Anda di halaman 1dari 15

Mandala of Health: Jurnal Ilmiah Vol.

12,
No.2, September 2019, Hal. 169-182
ISSN: 0216-3098 E-ISSN: 2615-6954
DOI: 10,20884 /
1.mandala.2019.12.2.2024

ISOLASI, EFEKTIVITAS DAN KARAKTERISASI Salmonella enterica


litik bakteriofag UNTUK biokontrol GASTROENTHERITIS

ABSTRAK

Salmonella enterica adalah salah satu bakteri patogen yang menyebabkan


gastroenteritis ditularkan melalui kontaminasi air dan makanan yang biasa terjadi di
negara berkembang. Beberapa penelitian melaporkan bahwa Salmonella serovar
enterica strainyang multi-resisten terhadap berbagai antibiotik. Bakteriofag litik dalam
keluarga Siphoviridae menawarkan solusi yang baik untuk mengurangi penyakit
gastroenterytis yang disebabkan oleh Salmonella enterica. Penelitian ini bertujuan
untuk mengisolasi, uji efektifitas LB 1 dan mengkarakterisasi bakteriofag litik sebagai
biokontrol gastroenterytis. Metodologi dan hasil adalah bakteriofag litik LB1 diisolasi dari
limbah domestik menggunakan teknik plak lapisan ganda, ditentukan oleh morfologi
plak, struktur, kisaran inang, aktivitas untuk melisiskan sel inang bakteri, stabilitas fag
pada kondisi penyangga yang berbeda, dan karakterisasi protein. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa LB1 hanya menginfeksi Salmonella enterica. Berdasarkan
Pengamatan Mikroskop Elektron menunjukkan bahwa LB1 dikelompokkan menjadi
Siphoviridae. Memiliki kepala heksagonal-icosahedral dengan diameter 72,7 nm dan
ekor panjang yang tidak kontraktil dengan diameter 100 nm. LB1 memiliki stabilitas
penyimpanan yang baik dalam buffer Ringers pada suhu rendah (4 0C), dengan
viabilitas bakteriofag menurun 28% setelah 3 minggu penyimpanan. Efektivitas
menunjukkan bahwa LB1 dapat mengurangi Salmonella enterica sebesar 67,12%
setelah 8 jam inkubasi. LB 1 memiliki protein yang berbeda dengan berat molekul: 11,4
kDa, 19,6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58,3 kDa, 77 kDa, 94,5 kDa, dan 133 kDa.
Kesimpulannya adalah LB1 diisolasi dari air limbah diidentifikasi untuk mengurangi
Salmonella enterica secara efektif dengan konsentrasi 8.2x108 CFU / mL. LB 1 dapat
digunakan sebagai biokontrol gastroenterytis yang disebabkan oleh Salmonella
enterica, LB 1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer ringers dalam suhu dingin (4oC)
dan terbukti sebagai Siphoviridae keluarga, mengurangi Salmonella enterica sebesar
67,12% setelah 8 jam inkubasi, dan memiliki molekul protein dengan berat molekul 11,4
hingga 133 kDa. Kata kunci: gastroentritis, bakteriofag litik, Salmonella.

Penulis
korespondensi:

Debi Arivo Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran


Malahayati Univercity, 27th Pramuka jalan, Bandar Lampung
Email: arivod@yahoo.com

17

0 Mandala of Health: A Scientific Journal Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 PENDAHULUAN
Salmonella enterica adalah bakteri yang menyebabkan penyakit bawaan makanan
pada manusia, yang umum di seluruh dunia. Salmonellosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh Salmonella infeksi bakteri. Gejalanya ditandai dengan diare, demam,
dan nyeri di perut (Mahamuni et al., 2017). Jika telur dikonsumsi mentah atau tidak
dimasak dengan benar dan dikonsumsi oleh manusia, dapat menyebabkan salmonellosis
(Seockmo et al., 2016). Diare dan gastroenteritis adalah penyakit urutan pertama yang
menyebabkan rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus wabah diare
pada 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian 77 kasus (CFR 2,98%) (Kemenkes RI,
2014).
Dalam kasus Gastroenteritis parah, ia menggunakan antibiotik. Penggunaan
berlebihan antibiotik selain menyebabkan efek samping yang berbahaya juga dapat
berisiko munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik (Odonkor dan Addo, 2011).
Studi sebelumnya melaporkan bahwa beberapa Salmonella yang diisolasi dari daging
ayam mentah resisten terhadap ampisilin dan tetrasiklin (CDC, 2015). Eng et al ,. (2012)
melaporkan bahwa beberapa Salmonella menunjukkan resisten terhadap ampisilin,
kloramfenikol, dan trimetoprim-sulfametoksazol. Resistensi antibiotik tidak hanya
mengekspos bakteri patogen, tetapi juga dapat mengekspos bakteri yang bertindak
sebagai flora normal, sehingga kita membutuhkan biokontrol alami.
Familisiphoviridae bakteriofagadalah salah satu alternatif untuk mengendalikan
bakteri patogen yang dilaporkan menginfeksi bakteri patogen. Studi sebelumnya
melaporkan bahwa Siphoviridae bakteriofagdapat mengurangi Klebsiella pneumonia
yang selmenyebabkan wabah infeksi nosokomial karena kemampuannya menyebabkan
resistensi multi-obat (Jamal et al. 2015). Ini dapat mengurangi Salmonella serovar
enterica yang diisolasi dari sampel tinja (Phothaowrn et al. 2019). Bakteriofag litik adalah
metode alami dan tidak beracun untuk mengurangi dan mengendalikan pertumbuhan
bakteri patogen manusia karena bakteriofag adalah bagian dari ekosistem pencernaan
dan lingkungan (Bhardwaj et al. 2015). Kehadiran bakteriofag tersebar luas di alam.
Lingkungan yang ditempati oleh bakteri inang adalah sumber keberadaan berbagai jenis
fag yang dapat diisolasi untuk tujuan varietas (Shende et al. 2017). Terapi menggunakan
bakteriofag litik lebih menguntungkan karena penggunaannya lebih menguntungkan
daripada antibiotik, bakteriofag hanya menginfeksi patogen target, sehingga mikroflora
normal di usus tidak terganggu, bakteriofag kedua mereplikasi diri sendiri dalam bakteri
dan sepenuhnya menghancurkan sel bakteri inang melalui proses lisis membunuh bakteri
inang (Strydom dan Witthuhn, 2015; Cheng et al., 2018; Harada et al., 2018), dan
spesifisitas dalam menyerang target inang (Kittler et al., 2017; Harada et al., 2018; Santos
et al., 2018).
Banyak penelitian telah melaporkan penggunaan bakteriofag sebagai pengganti
antibiotik untuk memerangi pertumbuhan bakteri patogen, misalnya Identifikasi
kontaminasi Salmonella sp dan Isolasi Bakteriofage sebagai Biokontrol dalam
Penanganan Pasca Panen Udang(VannameiLitopennaus vannamei) (Anjung, 2016 ).
Saefunida et al. (2016) melaporkan bahwa isolat bakteriofag litik mampu melisiskan E.
coli sebesar 92,1 %%. Bakteriofag litik memiliki pertumbuhan yang optimal untuk dapat
melisiskan sel inang, sehingga diperlukan lingkungan yang sesuai sehingga bakteriofag
litik dapat menginfeksi sel inang dan bereplikasi dengan baik (Pelzek, 2013). Keberadaan
faktor lingkungan seperti suhu dan buffer diduga mempengaruhi kerusakan pada struktur
elemen seperti kepala, ekor, protein, dan perubahan struktur DNA sehingga
mempengaruhi produksi bakteriofag litik. Penelitian tentang bakteriofag litik masih jarang
dilakukan di Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengisolasi, menguji
efektivitas, dan mengkarakterisasi bakteriofag litik yang dapat melisiskan Salmonella
yang sel-selmenyebabkan gastoenteritis.

171 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098 METODE
Penelitian ini adalah laboratorium eksperimental dengan menggunakan desain
kelompok kontrol post test. Populasi adalah Salmonella enterica. diisolasi dari tinja pasien
diare di Bogor diuji dengan uji IMViC. Sampel adalah air limbah yang diambil dari tiga
tempat berbeda.

Instrumen
Penelitian
Nutrient Agar (Difco, Becton Dickinson and Company, AS), Nutrien Broth (Difco,
Becton Dickinson and Company, AS), Salmonella Shigella Agar (SSA) (Oksida CM009),
Eosin Methylene Blue Agar (Oksida, Basingstoke, Inggris) , penyangga dering [8 g NaCl,
0,42 g KCL, 0,24 g CaCl2, 0,20 g NaHCO3 dalam 1 liter H2O], buffer SM [5,8 g NaCl, 2 g
MgSO4· 7H2O, 50 mL Tris-Cl (pH 7,5), 5 mL gelatin dalam 1 liter H2O], protein pra-
pewarnaan (Tangga Protein Pageruler, Teknologi Thermo Scientific Fermentas, Inggris),
TEM (JEOL JEM-1010, Tokyo, Jepang). Isolat yang digunakan untuk menentukan
kisaran inang terdiri dari Escherichia coli ,, Proteus mirabilis, Bacillus pumilus, dan
Photobacterium damselae yang diperoleh dari Institut Pertanian Pengumpulan Budaya
Bogor (IPBCC), Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.

Alur Penelitian 1.
IsolasiBakteriofag Lytic
Pengambilan Sampel. Sampel yang digunakan adalah limbah rumah tangga dari
air selokan dan septic tank. Sampel diambil dan dimasukkan ke dalam botol steril 5-10
mL. Kemudian sampel dihomogenisasi dan kemudian dilakukan penyaringan.
Filtrasi. Sebanyak 1 mL sampel limbah domestik diencerkan menjadi 9 mL NB
media, kemudian disentrifugasi pada 3.000 rpm selama 20 menit, dan disaring
menggunakan membran 0,45 μm millipore. Filtrat dari filter adalah 4,5 mL kemudian
dicampur dengan 0,5 mL Salmonella sp. Kultur OD600 = 1 (108 CFU / mL) dan 5 ml
Nutrient Broth (NB) ditambahkan. Campuran diinkubasi selama 24-48 jam dalam
pengocok Water Bath pada37suhuoC. Kultur kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm pada
4 ° C selama 15 menit. Supernatan diambil dengan jarum suntik dan disaring
menggunakan membran 0,22 μm millipore. Supernatan yang disaring dimasukkan ke
dalam tabung steril.
Teknik Plak lapisan ganda. Sebanyak 100 μL Salmonella sp. Stok bakteriofag
litik diencerkan ke buffer dengan pengenceran serial 10-1 hingga 10-6. Masing-masing
diambil sebanyak 100 μL dan masing-masing dicampur dengan 100 μL Salmonella
bakterike dalam tabung effendorp steril dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Campuran ditambahkan dengan 7 mL agar lembut yang memiliki suhu 47 oC, dituangkan
pada media NA. Inkubasi dilakukan pada37suhuoC selama 24 jam dan kemudian plak
terbentuk (Jatmiko, dkk., 2018).
Pemurnian bakteriofag. Plak yang terbentuk diambil menggunakan pipet pasteur
dan pengayaan dilakukan sehingga plak yang dihasilkan akan meningkat. Plak
dipindahkan ke 10 mL Salmonella sp. kultur dan diinkubasi selama 24 jam disentrifugasi
pada 3000 rpm pada 4 ° C selama 20 menit, filtrat bakteriofag kemudian disaring
menggunakan membran 0,22 μm millipore. Hasil filter berupa filtrat bakteriofag kemudian
dilakukan pada cawan petri. Plak yang dihasilkan terbentuk kemudian diambil dan
dimasukkan ke buffer Ringers. Suspensi bakteriofag adalah vortex dan dibiarkan selama
5-10 menit pada suhu kamar, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, suhu
4oC selama 20 menit selama 2 replikasi. Supernatan disaring menggunakan 0,22 μm
millipore filter membrane dan kemudian disimpan sebagai stok bakteriofag (Merabishvili
et al., 2009).

17

2 Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098Lytic 2. Produksi Bakteriofag
Sebanyak 10 mL Salmonella sp. kultur bakteri pada media NB disentrifugasi pada
3000 rpm, pada 4oC selama 20 menit. Pelet yang terbentuk masing-masing terinfeksi
dengan 100 μL bakteriofag litik. Campuran diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit,
kemudian ditambahkan 10 mL media NB dan diinkubasi selama 24 jam pada37 suhuoC.
Kemudian biakan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, suhu 4oC selama 20 menit.
Supernatan yang terbentuk diambil dengan jarum suntik dan disaring dengan filter
membran 0,22 μm. Setiap supernatan yang disaring dimasukkan ke dalam tabung steril
dan disimpan (Kropinski & Lavigne, 2009).

3. Kuantifikasi Bakteriofage Lytic


Kuantifikasi
fag diukur dengan menghitung jumlah plak yang terbentuk (Plague Forming unit /
PFU per mL). Stok bakteriofag litik diencerkan hingga 10 -8, kemudian dari setiap
pengenceran isolat bakteriofag, 100 μL ditambahkan dengan 100 μL Salmonella sp.
kultur bakteri yang telah diinkubasi selama 24 jam pada media NB. Suspensi diinkubasi
selama 30 menit pada 37oC. Sebanyak 7 mL lunak sehingga suhu 47 oC dicampur,
kemudian masing-masing dituangkan ke dalam media NA, diinkubasi pada 37oC selama
24 jam. Kemudian pembentukan plak (zona bening) diamati dan jumlahnya dihitung
(Kropinsky & Lavigne, 2009).

4. Efektivitas Lisis Sel oleh Bakteriofag Lytic


. Pengujian dilakukan dengan menginfeksi 3,4 x 10 6 PFU / mL bakteriofag litik
dengan3 x 105 bakteri SalmonellaCFU / mL dalam media NB. Kontrol dilakukan dengan
membudidayakan Salmonella sp. bakteri ke dalam media NB tanpa penambahan
bakteriofag litik. Setiap perlakuan dan kontrol diinkubasi pada interval 0 jam, 2 jam, 4 jam,
6 jam, dan 8 jam, dengan Total Plate Count (TPC) menggunakan NA untuk menghitung
jumlah bakteri hidup pada setiap interval waktu.

5. Pengaruh Buffer dan Suhu Penyimpanan di The Stabilitas Salmonella


Lytic
Bakteriofag
Salmonella plak litik bakteriofag yang dimurnikan dengan menghilangkan plak
terbentuk menggunakan pipet pasteur. Plak tersebut kemudian dicampur dengan buffer
Ringers dan buffer Saline Magnesium (SM). Untuk kontrol, Nutrient Broth (NB)
digunakan. Setiap suspensi bakteriofag adalah vortex dan dibiarkan selama 5-10 menit
pada suhu kamar, disentrifugasi pada 3000 rpm pada 4 oC, disaring menggunakan
membran 0,22 μm millipore (Phumkhachorn & Rattanachaikunsopon 2010). Kemudian
Teknik Plak Lapisan Ganda dilakukan untuk menentukan konsentrasi bakteriofag litik.
Setiap filtrat bakteriofag disimpan pada suhu kamar (25oC) dan suhu dingin (4oC), Teknik
Double Layer Plak diuji pada ketiga, keenam, dan kesembilan, dan menghitung jumlah
plak yang terbentuk di Salmonella Shigella Agar ( SSA) (Phumkhachorn &
Rattanachaikunsopon, 2010).

6. Penentuan Spesifisitas Salmonella Lytic Bacteriophage


Masing-masing dari 100 μL Salmonella, Bacillus pumilus, Photobacterim damselae,
dan Proteus mirabilis kulturyang telah ditumbuhkan dalam media NB dalam fase
eksponensial masing-masing dicampur dengan 100 μL bakteriSalmonella stok
bakteriofaglalat. Kemudian masing-masing diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Setiap bakteri yang telah dicampur dengan bakteriofag lytic Salmonella dilakukan dengan
teknik plak lapisan ganda. Diinkubasi pada37suhuoC selama 24 jam dan lihat plak yang
terbentuk (Phumkhachorn & Rattanachaikunsopon, 2010).

173 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098Phytic Lytic 7. Pengamatan morfologioleh Transmission Electron
Microscope
(TEM)
Bakteri yang dilisiskan dalam buffer Ringers dijatuhkan 5 μL pada grid (400 mesh)
menggunakan mikropipet, menunggu 20 detik, kemudian dikeringkan dengan kertas
saring. Sebanyak 5 μL asetil asetat 2% dijatuhkan ke grid dan menunggu 1 menit. Grid
dikeringkan menggunakan kertas saring dan dibiarkan selama 20 menit hingga benar-
benar kering. Kisi-kisi Mikroskop Elektron ditempatkan di dudukan, dibiarkan kering.
Setelah spesimen kering diperiksa menggunakan mikroskop elektron transmisi (JEOL
JEM-1010) dengan perbesaran 10000x-100000x (Carey et al., 2006).
8. Analisis Berat Molekul Salmonella ProteinLytic Bacteriophage
Sodium Dodesyl Sulphate-Poly Acrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) digunakan
untuk menentukan berat molekul protein bakteriofag litik yang dianalisis. Penandanya
adalah PageRegularTMPrestained Protein Ladder dengan bobot molekul 10, 17, 28, 34,
48, 55, 72, 95, 130, dan 180 kDa. Pemisahan gel poliakrilamida 12% ditempatkan di
bagian bawah. Konsentrasi gel pengumpul adalah 7,5% poliakrilamida yang ditempatkan
di atas setelah gel pemisah padat. Fase dan marka fititik masing-masing dicampur
dengan buffer sampel dengan perbandingan 4: 1 (4 bagian sampel dan 1 bagian buffer
sampel). Campuran disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm, suhu kamar, selama 20
menit dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, dimasukkan ke dalam sumur
gel dengan volume 45μL. Elektroforesis dijalankan dengan arus 20 mA dan tegangan 50
volt selama 3,5 jam. Elektroforesis dihentikan ketika sampel pewarna mencapai batas 0,5
cm hingga 1 cm dari dasar gel. Setelah elektroforesis berakhir, gel dikeluarkan dari
lempengan kaca dan dilakukan dengan pewarnaan perak (Bradford, 1976).
HASIL
1. Isolasi Bakteriofag Lytic
Isolasi dilakukan dengan menggunakan sampel limbah domestik yang terdiri dari air
limbah dan air tangki septik di Natar, Lampung Selatan.
Tabel I. Isolasi Bakteriofage Litik pada Salmonella
Sejumlah
Jenis LCRT Sampel
Bakteriofage hanya dapat bereproduksi pada inang yang sesuai. Adanya zona bening
atau plak dalam kultur Salmonella yang tumbuh di cawan petri merupakan parameter
penting dari keberadaan bakteriofag dalam siklus litik. Hasil isolasi bakteriio memperoleh
1 isolat bakteriofag dan diberi nama LB1 (Gambar 1).
174 Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Isolasi
Bakteriofage Bakteriofage Jenis
Plak Morfologi

Diameter Plak (mm) Air limbah 1 2 + LB1 clear 0,8 Air selokan 2 2 - - - -
Septic tank
2-
air ---
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216 -3098 Gambar 1. Pola plak bakteriofag
LB1 pada Salmonella

2. Kuantifikasi Bakteriofag Lytic


Bakteri

litik yang dimurnikan LB1 maka jumlah konsentrasi dihitung berdasarkan jumlah plak
yang terbentuk. Jumlah plak yang terbentuk kemudian dihitung dalam satuan Unit
Pembentuk Plak (PFU / mL) (Tabel 2) yang merupakan ukuran jumlah volume cairan
infektif virus. Selain itu, perhitungan konsentrasi bakteriofag litik dihitung. LB1 adalah
bakteriofag litik dengan titer 8,6 x 108PFU / mL, menunjukkan bahwa bakteriofag litik
LB1 efektif dalam menginfeksi Salmonella.

3. Lytic Bacteriophage Lisis


Efektivitas

Efektivitas Salmonella lisis seloleh LB1 bakteriofag litik dilakukan dengan


menghitung sel bakteri secara langsung, jumlah bakteri dihitung dengan
menggunakan Standar Plate Count (SPC) (Gambar 2).

175 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098 Gambar 2. Efektivitas Salmonella sp. lisis sel oleh bakteriofag.
Salmonella sp. lisis oleh LB1 yang terinfeksi bakteriofag (■), dan kontrol Salmonella
sp. tanpa terinfeksi bakteriofag (▲).

4. Spesifisitas
inang
Penentuan kisaran inang bakteriofag litik dilakukan untuk melihat spesifisitas inang
bakteriofag yang diperoleh. Dalam menentukan kisaran inang, bakteriofag LB1 diuji
terhadap beberapa bakteri lain selain Salmonella sp., Yaitu; Esherichia coli, Proteus
mirabillis, Bacillus pumilus, dan Photobacterium damselae (gambar 4). Hasil uji kisaran
inang menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 memiliki kisaran inang yang sempit atau
spesifik inang.
Gambar 3. Plak muncul pada bakteriofag yang terinfeksi Salmonella sp. (a), sedangkan
bakteriofag yang terinfeksi oleh E. coli (b), Proteus mirabilis (c), Bacilus pumilus (d), dan
Photobacterium damselae (e) tidak menunjukkan penampilan plak. (O) menunjukkan
bakteriofag litik.

5. Karakterisasi Protein Bakteriofag Litik

Kadar protein dalam bakteriofag litik LB1 terlihat pada Gambar 4. Namun, kadar
protein pada bakteriofag litik LB1 relatif kecil dibandingkan dengan kadar protein
bakteriofag litik secara umum (konsentrasi protein 158 μg / mL). Hasil SDS-PAGE yang
diberi perak nitrat menunjukkan bahwa suspensi bakteriofag litik LB1 mengandung
protein dengan berat molekul 11,4 kDa, 19,6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58,3 kDa, 77 kDa, 94
kDa, dan 133 kDa. Pita protein yang terbentuk pada bakteriofage litik LB1 dapat
menunjukkan protein litik bakteriofag LB1.

17

6 Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
(a) (b) (c) (d) )
(e
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 Gambar 4. Profil protein bakteriofag litik dengan SDS
penanda (1), danlitik LB1
bakteriofag(2).

6. Hasil Pengamatan Morfologi Fase Lytic dengan Transmission Electron


Microscope (TEM)

Analisis morfologis bakteriofag litik dilakukan dengan menggunakan Transmission Electron Micro
JEM-1010 dengan pewarnaan negatif uranyl acetate 2%. Pengamatan bakteriofag litik dilaku
menggunakan perbesaran 60000x (Gambar 5). Bakteriofag litik LB1 memiliki kepala heksagonal heksag
diameter 72,7 nm, tidak memiliki selubung kontraktil, panjang ekor 100 nm dan diameter 18,2 nm.
termasuk dalam Siphoviridae keluarga.
Gambar 5. Bakteriofag litik LB 1 dengan perbesaran 60000x; kepala (1), ekor (2).

177 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098 7. Pengaruh suhu buffer dan penyimpanan terhadap stabilitas bakteriofag litik

LB1 Uji stabilitas bakteriofag litik LB1 dilakukan dengan menyimpan bakteriofag dalam
bertujuan untuk mengetahui buffer terbaik untuk bakteriofag lytic LB1 penyimpanan. Perlakuan p
Bacteriophage menggunakan 2 jenis buffer, yaitu: buffer Ringers dan Saline Magnesium (SM) buffer
suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu: suhu kamar (27oC) dan suhu dingin (4oC). Penyimpanan bakt
digunakan sebagai kontrol. Stabilitas bakteriofag LB1 terbaik ditemukan dalam bakteriofag yang dis
buffer Ringers pada suhu dingin (4oC) (Gambar 6).

(a)

(b)

Gambar 6. LB1 stabilitas bakteriofag litik dalam suhu dingin 4oC (a), dan suhu kamar
25oC (b). Masing-masing diinkubasi dalam Ringers buffer(), SM buffer (), dan NB sebagai kontro

Bakteriofag litik LB1 menunjukkan stabilitas terbaik dalam menyimpan buffer jari pada suhu din
ini dapat dilihat dari pengurangan jumlah plak sebesar 28% setelah 3 minggu penyimpanan, sedangka
kamar (27oC) plak menurun sebesar 33,9% setelah 3 minggu penyimpanan. Bakteriofag litik LB1 ya
dalam buffer SM pada4suhuoC dan 27oC mengalami pengurangan plak yang lebih besar, yaitu: 33,3%
setelah 3 minggu penyimpanan. Bakteri litik LB1 disimpan dalam media NB sebagai kontrol pada4 suhu
tidak memiliki plak pada minggu ketiga penyimpanan.

PEMBAHASAN
Fag memiliki target bakteri tertentu sehingga tidak ada efek buruk pada bakteri seperti mik
menyebabkan efek samping pada manusia, penyimpanan relatif stabil dalam kondisi lingkungan y
sehingga biaya produksi murah (Hagens dan Loessner, 2010). Kuantifikasi plak menunjukkan bahwa
titer 8,6 x 108 CFU / mL. Bakteriofag LB1 adalah

178 Mandala Kese


Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 mampu menginfeksi Salmonella enterica dengan bai
inkubasi 8 jam. Semakin banyak bakteriofag diproduksi, semakin banyak sel bakteri dilisiskan oleh ba
memungkinkan peluang bagi LB1 untuk diterapkan dalam biokontrol keracunan air dan makanan. D
dengan Jatmiko (2018) bakteriofag dengan kepadatan tertinggi adalah S2-St (1,20 x 1010 PFU
pengurangan terbaik Salmonella typhi adalah B2-St dengan nilai signifikan pada jam ke-4, yang menunj
B2-St adalah fage terbaik walaupun memiliki kepadatan yang lebih rendah, diduga disebabkan oleh jen
menginfeksi secara berbeda, sehingga memiliki kemampuan berbeda untuk menginfeksi, mereplikasi da
bakteri, walaupun bakteriofag tidak dapat melisiskan bakteri secara keseluruhan. Ukuran plak juga dipe
beberapa faktor, seperti konsentrasi agar, kondisi inkubasi, dan fase log dari bakteri inang (Kropinski
2009).
Munculnya plak menunjukkan bahwa bakteriofag LB1 sebagian besar fag hanya menginfeksi
dalam satu spesies bakteri. Hasil penelitian Strydom dan Witthuhn (2015), Cheng et al., (2018) dan H
(2018) menunjukkan bakteriofag hanya menginfeksi patogen target, dan secara spesifik menyerang
(Kittler et al., 2017; Harada et al., 2018; Santos et al., 2018). Spesifisitas inang LB1 menunjukkan bahw
sel bakteri Salmonella memiliki reseptor yang spesifik untuk dahak phytic LB1 yang tidak dimiliki oleh
Fag menempel pada sel-sel yang sensitif terhadap stimulasi di lokasi tertentu dalam bakteri dindin
(Rakhuba et al., 2010). Studi Jatmiko (2018) melaporkan bahwa B2St, B3St, S1St, S2St, SL1St,
melisiskan Salmonella typhimurium dan E. coli dengan terbentuknya plak,kemungkinannya berka
kesamaan dalam molekul reseptor inang (Silva et al., 2016 ) dan Deshanda et al., (2018) menunjukka
H1, H3, E1, E2 dapat melisiskan Salmonella, E. coli dan Staphylococcus aureus, sedangkan fag ly hany
dan Staphylococcus aureus . Ini berarti 6 dari 7 jenis fag memiliki kisaran inang yang lebih besar.
termasuk dalam Siphoviridae keluarga, dibandingkan dengan Hardanti et al., (2018)KAS Fagmemilik
morfologi Podoviridae keluargadengan kepala berbentuk simetri kubik dan ekor pendek tidak jela
bakteriofag litik dalam uji lisis bakteri bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat yang dibutuhka
untuk mengendalikan proliferasi bakteri inang.
Efektivitas uji bakteriofag dilakukan karena Salmonella adalah bakteri umum yang menyebab
diare setelah EPEC, sehingga efektivitas bakteriofag litik diharapkan mampu mengendalikan
Salmonella. Beberapa faktor fisik dan kimia seperti suhu dan ion menentukan resistensi bakteriofag. P
yang tidak tepat akan menyebabkan kerusakan pada struktur kepala, ekor, dan perubahan struktur D
et al., 2012). Stabilitas bakteriofag litik LB1 adalah yang terbaik dalam bakteriofag yang disimpan
Ringers pada suhu dingin (4oC), ini dapat dilihat dari pengurangan jumlah plak sebesar 28.% setelah p
selama 3 minggu Pengurangan jumlah bakteriofag plak disimpan dalam buffer Ringers pada suhu d
memiliki pengurangan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan penyimpanan bakteriofag dalam b
karena kehadiranCa2+ dan Mg2+ yang ionterkandung dalam buffer Ringers secara bersamaan dapat m
jumlah plak bakteriofag yang disebabkan oleh ion multivalen ini dapat meningkatkan efisiensi adsorpsi
sel inang (Cele, 2009).
Kapsul dan ekor bakteriofag litik terdiri dari protein. Protein penyusun bervariasi dan memilik
berbeda. Fungsi-fungsi ini termasuk perlindungan bakteriofag terhadap resistensi mereka di ling
memainkan peran dalam proses replikasi yang menyebabkan lisis sel inang. Protein yang dimiliki ole
litik LB1 cenderung kecil di setiap mililiter. LB1 memiliki konsentrasi protein 158 μg / mL. Melalui SD
dapat menemukan

179 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098 variasi berat molekul protein dalam bakteriofag litik. Variasi dalam berat molekul prote
menunjukkan protein yang membentuk bakteriofag litik.

KESIMPULAN
LB1 diisolasi dari air limbah diidentifikasi untuk mengurangi Salmonella enterica secara e
konsentrasi 8.2x108 CFU / mL. LB 1 dapat digunakan sebagai biokontrol gastroenterytis yang dise
Salmonella enterica, LB 1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer ringers dalam suhu dingin (4 oC)
sebagai Siphoviridae keluarga, mengurangi Salmonella enterica sebesar 67,12% setelah 8 jam i
memiliki molekul protein dengan berat molekul 11,4 hingga 133 kDa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidik
Indonesia melalui program penelitian dosen pemula. Kami berterima kasih kepada Ibu Dewi A
membantu penelitian ini.

REFERENSI Anjung, MUK 2016. Identifikasi cemaran Salmonella sp dan isolasi bakteriofage sebagai
dalam penanganan pasca panen udang vannamei (Litopennaus vannamei). Disertasi. Universitas Lam
Bandar Lampung.
Bhardwaj, N., Bhardwaj, SK, Deep, A., Dahiya, S., dan Kapoor, S. 2015. Bakteriofag Lytic sebagai ag
patogen bawaan makanan. Asian Journal of Animal And Veterinary Advance 10 (11): 708-723.

Bradford, MM 1976. Metode cepat dan sensitif untuk kuantisasi jumlah mikrogram protein dengan m
prinsip pengikatan pewarna protein. Biokimia Analitik 72(1- 2): 248-254.

Carey-Smith, GV, Billington, C., Cornelius, AJ, Hudson, JA, dan Heinemann, JA 2006. Isolasi dan
bakteriofag yang menginfeksi Salmonella spp. FEMS Microbiology Letters 258 (2): 182-18.

Cele, N. 2009. Strategi untuk mengendalikan infeksi bakteriofag dalam bioproses treonin. Diser
Teknologi: Bioteknologi. Universitas Teknologi Durban. Durban.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit [CDC]. 2015. Salmonella enteritidis Infeksiterkait deng
pembuka ayam mentah, beku, dan diisi. http://www.cdc.gov/salmonella/frozen-chicken- entrees-p
index.html.

Cheng, JH, Yang, H., Liu, ML, Su, W., Feng, PM, Ding, H., et al. 2018. Prediksi protein bakteriofag ya
sel inang menggunakan fitur hibrida. Chemometrics dan Sistem Laboratorium Cerdas 180: 64-69.

180 Mandala Kese


Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 Deshanda RP, Lingga R., Hidayati NA, Sari E., Hertati
Salmonella berasal dari pasar ikan dan air sungai di Kampus Universitas Bangka Belitung. Eko
Penelitian Biologi, Botani, Zoologi Dan Mikrobiologi 3 (2): 45-49.

Eng, SK, Pusparajah, P., Ab Mutalib, NS, Ser, HL, Chan, KG dan Lee, LH 2015. Salmonella: ul
patogenesis, epidemiologi, dan resistensi antibiotik. Perbatasan dalam Life Science 8 (3): 284-293.

Hagens, S., dan Loessner, MJ 2010. Bakteriofag untuk biokontrol patogen bawaan makanan:
perhitungan dan pertimbangan. Bioteknologi Farmasi Saat Ini 11 (1): 58-68.

Harada, LK, Silva, EC, Campos, WF, Del Fiol, FS, Vila, M., Dabrowska, K., et al. 2018. Aplikasi
bakteriofag: canggih. Penelitian Mikrobiologis 212-213: 38-58.

Hardanti S., Wardani AK, Putri WDR 2018. Isolasi dan karakterisasi bakteriofag spesifik
Salmonella typhi dari kulit ayam. Jurnal Teknologi Pertanian 19 (2).

Jamal, M., Hussain, T., Das, CR, dan Andleeb, S. 2015. Karakterisasi Siphoviridaebius fasez dan
kemanjurannya terhadap sel-sel planktonik dan biofilm multidrug yang resisten terhadap obat. Jurna
Medis 64: 454-462.

Jatmiko YD, Purwanto AP, Ardyati T. 2018. Uji aktivitas bakteriofage dari limbah
rumah tangga terhadap Salmonella typhi. Jurnal Biodjati 3 (2).

Jończyk, E., Kłak, M., Międzybrodzki, R., dan Górski, A. 2011. Pengaruh faktor eksternal
terhadap bakteriofag. Folia Microbiologica 56 (3): 191-200.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan. ISSN 2088-270x.

Kittler, S., Wittmann, J., Mengden, RALP, Klein, G., Rohde, C., dan Lehnherr, H. 2017. Penggunaa
sebagai salah satu pendekatan kesehatan untuk mengurangi bakteri yang resistan terhadap berbaga
dan Farmasi Berkelanjutan 5: 80-83.

Kropinski, AM, dan Lavigne, R. 2009. Bacteriophages. MR Clokie (Ed.). Vol 1. Humana
Press. India.

Mahamuni, PP, Patil, AR, dan Ghosh, JS 2017. Sifat proteinolitik dan lipolitik endotoksin (entero
diproduksi oleh Salmonella typhi NCIM 5255, Salmonella typhimurium NCIM 2501 dan Shigella exner
Internatonal Food Research Journal 24 (6): 2685 -2688.

181 Debi Arivo


ISSN: 0216-3098 Merabishvili, M., Pirnay, JP, Verbeken, G., Chanishvili, N., Tediashvili, M., Lashkhi, N
Produksi skala kecil koktail bakteriofag yang terkontrol kualitasnya untuk mengontrol uji klinis pada m
One 4 (3): e4944.

Odonkor, ST, dan Addo, KK 2011. Resistensi bakteri terhadap antibiotik: tren danterkini
tantangan. Int J Biol Med Res 2 (4): 1204-10.

Pelzek, AJ 2013. Isolasi Bakteriofag dari Sumber Lingkungan, dan Pembuatan dan Pemutaran
Perpustakaan DNA Phage. Protokol Saat Ini dalam Teknik Laboratorium Esensial 7 (1): 13.3.1-13.3.35

Phothaworn, P., Dunne, M., Supokaivanich, R., Ong, C., Lim, J., Taharnklaew, R., et al. 2019. Chara
flagellotropic, Chi-like Salmonella phage isolated from Thai Poultry Farm. Viruses 11 (520): 10-17.
Phumkhachorn, P., and Rattanachaikunsopon, P. 2010. Isolation and partial characterization of a b
infecting the shrimp pathogen Vibrio harveyi. Afr. J. Microbiol. Res 4(16): 1794-1800.

Rakhuba, DV, Kolomiets, EI, Dey, ES, and Novik, GI 2010. Bacteriophage receptors, mechanism
adsorption and penetration into host cell. Pol. J. Microbiol 59(3): 145-155.

Saefunida DM, Wjanarka, Rukmi MDI, Hidayat NN 2016. Isolasi bakteriofag Escherichia coli dari sistem
minum isi ulang sebagai antibiofilm. Jurnal Biologi 5(2).68-75.

Santos, SB, Costa, AR, Carvalho, C., Nóbrega, FL, Azeredo, J. 2018. Exploiting bacteriophage pr
hidden biotechnological potential. Trends in Biotechnology 36(9): 966-984.

Seockmo, K., Eduardo, X., Thomas, K., and Michael, RL 2016. Salmonella in shell eggs:
mechanisms, prevention and detection. J Nutr Food Sci 6(1): 1-7.

Shende, RK, Hirpurkar, SD, Sannat, C., Rawat, N., Pandey, V. 2017. Isolation and characterization of ba
with lytic activity against common bacterial pathogens. Veterinary World 10(8): 973-978.

Silva, JB, Storms, Z., and Sauvageau, D. 2016. Host receptors for bacteriophage adsorption.
FEMS Microbiology Letters 363(4): 1-11.

Strydom, A., and Witthuhn, CR 2015. Listeria monocytogenes: a target for bacteriophage
biocontrol. Comprehensive Reviews In Food Science And Food Safety 14(6): 694-704.

182 Mandala of He
Scientific Journal Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182

Anda mungkin juga menyukai