Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MENAJEMEN PRODUKSI TERNAK KAMBING DAN DOMBA

“ SISTEM PEMELIHARAN TERNA KAMBING DAN DOMBA”

OLEH :

LANNA HIDAYAH 1810612163

DOSEN PENGAMPU :

YEMANELI.Dr.S.Pt.Mp

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang mana beliau telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita bersama sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang tepat. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini dapat selesai. Saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima oleh
berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Kendala yang sering
dihadapi dalam pengembangan peternakan domba adalah rendahnya produktifitas karena
rendahnya ketersediaan hijauan pakan terutama rumput yang berkualitas.

Pengembangan domba dan kambing sebagai salah satu ternak potong masih banyak
mengalami hambatan karena pemeliharaan domba dan kambing masih dilakukan secara
tradisional. Pemberian pakan hanya sekedarnya tanpa memperhitungkan kebutuhan standar
gizi. Bahkan sering dijumpai domba dan kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan
sendiri. Tata laksana program pemeliharaannya tidak baik dan kandang hanya dibuat sekedar
tempat berlindung dari terik matahari di siang hari dan dingin di malam hari (Cahyono,
1998).

Usaha ternak domba dan kambing umumnya merupakan usaha sampingan yaitu
bagian dari usaha pertanian. Ternak ini dipelihara secara tradisional, yakni pemberian pakan
masih terbatas (hijauan pakan ternak yang tersedia berupa rumput-rumputan dan semak
dengan sedikit atau tidak ada pakan tambahan) dan belum ada manajemen yang terarah
(Sugeng, 2000).

Usaha Agribisnis peternakan di Kabupaten Kebumen sebenarnya cukup berpotensi


untuk dijadikan sebagai salah satu komoditi unggulan daerah. Kebumen merupakan salah
satu sentra peternakan di Jawa Tengah khususnya ditinjau dari populasi sapi potongnya.
Namun demikian, subsektor peternakan secara umum masih belum dioptimalkan seperti
halnya sektor pertanian, industri, dan sektor-sektor lainnya. Ada 8 jenis komoditas agribisnis
peternakan di Kabupaten Kebumen, meliputi sapi potong, sapi perah, kuda, kerbau, babi,
kambing, domba, dan unggas (Anonimus, 2006).

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat
diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Hijauan
makanan ternak (HMT) yang diberikan pada ternak dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput
- rumputan dan polong - polongan (legum). Hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan
makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternakan
ruminansia baik besar maupun kecil, yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak
hijauan pakan ternak, karena lebih dari 60% dari seluruh pakan yang dikonsumsi ternak
ruminansia adalah hijauan, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.

Tujuan makalah

1. Untuk Mengetahui pola pemeliharaan terna sapi dan domba


2. Untuk Mengetahui menajemen pemeliharaan anak ternak
3. Untuk Mengetahui pemeliharaan refroduksi ternak jantan dan betina
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 POLA PEMELIHARAAN

Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di pedesaan,karena telah diketahui
kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang sederhana, miskin pakan, dan dapat
lebih efisien dalam mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi air susu dan daging
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Disamping itu kambing mempunyai kemampuan
reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit. Seiring akan hal tersebut
peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya
masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.

Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha
sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging,
susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan
hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif
maka akan menigkatkan keuntungan yang maksimal   Sistem Pemeliharaan Secara Ekstensif,
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit
untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-
kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).

Ada 3 macam sistem pemeliharaan pada kambing dan domba yaitu:

1. Pemeliharaan intensif
Merupakan sisitem pemeliharaan dimana hampir seluruh waktu dari hewan
peternakan tersebut dihabiskan dalam kandang dan maannnya pun disedianaan
secara khusus dalam kandang
2. Pemeliharan ekstensif
Dimana pemeliharaan ini membiarkan ternaknnya menghabiskan waktu diluar
kandang mencari makannya sendiri. Dimana hasil yang diperoleh dari sistem
pemeliharaan ini kurang optimal.
3. Pemeliharaan campuran
Dalam sistem ini ternak di pelihara pada dua tempat yaitu pada waktu tertentu
dibiarkan dipadang pengembalaan (pastura) dan pada pada waktu tertentu
ternaknnya dimasukkan dalam kandang untuk dipelihara secara intensif.

2.2 Pemeliharaan refroduksi ternak betina dan jantan

2.2.1 Betina bunting

Pemeliharaan induk bunting dimana Hal utama yang penting diperhatikan pada ternak
bunting adalah ransum dan kesehatan, kambing dan domba bunting yang mendapat ransum
yang baik, dalam kuantitas dan kualitas, serta kesehatan yang trepelihara baik akan
melahirkan pedet yang sehat dan kuat (Siregar, 1995).

Kambing dan domba yang bunting banyak sekali memerlukan gerak badan untuk itu
dilepaskan di padang terbuka atau dibawa jalan-jalan dengan maksud supaya peredaran darah
menjadi lebih lancar sehingga kesehatan anak yang dikandang lebih terjamin, kesulitan dalam
melahirkan dapat dihindarkan dan terjadinya Retentiosecundinarum (ketinggian ari) dapat
dicegah. Dua bulan menjelang kelahiran yaitu, pada kebintingan 7 bulan yang kebetulan
sedang laktsi harus dikeringkan walaupun produksinya masih tinggi sebab waktu 2 bulan itu
diperlukan sapi tresebut untuk mempersiapkan laktasi yang akan datang.

Induk kambing dan domba bunting perlu di berikan kesempatan berolahraga dengan cara
dilepas di lapangan penggembalaan secara teratur selama 1 - 2 jam setiap hari.Dengan
demikian, induk tersebut dapat bergerak secara leluasa, mendapatkan sinar matahari dan
udara segar serta urat menjadi terlatih sehingga peredaran darah berjalan lancar yang
kesemuanya ini akan menunjang kelancaran proses kelahiran pedet.

Pemberian pakan tidak baik selama induk bunting akan mempengaruhi kesehatan dan
produksi susu.oleh karena itu,induk terna yang sedang bunting harus di upayakan agar selalu
dalam ke adaan kenyang, lebih lebih bagi induk yang di pelihara dalam kandang secara terus
menerus. Dua sampai tiga hari sebelum induk melahirkan perlu di berikan pakan khusus yang
memenuhi standart kualitas dan kuantitasnya supaya memudahkan kelahiran pedetnya.pakan
yang kandungan proteinnya terlalu rendah sebaiknya jangan di berikan karena akan
menggangu kelahiran pedet.Disarankan peternak memberi pakan yang kadungan energinya
tinggi dan ditambahkan molase untuk membantu kelancaran pada saat melahirkan pedetnya.
2.2.2 Pejantan

Pada ternak kambing dan domba Beri ruang gerak yang luas, sinar matahari dan udara
segar dan jangan terus menerus diikat, kemudian kandang jantan Pisahkan dari kandang
betina tapi masih dapat melihat kawanan betina. Berikutnya yang perlu diperhatikan ransum
yang diberikan jangan sampai menimbulkan kekurusan atau pun kegemukan. Atur
perkawinannya, pejantan sehat dapat mengawini betina 5-6 kali sehari dan dapat melayani
25-30 betina - Kuku pejantan selalu dalam keadaan pendek - Saat udara panas perlu
dimandikan agar tetap segar

2.2.3 Waktu perkawinan ternak domba dan kambing

Adapun Dewasa kelaminpada ternak domba dan kambing pada umur 5-7 bulan mulai
diternakkan umur 12 bulan, Siklus berahi rata 2 17 hari dan lama berahi 3 hari, Saat terbaik
induk dikawinkan pada hari kedua masa berahi atau 18 -20 jam sejak menunjukkan berahi
adapun Lama kebuntingan bunting 144 -156 hari dan periode Menyapih 5-6 bulan.
Perkawinan setelah kelahiran 60 hari kemudian saat terlihat waktu terlihat tanda berah. Batas
umur diternakan pada betina 5 tahun, jantan 6-8 tahun, Jumlah anak sekelahiran 1-2 ekor ada
juga > 2 ekor serta Ratio antara pejantan dan betina : + Pejantan umur < 15 bulan : 10 ekor
betina + umur < 3 tahun : 35 betina dan > 3 tahun 50 betina.

2.3 Pemeliharaan anak

2.3.1 Pemeberian kolostrum

Pemberian Kolostrum Pada ternak ruminansia seperti kambing, plasenta yang


membungkus janin selama didalam kandungan menghambat transfer atau perpindahan
senyawa antibodi (immunoglobulin) dari induk ke anak. Oleh karena itu, saat dilahirkan
seekor anak memiliki sistem pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit yang relatif sangat
rendah, karena kandungan immunoglobulin didalam serum sangat rendah (1,2-3,3 g/dl),
dalam waktu 24 jam setelah dilahirkan. Dengan demikian, anak yang baru dilahirkan akan
memiliki sistem pertahanan tubuh dengan mengkonsumsi kolostrum yaitu cairan yang
pertama sekali dikeluarkan induk saat anak menyusui. Kolostrum ini diproduksi didalam
ambing pada akhir masa kebuntingan dan mengandung antibody serta nutrisi (energi, vitamin
dan protein) dalam konsentrasi yang tinggi.

Kolostrum memiliki 3 fungsi yang sangat vital bagi anak yang baru dilahirkan yaitu:
1) fungsi laxatif/pencahar untuk membantu pengeluaran mucus yang melapisi saluran
cerna anak yang baru dilahirkan sehingga mampu menyerap nutrisi yang dikonsumsi,

2) fungsi nutritif yaitu sebagai sumber nutrisi terutama energi yang sangat baik karena
kandungan lemaknya yang tinggi bagi anak baru lahir yang memiliki cadangan energi relatif
rendah saat dilahirkan dan

3) fungsi protektif yaitu mengandung senyawa antibodi untuk melindungi anak yang
baru dilahirkan dari berbagai penyakit sebelum sistem pertahan tubuh anak berkembang
dengan baik sampai umur 3 minggu.

Dari sebab itu, asupan kolostrum ini menjadi sangat penting karena merupakan cara
paling efektif untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh anak yang baru dilahirkan.
Dengan demikian, untuk mencegah tingkat kematian anak yang tinggi, maka anak yang baru
dilahirkan harus mendapatkan kolostrum dari ambing induk dalam waktu setengah atau satu
jam setelah dilahirkan.

2.3.2 Pemberian Susu Pengganti/Milk Replacer

Pemberian susu pengganti atau milk replacer diperlukan pada beberapa kasus seperti

1) air susu induk tidak mencukupi

2) air susu induk tidak ada sama sekali dan

3) induk mati.

Untuk menyelamatkan anak perlu diberikan susu pengganti. Susu pengganti yang
paling baik adalah susu kambing dari induk lain yang sedang menyusui, namun apabila
tidaktersedia dapat digunakan susu sapid an hal ini secara ekonomis lebih efisien karena
harga susu sapi biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan susu kambing. Hasil
penelitian menunjukan tidak ada perbedaan antara susu sapi dan susu kambing bila digunakan
sebagai pengganti susu pada anak kambing.

Susu pengganti dapat dibuat dari campuran beberapa bahan apabila tidak terdapt atau
sulit mendapatkan susu segar. Susu pengganti dapat diamu dari campuran: susu bubuk ( 0,5
liter) + minyak ikan (1 sendok the) + telur ayam ( 1 butir) + gula ( 0,5 sendok teh). Susu
pengganti diberikan 2-3 x dalam sehari. Formula susu pengganti 43 Pemeliharaan Induk dan
Anak Kambing Lolikambing ini juga dapat digunakan sebagai pengganti susu induk apabila
karena sesuatu hal induk tidak dapat menyusui anaknya, seperti akibat kematian, puting susu
tersumbat atau produksi susu yang sangat rendah

2.3. 3 Pemberian Pakan pada Anak Pra-Sapih

Anak kambing biasanya mulai mengkonsumsi pakan padat berupa hijauan ataupun
konsentrat pada umur 2-3 minggu. Konsumsi pakan padat pada usia tersebut sangat berguna
untuk merangsang perkembangan saluran cerna agar segera mampu mengkonsumsi pakan
pada dalam jumlah banyak sebagaimana layknya ternak ruminansia. Pemberian konsentrat
akan memacu pertumbuhan bobot badan lebih tinggi, sehingga dapat disapih pada usia lebih
dini saat telah mencapai bobot sapih. Bobot sapih biasanya ditentukan seberat 2,5 x bobot
lahir, namun tergantung kepada kondisi tubuh.

2.3.4 Penyapihan

Penyapihan pada kambing dan domba dilaukan saat anak berhenti menyusui dari
induknya, penyapihan ditentukan oleh umur atau bobot tubuh, jika memungkinkan umur 4
minggu dan yang optimal umur 8 minggu, penyapihan berdasarkan bobot badan yaitu saat
anak doka mencapai 2-2.5 x bobot lahir, penyapihan berdasarkan bobot badan lebih baik
sebab dapat mencegah sakit dan kekurangan nutrisi seperti anak doka yg terlalu awal disapih
dan menekan stres akibat penyapihan serta lebih lambat melakukan penyapihan menghambat
perkembangan rumen.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa sisitem pemeliharaan pada ternak kambing
dan domba daa tiga jenis yaitu intensif, ekstensif serta pemeliharaan campuran dimna
merupakan gabungan dari pemeliharaan intensif dan ektensif.dan usaha produksi kambing
merupakan komponen penting dalam pola usaha tani campuran (mix farming) yang masih
banyak diadopsi oleh petani-ternak di Indonesia. Produksi kambing juga dapat diusahakan
sebagai usaha monokultur berskala ekonomi dengan orientasi usaha kearah komersial.
Bagaimanpun tipologi usaha produksi kambing yang akan dilakukan, peran induk sebagai
unit produksi sangat strategis, terlebih dalam memanfaatkan sifat prolifik (kesuburan) yang
memungkinkan induk melahirkan anak kembar 2-4. Potensi kelahiran anak kembar ini
merupakan keunggulan penting dalam budidaya kambing, terutama dalam usaha perbibitan.
Oleh karena itu, manajemen pengelolaan induk beserta anak yang dilahirkan sampai
mencapai usia sapih menjadi sangat penting.

Target dalam pengelolaan induk dan anak dapat dirumuskan menjadi :1)
meningkatkan jumlah anak per kelahiran, 2) memaksimalkan pertumbuhan anak selama masa
pra-sapih, 3) memaksimalkan skor kondisi tubuh induk ( skor 3) selama menyususi, 4)
memperpendek selang antara partus/melahirkan dengan timbulnya birahi (1-2 bulan). Dengan
target seekor induk akan birahi 1-2 bulan setelah melahirkan maka, induk dipredikasi dapat
melahirkan paling tidak 3 kali dalam dua tahun dan tidak tertutuk kemungkinan melahirkan
dua kali dalam satu tahun. Dengan target manajemen tersebut dapat diharapkan
meningkatnya efisiensi usaha produksi kambing secara nyata yang berdampak kepada
meningkatkan keuntungan finansial. Kondisi ini berpotensi untuk memacu perkembangan
ternak kambing lebih cepat di wilayah sentra produksi ataupun mendorong berkembangnya
sentra produksi baru diwaktu mendatang.

Anda mungkin juga menyukai