12,
No.2, September 2019, Hal. 169-182
ISSN: 0216-3098 E-ISSN: 2615-6954
DOI: 10,20884 /
1.mandala.2019.12.2.2024
ABSTRAK
Penulis
korespondensi:
17
0 Mandala of Health: A Scientific Journal Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 PENDAHULUAN
Salmonella enterica adalah bakteri yang menyebabkan penyakit bawaan makanan
pada manusia, yang umum di seluruh dunia. Salmonellosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh Salmonella infeksi bakteri. Gejalanya ditandai dengan diare, demam,
dan nyeri di perut (Mahamuni et al., 2017). Jika telur dikonsumsi mentah atau tidak
dimasak dengan benar dan dikonsumsi oleh manusia, dapat menyebabkan salmonellosis
(Seockmo et al., 2016). Diare dan gastroenteritis adalah penyakit urutan pertama yang
menyebabkan rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus wabah diare
pada 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian 77 kasus (CFR 2,98%) (Kemenkes RI,
2014).
Dalam kasus Gastroenteritis parah, ia menggunakan antibiotik. Penggunaan
berlebihan antibiotik selain menyebabkan efek samping yang berbahaya juga dapat
berisiko munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik (Odonkor dan Addo, 2011).
Studi sebelumnya melaporkan bahwa beberapa Salmonella yang diisolasi dari daging
ayam mentah resisten terhadap ampisilin dan tetrasiklin (CDC, 2015). Eng et al ,. (2012)
melaporkan bahwa beberapa Salmonella menunjukkan resisten terhadap ampisilin,
kloramfenikol, dan trimetoprim-sulfametoksazol. Resistensi antibiotik tidak hanya
mengekspos bakteri patogen, tetapi juga dapat mengekspos bakteri yang bertindak
sebagai flora normal, sehingga kita membutuhkan biokontrol alami.
Familisiphoviridae bakteriofagadalah salah satu alternatif untuk mengendalikan
bakteri patogen yang dilaporkan menginfeksi bakteri patogen. Studi sebelumnya
melaporkan bahwa Siphoviridae bakteriofagdapat mengurangi Klebsiella pneumonia
yang selmenyebabkan wabah infeksi nosokomial karena kemampuannya menyebabkan
resistensi multi-obat (Jamal et al. 2015). Ini dapat mengurangi Salmonella serovar
enterica yang diisolasi dari sampel tinja (Phothaowrn et al. 2019). Bakteriofag litik adalah
metode alami dan tidak beracun untuk mengurangi dan mengendalikan pertumbuhan
bakteri patogen manusia karena bakteriofag adalah bagian dari ekosistem pencernaan
dan lingkungan (Bhardwaj et al. 2015). Kehadiran bakteriofag tersebar luas di alam.
Lingkungan yang ditempati oleh bakteri inang adalah sumber keberadaan berbagai jenis
fag yang dapat diisolasi untuk tujuan varietas (Shende et al. 2017). Terapi menggunakan
bakteriofag litik lebih menguntungkan karena penggunaannya lebih menguntungkan
daripada antibiotik, bakteriofag hanya menginfeksi patogen target, sehingga mikroflora
normal di usus tidak terganggu, bakteriofag kedua mereplikasi diri sendiri dalam bakteri
dan sepenuhnya menghancurkan sel bakteri inang melalui proses lisis membunuh bakteri
inang (Strydom dan Witthuhn, 2015; Cheng et al., 2018; Harada et al., 2018), dan
spesifisitas dalam menyerang target inang (Kittler et al., 2017; Harada et al., 2018; Santos
et al., 2018).
Banyak penelitian telah melaporkan penggunaan bakteriofag sebagai pengganti
antibiotik untuk memerangi pertumbuhan bakteri patogen, misalnya Identifikasi
kontaminasi Salmonella sp dan Isolasi Bakteriofage sebagai Biokontrol dalam
Penanganan Pasca Panen Udang(VannameiLitopennaus vannamei) (Anjung, 2016 ).
Saefunida et al. (2016) melaporkan bahwa isolat bakteriofag litik mampu melisiskan E.
coli sebesar 92,1 %%. Bakteriofag litik memiliki pertumbuhan yang optimal untuk dapat
melisiskan sel inang, sehingga diperlukan lingkungan yang sesuai sehingga bakteriofag
litik dapat menginfeksi sel inang dan bereplikasi dengan baik (Pelzek, 2013). Keberadaan
faktor lingkungan seperti suhu dan buffer diduga mempengaruhi kerusakan pada struktur
elemen seperti kepala, ekor, protein, dan perubahan struktur DNA sehingga
mempengaruhi produksi bakteriofag litik. Penelitian tentang bakteriofag litik masih jarang
dilakukan di Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengisolasi, menguji
efektivitas, dan mengkarakterisasi bakteriofag litik yang dapat melisiskan Salmonella
yang sel-selmenyebabkan gastoenteritis.
Instrumen
Penelitian
Nutrient Agar (Difco, Becton Dickinson and Company, AS), Nutrien Broth (Difco,
Becton Dickinson and Company, AS), Salmonella Shigella Agar (SSA) (Oksida CM009),
Eosin Methylene Blue Agar (Oksida, Basingstoke, Inggris) , penyangga dering [8 g NaCl,
0,42 g KCL, 0,24 g CaCl2, 0,20 g NaHCO3 dalam 1 liter H2O], buffer SM [5,8 g NaCl, 2 g
MgSO4· 7H2O, 50 mL Tris-Cl (pH 7,5), 5 mL gelatin dalam 1 liter H2O], protein pra-
pewarnaan (Tangga Protein Pageruler, Teknologi Thermo Scientific Fermentas, Inggris),
TEM (JEOL JEM-1010, Tokyo, Jepang). Isolat yang digunakan untuk menentukan
kisaran inang terdiri dari Escherichia coli ,, Proteus mirabilis, Bacillus pumilus, dan
Photobacterium damselae yang diperoleh dari Institut Pertanian Pengumpulan Budaya
Bogor (IPBCC), Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Alur Penelitian 1.
IsolasiBakteriofag Lytic
Pengambilan Sampel. Sampel yang digunakan adalah limbah rumah tangga dari
air selokan dan septic tank. Sampel diambil dan dimasukkan ke dalam botol steril 5-10
mL. Kemudian sampel dihomogenisasi dan kemudian dilakukan penyaringan.
Filtrasi. Sebanyak 1 mL sampel limbah domestik diencerkan menjadi 9 mL NB
media, kemudian disentrifugasi pada 3.000 rpm selama 20 menit, dan disaring
menggunakan membran 0,45 μm millipore. Filtrat dari filter adalah 4,5 mL kemudian
dicampur dengan 0,5 mL Salmonella sp. Kultur OD600 = 1 (108 CFU / mL) dan 5 ml
Nutrient Broth (NB) ditambahkan. Campuran diinkubasi selama 24-48 jam dalam
pengocok Water Bath pada37suhuoC. Kultur kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm pada
4 ° C selama 15 menit. Supernatan diambil dengan jarum suntik dan disaring
menggunakan membran 0,22 μm millipore. Supernatan yang disaring dimasukkan ke
dalam tabung steril.
Teknik Plak lapisan ganda. Sebanyak 100 μL Salmonella sp. Stok bakteriofag
litik diencerkan ke buffer dengan pengenceran serial 10-1 hingga 10-6. Masing-masing
diambil sebanyak 100 μL dan masing-masing dicampur dengan 100 μL Salmonella
bakterike dalam tabung effendorp steril dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Campuran ditambahkan dengan 7 mL agar lembut yang memiliki suhu 47 oC, dituangkan
pada media NA. Inkubasi dilakukan pada37suhuoC selama 24 jam dan kemudian plak
terbentuk (Jatmiko, dkk., 2018).
Pemurnian bakteriofag. Plak yang terbentuk diambil menggunakan pipet pasteur
dan pengayaan dilakukan sehingga plak yang dihasilkan akan meningkat. Plak
dipindahkan ke 10 mL Salmonella sp. kultur dan diinkubasi selama 24 jam disentrifugasi
pada 3000 rpm pada 4 ° C selama 20 menit, filtrat bakteriofag kemudian disaring
menggunakan membran 0,22 μm millipore. Hasil filter berupa filtrat bakteriofag kemudian
dilakukan pada cawan petri. Plak yang dihasilkan terbentuk kemudian diambil dan
dimasukkan ke buffer Ringers. Suspensi bakteriofag adalah vortex dan dibiarkan selama
5-10 menit pada suhu kamar, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, suhu
4oC selama 20 menit selama 2 replikasi. Supernatan disaring menggunakan 0,22 μm
millipore filter membrane dan kemudian disimpan sebagai stok bakteriofag (Merabishvili
et al., 2009).
17
2 Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098Lytic 2. Produksi Bakteriofag
Sebanyak 10 mL Salmonella sp. kultur bakteri pada media NB disentrifugasi pada
3000 rpm, pada 4oC selama 20 menit. Pelet yang terbentuk masing-masing terinfeksi
dengan 100 μL bakteriofag litik. Campuran diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit,
kemudian ditambahkan 10 mL media NB dan diinkubasi selama 24 jam pada37 suhuoC.
Kemudian biakan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, suhu 4oC selama 20 menit.
Supernatan yang terbentuk diambil dengan jarum suntik dan disaring dengan filter
membran 0,22 μm. Setiap supernatan yang disaring dimasukkan ke dalam tabung steril
dan disimpan (Kropinski & Lavigne, 2009).
Diameter Plak (mm) Air limbah 1 2 + LB1 clear 0,8 Air selokan 2 2 - - - -
Septic tank
2-
air ---
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216 -3098 Gambar 1. Pola plak bakteriofag
LB1 pada Salmonella
litik yang dimurnikan LB1 maka jumlah konsentrasi dihitung berdasarkan jumlah plak
yang terbentuk. Jumlah plak yang terbentuk kemudian dihitung dalam satuan Unit
Pembentuk Plak (PFU / mL) (Tabel 2) yang merupakan ukuran jumlah volume cairan
infektif virus. Selain itu, perhitungan konsentrasi bakteriofag litik dihitung. LB1 adalah
bakteriofag litik dengan titer 8,6 x 108PFU / mL, menunjukkan bahwa bakteriofag litik
LB1 efektif dalam menginfeksi Salmonella.
4. Spesifisitas
inang
Penentuan kisaran inang bakteriofag litik dilakukan untuk melihat spesifisitas inang
bakteriofag yang diperoleh. Dalam menentukan kisaran inang, bakteriofag LB1 diuji
terhadap beberapa bakteri lain selain Salmonella sp., Yaitu; Esherichia coli, Proteus
mirabillis, Bacillus pumilus, dan Photobacterium damselae (gambar 4). Hasil uji kisaran
inang menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 memiliki kisaran inang yang sempit atau
spesifik inang.
Gambar 3. Plak muncul pada bakteriofag yang terinfeksi Salmonella sp. (a), sedangkan
bakteriofag yang terinfeksi oleh E. coli (b), Proteus mirabilis (c), Bacilus pumilus (d), dan
Photobacterium damselae (e) tidak menunjukkan penampilan plak. (O) menunjukkan
bakteriofag litik.
Kadar protein dalam bakteriofag litik LB1 terlihat pada Gambar 4. Namun, kadar
protein pada bakteriofag litik LB1 relatif kecil dibandingkan dengan kadar protein
bakteriofag litik secara umum (konsentrasi protein 158 μg / mL). Hasil SDS-PAGE yang
diberi perak nitrat menunjukkan bahwa suspensi bakteriofag litik LB1 mengandung
protein dengan berat molekul 11,4 kDa, 19,6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58,3 kDa, 77 kDa, 94
kDa, dan 133 kDa. Pita protein yang terbentuk pada bakteriofage litik LB1 dapat
menunjukkan protein litik bakteriofag LB1.
17
6 Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182
(a) (b) (c) (d) )
(e
Mandala Kesehatan: Jurnal Ilmiah ISSN: 0216-3098 Gambar 4. Profil protein bakteriofag litik dengan SDS
penanda (1), danlitik LB1
bakteriofag(2).
Analisis morfologis bakteriofag litik dilakukan dengan menggunakan Transmission Electron Micro
JEM-1010 dengan pewarnaan negatif uranyl acetate 2%. Pengamatan bakteriofag litik dilaku
menggunakan perbesaran 60000x (Gambar 5). Bakteriofag litik LB1 memiliki kepala heksagonal heksag
diameter 72,7 nm, tidak memiliki selubung kontraktil, panjang ekor 100 nm dan diameter 18,2 nm.
termasuk dalam Siphoviridae keluarga.
Gambar 5. Bakteriofag litik LB 1 dengan perbesaran 60000x; kepala (1), ekor (2).
LB1 Uji stabilitas bakteriofag litik LB1 dilakukan dengan menyimpan bakteriofag dalam
bertujuan untuk mengetahui buffer terbaik untuk bakteriofag lytic LB1 penyimpanan. Perlakuan p
Bacteriophage menggunakan 2 jenis buffer, yaitu: buffer Ringers dan Saline Magnesium (SM) buffer
suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu: suhu kamar (27oC) dan suhu dingin (4oC). Penyimpanan bakt
digunakan sebagai kontrol. Stabilitas bakteriofag LB1 terbaik ditemukan dalam bakteriofag yang dis
buffer Ringers pada suhu dingin (4oC) (Gambar 6).
(a)
(b)
Gambar 6. LB1 stabilitas bakteriofag litik dalam suhu dingin 4oC (a), dan suhu kamar
25oC (b). Masing-masing diinkubasi dalam Ringers buffer(), SM buffer (), dan NB sebagai kontro
Bakteriofag litik LB1 menunjukkan stabilitas terbaik dalam menyimpan buffer jari pada suhu din
ini dapat dilihat dari pengurangan jumlah plak sebesar 28% setelah 3 minggu penyimpanan, sedangka
kamar (27oC) plak menurun sebesar 33,9% setelah 3 minggu penyimpanan. Bakteriofag litik LB1 ya
dalam buffer SM pada4suhuoC dan 27oC mengalami pengurangan plak yang lebih besar, yaitu: 33,3%
setelah 3 minggu penyimpanan. Bakteri litik LB1 disimpan dalam media NB sebagai kontrol pada4 suhu
tidak memiliki plak pada minggu ketiga penyimpanan.
PEMBAHASAN
Fag memiliki target bakteri tertentu sehingga tidak ada efek buruk pada bakteri seperti mik
menyebabkan efek samping pada manusia, penyimpanan relatif stabil dalam kondisi lingkungan y
sehingga biaya produksi murah (Hagens dan Loessner, 2010). Kuantifikasi plak menunjukkan bahwa
titer 8,6 x 108 CFU / mL. Bakteriofag LB1 adalah
KESIMPULAN
LB1 diisolasi dari air limbah diidentifikasi untuk mengurangi Salmonella enterica secara e
konsentrasi 8.2x108 CFU / mL. LB 1 dapat digunakan sebagai biokontrol gastroenterytis yang dise
Salmonella enterica, LB 1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer ringers dalam suhu dingin (4 oC)
sebagai Siphoviridae keluarga, mengurangi Salmonella enterica sebesar 67,12% setelah 8 jam i
memiliki molekul protein dengan berat molekul 11,4 hingga 133 kDa.
REFERENSI Anjung, MUK 2016. Identifikasi cemaran Salmonella sp dan isolasi bakteriofage sebagai
dalam penanganan pasca panen udang vannamei (Litopennaus vannamei). Disertasi. Universitas Lam
Bandar Lampung.
Bhardwaj, N., Bhardwaj, SK, Deep, A., Dahiya, S., dan Kapoor, S. 2015. Bakteriofag Lytic sebagai ag
patogen bawaan makanan. Asian Journal of Animal And Veterinary Advance 10 (11): 708-723.
Bradford, MM 1976. Metode cepat dan sensitif untuk kuantisasi jumlah mikrogram protein dengan m
prinsip pengikatan pewarna protein. Biokimia Analitik 72(1- 2): 248-254.
Carey-Smith, GV, Billington, C., Cornelius, AJ, Hudson, JA, dan Heinemann, JA 2006. Isolasi dan
bakteriofag yang menginfeksi Salmonella spp. FEMS Microbiology Letters 258 (2): 182-18.
Cele, N. 2009. Strategi untuk mengendalikan infeksi bakteriofag dalam bioproses treonin. Diser
Teknologi: Bioteknologi. Universitas Teknologi Durban. Durban.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit [CDC]. 2015. Salmonella enteritidis Infeksiterkait deng
pembuka ayam mentah, beku, dan diisi. http://www.cdc.gov/salmonella/frozen-chicken- entrees-p
index.html.
Cheng, JH, Yang, H., Liu, ML, Su, W., Feng, PM, Ding, H., et al. 2018. Prediksi protein bakteriofag ya
sel inang menggunakan fitur hibrida. Chemometrics dan Sistem Laboratorium Cerdas 180: 64-69.
Eng, SK, Pusparajah, P., Ab Mutalib, NS, Ser, HL, Chan, KG dan Lee, LH 2015. Salmonella: ul
patogenesis, epidemiologi, dan resistensi antibiotik. Perbatasan dalam Life Science 8 (3): 284-293.
Hagens, S., dan Loessner, MJ 2010. Bakteriofag untuk biokontrol patogen bawaan makanan:
perhitungan dan pertimbangan. Bioteknologi Farmasi Saat Ini 11 (1): 58-68.
Harada, LK, Silva, EC, Campos, WF, Del Fiol, FS, Vila, M., Dabrowska, K., et al. 2018. Aplikasi
bakteriofag: canggih. Penelitian Mikrobiologis 212-213: 38-58.
Hardanti S., Wardani AK, Putri WDR 2018. Isolasi dan karakterisasi bakteriofag spesifik
Salmonella typhi dari kulit ayam. Jurnal Teknologi Pertanian 19 (2).
Jamal, M., Hussain, T., Das, CR, dan Andleeb, S. 2015. Karakterisasi Siphoviridaebius fasez dan
kemanjurannya terhadap sel-sel planktonik dan biofilm multidrug yang resisten terhadap obat. Jurna
Medis 64: 454-462.
Jatmiko YD, Purwanto AP, Ardyati T. 2018. Uji aktivitas bakteriofage dari limbah
rumah tangga terhadap Salmonella typhi. Jurnal Biodjati 3 (2).
Jończyk, E., Kłak, M., Międzybrodzki, R., dan Górski, A. 2011. Pengaruh faktor eksternal
terhadap bakteriofag. Folia Microbiologica 56 (3): 191-200.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan. ISSN 2088-270x.
Kittler, S., Wittmann, J., Mengden, RALP, Klein, G., Rohde, C., dan Lehnherr, H. 2017. Penggunaa
sebagai salah satu pendekatan kesehatan untuk mengurangi bakteri yang resistan terhadap berbaga
dan Farmasi Berkelanjutan 5: 80-83.
Kropinski, AM, dan Lavigne, R. 2009. Bacteriophages. MR Clokie (Ed.). Vol 1. Humana
Press. India.
Mahamuni, PP, Patil, AR, dan Ghosh, JS 2017. Sifat proteinolitik dan lipolitik endotoksin (entero
diproduksi oleh Salmonella typhi NCIM 5255, Salmonella typhimurium NCIM 2501 dan Shigella exner
Internatonal Food Research Journal 24 (6): 2685 -2688.
Odonkor, ST, dan Addo, KK 2011. Resistensi bakteri terhadap antibiotik: tren danterkini
tantangan. Int J Biol Med Res 2 (4): 1204-10.
Pelzek, AJ 2013. Isolasi Bakteriofag dari Sumber Lingkungan, dan Pembuatan dan Pemutaran
Perpustakaan DNA Phage. Protokol Saat Ini dalam Teknik Laboratorium Esensial 7 (1): 13.3.1-13.3.35
Phothaworn, P., Dunne, M., Supokaivanich, R., Ong, C., Lim, J., Taharnklaew, R., et al. 2019. Chara
flagellotropic, Chi-like Salmonella phage isolated from Thai Poultry Farm. Viruses 11 (520): 10-17.
Phumkhachorn, P., and Rattanachaikunsopon, P. 2010. Isolation and partial characterization of a b
infecting the shrimp pathogen Vibrio harveyi. Afr. J. Microbiol. Res 4(16): 1794-1800.
Rakhuba, DV, Kolomiets, EI, Dey, ES, and Novik, GI 2010. Bacteriophage receptors, mechanism
adsorption and penetration into host cell. Pol. J. Microbiol 59(3): 145-155.
Saefunida DM, Wjanarka, Rukmi MDI, Hidayat NN 2016. Isolasi bakteriofag Escherichia coli dari sistem
minum isi ulang sebagai antibiofilm. Jurnal Biologi 5(2).68-75.
Santos, SB, Costa, AR, Carvalho, C., Nóbrega, FL, Azeredo, J. 2018. Exploiting bacteriophage pr
hidden biotechnological potential. Trends in Biotechnology 36(9): 966-984.
Seockmo, K., Eduardo, X., Thomas, K., and Michael, RL 2016. Salmonella in shell eggs:
mechanisms, prevention and detection. J Nutr Food Sci 6(1): 1-7.
Shende, RK, Hirpurkar, SD, Sannat, C., Rawat, N., Pandey, V. 2017. Isolation and characterization of ba
with lytic activity against common bacterial pathogens. Veterinary World 10(8): 973-978.
Silva, JB, Storms, Z., and Sauvageau, D. 2016. Host receptors for bacteriophage adsorption.
FEMS Microbiology Letters 363(4): 1-11.
Strydom, A., and Witthuhn, CR 2015. Listeria monocytogenes: a target for bacteriophage
biocontrol. Comprehensive Reviews In Food Science And Food Safety 14(6): 694-704.
182 Mandala of He
Scientific Journal Vol.12, No.2, September 2019, Hal. 169-182