Anda di halaman 1dari 3

Nama : Firdo Manihuruk

Nim : E10020020
Kelas : A ( peternakan )

 Perbandingan dalam teknik evaluasi secara in vitro, in vivo dan in sacco

In- vitro In- vivo In-sacco


Definis Metode in vitro adalah Kecernaan In vivo Metode in – sacco
suatu metode pendugaan merupakan suatu cara merupakan mengevaluasi
kecernaan secara tidak penentuan kecernaan pakan dengan
langsung yang dilakukan nutrient menggunakan memasukkan sampel ke
di laboratorium dengan hewan percobaan dalam tubuh ternak
meniru proses yang terjadi dengan analisis nutrient dengan menggunakan
di dalam saluran pakan dan feses kantong nilon.
pencernaan ruminansia.
Prinsip pendugaan kecernaan kumpulkan sempel mereka dilakukan dengan
kerja secara tidak langsung homogenkan sampel menggunakan tas dan juga
yang dilakukan di hijauan yang ingin di membutuhkan
laboratorium dengan analisis. Berikan kepada hewan. Sampel hijauan
meniru proses yang terjadi ternak, kemudian kering disimpan dalam
di dalam saluran Melakukan kantong berpori kecil dan
pencernaan ruminansia. pemeliharaan normal dimasukkan ke dalam
pada ternak. ambil feses rumen.
lakukan analisis
dilaboratorium.
Kelebihan waktu lebih singkat dan memiliki tingkat dapat mengevaluasi bahan
biaya lebih murah, keakuratan yang tinggi pakan lebih dari satu
pengaruh terhadap ternak serta memberikan hasil dalam waktu yang
sedikit serta dapat yang terbaik bersamaan serta dapat
dikerjakan dengan mempertahankan pH
menggunakan banyak rumen dan populasi
sampel pakan sekaligus. mikrobia
Kekurangan Sulit mempertahankan pH mahal, memakan waktu memerlukan ternak
rumen dan populasi dan tidak dapat berfistula rumen dan
mikroba digunakan untuk analisis secara teknis bermasalah
besar sampel hijauan. dalam penerapannya
seperti putusnya tali
penggantung kantong
nilon. Selain itu
kadangkala terbukanya
tutup canula fistula
sehingga cairan rumen
keluar yang menyebabkan
keadaan rumen airob
sehingga mikrobia yang
menempel pada pakan
tidak bekerja sesuai yang
diinginkan.

Menurut penelitian Kamalak (2005) bahwa teknik in vitro produksi gas memiliki potensi
yang baik untuk memprediksi hilangnya (bahan kering)DM dan beberapa parameter degradasi
DM. bila dibandingkan teknik in sacco. Sedangkan pada penelitian Pienaar et al., (1989)
membahas tentang menentukan waktu retensi rata-rata bahan organik yang dapat difermentasi
dalam rumen dengan menggunakan metode in vivo dan in sacco berbeda secara signifikan pada
metode in vivo.

Pada penelitihan Forejtová at al., (2005) pada penelitihanya tentang Perbandingan


kecernaan bahan organik ditentukan oleh in vivo Dan in vitro menyampaikan bahwa Parameter
persamaan regresi untuk in vivo dan metode Tilley dan Terry berbeda untuk silase. Parameter
persamaan regresi membandingkan in vivo dan metode Pepcel tidak berbeda untuk jerami dan
silase.
DAFTAR PUSTAKA

Kamalak, A. D. E. M. (2005). Comparison of in vitro gas production technique with in situ nylon
bag technique to estimate dry matter degradation.
Pienaar, J. P., Roux, C. Z., & Cronjé, P. B. (1989). Comparison of in vivo and in sacco methods
to estimate mean retention time of fermentable organic matter in the rumen. South African
Journal of Animal Science, 19(2), 71-75.
Forejtová, J., Lád, F., Třináctý, J., Richter, M., Gruber, L., Doležal, P., ... & Pavelek, L. (2005).
Comparison of organic matter digestibility determined by in vivo and in vitro
methods. Czech J. Anim. Sci, 50(2), 47-53.

Anda mungkin juga menyukai