dalam cahaya tampak, kulit berwarana gelap akan menyerap energi
panas matahri daripada berwarna cerah.

2.6

Termoregulasi Pada Hewan Homeoterm.


Hewan homeoterm mempunyai suhu tubuh yang konstan pada berbagai
suhu lingkungan yang berubah-ubah. Kebnyakan burung dan mamalia dan
lingkungannya yang normal akan mempertahankan suhu tubuhnya di atas duhu
lingkungannya. Suhu bagian dalam mamalia umunya berkisar antara 37-40o C,
sedangkan golongan burung mempunyai suhu tubuh sedikit lebih tinggi yaitu
41-42,5o C. Kondisi homeotermik menyangkut keseimbangan yang serasi antar
dua faktor, yaitu
1.

Produksi panas

2.

Kehilangan panas
10

Laju produksi panas dan kehilangan panas pada hewan sangat bervariasi,
tergantung pada kondisi lingkungannya (panas, dingin), aktivitasnya (diam,
aktif). Untuk memelihara keseimbanagn suhu tersebut, hewan homeoterm
melakukan regulasi kimiawi dan regulasi fisik. Regulasi kimiawi menyangkut
produksi panas metabolik, sedangkan regulasi fisik menyangkut kegiatan fisik
untuk memodifikasi kehilangan panas.

Respon Terhadap Dingin dan Panas.


Jika hewan homeoterm dihadapkan pada suhu lingkungan yang ekstrem,
maka tingkat aktivitas termiregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu
tubuhnya meningkat sesuai dengan perubahan suhu lingkungan. Hewan endoterm
dapat meregulasi suhu tubuhnya dengan mengatur kecepatan kehilangan panas
melalui pengaturan hantaran permukaan tubuh. Penyesuaian ini termasuk responrespon seperti respon vasomotor, perubahan pose tubuh, regulasi pilomotor, dan
kefektivan insulasi bulu dan rambut. Dalam rentangan suhu ini bulu dan rambut
ditegakkan oleh otot pilomotor dalam kulit untuk menyediakan lapisan udara
tenang yang tebal, dan pada ujung atas rentangan suhu ini bulu dan rambut
ditempelkan ke kulit.
Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan
berbagai reflek yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit
akan menyempit, rambut dan bulu dapat berdiri, dan hewan akan mempersempit
permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan udara. Misalnya menekuk
tubuhnya dan menyembunyikan anggota tubuh.
Pada suhu yang moderat kecepatan basal produksi panas seimbang dengan
kehilangan suhu ke lingkungan. Rentangan suhu moderat ini disebut zona suhu
netral. Di bawah suhu netral hewan, endoterm meningkatkan produksi panas di
atas tingkat basal agar mengimbangi kehilangan panas (termogenesis). Produksi
panas akan meningkat secara linier dengan penurunan suhu sampai di bawah suhu

11

kritis bawah. Antara zona suhu netral dengan suhu kritis bawah ini disebut dengan
zona regulasi metabolik.
Bila suhu lingkungan berada dibawah suhu kritis bawah, mekanisme regulasi
akan gagal, tubuh mendingin, kecepatan metabolik turun. Dalam keadaan ini
hewan berada dala zona hipotermia. Dimana produksi panas metabolik tidak dapat
mengimbangi turunnnya suhulingkungan. Bila suhu lingkungan naik lebih tinggi
dari suhu netral, maka hewan akan melakukan aktivitas yang cenderung
melepaskan (membuang) panas, misalnya masuk ke dalam air dan sebagainya.
Peningkatan suhu hanya dapat ditoleransi oleh hewan homeoterm sampai suhu
kritis atas. Antasa zona suhu netral dengan suhu kritis atas disebut zona
termoregulasi fisik. Di atas zona ini pelepasan panas oleh hewan tidak dapat
mengimbangi naiknya suhu lingkunan sehingga suhu tubug akan ikut naik.

2.7 Termoregulasi Pada Hewan Heterotermik


Heterotermik adalah hewan yang mampu memproduksi panas endotermik
dalam berbagai tingkat, tetapi umumnya tidak meregulasi suhu tubuhnya dalam
rentangan pendek. Heterotermik mungkin dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
heterotermik temporal dan heterotermik regional. Heterotermik temporal
merupakan suatu kategori yang luas, dimana suhu tubuh hewan dapat berbeda
setiap saat, misalnya terdapat pada serangga terbang, phyton dan beberapa ikan,
yang dapat meningkatkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan dengan sifat panas
yang dibangkitkan sebagai suatu hasil yang melibatkan aktivitas otot. Sedangkan
heterotermik regional sebenarnya adalah poikilotermik seperti teleostei besar yang
dapat mncapai suhu tubuh dalam (suhu jaringan dalam) cukup tinggi melalui
aktivitas otot, sementara jaringan periferal dan ekstremitas mendekati suhu
lingkungannya. Contoh pada ikan hiu, tuna dan pada serangga terbang.

12

2.8 Termoregulasi pada Hewan Ekstoterm


Hewan ekstoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh
suhu lingkungan sekitarnya.
Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di
lingkungan luar
Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya

1. Hewan Ekstoterm Akuatik


Suhu lingkungan akuatik relatif stabil Hewan tidak mengalami permasalahan
suhu lingkungan yang rumit. Suhu tubuh stabil dan relatif sama dengan suhu air.
Ikan Tuna mempunyai laju reaksi metabolik yang tinggi. Perbedaan suhu antara
bagian tubuh otot lebih panas daripada bagian lainnya yang digunakan untuk
berenang. Heat Exchanger (penukar panas) bekerja dengan prinsip counter
current (arus bolak-balik).
2. Hewan Ekstoterm Terestrial
Suhu selalu berubah dengan variasi yang cukup besar. perbedaan signifikan
antara suhu udara siang dengan malam. hewan harus berusaha mengatur suhu
tubuhnya dengan cara mengatur perolehan dan pelepasan panas melalui
mekanisme termoregulasi. Hewan ekstoterm terestrial memperoleh panas dengan
cara menyerap radiasi matahari baik pada vertebrata maupun invertebrate
misalnya:
Mengubah warna permukaan tubuh (ubah penyerapan melanin, contoh:
belalang rumput dan kumbang mengubah warna tubuhnya menjadi lebih gelap.
Menghadapkan tubuh ke arah matahari, contoh: belalang Locust tegak lurus ke
arah matahari
Sedangakan cara pelepasan panas:
1. Mengubah orientasi tubuh menjauhi sinar matahari
2. Memanjat pohon
3. Vasokonstriksi
13

4. Vasodilatasi
Adaptasi Hewan Ekstoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap suhu sangat panas dilakukan dengan:
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan:
1.

melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau
dengan cara berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar
keringat)

2.

melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap
air (reptil dan insekta)

3. Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal
dan reptil gurun)
Sedangkan untuk adaptasi terhadap suhu sangat dingin dilakukan dengan:
Meningkatkan konsentrasi osmotic, titik beku cairan tubuh dapat diturunkan
hingga dibawah 0oC. Zat terlarut: gula, seperti fruktosa atau derivatnya, dan
gliserol (bermanfaat untuk melindungi membran dan enzim dari denaturasi akibat
suhu yang sangat dingin. contoh: lalat dari Alaska, Rhabdophaga strobiloides,
yang dapat bertahan hingga suhu -60oC.
Menghambat pembentukan kristal es di dalam sel untuk mencegah
kerusakan membrane. Dilakukan dengan cara menambahkan glikoprotein antibeku
ke dalam cairan tubuh (misal: ikan es dari antartika (Trematomus borchgrevink).
Glikoprotein ialah molekul polimer dari sejumlah monomer yang tersusun atas
tripeptida, yang terikat pada derivat galaktosamin (alanin-alanin-treonin- galaktosa
derivat).
2.9 Termoregulasi pada Hewan Endoterm
Hewan Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam
tubuh sebagai hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh dipertahankan
agar tetap konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah (contoh: burung
dan mamalia) dengan cara menyeimbangkan perolehan dan pelepasan panas.
Bila suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
14

1. Vasodilatasi daerah perifer tubuh


2. Berkeringat dan terengah-engah
3. Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin)
4. Respons perilaku (misal: berendam di air)
Sebaliknya bila suhu tubuh terlalu rendah:
a. Vasokonstriksi
b. Menegakkan rambut (merinding)
c. Menggigil (shivering)
d. Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin)
e. Respons perilaku (menghangatkan diri)
Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
Pertama, meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka
(kontraksi otot):
1. Terjadi secara sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh
2. Tanpa sadar dengan cara menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak
mempunyai tujuan pergerakan tertentu, misalnya saat dingin)
Kedua,
1. Memetabolisme jaringan lemak cokelat:
jaringan lemak coklet berbeda dengan jaringan lemak putih

jaringan lemak coklet dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan


baik oleh sistem saraf simpatis

jika dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak,


dan panas akan dihasilkan
membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus meningkatkan

pasokan oksigen
2.

Meningkatkan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4), hormon yang

dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel


3. Menyerap radiasi panas matahari

15

4. Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat


diperkecil
5. Mengurangi

aliran

darah

ke

organ

perifer

dengan

vasokonstriksi

(menyempitkan pembuluh darah)


6. Memberikan berbagai tanggapan perilaku

2.10 Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan


Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya
adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan
countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan
termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan
untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke
tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.
Hewan

mempunyai

kemampuan

adaptasi

terhadap

perubahan

suhu

lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat
di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam
sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas
di dalam sarangnya.
1.

Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan

dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah,
macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan
pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak
16

runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput
atau daun dan mengunyah makanan.
2.

Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk


mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti
pada binatang /hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan
air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta
pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah
dingin.
3.

Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku

/ perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat


berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya
dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah
dengan tingkah lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara
lain :
Ikan (Pisces).
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang
ke perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari
lebih sedikit seperti dibawah pepohonan.
Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan
cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan
dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih
rendah

suhunya.

menggunakannya

Namun
untuk

jika

suhu

lingkungan

memaksimalkan

ekstrim

reproduksinya.

panas

Dengan

katak
tujuan

melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau


17

ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim
penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya
akan menjadi katak dewasa yang baru.
Belalang (Insecta)
Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara
mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah
bersembunyi dabalik daun.
Buaya (Reptile)
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan
panas dia mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara
tingkah laku yang dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk
menguapkan panas tubuhnya (Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil)
adalah binatang bertulang belakang berkulit berkulit kering, bersisik, dan bernapas
dengan paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok hewan berdarah dingin,
artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu
tubuhnya.
Ular
Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan
bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun
adaptasi pada lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping
bersudut sekitar 45o.
2.11 Termogulasi Pada Manusia Atau Bayi
a. Termoregulasi Pada Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu
ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan
air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk

18

mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini


merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBlL.
Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh
yang

belum

efisien

dan

masih

lemah,

sehingga

penting

untuk

mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan


panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan
konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan
dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan
hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi
panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi
yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan
terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat
kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi
dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi
peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul
dari

efek

hipotermi,

begitu

juga

hipoksia

dan

hiperbilirubinemia.

Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga


19

tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada


bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Mencegah kehilangan panas : Bayi baru lahir tidak dapat mengatur
temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan
panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi
dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami
hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.

2.12 Pengaturan Temperatur


Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun
sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas
tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak
subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur
suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik).
Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang
dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila,
mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak
coklat (Morgan HAH,1993).
Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut
atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal:
atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan
yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah
dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan
pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator. Temperature lingkungan yang
direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan dibawah suhu ini akan
mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan berkurang, adanya
20

pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan


vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting
kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.
Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh,
mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu
penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan
irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat. Mekanisme
pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna,
untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi
dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi
mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat. Cegah kehilangan
panas pada bayi dengan upaya antara lain :
Segera

setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk

mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan


tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
memulai pernafasan.
Selimuti
Segera

bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk

dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain
hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan
menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut
bayi harus dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali
dengan handuk atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
Tutupi

kepala bayi.

21

Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala
bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
Anjurkan

ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah
lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama
kelahiran.
Jangan

segera

menimbang

atau

memandikan

bayi

baru

lahir.

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama
jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi
dapat dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi berpakaian /
diselimuti

dikurangi

dengan

berat

pakaian/selimut.

Bayi

sebaiknya

dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam


beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan bayi baru lahir.
Tempatkan

bayi dilingkungan hangat.

Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
Rangsangan

taktil.

22

Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada
tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan
stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang
terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap
pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda
kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

23

III.

SIMPULAN

Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur


suhu tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami

perubahan

yang

terlalu

besar.

Tidak

semua

hewan

mampu

mempertahankan suhu tubuh yang konstan.


Hewan

yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan

homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut


poikiloterm.
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm,
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian
dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga
disebut hewan berdarah dingin.
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm
suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga
dapat mengatur suhu tubuh.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/. (diakses tanggal 18 November 2014).


Anonim 1997. Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan. Penerbit kanisius.
Yogyakarta.
Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. http://bima.ipb .ac.id/~tpb/ materi/bio100/
Materi/ suhu_ tubuh .html. (diakses tanggal 18 November 2014).
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah IRBD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Kukus,Yondry, Wenny Supit dan Fransiska Lintong. 2009. Suhu tubuh:Homeostasi
dan efek kinerja padatubuh manusia. (online: ejournal. unsrat.ac .id/index
.php/biomedik/ article/view/ 824. (diakses tanggal 18 November 2014).
Kuncoro, EB. 2008. Akuarium Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Lesmana, DS. 2006. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Prahara, W. 2003. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang
Dilindungi. Penebar Swadaya. Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai