Suhu panas,denyut jantung pada katak meningkat karena saat suhu tinggi
metabolisme juga semakin cepat sehingga denyut
jantung pun semakin cepat, sedangkan pada suhu dingin denyut jantung pada katak
menurun karena pada suhu dingin metabolisme tubuh melambat dan juga terjadi
hipotermia sehingga denyut jantung pun melambat.
Hal ini menunujkan bahwa adrenalin dapat meningkatkan permeabilitas
membran terhadap Na dan Ca. Di dalam SA node, peningkatan permeabilitas
membran terhadap Na menyebabkan penurunan potensial membran sampai nilai
ambang. Sementara di dalam AV node peningkatan permeabilitas membran
terhadap Na akan mempermudah sabut otot jantung untuk mengkonduksi implus
sabut otot berikutnya sehingga mengurangi waktu pengkonduksian implus dari
atrium ke ventrikel. Sedangkan peningkatan permeabilitas terhadap Ca akan
meningkatkan kontraksi otot semakin cepat.
Larutan asetilkolin berperan sebagai neurotransmitter yang dilepaskan oleh
saraf – saraf parasimpatis dan juga saraf – saraf preganglionik. Penurunan yang
terjadi karena asetilkolin meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion K
sehingga menyebabkan hiperpolarisasi, yaitu meningkatnya permeabilitas
negativitas dalam sel otot jantung yang membuat jaringan kurang peka terhadap
rangsang. Di dalam AV node, hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan junctional
yang berukuran kecil untuk merangsang AV node sehingga terjadi perlambatan
kontraksi impuls yang akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan kontraksi.
Asetikolin berfungsi sebagai neurotransmitter. Asetilkolin adalah satu dari berbagai
neurotransmiter pada sistem saraf otomatis, dan satu-satunya neurotransmiter pada
sistem saraf sadar.
Otomasi jantung merupakan kemampuan jantung yang dapat menjalankan
fungsinya tanpa di pengaruhi oleh saraf. Jantung memiliki otomasi sendiri di otot
jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Tanpa adanya koordinasi syaraf
simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar.
Kardiovaskuler 2
Vena
Aliran dari Perifer ke Jantung Aliran lambat Mengandung banyak CO2 Bertekanan
rendah Berdinding tipis Percabangan dari dua menjadi satu,
Kardiovaskuler 3
Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, ataumerasaka
n struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi,
apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang
diproduksi dalam tubuh. Auskultasi terjadi dua denyutan yaitu sistole dan diastole
atau yang lebih dikenal sebagai suara Korotkoff dengan fase I, II, III dan IV.
Perbedaan pengukuran tekanan darah sistole itu juga bisa disebabkan oleh beberapa
faktor seperi manset yang terlalu longgar dapat menyebabkan darah masih bisa
mengalir seperti biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan
atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain itu pula menghasilkan
tekanan darah yang lebih tinggi, sehingga tidak diperoleh hasil pengukuran yang
valid. Sebaliknya, pemasangan manset terlalu ketat dapat menyebabkan tekanan
yang di berikan pompa sphygnomamometer pada kantong karet tidak maksimal.
Hal ini disebabkan sebelum pemompaan, pengikatan pada lengan sudah ketat dan
sudah ada tekanan, jadi bila di beri tambahan udara, tekanannya tidak terlalu
maksimal; sehingga menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari
seharusnya.
gelombang P tersebut dengan nilai tinggi dan durasi sebesar < 3 mm/v dan <
0,12 s. kompleks QRS itu sendiri yaitu senilai < 5 mm/v dan < 0,12 s. Pada irama
sinus, kompleks QRS nya sempit. Hal itu disebabkan bahwa konduksi listrik di
ventrikel berjalan efisien. Jalur konduksi listrik mengambil waktu tersingkat, sehingga
depolarisasi ventrikel durasinya singkat (sempit). Kompleks QRS yang sempit
menandakan bahwa asal irama pasti berasal dari AV node atau bagian di atasnya
(Mohrman 2006). Interval PR dan QT yang didapatkan dalam hasil pengamatan ini
tergolong tidak normal dengan nilai sebesar 0,28 s dan 0,32 s yang tidak sesuai
dengan teori interval PR dan QT yaitu sebesar 0,42 s dan (0,42 s laki-laki, 0,43s
perempuan). Hal ini disebabkan oleh adanya blok di AV dan adanya efek obat-obatan
serta kelainan elektrolit dalam tubuh sehingga mempengaruhi hasil pengamatan EKG
ini terhadapat interval PR dan QT (Snell 2006).Segmen PR dan ST yang didapatkan
dalam hasil pengamatan ini tergolong normal karena sesuai dengan teori normal
nya yaitu senilai 0,04 s dan 0,12 s. Segmen ST dikatakan normal karena berada pada
garis isoelektrik yang mempresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal
repolarisasi ventrikel. Gelombang T merupakan representasi dari repolarisasi
ventrikel, yang didapatkan dari hasil pengamatan ini bernilai positif yang dimana
selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR, tinggi tidak
melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak melebihi 10
mm pada precordial lead (V1 s/d V6) (Ganong 2003).
Pengukuran tekanan darah
secara tidak langsung dengan cara
auskultasi lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran tekanan darah
dengan cara palpasi. Pengukuran
tekanan darah secara tidak langsung
dengan cara auskultasi terjadi dua
denyutan yaitu sistole dan diastole
atau yang lebih dikenal sebagai suara
Korotkoff. Pengamatan hasil EKG
yang didapatkan, semua tergolong normal kecuali interval PR dan QT yang tidak
normal. Hal itu disebabkan oleh adanya blok di AV dan adanya efek obat-obatan
serta kelainan elektrolit dalam tubuh.
RESPIRASI 1
Frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan meningkat pada waktu
berlari, dibandingkan dengan pada waktu duduk karena ketika bernafas, kita
menghirup udara dan memasukkannya ke paru-paru. Paru-paru mengambil oksigen
dari udara dan kemudian dibagi-bagikan ke seluruh tubuh. Saat berlari, kita
memerlukan lebih banyak oksigen. Hal ini dikarenakan pusat pernafasan yang
bereaksi karena bertambahnya karbondioksida dalam darah ketika berlari. Reaksi
yang dilakukan oleh pusat pernafasan ini adalah dengan cara mempercepat
pernafasan, agar oksigen yang dihirup juga banyak. Saat frekuensi nafas kita
meningkat maka denyut nadi pun akan bertambah cepat dikarenakan jumlah
oksigen dalam darah yang bertambah banyak. Sehingga memperkeras kerja
jantung dalam memompa darah, ini yang menyebabkan frekuensi jantung juga
meningkat ketika berlari. Sedangkan ketikaduduk(santai) kita tidak membutuhkan
tenaga yang banyak, jadi oksigen yang dipakai hanya sedikit. (duduk detak jantung
stabil, lari detak jantung tidak stabil). Hubungan antara frekuensi denyut nadi dan
frekuensi pernafasan adalah berbanding lurus. Karena semakin berat aktivitas
yang dilakukan maka semakin cepat frekuensi denyut nadi dan nafas. Curah
jantung dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung,
kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung atau peningkatan volume darah.
Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah
mengakibatkan penurunan tekanan darah. Tekanan darah berbanding lurus dengan
curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
Karena aktivitas fisik merupakan faktor dari kondisi tekanan darah seseorang.
Cardiac Output = Stoke Volume (SV) x Heart Rate (HR)
Zona Konduksi = Melembabkan udara/filtrasi, zona respirasi = pertukaran gas /
alveoli.
Hukum Boyle =
P = nRT / V
Teganganpermukaan= kekuatan yang menentang kompliens akibat cairan alveoli
menimbulkan tekanan yang mengarah kedalam Hk. LaPlace(P = 2xT/r)
Hukum Dalton : Tekanan parsial gas = % gas X tekanan udara
Hukum fick :
Bila terjadi peningkatan luas permukaan untuk difusi Q berbanding lurus dengan A
Bila terjadi penurunan ketebalan membran Q berbanding terbalik dengan
LPerbedaan konsentrasi bahan yang berdifusi selalu dipertahankan Q berbanding
lurus dengan C1 -C2). Hukum Henry : Kadar gas yang terlarut dalam larutan
bergantung pada: Tekanan parsial gas, Daya larut gas
RESPIRASI 2
Bernapas merupakan suatu aktivitas alamiah dalam sistem respirasi yang
dilakukan semua mahluk hidup sepanjang hidupnya. Kegiatan ini melibatkan dua
aktivitas utama yaitu inspirasi (mengambil udara) dan ekspirasi (mengelurkan udara)
(Cuninghan, 1992). Sistem respirasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting
bagi kehidupadan suatu individu, diantaranya adalah pertukarag gas (O2 dengan CO2)
,mengatur pH, suhu, volume cairan, serta mengaktivasi dan inaktivasi bahan kimia
darah tertentu (Ganong, 2003).
Frekuensi dan volume udara pernapasan dapat dipengaruhi oleh sikap badan.
Frekuensi napas pada posisi berbaring sebesar 25.02 kali/menit dengan volume udara
sebanyak 2 mm3. Frekuensi napas pada posisi duduk sebesar 16.68 kali/menit dan
pada posisi berdiri sebesar 16 kali/menit dengan volume udara masing-masing
sebanyak 3 mm3 dan 5 mm3. Banyaknya volume udara yang dihirup berbanding
terbalik dengan besarnya frekuensi pernapasan. Hal ini disebabkan oleh napas
probandus yang tidak stabil dan probandus dalam keadaan bergerak (tidak diam).
Seharusnya frekuensi napas terendah diperoleh dalam posisi berbaring. Hal ini
diakibatkan karena dalam keadaan berbaring os costae dan os sternum telah tertarik
oleh otot-otot inspirasi ke dorsal menuju columna vertebralis sebelum terjadi
inspirasi. Akibatnya, pada saat terjadi inspirasi dan ekspirasi, rongga dada hanya bisa
mengembung dan mengempis sedikit. Selain itu, pada posisi berbaring, posisi jantung
dan paru-paru sejajar, sehingga darah akan lebih mudah mengalir ke kapiler alveoli
termasuk ke bagian apex paru-paru (Guyton & Hall 2006).
PENCERNAAN 1