Oleh :
Nama : Firdo Manihuruk
NIM : E10020020
Kelas : A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal yang penting sejak
masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan oleh para pemburu dan kemudian oleh
masyarakat untuk menjinakkan hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini,
para ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku hewan baik
secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai hal yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Banyak penelitian yang pada mulanya telah dilakukan memuat deskripsi mengenai
aspek-aspek tingkah laku yang telah didefinisikan dengan baik. Para ilmuwan yang
mempelajari hewan dalam lingkungan asalnya disebut ethologist. Beberapa sumbangan
pemikiran dibuat oleh para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan
laboratorium yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor lingkungannya satu
demi satu dan mencatat pengaruh tersebut pada tingkah laku hewan.
Etogram merupakan catalog yang tepat dan terperinci yang memuat respons yang
membentuk tingkah laku hewan. Etogram sangat berguna untuk mengetahui hewann
mengatasi macam-macam lingkungan dan pengalaman. Perincian dapat dengan mudah
dikenal melalui film dan kaset video. Selanjutnya, etogram terbentuk dari tiap elemen pola
reaksi.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui tingkah laku atau animal behavior normal pada beberapa hewan dan
gangguan tingkah laku pada beberapa hewan
BAB II
PEMBAHASAN
Kambing merenggut dengan cara menarik dan mendorong mulut ke depan-atas atau
belakang-bawah. Jika daun-daunan terdapat pada tanaman yang tinggi, kambing
mempunyai kemampuan untuk meramban. Hewan ini meramban dengan cara mengangkat
kedua kaki depan pada batang tumbuhan dan bertumpu pada kedua kaki belakang.
Kepala dijulurkan ke daun tumbuhan yang dipilihnya. Menurut Devendra & Burns (1994),
kambing mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya. Bila tidak
dikendalikan, kebiasaan makan dapat mengakibatkan kerusakan. Bibirnya yang tipis mudah
digerakkan dengan lincah untuk mengambil pakan.
Kambing mampu makan rumput yang pendek, dan merenggut dedaunan. Disamping itu,
kambing merupakan pemakan yang lahap dari pakan yang berupa berbagai macam tanaman
dan kulit pohon. Setelah merenggut makanan ke dalam mulutnya, kambing akan memulai
aktivitas berikutnya yaitu mengunyah. Fungsi pengunyahan selama makan yaitu untuk
merusak bagian permukaan pakan sehingga ukuran partikel menjadi lebih kecil yang
memudahkan pakan untuk dicerna.
Jika aktivitas makan telah selesai, maka dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi. Aktivitas
ruminasi diawali dengan mengeluarkan bolus yang disimpan sementara dalam rumen untuk
dikunyah dan ditelan kembali. Frekuensi aktivitas menelan bolus lebih banyak dilakukan
dibanding aktivitas menelan makanan sebelum ruminasi, hal ini diduga karena pakan yang
telah dikunyah kemudian di telan dan disimpan lama di dalam rumen. Menurut Wodzicka-
Tomaszewska et al. (1993),
Setelah kambing melakukan ruminasi, biasanya dilanjutkan dengan tingkah laku istirahat.
Tingkah laku ini adalah tingkah laku kambing pada saat tidak melakukan apa-apa. Posisi
yang dilakukannya saat istirahat ada tiga macam yaitu bersimpuh, berdiri dan berbaring
dengan meletakkan kepala ke atas tanah dengan mata terpejam atau terbuka.
Tingkah laku abnormal ini ditemui semua umur ayam, antara lain:
Mematuk kaki : Tipe kanibalisme ini paling sering terjadi pada anak ayam,
hal ini mungkin disebabkan karena lapar.
Mematuk lubang dubur : Mematuk lubang dubur atau dibawah dubur
adalah bentuk kanibalisme paling parah.
Mematuk kepala : Tipe kanibalisme ini biasanya muncul apabila terdapat
luka pada pial atau jengger karena perkelahian.
Memakan telur : Faktor-faktor pemancing dalam hal ini adalah telur yang
pecah, sarang dan bahan sarang yang tidak menyenangkan, telur yang tidak
sering diambil, dan kulit telur yang lunak atau tipis.
Mematuk bulu : Salah satu sifat kanibalisme pada ayam adalah kebiasaan
mematuk bulu ayam temannya yang mengakibatkan kulit ayam menjadi
luka.
Hysteria : Terkadang muncul kemerahan yang berlebihan diantara ayam
betina muda maupun petelur.
Polidipsia : Polidipsia adalah perilaku ayam yang meminum air secara
berlebihan. Hal ini muncul pada ayam yang dikurung dalam sangkarkarena
jemu ia mempermainkan sumber air minumnya. Polidipsia ini akan
mengakibatkan ayam memuntahkan air dan makanan.
3.1 KESIMPULAN
Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur, istirahat, aktivitas seksual,
eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi, aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan
sebagainya sangat penting untuk diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan
memberi rasa nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku dasar
tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas dari hewan.
Kambing dapat memanfaatkan secara efisien makanannya, sehingga dapat beradaptasi
pada lingkungan yang kurang pakan. kambing dapat memakan semua jenis rumput dan
tumbuhan hijau lainnya, namun tidak semua disukai. Cara makan antara ayam dan itik
memiliki perbedaan, jika ayam makan dengan cara mematuk, sedangkan itik dengan cara
menyudu.
Terdapat perbedaan tingkah laku pada kucing liar atau kucing jalanandengan kucing
yang dipelihara di rumah Tingkah laku yang hilang (tidak bisa ditunjukkan) pada kucing
rumahan berupa : mengejar, menyerang, menangkap, membunuh, membawa buruan ke
wilayahnya, mengoyak kulit, menggigit tulang dan menyembunyikan makanan yang
tersisa.
Gangguan tingkah laku yang sering terjadi pada ternak disebabkan karena cekaman
stress. Gangguan tingkah laku atau tingkah laku abnormal pada ternak yaitu diantaranya
mengurung ternak dalam kandang yang terbatas ruangnya yang sering mengakibatkan
perubahan habitat dan interaksi sosial karena spesies bersangkutan telah baik beradaptasi
selama evolusi ribuan tahun. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan daya genetik ternak
tersebut.
Abu Bakar. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan Dan Koordinasi Perbibitan Tahun
2012. Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian 2012.
Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Barat. 2010. Syarat Kesehatan Hewan Sapi Bibit
Ditinjau dari Penyakit Bakteri.
Dellmeier, G.R., et al. 1985.”Comparison of Four Methods of Calf Confinement:
II) Behavior.” Journal of Animal Science, 60(5):1102-1109.
Friend, T. 1991. “Behavioral Aspect of Stress.” Journal of Dairy Science, 74:292-303.
Tingkah laku makan kambing lokal persilangan yang digembalakan di lahan gambut: studi
kasus di Kalampangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Krohn, C.C. 1994. “Behavior of Dairy Cows Kept in Extensive (loose housing/pasture) or
Intensive (tie stall) Environments:III) grooming, Exploration and Abnormal
Behavior.” Applied Animal Behavior Science.
Munksgaard, 1995. Conversation on Dairy-L electronic bulletin boars.
Vande, Nursholeh. 2011. Human Physiology. Company, Tanjung Jabung Timur. Unja
Nanda, 2012. Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo.