Anda di halaman 1dari 15

Tanggal : 19 Agustus 2019

Dosen Pembimbing : Drh. Rahmat Hidayat, M.Si

Laporan Praktikum Penyakit Infeksius I


Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram-Positif

Kelompok 6
Intan Pradika Putri B04160069 ……….
Septi Nurcholida B04160071 ……….

Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner


Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
2019
PENDAHULUAN
Bakteri merupakan salah satu organism uniseluler berukuran kecil yang
terdapat hampir diseluruh ekosistem. Bakteri berfungsi untuk mendegradasi dan
mendaur ulang unsur atau elemen esensial, sehingga menjadi salah satu organism
utama dalam suatu ekosistem. Bakteri merupakan sel prokariotik dengan genom
berbentuk sirkuler dan mempunyai plasmid. Bakteri di samping dikenal sebagai agen
penyebab penyakit, bakteri juga mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan
manusia seperti pemanfaatan bakteri dalam pembuatan yogurt dan antibiotik. Di
dalam tubuh manusia pun bakteri memberikan manfaat yang banyak pertahanan
melawan infeksi, berperan dalam sistem imun, sumber nutrient dan menstimulasi
pergantian epitel. Bakteri yang menghuni tubuh manusia disebut mikroba flora
normal. Menghuni kulit dan selaput mukosa individu sehat dan normal, Kebanyakan
bakteri anaerob dan fakultatif anaerob.(Yasir 2015).
Menurut klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif
merupakan flora normal pada tubuh manusia. Flora normal adalah mikroorganisme
yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang
ditempati. Pada kulit normal biasanya ditempati sekitar 102 - 106 CFU/cm2 bakteri.
Ada juga sebagian dari bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif misalnya
Staphylococcus aereus yang dapat menyebakan penyakit jika mencapai jumlah
1.000.000 atau 106 per Gram yang merupakan suatu jumlah yang cukup untuk
memproduksi toksin.(Holdermen et al.2017).
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen penting yang
berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik. Rahmi
et al. (2015); Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat
menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan,
keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi yang terjadi misalnya
keracunan makanan karena Staphylococcus, salah satu jenis faktor virulensi yaitu
Staphylococcus enterotoxin (Ses).
TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel


tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja. Menurut klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif merupakan flora normal pada tubuh manusia. Flora normal adalah
mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada
inang yang ditempati. Pada kulit normal biasanya ditempati sekitar 102 - 106
CFU/cm2 bakteri. Ada juga sebagian dari bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif misalnya Staphylococcus aereus yang dapat menyebakan penyakit jika
mencapai jumlah 1.000.000 atau 106 per Gram yang merupakan suatu jumlah yang
cukup untuk memproduksi toksin.(Holdermen et al.2017).
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan untuk membedakan antara Bakteri Gram Positif dan Bakteri
Gram Negaif dalam laboratorium mikrobiologi.(Rahayu dan Gumilar 2017). Bakteri
gram positif ditandai dengan warna ungu yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut
mampu mengikat warna kristal violet, sedangkan bakteri gram negatif ditandai
dengan warna merah muda yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut tidak mampu
mengikat warna kristal violet dan hanya terwarnai oleh safranin (pewarna tandingan)
(Safrida et al.2012).
Agar darah domba (ADD) dan agar darah kuda (ADK) adalah media standar
sebagai media pertumbuhan untuk mengidentifikasi jenis bakteri dan sebagai media
untuk tes sensitivitas antibiotik dari berbagai bakteri patogen. Dengan menggunakan
darah domba atau kuda, para ahli mikrobiologi dapat menginterpretasikan bakteri
yang tumbuh dengan lebih tepat.(Abdat 2010). Cara membaca reaksi hemolitik pada
media agar darah yaitu cawan petri harus diangkat ke sumber cahaya dan diamati
dengan cahaya yang datang dari belakang.Terdapat tiga jenis hemolisis yaitu beta
hemolisi, alpha hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis adalah hemolisis
total (seluruh sel darah merah lisis) maka tampak zona yang jelas, mendekati warna
dan transparasi media dasar, mengelilingi koloni. Alpha hemolisis adalah hemolisis
sebagian (penurunan hemoglobin sel) maka menyebabkan perubahan warna hijau
atau coklat dalam medium. Gamma hemolisis adalah tidak terjadi hemolisis sama
sekali (Buxton 2013).
Uji Katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida (H O ) 3%
pada gelas obyek 2 2 yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas obyek yang sudah
ditetesi hidrogen peroksida dengan usa. Suspensi dicampur secara perlahan
menggunakan usa, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya gelembung-
gelembung udara (Dewi 2013)
Uji koagulase dilakukan dengan 2 metode, yaitu uji slide dan uji tabung. Uji
slide atau clumping factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatan koagulase. Uji
slide dikerjakan dengan cara setetes aquadest atau NaCl fisiologis steril diletakkan
pada kaca benda, kemudian satu usa biakan yang diuji, disuspensikan. Setetes plasma
diletakkan di dekat suspensi biakan tersebut, keduanya dicampur dengan
menggunakan usa dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi apabila dalam
waktu 2-3 menit terbentuk presipitat granuler (Brückler et al., 1994). Uji tabung
digunakan untuk mengetahui adanya koagulase bebas dengan cara 200 µl plasma
dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi steril. Sebanyak 3-4 koloni biakan
Staphylococcus sp. yang diuji ditambahkan ke dalam tabung reaksi kemudian
dicampur hati-hati. Selanjutnya, tabung o dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu
37 C. Pengamatan dilakukan pada 4 jam pertama, dan sesudah 18-24 jam. Reaksi
positif akan terjadi apabila terbentuk clot atau jelly dan ketika tabung dimiringkan
jelly tetap berada di dasar tabung.(Dewi 2013)
Identifikasi Staphylococcus aureus meliputi morfologi pertumbuhan koloni
berbentuk kokus menyerupai buah anggur, uji katalase, serta adanya fermentasi
mannitol pada mannitol salt agar (MSA).Staphylococcus aureus memiliki ciri yaitu
terlihat jelas pada reaksi katalase dengan membentuk gelembung gas dan pada uji
Mannitol Salt Agar (MSA) akan memfermentasikan MSA menjadi
kuning.Staphylococcus aureus juga dapat dibedakan dengan adanya produksi asetoin
yang dapat diketahui melalui uji Voges-Proskauer (VP). Media Mannitol salt agar
(MSA) merupakan media selektif dan media diferensial. Spesimen hasil isolasi
bakteri yang ditanam pada media Nutrient Broth (NB) selanjutnya diidentifikasi
Staphylococcus aureus, dilakukan dengan memindahkan satu koloni bakteri dengan
ose steril dari media Nutrient Broth (NB) ke media Manitol Salt Agar (MSA) dalam
petri dan diinkubasikan pada suhu 37° C selama 24-48 jam. Koloni bakteri yang
tumbuh berwarna kuning pada media MSA diduga sebagai Staphylococcus aureus.
(Darmawi et al.2019).
Kelompok Streptococcus dapat menghemolisa eritrosit dengan melepas
hemoglobin secara sempurna termasuk dalam kelompok β-hemolitik. Pada media
agar darah Streptococcus agalactiae berbentuk bulat, berwarna transparan, cembung
dan membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloninya
(bergaris tengah 0,5-1 mm). Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium
hipurat dan memberi respon 10 positif pada CAMP test (Christie, Atkins, Munch-
Peterson), oleh karena itulah Streptococcus agalactiae biasa diidentifikasi dengan
CAMP test.(Rahayu 2015).Strain Streptococcus agalactiae meningkatkan aktivitas
hemolitik pada Staphylococcal ß-toksin membentuk tanda seperti anak panah pada
reaksi CAMP. Staphylococcus yang umum digunakan adalah Staphylococcus aureus
(Songer dan Post, 2005). Streptococcus agalactie terkenal sebagai penyebab mastitis
pada sapi. Pada hewan lain, seperti domba, kambing dan unta, bakteri ini juga
menyebabkan mastitis dan laminitis. Streptococcus agalactiae dapat ditemukan pada
vagina dan bagian orofaring manusia. Pada manusia, bakteri ini dapat menyebabkan
meningitis. Streptococcus agalactiae juga merupakan bakteri yang hanya sedikit
berespon terhadap terapi antibiotik.(Rahayu 2015)
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ose, gunting steril, pinset
steril, kape, bunsen, gelas objek, kertas saring, dan mikroskop.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah susu, pewarnaan gram
(akuades, crystal violet, lugol, aseton alcohol dan safranin), media blood agar,
manitol salt agar, CAMP agar, media isolasi miring dan media untuk uji glukosa.

METODE
Pewarnaan gram dilakukan dengan menyiapkan bahan pewarna gram dan hati
ayam yang sudah disterilkan dari kontaminan. Gelas objek yang diberi 2 ose akuades
dioleskan hati ayam, lalu fiksasi di atas api bunsen. Kemudian dilakukan pewarnaan
gram dengan diberikan kristal violet, tunggu 1 menit lalu dibilas dengan akuades.
Setelah itu diberikan lugol dan tunggu selama 1 menit, bilas dengan aseton alkohol
selama 15 detik. Kemudian diberikan pewarna safranin dan tunggu 15 detik, lalu bilas
dengan akuades. Setelah itu keringkan menggunakan kertas saring, amati di bawah
miksroskop.
Media Blood Agar dilakukan dengan cara suspensi bakteri ditanam dengan
cara goresan sejajar pada tiga kudaran media. Sebelumnya blood agar dibalik dan
diberikan garis tiga kudaran. Lalu media yang telah ditanam suspensi bakteri
diinkubasi 24 jam suhu 37’C. Amati ciri-ciri koloni yang tumbuh pada media agar
tersebut. Koloni yang terpisah dapat digunakan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Isolasi Agar Miring dilakukan dengan cara jarum inokulasi secara steril
digesekan ke biakan bakteri diatas permukaan agar yang terdapat koloni yang terpisah
lalu pindahkan jarum tersebut yang telah digesekan kedalam biakan kedalam agar
miring tabung reaksi dengan cara di goreskan secara zigzag. Tabung reaksi tersebut
diinkubasi pada temperature 37’C selama 48 jam. Pertumbuhan bakteri tersebut
diamati.
Uji Koagulasi dilakukan dengan cara inokulasi 0.5 ml coagulase rabbit plasma
dengan inokulum Staphylococci dari plate biakan kuman. Inkubasikan 37 C selama 1-
2 hari. Hasil positif menunjukan adanya endapan pada micro tube yang digunakan
dapat terlihat dalam 2-4 jam atau sampai dengan 24 jam. Sebaliknya, hasil dengan
negatif ditandai dengan tidak adanya endapan.
Uji Katalase dilakukan dengan cara satu tetes larutan 3% hydrogen peroxide
(Oxydol) diambil lalu letakan pada gelas objek. Lalu satu koloni kuman diambil dan
dicampurkan pada larutan hydrogen peroxide tersebut. Kedua larutan tersebut
dihomogenkan. Perubahan yang terjadi diamati, bila terdapat gelembung atau tidak.
Uji Glukosa dilakukan dengan cara koloni biakan dari suatu media diambil
lalu dipindahkan ke tabung reaksi yang tela berisikan suatu glukosa. Biakan bakteri
tersebut digesekan pada dinding tabung hingga sekiranya sudah menyebar
kepermukan tabung tersebut. Tabung tersebut diinkubasi pada suhu 370C selama 24
jam. Uji glukosa positif terjadi apabila perubahan warna media dari merah menjadi
kuning disertai pembentukan gas pada tabung durham.
Uji Manitol Salt Agar dilakukan dengan cara koloni diambil satu mata ose dan
ditanam pada media MSA secara gores kuadrat, kemudian diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Lalu amati perubahan yang terjadi pada media agar tersebut. Hasil
positif dari uji MSA ini apabila terjadi perubahan warna agar dari merah menjadi
kuning yang dimana diduga kalau koloni tersebut termasuk golongan Staphylococcus
sp.
Uji CAMP dilakukan dengan cara satu atau dua koloni dari suspek
Streptococcus di goreskan tegak lurus terhadap gorean SA dengan jarak 5 mm dari
tengah ke pinggir., sebagai control positif maka goresan SAG murni pada agar
tersebut dilakukan dengan cara yang sama dengan suspek. Uji CAMP bernilai positif
jika menunjukan bentuk mata panah dengan hemolisis komplit pada daerah hemolisis
beta SA.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis uji/teknik identifikasi Keterangan uji Hasil uji


Pewarnaan Gram
Warna Merah

Bentuk Coccus

Gram Positif

Media Blood Agar Ukuran koloni Kecil (1 mm)


Bentuk koloni Bulat
Permukaan Halus
Tepi Rata

Opaque (tidak
Sifat tembus cahaya
melewatkan cahaya)

Isolasi ke Agar Miring Koloni berwarna Positif


putih, tipe
pertumbuhan
spreading
(menyebar)
Uji Kaagulasi Terbentuk endapan Positif
dibawah permukaan
micro tube.

Uji Katalase Terdapat Positif


gelumbung pada
gelas objek

Uji Glukosa Terjadi perubahan Positif + / Terdapat


warna dari merah Gas
menjadi kuning dan
terdapat gelembung
ditabung durham.
Media Manitol Salt Agar Terdapat Pertumbuhan koloni
pertumbuhan koloni pada manitol salt agar
bakteri yang dimana yang berwarna kuning
terlihat koloni diduga berasal dari
berwarna kuning Staphylococcus aureus
dimedia agar ini. sedangkan
pertumbuhan koloni
yang berwarna hijau
diduga bersal dari
Staphylococcus
epidermidis.

Uji CAMP Tidak Dilakukan Negatif


karena uji CAMP
diperuntukan untuk
bakteri
Streptococcus sp

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan


paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan
lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki
dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Manurung,
2010). Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna
lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut
dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena
itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama
sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat. Hasil pengamatan bakteri
yang terdapat pada sampel berbentuk coccus. Dengan penataan diduga
jenis Staphylococcus. Dan bakteri tersebut termasuk gram positif. Hal ini karena pada
saat tahap pewarnaan gram setelah diberi larutan kristal violet, lugol, safranin dan
dilakukan pencucian dengan alkohol bakteri yang terlihat berwarna ungu.
Pada media Blood Agar terlihat jernih artinya terjadi hemolisis sel-sel darah
secara lengkap disebut juga hemolisis beta. Media Blood Agar merupakan media
untuk pertumbuhan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk
membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan sel darah
merah. Beberapa bakteri menghasilkan sitolisin yang dapat melarutkan sel darah
merah. Agar darah dapat mendeteksi aktivitas hemolysis dan membedakan tipe dari
hemolysis yang terjadi. Hemolysis pada agar darah dibagi menjadi α-hemolysis, β-
hemolisis, dan ϒ-hemolisis. Hasil yang didapatkan yaitu berupa pertumbuhan koloni
berwarna jernih yang artinya terjadinya hemolisis sel-sel darah merah. Dengan bentuk
koloni nya coccus, permukaan nya halus, tepinya rata serta sifat tembus cahaya yaitu
opaque yang berarti tidak melewatkan cahaya.
Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba
diluar dari lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan
air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis
mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dan lain-lain.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan
sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis,
yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba
sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam
kondisi kekurangan oksigen. NA digolongkan pula medium umum sebab dapat
digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri (Ani 2002). Pada percobaan
ini digunakan Na miring. Setelah dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 1x
24 jam, pertumbuhan bakteri pada NA miring berbentuk spreading dengan koloni
berwarna putih.
Uji koagulase merupakan uji yang digunakan untuk diferensiasi
Staphylococcus patogen dan non patogen. Bakteri Staphylococcus patogen mampu
menghasilkan koagulase, yaitu protein menyerupai enzim yang apabila ditambahkan
dengan oksalat atau sitrat mampu menggumpalkan plasma akibat adanya suatu faktor
yang terdapat di dalam serum (Murwani et al. 2017). Hasil uji koagulase pada sampel
bakteri memberikan hasil positif. Staphylococcus menggumpalkan plasma darah
kelinci yang dimana terlihat adanya endapan didalam micro tube ini. Hasil ini
menunjukkan bahwa sampel bakteri berasal dari genus Staphylococcus.
Uji katalase digunakan untuk mengetahui adanya enzim katalase pada bakteri
gram guna memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk
pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim
pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba (Murwani et al. 2017). Berdasarkan
uji yang dilakukan, hasil uji katalase terhadap sampel bakteri yaitu positif. Hal ini
terlihat dari adanya gelembung yang terbentuk diatas kaca preparat. Beberapa bakteri
yang termasuk katalase negatif adalah Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus,
dan Clostridium (Murwani et al. 2017). Jika dilihat dari morfologi bakteri di uji-uji
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sampel bakteri adalah Staphylococcus.
Uji glukosa ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri
memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi maka media awal yang
berwarna merah akan terlihat berwarna kuning kerena terjadi perubahan pH menjadi
asam. Uji tersebut juga digunakan sebagai diferensial bakteri Staphylococcus sp. dan
Micrococcus sp (Pommerville 2004).Pada uji tersebut memperlihatkan hasil yang
positif yaitu terjadinya perubahan warna menjadi kuning dan terlihat adanya
pembentukan gelembung gas pada tabung Durham. Menurut Pommerville (2004),
perubahan warna dan pembentukan gas yang terjadi menandakan bahwa adanya
reaksi fermentasi glukosa yang menghasilkan asam. Adanya perubahan warna
menjadi kuning menunjukkan bahwa bakteri yang diisolasi adalah bakteri
Staphylococcus sp. Bakteri ini kemungkinan merupakan kontaminan karena uji
katalase yang didapatkan adalah katalase negatif. Staphylococcus merupakan bakteri
katalase positif.
Mannitol salt agar merupakan media pertumbuhan bakteri selektif yang
mengandung 7,5% NaCl, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain selain
Staphylococcus sp. Medium ini juga mengandung mannitol, fenol red sebagai
indikator pH yang berguna untuk mendeteksi adanya asam yang dihasilkan oleh
Staphylococcus yang memfermentasi mannitol dapat menghasilkan zona berwarna
kuning di sekitar pertumbuhannya, sedangkan yang tidak dapat memfermentasikan
manitol tidak akan menimbulkan perubahan warna (Pommerville 2004). Hasil uji
MSA terhadap sampel bakteri menunjukkan hasil positif karena terdapat pertumbuhan
bakteri dan terdapat perubahan warna menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri sampel dari golongan genus Staphylococcus sp. Uji MSA dilakukan untuk
membedakan jenis Staphylococcus aureus maupun Staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus aureus pada uji MSA akan menghasilkan pertumbuhan bakteri
berwarna kuning sedangkan Staphylococcus epidermidis akan menghasilkan
pertumbuhan bakteri hijau pada uji MSA ini. Hasil yang didapatkan pada uji MSA ini
yaitu pertumbuhan bakteri yang berwarna kuning yang merupakan Staphylococcus
aureus.
Uji CAMP merupakan suatu uji untuk identifikasi b-hemolitik Streptococcus
algalactie (kelompok B). “Fenomena litik” antara Staphylococcus aureus dan
Streptococcus agalactiae (kelompok B), menjadi dasar bagi tes CAMP, Koloni
Streptococcus agalactie dikelilingi oleh zona hemolisis total ketika mereka tumbuh
di dekat koloni Staphylococcus b-hemolitik. Adapun Streptococcus pyogenes (non-
group B) gagal menunjukkan peningkatan hemolisis saat tumbuh di dekat koloni
Staphylococcus b-hemolitik. Dikatakan positif jika terdapat pola hemolisis seperti
mata anak panah, jikalau tidak terdapat pola hemolisis maka dikatakan negatif. Uji ini
dilakukan hanya untuk organisme yang menampilkan beta atau gamma hemolisis. Uji
CAMP tidak dilakukan ketika waktu praktikum karena uji koagulasi dan katalase
sebelumnya menunjukan hasil positif yang dimana diindikasikan sebagai bakteri
Staphylococcus sp sehingga tidak perlu dilakukan uji CAMP yang dimana uji CAMP
diperuntukan untuk bakteri golongan Streptococcus sp.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan, semua uji yang dilakukan menandakan
bahwa bakteri tersebut adalah Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang diidentifikasi dari susu adalah Staphyloccus aureus.

DAFTAR PUSTAKA

Adbat Amali.2010.Pertumbuhan Strrptococcus pneumonia pada Agar Darah Manusia


Dan Agar Darah Domba.[skripsi].Semarang(ID):Universitas Diponegoro.
Ani Murniati, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi.Bogor: IPB Press.
Brückler J.,Schwarz S,Untermann, F. 1994.Staphylokokken-infektionenund–
enterotoxineband. II/1, In: Blobel, H. und Schlieer (Eds.),Handbuch der
bakteriellen Infektionen bei Tieren, 2. Auflage. Gustav Fischer Verlag Jena,
Stuttgart.
Buxton R.2013.Blood Agar Plates and Hemolysis Protocols. [Internet] [diakses 24
Agustus 2019]. Tersedia pada: http://microbelibraby.org
Darmawi, Zahra AF,Salim MN,Dewi M,Abrar M,Syafruddin,Adam
M.2019.Isolation, Identification,and Sensitivity Test of Staphylococcus aureus
on Post Surgery Wound of Local Dogs (Canis familiaris).Jurnal Medika
Veterinaria.13(1):37-46.
Dewi AK.2013.Isolation, Identification and Sensitivity test of Staphylococcus aureus
against Amoxicillin of the Milk Sample in the Mastitis Crossbreed Ettawa Goat
at Girimulyo Area, Kulonprogo, Yogyakarta.Jurnal Sain Veteriner.31(2):138-
150.
Herlina N, Fifi A, Aditia DC, Poppy DH, Qurotunnada dan Baharuddin T. 2015.
Isolasi dan identifikasi Staphylococcus aureus dari susu mastitis subklinis di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(3): 413-417.
Holderman MV,Queljoe ED,Rondonuwu SB.2017.Identifikasi Bakteri Pada Pegangan
Eskalator di Salah Satu Pusat Perbelanjaan di Kota Manado.Jurnal Ilmiah
Sains.17(1):13-18.
Lay BW.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta(ID):PT Raja Grafindo
Persada.
Manurung, Pebrin.2010.Pengamatan Bentuk Bakteri.http://pebrinmanurung.blogspot.
com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri.html. 24 Agustus 2019.
Murwani S, Qosimah D, Amri IA. 2017. Penyakit Bakterial pada Ternak Hewan
Besar dan Unggas. Malang (ID): UB Press.
Pommerville JC. 2004. Alcamo's Laboratory Fundamentals of Microbiology. New
York (US): Jones and Bernett Learning.
Rahmi Y, Darmawi, Mahdi A, Faisal J, Fakhrurrazi, dan Yudha F. 2015. Identification
of Staphylococcus aureus in preputium and vagina of horses (Equus caballus).
Journal Medika Veterinaria. 9(2): 15-158.
Rahayu S.2015.Deteksi Streptococcus agalactiae Penyebab Mastitis Subklinis pada
Sapi Perah di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
[skripsi].Makassar(ID):Universitas Hasanuddin.
Rahayu SA dan Gumilar MH.2017.Uji Cemaran Air Minum Masyarakat Sekitar
Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi Bakteri Escherichia
coli..IJPST.4(2):50-56.
Safrida YD,Yulvizar C,Devita CN.2012.Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Berpotensi
Probiotik pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Depik.1(3):200-203.

Songer JG, Post KW. 2005. Veterinary Microbiology Bacterial and Fungal Agents of
Animal Disease 1st Ed. Elsevier Saunders. [internet]. Tersedia pada :
http://vet.sagepub.com/ (diakses pada 24 agustus 2019).
Yasir Y.2015.Bakteri dan Kesehatan Manusia.Prosiding Seminar Nasional
Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan.978(6):8-16.

Anda mungkin juga menyukai