ENDOTERM
KISARAN TOLERANSI, DAN FAKTOR
PEMBATAS”
NAMA KELOMPOK :
KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pada prinsipnya semua mahluk hidup akan berusaha beradaptasi dengan cara apapun
untuk dapat menyesuaikan diri terhadap situasi lingkungan sekitar, termasuk suhu, meskipun itu
melibatkan perubahan secara morfologi, anatomi maupun fisiologi tubuh mahluk hidup itu
sendiri, yang secara keseluruhan proses-proses yang membuat hewan mendapatkan energy panas
terbentuk disebut termogenesis
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui contoh hewan yang mempresentasikan sebagai hewan endotermik dan
ektotermik. Dapat membedakan hewan mana yang termasuk ke dalam hewan endotermik dan
mana yang termasuk hewan ektotermik. Juga dapat mengklasifikasikan hewan jenis endotermik
dan hewan ektotermik.
1.3.Manfaat
Menambah pengetahuan tentang hewan yang di presentasikan sebagai hewan
ektotermik dan hewan endotermik. Memahami perbedaan antara hewan endotermik dan hewan
ektotermik. Dapat mengklasifikaikan hewan jenis endotermik dan hewan ektotermik. Memahami
karakterisktik dari hewan endotermik maupun hewan ektotermik
BAB II
PEMBAHASAN
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem
metabolismenya hanya sedikit.
Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia, merupakan
kelompok hewan yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya, yaitu
lingkungan. Daya mengatur yang dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi
mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini menyebabkan hewan poikiloterm memiliki rentang
toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini sempit. Ketika suhu lingkungan
tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika suhu lingkungan
yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat
lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya.
Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih
berupa adaptasi perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu
panas dan berjemur dipanas matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan
terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm meningkat dengan naiknya suhu dalam hubungan
eksponensial.
Contoh hewan yang tergolong ektoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC),
crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 – 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 –
33 oC), dan larva lalat rumah (30 – 37 oC).
2.1.1. Termoregulasi pada ektoterm akuatik
Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewah yang hidup di dalamnya tidak
mengalam permasalahan suhu lingkungan yang rumit.
Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan evaporasi
Hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di
dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.
Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari
dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai daya
mengatur yang tinggi. Hewan endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan yang
lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm sehingga niche pokok hewan jenis ini pun panjang.
Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas yang
dimilikinya.
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme
metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat pengaturnya,
yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu
konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius.
Karena kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini
disebut hewan regulator. Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah
lain kelompok hewan ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan endoterm adalah
hewan–hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran
suhu optimumnya.
2.3. Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme)
atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin
atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi.
Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan
suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan
untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
(cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli biologi
lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas
utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan
(menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung
pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia,
dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil
metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok
burung (aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang
hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,
yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara
atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak
kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari
permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolism dengan
perubahan hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada
ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di
dalam sarangnya.
Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan
tersebut. Hal ini menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan pada
hewan endoterm yang mampu mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu
terganggu dengan penurunan suhu selama penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.
Suhu yang semakin tinggi mempengaruhi tingkat respirasi yang ditandai dengan
konsumsi oksigen yang juga semakin meningkat, yang berarti bahwa semakin tinggi suhu akan
semakin tinggi laju konsumsi oksigen suatu hewan. Tingkat konsumsi oksigen yang tinggi
menandakan bahwa hewan memerlukan banyak oksigen untuk melakukan metabolisme yang
terjadi dengan cepat di dalam tubuhnnya untuk menghasilkan energi lebih banyak yang
dibutuhkan oleh hewan tersebut.
Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitif pada suhu sirkulasi darah.
Hipotalamus juga menerima input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set
point, yang berfungsi seperti thermostat.
Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada
sinyal yang menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat,
dll), sedangkan bila suhu darah lebih rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan
menginisiasi peningkatan suhu dengan vasokonstriksi kapiler, menggigil, termogenesis lemak,
dll).
Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak mampu
mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa hewan ektoterm
mengatur suhu tubuhnya dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi
peningkatan laju metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari yang sedang terik di
siang hari dengan cara berteduh.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada hewan ektoterm laju metabolismenya berubah-ubah tergantung dengan suhu
lingkungan. Sedangkan pada hewan endoderm cenderung menjaga suhu tubuh yang konstan.
Akan tetapi, mereka secara umum membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga
kekonstanan suhu tubuhnya yang cukup tinggi itu.
3.2. Saran
Menurut pendapat saya, penjelasan untuk contoh hewan jenis ikan yang termasuk
kedalam hewan ektotermik kurang banyak.