Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ILMIAH

MIKROBIOLOGI PARASITOLOGI
“PPERANAN JAMUR PADA PROSES FERMENTASI
KEDELAI”

D3 FARMASI
Disusun oleh :
Azmy Aulia Aryatika
2022130029
Kelas A

MIKROBIOLOGI PARASITOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2023
Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri
Patogen Enterik

Abstrak
Tempe merupakan produk pangan Indonesia yang terbuat dari fermentasi kedelai dari Rhizopus
oligosporus. Peranan Rhizopus oligosporus pada tempe sangat penting, yaitu sebagai jamur utama yang
mengubah komposisi substrat kedelai menjadi bahan pangan yang lebih bergizi yang mengandung banyak
enzim dan senyawa bioaktif, termasuk senyawa antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri cendawan Rhizopus sp yang diisolasi dari tempe komersial terhadap beberapa bakteri
enteropatogen yaitu Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028 dan Shigella
flexneri ATCC 12022. Pengujian dilakukan dengan uji antagonisme. B. dengan cara perbanyakan yaitu
dengan melapisi piringan SDA yang ditumbuhkan dengan Rhizopus sp pada agar Muller-Hinton yang
telah diinokulasi bakteri uji. Inkubasi berlangsung selama 24 jam pada suhu 37°C. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Rhizopus sp bersifat antagonis terhadap bakteri uji dan menghasilkan zona hambat
28 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922, zona hambat 26 mm terhadap Salmonella typhimurium
ATCC 14028 dan zona hambat 39,5 mm terhadap Shigella flexneri ATCC 12022. menyimpulkan bahwa
Rhizopus sp hasil isolasi tempe bersifat antagonis terhadap bakteri enteropatogen. Hasil penelitian ini
menegaskan manfaat tempe sebagai pangan fungsional.

Kata kunci: tempe, Rhizopus sp, bakteri patogen enterik, aktivitas antibakteri

Abstract
Tempe is an Indonesian food product made from fermented soybeans from Rhizopus oligosporus.
The role of Rhizopus oligosporus in tempeh is very important, namely as the main fungus that
changes the composition of soybean substrates into more nutritious food ingredients that contain
many enzymes and bioactive compounds, including antibacterial compounds. This study aims to
determine the antibacterial activity of the fungus Rhizopus sp isolated from commercial tempeh
against several enteropathogenic bacteria, namely Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella
typhimurium ATCC 14028 and Shigella flexneri ATCC 12022. The test was conducted with an
antagonism test. B. by means of propagation, namely by coating SDA plates grown with Rhizopus
sp on Muller-Hinton agar which has been inoculated with the test bacteria. Incubation lasted for 24
hours at 37°C. The results showed that Rhizopus sp was antagonistic to the tested bacteria and
produced an inhibition zone of 28 mm against Escherichia coli ATCC 25922, an inhibition zone of
26 mm against Salmonella typhimurium ATCC 14028 and an inhibition zone of 39.5 mm against
Shigella flexneri ATCC 12022. concluded that Rhizopus sp produced Tempe isolation is
antagonistic to enteropathogenic bacteria. The results of this study confirm the benefits of tempeh
as a functional food.

Keywords: tempeh, Rhizopus sp, enteric pathogenic bacteria, antibacterial activity

Pendahuluan kesehatan karena mengandung banyak


Tempe merupakan pangan nutrisi dan komponen bioaktif. Banyak
fungsional yang sangat bermanfaat bagi penelitian menunjukkan bahwa nutrisi
dan komponen bioaktif pada tempe
dihasilkan dari kapang, kamir, dan Nout dan Kiers 2005; Roubous et al.,
bakteri asam laktat, tetapi 2011). Pada penelitian Karmini et al.
mikroorganisme utama yang berperan (1997) dapat dibuktikan bahwa konsumsi
dalam fermentasi kedelai menjadi pangan berbahan dasar tempe pada tikus
tempe yaitu Rhizopus oligosporus jantan dapat mengurangi diare yang
(Nout dan Kiers 2005; Nurdini et al., disebabkan oleh EPEC. Begitu pula
2015). Rhizopus oligosporus pada dengan Kiers et al. (2003) yang
tempe berperan sebagai pengepak membuktikan bahwa konsumsi tempe
butiran kacang kedelai menjadi bentuk dapat mengurangi insiden diare pada
padat dengan anyaman miselium. babi.
Selain itu peranan penting dalam Kandungan senyawa aktif pada
proses enzimatik yang berfungsi dalam tempe yang dihasilkan dari proses
mengubah senyawa kompleks menjadi metabolisme jamur Rhizopus oligosporus
senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan sebagai fermentor.
mudah diserap oleh tubuh, yaitu Pemurnian protein yang bersifat
mengandung semua asam amino antibiotik dari larutan hasil fermentasi
esensial, kalsium, asam lemak, vitamin, biakan Rhizopus oligosporus salah
isoflavon, serta menurunkan satunya dilakukan oleh Kobayasi et al.
kandungan zat anti gizi asam fitat (1992), protein sederhana dengan berat
(Babu et al., 2009). molekul 5.500 yang mengandung
Penelitian mengenai aktivitas komponen asam amino cystein yang
komponen bioaktif tempe terhadap tinggi tersebut sangat aktif melawan
bakteri telah banyak dilakukan, di bakteri Gram positif. Kajian mengenai
antaranya penelitian Soka et al. (2014) peranan jamur tempe Rhizopus sp dalam
menunjukkan bahwa konsumsi tempe mengambat pertumbuhan bakteri
pada tikus SpragueDawley dapat patogen enterik belum dilakukan. Bakteri
meningkatkan populasi Bacterioidetes, patogen enterik diantaranya adalah
sehingga mengindikasikan bahwa tempe Entero Patogenic Escherichia coli
dapat memodulasi komposisi mikrobiota (EPEC)
usus menjadi lebih sehat. Berdasarkan penyebab diare, Salmonella typhi
kultur in vitro menunjukkan bahwa penyebab demam tifoid dan Shigella sp
ekstrak tempe bersifat menghambat penyebab penyakit disentri, prevalensi
pertumbuhan Basilus subtilis, tetapi penyakitpenyakit tersebut di Indonesia
dapat menstimulasi pertumbuhan masih sangat tinggi. Oleh karena itu
Bifidobacterium dan Lactobacillus yang penelitian ini dilakukan untuk melihat
merupakan flora normal usus (Kuligowski aktivitas antibakteri dari Rhizopus sp
et al., 2013). Ekstrak tempe mentah dapat yang diisolasi dari tempe terhadap
menghambat pertumbuhan Basillus beberapa bakteri patogen enterik yaitu
cereus dan sporanya (Roubous et al., Escherichia coli ATCC 25922,
2010) dan mampu menghambat Salmonella typhimurium ATCC 14028,
pertumbuhan bakteri Basillus subtillis dan dan Shigella flexneri ATCC 12022.
Staphylococcus aureus (Mambang et al.,
2014). Materi dan metode
Salah satu penyakit yang dapat
dicegah dengan mengkonsumsi tempe Alat dan Bahan
yaitu penyakit diare (Kiers et al., 2003;
Alat-alat yang digunakan adalah diamati diameter zona hambat yang
autoklaf, inkubator, cawan petri, terbentuk.
erlenmeyer, gelas kimia, laminar air flow
cabinet, jangka sorong, pinset, kaca Karakterisasi jamur tempe secara
objek, kaca penutup, timbangan analitik, makroskopik dan mikroskopik
tabung durham. Bahanbahan yang Isolat jamur tempe yang diperoleh
digunakan adalah tempe komersial yang dikarakterisasi secara makroskopik pada
dibeli di kec. Cineam Kab. Tasikmalaya, medium SDA, dengan dilakukan
Sabouraud Dextrose Agar (SDA), pengamatan terhadap morfologi fungi
medium agar Muller Hinton. Bakteri uji meliputi bentuk koloni, warna koloni,
yang digunakan adalah Escherichia coli warna
ATCC 25922, Salmonella typhimurium 164 Biosfera 32 (3) September 2015
ATCC 14028 dan Shigella flexneri ATCC
12022 yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Prodi Analis Kesehatan sebalik koloni (reverse side), ada
STIKes BTH Tasikmalaya. tidaknya tetes eksudat, garis radial, garis
konsentris dan karakteristik khusus yang
Isolasi jamur tempe dimiliki.
Tempe dipotong dengan ukuran 5 Pengamatan morfologi mikroskopis
cm x 5 cm, kemudian menggunakan dilakukan dengan teknik moist chamber
jarum ose lurus steril diambil jamurnya (de La Maza et al., 1997), yaitu dengan
dan diletakkan pada SDA. Inkubasi meneteskan SDA cair ke atas permukaan
dilakukan dalam waktu 7 hari pada suhu kaca objek steril, dan diinokulasikan
ruangan. dengan spora fungi yang akan diamati
kemudian ditutup dengan kaca penutup,
Pengujian aktivitas antibakteri kaca objek tersebut diletakkan pada
Uji aktivitas antibakteri dilakukan cawan petri steril yang telah didasari
dengan uji antagonisme metode difusi oleh kapas basah steril dan kaca yang
agar. Disediakan medium agar Muller dibengkokkan sebagai dasar agar kaca
Hinton. Diinokulasikan bakteri uji dengan objek tidak bersentuhan langsung
membentuk goresan padat pada agar. dengan kapas basah. Cawan petri
Pada isolat jamur tempe yang telah tersebut ditutup dan diinkubasi pada
tumbuh pada media SDA, diambil sedikit suhu ruangan selama 7 hari. Setelah
bagian agar yang telah ditumbuhi fungi fungi tumbuh kemudian kaca penutup
dengan menggunakan lingkaran tabung pada moist chamber tersebut diletakkan
durham steril, kemudian bagian agar pada kaca objek baru, kemudian
tersebut diletakkan pada bagian tengah dilakukan pengamatan dengan
medium Muller Hinton yang telah menggunakan mikroskop perbesaran
diinokulasikan bakteri uji. Dilakukan 100x dan 400x. Pengamatan
pengujian secara duplo. Kontrol mikroskopik yang dilakukan meliputi
perlakuan dilakukan dengan cara yang ada tidaknya septat pada hifa, warna
sama terhadap agar yang tidak hifa, percabangan hifa, struktur
diinokulasikan fungi yang diletakkan reproduksi (bentuk spora, warna spora)
pada medium Muller Hinton yang telah serta tangkai penghasil spora atau
diinokulasikan bakteri uji. Inkubasi sporangiofor.
dilakukan selama 24 jam, untuk kemudian
Hasil dan Pembahasan dilaporkan diantaranya oleh Nout (1989)
yaitu mampu menghambat pertumbuhan
Berdasarkan hasil pengujian beberapa mikroba uji diantaranya mampu
aktivitas antagonis antibakteri jamur tempe penghambat pertumbuhan Aspergillus flavus
yang dilakukan dengan metode difusi agar dan Aspergillus parasiticus serta
diperoleh hasil bahwa jamur tempe yang menghambat akumulasi Aflatoxin B1 yang
diisolasi menghasilkan zona hambat yang dihasilkannya. Protein yang bersifat
cukup besar terhadap pertumbuhan bakteri antibakteri dapat dihasilkan oleh Rhizopus
uji, yaitu mempunyai diameter zona hambat oligosporus dan telah berhasil dimurnikan
sebesar rata-rata 28 mm terhadap oleh Kobayashi et al (1992), protein tersebut
Escherichia coli ATCC 25922, 26 mm aktif dalam melawan Basillus subtillis,
terhadap Salmonella typhimurium ATCC Staphyllococcus aureus dan Streptococcus
14028, dan 39,5 mm terhadap Shigella cremoris.
flexneri ATCC 12022 (tabel 1; gambar 1). Genus Rhizopus sp digunakan sebagai
Sedangkan pada kontrol, yaitu SDA tanpa jamur utama dalam fermentasi tempe, tempe
jamur tempe yang diletakkan pada bakteri uji sourdough dijual secara komersial dengan
tidak menghasilkan zona hambat. merek tertentu dan biasanya digunakan
Diameter dari blocking zone yang sebagai bahan fermentasi dalam pembuatan
didapatkan pada pengujian relatif besar, tempe ferme dan biasanya mengandung
memiliki diameter yang cukup besar. jamur Rhizopus oligosporus. Para ahli
Interpretasi rentang daya hambat antibiotik sepakat bahwa fakta menunjukkan bahwa
terhadap kuman uji dapat dibagi menjadi Rhizopus oligosphorus berperan utama
rentang resisten, sedang dan sensitif. dalam proses fermentasi (Babu, 2009). Hal
Menurut NCCLS (2002), Enterobacteriaceae ini sesuai dengan penelitian Dewi dan Aziz
dapat digolongkan rentan jika zona hambat (2011). Mereka mengisolasi Rhizopus sp
yang dihasilkan pada uji difusi agar dengan dari inokula ragi tempe di sentra tempe di
antibiotik ampisilin adalah ≥17 mm dengan empat desa di Kabupaten Banyumas, siklus
antibiotik. Usar Waru, penggunaan daun jati dan daun
Berdasarkan besarnya zona hambat pisang yang umum digunakan. Beberapa
yang terbentuk pada uji antagonisme metode isolat jamur diperoleh dalam pembuatan
difusi agar terhadap bakteri patogen enterik tempe, diperoleh 19 isolat dari 55 isolat.
Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella diidentifikasi sebagai Rhizopus
typhimurium ATCC 14028 dan Shigella oligosporus. Isolat jamur Rhizopus sp tidak
flexneri ATCC 12022 dengan tempe, maka teridentifikasi pada penelitian ini sebelum
besarnya zona hambat dapat untuk penentuan spesies, tetapi berdasarkan ciri
diklasifikasikan sebagai zona sensitif. Hal ini koloni dengan miselium berwarna keputihan
menunjukkan bahwa isolat Rhizopus sp dan spora berwarna hitam keabu-abuan serta
menghasilkan senyawa bioaktif yang bersifat ripple yang halus dan spora yang tidak
antibakteri terhadap bakteri yang diuji. terlalu panjang dan bulat (globe), maka
Mikroskop dengan metode wet- berdasarkan hal tersebut Ciri khasnya adalah
chamber memberikan karakteristik isolat Rhizopus oligosporus, namun hal ini harus
tempe. Ia memiliki hifa non-septa tipis dan dikonfirmasi dengan penelitian lebih lanjut.
hifa horizontal dalam bentuk stolon, taji Rhizopus sp dapat menghasilkan
yang merupakan tempat munculnya cabang senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri
sporangio terhadap beberapa bakteri gram positif.
Terbentuk rimpang (seperti akar) dan Ekstrak tempe dalam media BHI antara lain
warna miselium putih transparan. Struktur dapat mengobati Lactobacillus bulgaricus,
reproduksinya berupa sporangia yang Streptococcus thermophilus, Bacillus cereus,
dibawa oleh sporangia yang mengandung Bacillus subtilis, Listeria innocua.
spora bulat berwarna abu-abu kehitaman
Listeria monocytogenes, namun tidak Daftar Pustaka
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Babu PD, Bhakyaraj R, Vidhyalakshmi R.
Gram negatif E. coli dan Salmonella 2009. A low cost nutritious “Tempe”
enterriditis. Namun pada penelitian dengan – A Review. World J Dairy Food Sci
perlakuan yang berbeda, dapat menunjukkan 4(1): 22-27.
aktivitas antibakteri spektrum luas terhadap de La Maza LM, Pezzlo MT, Baron EJ.
bakteri gram positif dan gram negatif seperti 1997. Color Atlas of Diagnostic
B. cereus, E. coli, B. subtillis, Proteus Microbiology.
vulgaris, S. aureus dan Salmonella typhi Mosby-Year Book, Inc. St.Louis
(Roubous 2011). Penggunaan ekstrak tempe Missouri.
Roubous 1% (2011) gagal mencegah Dewi RS & Aziz S. 2011. Isolasi Rhizopus
pertumbuhan E. coli dan Salmonella oligosporus pada beberapa inokulum
enteriditis pada BHI. Pada penelitian ini, tempe di Kabupaten Banyumas.
kultur jamur Rhizopus sp digunakan Molekul 6(2): 93-104.
langsung pada media agar yang diinokulasi
Karmini M, Affandi E, Hermana, Karyadi D,
bakteri uji, agar antibakteri yang dihasilkan
Winarno F. 1997. The inhibitory effect
Rhizopus sp dapat berdifusi langsung ke
of tempe on Escherichia coli infection.
dalam bakteri uji, sehingga terlihat sifat
In: International Tempe Symposium,
antagonisnya terhadap bakteri uji.
Bali, Indonesia: 157-162.
Penggunaan Rhizopus sp secara langsung
Kiers JL, Meijer JC, Nout MJR., Rombouts
pada uji antagonis didasarkan pada
FM, Nabuurs MJA and Van der
kenyataan bahwa masyarakat Indonesia
Meulen J. 2003. Effect of fermented
mengkonsumsi tempe dalam jumlah yang
soya beans on diarrhoea and feed
cukup banyak dan tempe pada dasarnya
efficiency in weaned piglets. Journal of
mengandung jamur Rhizopus sp dan
Applied Microbiology 95, 545–552.
metabolitnya yang tersimpan dalam substrat
DOI: 10.1046/j.1365-
hasil fermentasi.
2672.2003.02011.x.
Kobayasi SY,, Okazaki N, Koseki T. 1992.
Kesimpulan
Purification and characterization of an
antibiotic substance produced from
Berdasarkan hasil uji Rhizopus sp
Rhizopus oligosporus IFO 8631.
antagonis jamur tempe komersial yang dijual
di Tasikmalaya terhadap Escherichia coli Bioscienc, Biotechnology and
ATCC 25922, Salmonella typhimurium Biochemistry 56 (1): 94-98.
ATCC 14028 dan Shigella flexneri ATCC Kuligowski M, Kuligowska IJ, Nowak J.
12022, diameter zona hambat cukup besar 2013. Evaluation of Bean and Soy
sehingga disimpulkan Rhizopus cukup besar. Tempeh Influence on Intestinal
untuk bakteri bersalut enterik adalah bakteri Bacteria and Estimation of
patogen. Temuan ini dapat memperkuat Antibacterial Properties of Bean
manfaat tempe sebagai pangan fungsional. Tempeh. Polish Journal of
Microbiology. 62(2): 189-194.
Kuligowski M, Kuligowska IJ, Nowak J.
Ucapan terimakasih 2013. Evaluation of Bean and Soy
Peneliti mengucapkan terimakasih Tempeh Influence on Intestinal
kepada tim laboratorium Mikrobiologi yang Bacteria and Estimation of
telah banyak membantu terlaksananya Antibacterial Properties of Bean
penelitian ini. Tempeh. Polish Journal of
Microbiology. 62(2): 189-194.
Mambang DEP, Rosidah, Suryanto D. 2014.
Aktivitas antibakteri ekstrak tempe
terhadap bakteri Bacillus subtilis dan
Staphylococcus aureus. J teknol dan
Industri Pangan 25(1): 115-118. DOI:
10.6066/jtip.2014.25.1.115.
NCCLS [National Committee for Clinical
Laboratory Standards. 2002.
Performance Standards for
Antimicrobial Susceptibility Testing;
Twelfth Informational Supplement.
NCCLS document M100-S12 [ISBN
156238-454-6]. NCCLS 940 West
Valley Road, Suite 1400,Wayne, PA
19087 USA.
Nout MJR & Kiers JL. 2005. Tempe
fermentation, innovation and
functionality: update into the third
millennium. J Appl Microbiol 98: 789-
8 0 5 . D O I : 1 0 . 1111 / j . 1 3 6 5 -
2672.2004.02471.x.
Nout MJR. 1989. Effect of Rhizopus and

Anda mungkin juga menyukai