OLEH :
FACHRUNNISA NUR CHARIAH
1810612040
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “perkembangan embrio selama 21 hari penetasan” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Teknologi Penetasan dan Pemuliaan Ternak Unggas
Paralel 03 . Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
kami yaitu ibu Prof. Dr. Ir. Husmaini., MP yang telah membimbing penulis
dalam mengerjakan makalah ini,serta orang tua yang telah mendukung saya dalam
menyelesaikan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.
Harapan saya , semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca. Saya memohon maaf bila ada penulisan kata atau
pembahasan materi yang kurang berkenan. Untuk itu, saya mengharapkan saran
dan kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah ini
Padang, 2020
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
II. PEMBAHASAN................................................................................................5
2.1 Periode Perkembangan Embrio Ayam...........................................................5
2.2 Tahapan Perkembangan Embrio Ayam Selama 21 Hari................................6
2.2.1 Embrio 0-7 Hari Inkubasi........................................................................7
2.2.2 Embrio 8-15 Hari Inkubasi....................................................................11
2.2.3 Embrio 16-21 Hari Inkubasi..................................................................15
III. PENUTUP......................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
ii
I. PENDAHULUAN
1
awet dan higienis sehingga tidak mempengaruhi kualitas telur yang akan
ditetaskan. (Nafiu et al., 2015) . Pada mulanya alat penetas hanya sebuah alat
sederhana yang hanya menggunakan lampu untuk menghasilkan panas dan tanpa
instrument-instrument pendukung lainnya dan hanya digunakan oleh peternak-
peternak tradisional dengan skala kecil, tapi seiring dengan perkembangan zaman
alat penetas telur dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan penetasan dan
kemudahan melakukan penetasan telur (Ahaya & Akuba, 2018).
Mekanisme penetasan telur secara alamiah banyak memiliki kekurangan,
diantaranya ada beberapa induk ayam yang tidak mau mengerami, kemudian
banyak telur yang tidak jadi dan sebagainya. Sehingga penetasan telur
menggunakan bantuan mesin sudah banyak diminati (Larasati et al., 2019).
Manajemen penetasan dapat dipelajari dengan cara mempelajari perkembangan
embrio dan mencari tahu faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio
tersebut. Telur ayam akan menetas setelah 21 hari, inkubasi dengan melalui
serangkaian perkembangan embrio secara komplek . Perkembangan embrio ayam
dimulai dari fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi dan organogenesis
(Andhini, 2017).
Salah satu hal yang dapat diperhatikan dan dapat diupayakan untuk
mendapatkan produktivitas yang baik adalah memperbaiki manajemen penetasan
atau memperhatikan ternak ketika masih berbentuk embrio didalam telur.
Belakangan ini berkembang kajian tentang peningkatan ekspresi gen (epigenetic)
dengan tujuan peningkatan performa ternak. Salah satu bentuk dari epigenetic
yang banyak dikaji yakni hiperplasi berganda dengan tujuan peningkatan jumlah
sel. Sel yang berkembang pada masa embrio akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan setelah menetas (Nafiu et al., 2015).
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur
berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Dalam perkembangannya,
embrio dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning
telur yang dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning
telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal,
sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat
2
asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam
ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta
membantu mencerna albumen [ CITATION Sur01 \l 1033 ]
Embrio di dalam telur, mengembangkan mekanisme khusus untuk
memobilisasi vitamin dan mineral yang sebelumnya disimpan dengan cara
transport protein. Kekurangan sedikit dapat secara signifikan mempengaruhi
beberapa ayam dalam kawanan menyebabkan angka kematian embrio lebih tinggi
pada akhir inkubasi. Tingkat kematian tinggi terjadi pada minggu kedua inkubasi
embrio ayam menunjukkan kekurangan nutrisi pada ayam, sebagai tingkat
kematian normal dalam periode ini sangat rendah. Kelebihan serta kekurangan
dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan dapat mengganggu produksi telur
ayam. Kekurangan nutrisi atau kelebihan memberi efek terhadap perkembangan
embrio [ CITATION Vie07 \l 1033 ].
Pada tingkat peternak, telur yang akan ditetaskan umumnya memiliki lama
penyimpanan telur tetas yang berbeda, karena telur tetas tidak langsung ditetaskan
didalam mesin tetas melainkan dikumpulkan sampai dengan jumlah yang cukup
untuk ditetaskan. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi fertilitas dan daya
tetas yaitu lama penyimpanan telur tetas. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu,
lama penyimpanan telur 3, 4, 5, 6 hari tidak berpengaruh terhadap fertilitas dan
berat tetas anak ayam buras, tetapi lama penyimpanan telur berpengaruh terhadap
daya tetas telur. Lama penyimpanan telur tetas yang semakin lama akan
menurunkan kualitas telur akibat penguapan CO2 dan H2O. Menurunnya kualitas
telur akan menghambat perkembangan embrio sehingga dapat menurunkan
fertilitas dan daya tetas. Lama penyimpanan telur tetas juga akan berpengaruh
pada susut tetas dan bobot tetas. Telur yang disimpan terlalu lama dapat
menyebabkan terjadinya penguraian zat organic, penguraian zat organik tersebut
menyebabkan penyusutan berat telur yang berdampak pada bobot tetas (Susanti et
al., 2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah
suhu, keberhasilan gastrulasi dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi suhu maka
semakin cepat proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Namun,
perkembangan embrio ayam juga memiliki suhu optimal inkubasi. Apabila suhu
3
telalu tinggi maka akan merusak embrio tersebut. Keberhasilan perkembangan
embrio selanjutnya karena gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan
dalam perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk mengganggu
perkembangan embrio ayam [ CITATION Sur01 \l 1033 ]
Perkembangan embrio ayam buras maupun ayam ras tidak berbeda,
selama 21 hari ayam mengalami perkembangan dan pertumbuhan didalam telur.
Namun, beberapa penilitian menunjukkan walaupun perkembangan dan
pertumbuhan yang relatif sama, bobot tetas yang dihasilkan agak berbeda. Pada
ayam buras rataan bobot ayam setelah lahir berkisar 25-35 gram dan ayam broiler
berkisar 30-40 gram. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya
adalah genetic [ CITATION Sur01 \l 1033 ] . Perkembangan embrio membutuhkan
peningkatan nutrisi, oksigen, serta pembuangan zat-zat sisa metabolime sel.
Peningkatan kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi secara difusi, sehingga
dibutuhkan sistem baru untuk menjamin kelangsungan hidup dan proses
perkembangan embrio (Redaksi . 2017).
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tahapan dari perkembangan embrio ayam selama 21 hari
selama berada didalam telur tetas.
4
5
II. PEMBAHASAN
6
Fertilisasi merupakan penggabungan sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina membentuk zigot. Tahap selanjutnya adalah pembelahan secara mitosis
pada zigot. Blastula merupakan lanjutan dari stadium pembelahan berupa massa
blastomer membentuk dasar calon tubuh ayam, pada tahap ini terbentuk
blastoselom. Blastulasi pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau
cakram (diskoblastik) yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas
hipoblas dan juga sentoblas. Gastrulasi pada ayam merupaan proses dari
pembentukan stria primitif yang terdiri dari alur dan pematang primitif berupa
garis dilinea mediana, Stria primitif berbentuk sempurna pada inkubasi telur 18
jam. Gastrula adalah proses kelanjutan stadium blastula, tahap akhir proses
gastrulasi ditandai dengan terbentuknya gastroselum dan sumbu embrio sehingga
embrio mulai tumbuh memanjang [ CITATION Adn08 \l 1033 ]
Tubulasi merupakan kelanjutan dari proses stadium gastrula. Embrio pada
stadium ini disebut neurula karena pada tahap ini terjadi neurulasi yaitu
pembentukan bumbung neural. Tahap neurula ayam nirip dengan embrio katak
yaitu melalui tahap keeping neural, lipatan neural, dan bumbung neural.
Organogenesis merupakan proses lanjut setelah terbentuk neurula. Proses ini
meliputi pembentukan bakal organ dari lapisan ectoderm, mesoderm dan
endoderm. Perkembangan embio ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan
media yang jelas untuk memperlihatkan organogemesis [ CITATION Tim08 \l 1033 ]
Organogensis merupakan tahap selanjutnya yaitu perkembangan dari bentuk
primitif embrio menjadi bentuk definitif yang memiliki bentuk dan rupa yang
spesifik dalam satu spesies (Kusumawati et al., 2016).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan ayam lebih lambat.
Menurut [ CITATION Smi04 \l 1033 ] suhu, kelembaban dan ventilasi inkubator yang
tidak sesuai merupakan salah satu faktor yang dapat menganggu pertumbuhan
embrio ayam. Selain itu masih banyak faktor yang dapat mengganggu
pertumbuhan embrio.
7
diketahui adalah embrio ayam dan setelah 24 jam sudah terbentuk mata. Pada hari
ke-2 selama inkubasi satu jam, mulai terbentuk jantung. Pada hari ke-3 masa
inkubasi 8 jam, mulai terbentuk amnion, 6 jam kemudian terbentuk alantois, dan
seterusnya sampai hari ke-21 [ CITATION Bam92 \l 1033 ] .
2.2.1 Embrio 0-7 Hari Inkubasi
Perkembangan awal embrio dimulai dari proses blastulasi dimana pada
masa akhir proses pembelahan massa balstomer akan membentuk dasar calon
tubuh yang disebut blastula. Proses blastulasi terus terjadi sepanjang telur
melewati saluran reproduksi induk, kemudian akan diikuti proses gastrulasi
dimana mulai terjadi pembenttukan stria primitive (Kusumawati et al., 2016).
Menurut [CITATION Bel05 \l 1033 ] Perkembangan stria primitif mulai dapat diamati
pada umur 10 jam inkubasi. Memasuki umur 18 jam inkubasi stria primitif telah
mencapai panjang maksimal, area pelucida membentuk oval, proamnion,
cekungan primitif, notochord, nodus Hensen dan lipatan kepala mulai terlihat
jelas.
Embrio telah mulai memasuki tahapan transisi pada umur 23 jam inkubasi,
ketika lipatan kepala di anterior dan somite mulai terlihat dengan jelas. Pada umur
20 jam somite pertama mulai terbentuk dan akan terus bertambah sepasang setiap
jamnya. Pada embrio umur 25 jam, somite berkembang sebanyak 5 pasang.
Proamnion, lipatan kepala, area opaca, dan area pelusida terlihat dengan jelas.
Somite, pulau darah, batas mesoderm, dan foregut mulai terlihat. Memasuki umur
48 jam embrio mulai memperlihatkan perbedaan spesifik dibanding umur
sebelumnya karena bagian anterior memutar ke arah kanan, lubang auditorius
mulai terbuka, jantung membentuk S, lekukan kepala amnion menutupi seluruh
region telenchepalon, dienchepalon, dan mesenchepalon, serta plat oral, batang
mata, dan tuba neural yang sudah mulai terbentuk. Memasuki umur embrio di atas
50 jam jumlah somite sudah tidak akurat digunakan sebagai penentu umur embrio
karena adanya pelebaran mesoderm di anterior somite(Kusumawati et al., 2016)
Pada umur lima hari inkubasi tungkai memanjang terutama bagian
proksimal, garis anterior dan posterior memanjang secara paralel, sebaliknya
perubahan bentuk tubuh sangat sedikit, kuntum sayap dan kaki memiliki ukuran
panjang dan lebar yang sama. Menurut [CITATION Bel05 \l 1033 ] bagian foregut
8
akan berkembang menjadi gizzard mulai dari umur 3 hari inkubasi dan dinding
gizzard akan mulai menebal dan berkembang ke arah posterior saat memasuki
umur 7 hari inkubasi. Pankreas pada unggas berkembang dari tiga rudimenter,
satu di dorsal dan dua di anterior.
Bagian dorsal mulai berkembang pada umur 52 hingga 64 jam inkubasi
dan akan mulai jelas terlihat daripada hari ke empat inkubasi. Lubang esofagus
terlihat sangat jelas telah berkembang. Gizzard mulai mengalami penebalan pada
dinding dan glandula proventrikulus mulai terbentuk pada akhir hari ke 6
begitupun pembagian dari intestinum dapat mulai terlihat [ CITATION Bel05 \l
1033 ].
A. Perkembangan Embrio Ayam Hari ke 1
9
Gambar 2. Embrio Hari ke-2
Sumber : Hatchery Management Guide (Cobb.2013) .
Adanya jalur pertama pada pusat blastoderm. Diantara extraembrionic
annexis nampak membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam nutrisi
embrio. Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah
terlihat primitive streake suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm yang
kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis
warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah [ CITATION
Pho07 \l 1033 ].
C. Perkembangan Embrio Hari ke 3
10
Gambar 4. Embrio Hari ke-4
Sumber : Hatchery Management Guide (Cobb, 2013).
Pada hari ke 4 mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai
bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah
membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang.
Perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi embrio,yang berisi
cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embriodan membolehkan embrio
bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam penyerapan
kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa [ CITATION Pho07 \l 1033 ].
E. Perkembangan Embrio Hari ke 5
11
Pada hari ke 6 membran vetiline terus berkembang dan mengelilingi lebih
dari separuh kuning telur. Fissura ada diantara jari kesatu, kedua dan ketiga dari
anggota badan bagian atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota badan bagian
bawah. Jari kedua lebih panjang dari jari lain. Anggota badan sudah mulai
terbentuk. Mata sudah terlihat menonjol, rongga dada sudah mulai berkembang
dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois,
kantong kuning telur, serta paruhnya [ CITATION Pho07 \l 1033 ].
G. Perkembangan Embrio Hari ke 7
12
Pada hari ke 8 , membram vetillin menyelimuti (menutupi) hampir seluruh
kuning telur. Pigmentasi pada mata mulai nampak. Bagian paruh atas dan bawah
mulai terpisah, demikian juga dengan sayap dan kaki. Leher merenggang dan otak
telah berada di dalam rongga kepala. Terjadi pembukaan indra pendengar bagian
luar [ CITATION Pho07 \l 1033 ].
13
Gambar 10. Embrio Hari ke-10
Sumber : Hatchery Management Guide (Cobb, 2013)
Pada hari ke 10 , lubang hidung masih sempit. Terjadi pertumbuhan
kelopak mata, perluasan bagian distal anggota badan. Membran viteline
mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu mulai menutup bagian
bawah anggota badan. Patuk paruh mulai Nampak [ CITATION Pho07 \l 1033 ] .
D. Perkembangan Embrio Hari ke 11
14
F. Perkembangan Embrio Hari ke 13
Pada hari ke 13 , alantois menyusut menjadi membran Chorioalantois.
Kuku dan kali mulai nampak jelas [ CITATION Pho07 \l 1033 ] .
15
Gambar 14. Embrio Hari ke-15 dan 16
Sumber : Hatchery Management Guide (Cobb, 2013)
Pada hari ke 15 dan 16 , beberapa morfologi embrio berubah : anak ayam
dan bulu halus terus berkembang. Vitellus menyusut cepat, putih telur mulai
menghilang. Kepala bergerak ke arah kerabang telur (posisi pipping) di bawah
sayap kanan yaitu kebagian tumpul bagian telur. Embrio sudah mengambil posisi
yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah semakin mengeras
[ CITATION Pho07 \l 1033 ] .
2.2.3 Embrio 16-21 Hari Inkubasi
Pada hari ke- 15, bulu penutup sudah tumbuh, semua organ sudah hampir
terbentuk sempurna, kanal auditori sudah tampak, dan dapat dilihat melalui sudut
posterior tubuh embrio. Pada hari ke- 20, ukuran paruh embrio mengalami
penurunan. Pada fase ini paruh embrio ayam mengalami penurunan ukuran karena
adanya pengelupasan lapisan periderm. Pada hari ke- 19 dan 20, digiti kaki ke tiga
embrio juga tidak ada perubahan ukuran. Pada umur ini, ukuran digiti ke tiga
embrio sudah tidak berkembang lagi, tetapi pada beberapa breed yang masa
inkubasinya lebih panjang masih terlihat adanya perubahan panjang digiti kaki ke
tiga (Kusumawati et al., 2016) .
A. Perkembangan Embrio Hari ke 17
16
rongga udara (yang ada di dalam telur). Putih telur telah terserap semua [ CITATION
Pho07 \l 1033 ]
B. Perkembangan Embrio Hari ke 18
Pada hari ke 18 embrio sudah tampak jelas seperti ayam akan
mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang
dengan baik. Permulaan internalisasi vitellin. Terjadi pengurangan cairan
amniotik. Pada umur ini dilakukan transfer dari mesin setter (inkubtor) [ CITATION
Pho07 \l 1033 ] .
17
udara. Pertukaran gas terjadi melalui kerabang telur. Anak ayam siap menetas dan
mulai memecah kerabang telur. Pada saat ini kelembaban harus diperhatikan
supaya pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat
dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya.
Dengan bantuan sayapnya, pecahnya kerabang semakin besar [ CITATION Pho07 \l
1033 ] .
18
19
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari
telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Dalam
perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur, amnion, dan
allantois. Perkembangan embrio ayam terjadi selama 21 hari. Ayam
mengalami perkembangan dan pertumbuhan didalam telur. Pada ayam
buras rataan bobot ayam setelah lahir berkisar 25-35 gram dan ayam
broiler berkisar 30-40 gram.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam
adalah suhu, keberhasilan gastrulasi dan kondisi lingkungan. Semakin
tinggi suhu maka semakin cepat proses perkembangan embrio ayam
berlangsung. Namun, perkembangan embrio ayam juga memiliki suhu
optimal inkubasi. Apabila suhu telalu tinggi maka akan merusak embrio
tersebut.
3.2 Saran
Makalah ini merupakan makalah yang berisi informasi dan
wawasan mengenai bioteknologi. Sesuai dengan tujuan makalah ini,
penulis mengharapkan agar pembaca dapat lebih memahami tentang
informasi yang terkandung dalam makalah ini. Oleh sebab itu, makalah ini
sebaiknya dibaca dengan cermat dan teliti agar pembaca dapat benar-benar
memahami isinya dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari . Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan dan
informasi pada makalah dikemudian hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. (2008). Perkembangan Hewan. Makassar: Biologi,Fakultas MIPA ,
Universitas Negeri Makassar.
Ahaya, R., & Akuba, S. (2018). Rancang Bangun Alat Penetas Telur. Jurnal
Teknologi Pertanian Gorontalo (Jtpg), 3(1).
Bellairs, R. dan M. Osmond. (2005). The Atlas of Chick Development. London:
Elsevier.
Cobb. (2013). Hatchery Management Guide. Cobb-Vantress, 1–40.
Kusumawati, A. (2016). Perkembangan Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin
Doc (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super Sexing Day-Old Chick and
Developmental Stage Of The Super Javanese Chicken Embryo 1 2 2 2 3.
34(1), 29–41.
Larasati, I. (2019). Sistem Kendali Suhu Penetas Telur Ayam Berbasis Java dan
Fuzzy Logic Control. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu
Komputer, 10(1), 127–134.
Murtidjo, B. A. (1992). Mengelola Ayam Buras. Yogyakarta: Kanisius.
Nafiu, L. O., Rusdin, M., & Aku, A. S. (2015). Daya Tetas dan Lama Menetas
Telur Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas Dengan Sumber Panas Yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, 1(1), 32.
Phokpand, T. (2007). Buletin CP : Perkembangan Embrio dari Hari ke Hari.
Pokhpand.No.87/Thn. VIIII.
Redaksi, D. (2017). Dewan Redaksi. Buana Ilmu, 1(2).
Smith, T. (2004). Avian Embryo. Mississippi State University, 4-10.
Surjono . (2001). Proses Perkembangan Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Susanti, I., Kurtini, T., & Septinova, D. (2015). Pengaruh Lama Penyimpanan
terhadap Fertilitas, Susut Tetas, Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur Ayam
Arab. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(4), 185–190.
UNM, T. D. (2008). Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar:
Universitas Negeri Makassar
Vieira SL. (2007). Chicken embryo utilization of egg micronutrients. Poultry
Science, Vol 9 (1) : 1-8.
Yatim. (1982). Embriologi dan Reproduksi. Tarsito. Bandung. . Bandung: Tarsito.
21
22