Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA I
PENGARUH ANTIMIKROBA TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROBA

Kelompok 6
Penanggung Jawab :

Salsabilla Rusdi Pratiwi (A1F018005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan bagian dari makhluk hidup dimana


pertumbuhan dan perkembangannya. Mikroorganisme dikatakan tumbuh,
bukanlah sel-selnya bertambah besar atau bertambah panjang, akan tetapi
pertambahan jumlah individu-individu sehingga membentuk suatu koloni ataupun
suatu populasi yang terdiri dari beratus-ratus sampai beribu-ibu individu. Populasi
mikroorganisma dapat menjadi besar sekali dalam jangka waktu yang relative
singkat. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan perhitungan bakteri yang terdapat
pada es dung-dung sebesar > 2400 per ml (melebihi standar yang ditentukan, yaitu
batas maksimum 10 APM/100 ml) (Putri,2018). Pertumbuhan bakteri yang
signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, yang pertama faktor intrinsik : pH,moisture
content, potensial oksidasi-reduksi, kandungan nutrisi,kandungan antimikroba,
struktur bilogi, dan yang kedua faktor ekstrinsik : Temperatur, kelembapan relatif
lingkungan, konsetrasi gas di lingkungan. Sehingga apabila tidak dikendalikan
maka akan menyebabkan penyakit-penyakit yang serius dan juga dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan atau pembusukan pada bahan-bahan makanan.
Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan perlu dilakukan
apabila kita menginginkan bahan makanan tersebut tidak cepat rusak atau cepat
menjadi busuk, melainkan menjadi tahan lama. Kerusakan bahan makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut
berkembangbiak dan bermetabolisme sedemikian rupa sehingga bahan makanan
mengalami perubahan yang menyebabkan kegunaannya sebagai bahan pangan
menjadi terganggu. Proses kerusakan ini dimungkinkan karena bahan makanan
memiliki persyaratan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian,
kerusakan bahan makanan dapat terjadi apabila tersedia substrat (yaitu bahan
makanan tsb.) yang cocok, kemudian bahan makanan itu telah tercemar oleh
mikroorganisme dan ada kesempatan bagi mikroroganisme untuk
berkembangbiak. Sehinnga perlunya pengendalian, salah satunya dengan
menggunakan senyawa antimikroba. Antimikroba merupakan suatu zat atau
komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri/kapang (bakteristatik
atau fungistatik) hingga membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal atau
fungisidal). , zat tersebut mempunyai daya penghambat aktifitas mikororganisme
lain meskipun dalam jumlah sedikit (Zheng et al., 2013). Senyawa antimikroba
dapat berasal dari bahan alami maupun sintetis. Bahan alami tersebut diantaranya
terdapat pada rempah rempahan yang didalamnya terkandung senyawa bioaktif
yaitu kurkumin, flavonoid, minyak, atsiri dan polifenol yang memiliki fungsi,
sebagai antibakteri (Adila dkk, 2013). Dalam menghambat pertumbuhan bakteri
senyawa-senyawa tersebut memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi
dan merusak dinding sel sehingga proses metabolisme akan terganggu,
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi, mengganggu tegangan permukaan sel bakteri, sehingga sel bakteri
mudah bocor dan lisis.
Oleh karena itu dalam praktikum kali ini, praktikan akan melakukan
percobaan secara langsung terkait dengan senyawa antimikroba yang dapat
menghambat pertumbuhan pada bakteri E-Coli dan Bacillus Subtilis.

B. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh antimikroba terhadap aktivitas mikroba


gram positif dan negatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri gram negatife berbentuk batang pendek


yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7 µm dan
bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan
halus dengan tepi yang nyata. E. coli dapat bertahan hidup dimedium sederhana
menghasilkan gas dan asam dari glukosa dan memfermentasi laktosa. Pergerakan
bakteri ini motil, tidak motil, dan peritrikus, ada yang bersifat aerobik dan
anaerobik fakultatif (Elfidasari et al. 2011). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Hawa (2011), E. coli memiliki suhu optimum pertumbuhan 40-45 °C, di atas
suhu tersebut bakteri akan mengalami inaktivasi. Struktur sel dari bakteri E. coli
terdiri dari dinding sel, membran plasma, sitoplasma, flagella, nucleus (inti sel),
dan kapsul. Membran sel terdiri dari sitoplasma yang mengandung nucleoprotein.
Membran sel E. coli ditutupi oleh dinding sel berlapis kapsul. Flagella dan fili E.
coli menjulur dari permukaan sel. . E.coli mempunyai struktur dinding sel berlapis
tiga dengan ketebalan yang tipis berkisar antara 10-15 nm. Komposisi dinding sel
bakteri ini terdiri dari lipid dan peptidoglikan. Konsentrasi lipid pada dinding sel
bakteri gram negatif berkisar antara 11-22 % (Juliantina,2009). Bakteri E-coli
biasanya tumbuh sebagai flora normal pada usus manusia yang berperan penting
dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu,
dan penyerapan zat-zat makanan.Namun dapat menjadi patogen jika jumlahnya
didalam usus meningkat atau berada di luar usus manusia (Zeniusa dan
Ramadhian, 2017).

B. Bacillus subtilis

Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk


endospora yang berbentuk oval di bagian sentral sel. Hasil uji pewarnaan gram
menunjukkan bahwa B. subtilis merupakan bakteri gram positif karena
menghasilkan warna ungu saat ditetesi dengan larutan KOH. Warna ungu yang
muncul pada pewarnaan gram tersebut dikarenakan dinding sel B. subtilis mampu
mempertahankan zat warna Kristal violet (Aini et al. 2013).
B. subtilis memiliki struktur dinding sel lebih banyak peptidoglikan yang
mencapai 90%, sedikit lipid dan mengandung polisakarida yang mampu larut
dalam air yang berfungsi sebagai transport ion positif. Menurut Malanovic (2016),
bakteri B. subtilis mempunyai sisi hidrofilik, yaitu karboksil, asam amino, dan
hidroksil sehingga bakteri tersebut lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikrobia
dibedakan atas dua kelompok, yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi aktivitas air (aw), nilai pH (tingkat keasaman), kandungan gizi, dan
senyawa anti mikroba. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, oksigen dan
kelembapan. Aktivitas air merupakan indeks air yang tersedia untuk digunakan
oleh mikrobia. Sebagian besar jenis mikrobia memerlukan aktivitas air > 0,9
untuk metabolisme aktif, sedangkan beberapa jenis mikrobia (kelompok fungi)
yang xerotoleran dapat tumbuh pada aktivitas air (Aw) yang rendah
(Chrismanuel,2012). Oleh karena itu untuk menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroba dapat digunakan senyawa antimikroba.

C. Senyawa Antimikroba

Antimikroba merupakan suatu zat atau komponen yang dapat


menghambat pertumbuhan bakteri/kapang (bakteristatik atau fungistatik) hingga
membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal atau fungisidal). , zat tersebut
mempunyai daya penghambat aktifitas mikororganisme lain meskipun dalam
jumlah sedikit (Zheng et al., 2013). Senyawa antimikroba dapat digolongkan
menjadi dua yaitu sintetis dan alami. Senyawa antimikroba sintetik adalah
senyawa zat yang berasal dari komponen-komponen kimia yang berbahaya.
Contoh yang termasuk senyawa antimikroba sintetik sodium benzoat, asam
benzoat, senyawa fenolik sintetik, asam sorbat, sulfur dioksida, sulfit, nitrat,
dimetil dikarbonat, dan dietil dikarbonat. Senyawa sintetik tersebut memiliki daya
hambat yang sangat tinggi dibandingkan dengan senyawa antimikroba alami.
Menurut Tajkarimi dkk (2010) aktivitas antimikroba alami seperti oregano,
thyme, sage, rosemary, marjoram, cengkeh, kayu manis,bawang putih, jahe,
kunyit, lengkuas, jinten hitam, pala, sirih, kecombrang dan rempah lainnya
Berbagai berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pengawet pangan karena
memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas, diantaranya terhadap
bakteri patogen dan perusak pangan. Beberapa peneliti terdahulu melaporkan
minyak esensial jahe dan lengkuas lebih efektif menghambat mikroba
dibandingkan oleoresinnya, dengan aktivitas antimikroba yang cukup
tinggi/moderat (Prakatthagomol dkk., 2011). Senyawa alami yang mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri banyak terkandung di dalam
tumbuhan. Beberapa senyawa antimikroba antara lain yaitu, saponin, tannin,
flavonoid, xantol, terpenoid, alkaloid dan sebagainya (Suerni, dkk, 2013).
Komponen aktif pada minyak esensial jahe dan lengkuas umumnya didominasi
senyawa senyawa terpen (monoterpen, seskuiterpen), dan fenolik yang
menghasilkan aroma yang khas.

D. Mekanisme senyawa antimikroba

Konsentrasi yang meningkat akan menyebabkan peningkatan diameter


zona hambat yang terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ariyanti et al.
(2012), semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antimikroba maka aktivitas
antimikroba akan semakin kuat. Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri
yaitu dengan adanya kerusakan dinding sel oleh senyawa antibakteri, perubahan
molekul protein atau asam nukleat, penghambatan kerja enzim yang akan
mengakibatkan terganggunya metabolism atau matinya sel serta penghambatan
sintesis asam nukleat dan protein sehingga menyebabkan kerusakan total.
III. METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Cawan petri steril, pipet

mikro, kertas saring Whatman (cakram), penggaris, inkubator, laminar, pinset,

gelas plastik kecil, bunsen, tip, dan stopwatch.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah medium NA, E- coli,

Bacillus subtilis, kunyit, kencur, jahe, asam sitrat, NaCl, HCl, aquades (control),

plastic pembungkus, dan karet gelang.

B. Prosedur Kerja

1. Penggunaan single kertas cakram

Disiapkan 2 cawan petri steril, dimasukkan masing masing 1 ml starter


mikroba

Dimasukkan medium ke dalam cawan petri steril dalam keadaan hangat


450 C

Diputar-putar cawan petri steril diatas meja untuk meratakan medium


NA

Dicelupkan kertas cakram kedalam larutan pengawet selama 10 menit


lalu dikering anginkan dan dimasukkan kedalam cawan petri yang telah
diisi medium
Diinkubasi medium selama 48 jam pada suhu ruang dan posisi cawan
terbalik

Diamati zona bening dan dilakukan pengukuran pengahambat


antimikroba terhadap bakteri. Pengamatan dilakukan 2 kali, setelah 24
jam dan 48 jam

2. Penggunaan double kertas cakram

Disiapkan 2 cawan petri steril, dimasukkan masing masing 1 ml starter


mikroba

Dimasukkan medium ke dalam cawan petri steril dalam keadaan hangat


450 C

Diputar-putar cawan petri steril diatas meja untuk meratakan medium


NA

Kertas cakram 1 :Dicelupkan kertas cakram kedalam larutan pengawet


selama 10 menit lalu dikering anginkan dan dimasukkan kedalam
cawan petri yang telah diisi medium

Kertas cakram 2 :Dicelupkan kertas cakram kedalam larutan pengawet


selama 10 menit lalu dikering anginkan dan dimasukkan kedalam
cawan petri yang telah diisi medium (diletakkan diatas kertas cakram 1)

Diinkubasi medium selama 48 jam pada suhu ruang dan posisi cawan
terbalik

Diamati zona bening dan dilakukan pengukuran pengahambat


antimikroba terhadap bakteri. Pengamatan dilakukan 2 kali, setelah 24
jam dan 48 jam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Single kertas cakram alami

Waktu Bakteri Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan (Alami)

I II III Rata2
(cm) (cm) (cm) (cm)
24 jam E-coli Jahe 0,6 0,7 0,6 0,63-0,6
0,03
Kencur 0,7 0,7 0,7 0,7-0,6
0,1
Kunyit 0,6 0,7 0,7 0,67-0,6
0,07
Akuades 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Bacilus Jahe 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
Subtilis 0
Kencur 0,7 0,8 0,7 0,73-0,6
0,13
Kunyit 0,6 0,65 0,65 0,63-0,6
0,03
Akuades 0,75 0,7 0,7 0,72-0,6
0,12
48 jam E-coli Jahe 0,7 0,6 0,7 0,67-0,6
0,07
Kencur 0,8 0,7 0,8 0,77-0,6
0,17
Kunyit 0,7 0,6 0,8 0,7-0,6
0,1
Akuades 0,7 0,6 0,6 0,63-0,6
0,03
Bacilus Jahe 0,65 0,65 0,65 0,65-0,6
Subtilis 0,05
Kencur 0,8 0,8 0,75 0,78-0,6
0,18
Kunyit 0,65 0,65 0,6 0,63-0,6
0,03
Akuades 0,75 0,75 0,7 0,73-0,6
0,13

2. Single kertas cakram sintetis

Waktu Bakteri Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan Sintetis

I II III Rata2
(cm) (cm) (cm) (cm)
24 jam E-coli NaCl 0,1% 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
As. Sitrat 0,7 0,6 0,8 0,7-0,6
0,1% 0,1
HCl 0,7 0,7 0,8 0,73-0,6
0,13
Akuades 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Bacilus NaCl 0,1% 0,7 0,7 0,7 0,7-0,6
Subtilis 0,1
As. Sitrat 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0,1% 0
HCl 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Akuades 0,7 0,7 0,7 0,7-0,6
0,1
48 jam E-coli NaCl 0,1% 0,8 0,6 0,8 0,73-0,6
0,13
As. Sitrat 0,9 0,8 0,8 0,83-0,6
0,1% 0,23
HCl 0,9 1 1 0,97-0,6
0,37
Akuades 0,8 0,8 0,8 0,8-0,6
0,2
Bacilus NaCl 0,1% 0,8 0,7 0,8 0,77-0,6
Subtilis 0,17
As. Sitrat 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0,1% 0
HCl 0,7 0,6 0,7 0,67-0,6
0,07
Akuades 0,9 0,8 0,9 0,87-0,6
0,27
3. Double kertas cakram alami

Waktu Bakteri Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan (Alami)

I II III Rata2
(cm) (cm) (cm) (cm)
24 jam E-coli Kunyit 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Jahe 0,65 0,65 0,65 0,65-0,6
0,05
Kencur 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Akuades 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Bacilus Kunyit - - - -
Subtilis Jahe 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Kencur - - - -
Akuades 0,7 0,7 0,7 0,7-0,6
0,1
48 jam E-coli Kunyit 0,6 0,7 0,6 0,63-0,6
0,03
Jahe 0,8 0,7 0,7 0,73-0,6
0,13
Kencur 0,7 0,7 0,8 0,73-0,6
0,13
Akuades 0 0 0 0
Bacilus Kunyit - - - -
Subtilis Jahe 0,6 0,6 0,6 0,6-0,6
0
Kencur - - - -

Akuades 0,7 0,8 0,8 0,77-0,6


0,17

4. Double kertas cakram sintetis

Waktu Bakteri Antimikroba Pengukuran zona bening


Pengamatan Sintetis
I II III Rata2
(cm) (cm) (cm) (cm)
24 jam E-coli HCl 1 0,9 1 0,97-0,6
0,37
NaCl 0,1% 0,9 0,8 0,8 0,83-0,6
0,23
As. Sitrat 0,8 0,7 0,8 0,77-0,6
0,1% 0,17
Akuades 0,8 0,7 0,7 0,73-0,6
0,13
Bacilus HCl 0,6 0,7 0,7 0,66-0,6
Subtilis 0,06
NaCl 0,1% 0,7 0,9 0,8 0,8-0,6
0,2
As. Sitrat 0,6 0,7 0,7 0,66-0,6
0,1% 0,06
Akuades 0,6 0,8 0,7 0,7-0,6
0,1
48 jam E-coli HCl 1,1 0,9 1 1-0,6
0,4
NaCl 0,1% 0,8 0,9 0,9 0,86-0,6
0,26
As. Sitrat 0,8 0,8 0,8 0,8-0,6
0,1% 0,2
Akuades 0,8 0,7 0,8 0,76-0,6
0,16
Bacilus HCl 0,7 0,8 0,9 0,8-0,6
Subtilis 0,2
NaCl 0,1% 1 0,9 0,8 0,9-0,6
0,3
As. Sitrat 0,7 0,6 0,8 0,7-0,6
0,1% 0,1
Akuades 0,6 0,8 0,6 0,66-0,6
0,06

B. Pembahasan

Pada praktikum mikrobiologi untuk pengaruh senyawa antimikroba

dalam menghambat pertumbuhan bakteri E-coli dan Bacillus Subtilis. Senyawa

antimikroba yang digunakan berasal dari alami dan sintetik. Senyawa antimiroba
alami yang digunakan adalah jahe, kencur, kunyit sedangkan yang sintetik adalah

HCl.. NaCl 0,1%, Asam Sitrat 0,1%. Serta alat penunjang yang dibutuhkan

diantaranya Cawan petri steril, pipet mikro, kertas saring Whatman (cakram),

penggaris, incubator, laminar, pinset, gelas plastik kecil, bunsen, tip, dan

stopwatch. Metode yang digunkaan untuk menguji aktivitas bakteri pada

penelitian ini adalah metode difusi agar dengan menggunakan kertas cakram,

dimana dalam teknik ini media agar yang diinokulasi dengan bakteri kemudian

dimasukkan kertas cakram dalam media yang sebelumnya telah dicelupkan

kedalam senyawa antimikroba (Kurniatuhadi,2010). Pengujian aktivitas

antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi cakram, dimana metode ini

memiliki kelebihan yaitu cepat, mudah, dan murah karena tidak memilki alat

khusus (Katrin,2015).

A. Senyawa antimikroba alami pada E-coli dan B. Subtilis dengan


penggunaan single kertas cakram

Berikut merupakan grafik diameter zona hambat dari bahan alami (jahe,
kencur, kunyit dan aquades sebagai control). Berdasarkan grafik secara umum
diameter zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri Bacillus Subtilis lebih
besar, hal ini dikarenakan bakteri tersebut merupakan bakteri dari gram positif
dimana, jenis dari bakteri ini memilki susunan dinding sel yang lebih sederhana
dibandingkan dengan bakteri E-coli yang termasuk kedalam golongan gram
negative sehingga antimikroba lebih mudah masuk kedalam sel bakteri.
senyawa antimikroba alami senyawa antimikroba alami
pada E-coli penggunaan pada Bacillus Subtilis
single kertas cakram penggunaan single kertas
0.3 cakram
0.25 0.4
0.2 0.3
cm

0.15

cm
0.1 48 jam 0.2
0.05 0.1 48 jam
24 jam
0 0 24 jam

jahe
kencur
jahe

akuades
kencur

akuades
kunyit
kunyit

Hasil pengujian aktivitas antimikroba dari bahan ekstrak alami (jahe,


kencur, kunyit) menunjukkan terjadinya penhambatan terhadap bakteri E-Coli dan
Bacillus Subtilis yang ditandai dengan adanya zona bening di sekitar kertas
cakram. Pada data gambar grafik diatas terlihat bahwa rempah rempah yang
mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E-coli dan Bacillus
Subtilis terbesar adalah kencur. Pada bakteri E-coli dihasilkan zona hambat
dengan diameter 0,1 cm selama 24 jam inkubasi dan 0,17 cm selama 48 jam
inkubasi. Pada bakteri Bacillus Subtilis dihasilkan zona hambat dengan diameter
0,13 cm selama 24 jam inkubasi dan 0,18 cm selama 48 jam inkubasi. Kandungan
zat aktif kencur sebetulnya sebagian sama dengan rehmpah lainnya yaitu
mengandung minyak atsiri, senyawa fenolik, flavanoid, alkaloid, dan
sesquiterpenoid. Namun demikian daya hambat yang dimiliki oleh kencur berbeda
dengan jenis bahan alami yang lain yang digunakan dalam praktikum ini
disebabkan senyawa aktif antibakteri bersifat spesifik untuk tiap jenis bakteri.
Menurut Fajeriyati dalam penelitian melaporkan bahwa Zona hambat yang paling
besar terdapat pada konsentrasi 100% pada bakteri Bacillus subtilis dengan zona
hambat rata-rata 29 mm dan konsentrasi 100%.pada bakteri Escherichia coli
dengan zona hambat rata-rata 27 mm. Jahe mempunyai diameter zona hambat
terhadap bakteri Escherichia coli sebesar 15,33 mm (Indah ,2013). Sedangkan
zona hambat terbesar terdapat pada konsentrasi 100% untuk bakteri Escherichia
coli dan Bacillus subtilis sebesar 1,03 mm dan 1,13 mm. Namun pada Aquades
terlihat bahwa terdapat zona bening pada bakteri Bacillus hal ini terjadi karena
mungkin saja ketika meletakkan kertas cakram diatas medium dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya pinset tersebut disemprot dengan alcohol
sehingga dapat mempengaruhinya. Tapi berdasarkan literature yang ada bahwa
control tidak akan mampu menghambat aktifitas bakteri karena didalam aquades
tidak terdapat senyawa senyawa yang mampu menghambat aktivitas bakteri.
Perbedaan ini bisa terjadi karena konsentrasi dan jenis senyawa aktif, respon
bakteri terhadap zat aktif tersebut serta sumber bahan baku dapat mempengaruhi
daya antibakteri. Jika sumber bahan baku berbeda akan mempengaruhi
kandungan zat dalam bahan baku.

B. Senyawa antimikroba sintetis pada E-coli dan B. Subtilis dengan


penggunaan single kertas cakram

senyawa antimikroba senyawa antimikroba sintetis


sintetis pada E-Coli pada Bacillus Subtilis
penggunaan single kertas penggunaan single kertas
cakram cakram
0.6 0.4
0.5
0.3
0.4
cm

cm

0.3 0.2
0.2 48 jam 48 jam
0.1
0.1
0 24 jam 0 24 jam
Asam sitrat…

Asam sitrat…
HCl

HCl
Aquades

Aquades
NaCl 0,1%

NaCl 0,1%

Hasil pengujian aktivitas antimikroba dari bahan sintetis(NaCl 0,1%,


Asam sitrat 0,1%, HCl,) menunjukkan terjadinya penghambatan terhadap bakteri
E-Coli dan Bacillus Subtilis yang ditandai dengan adanya zona bening di sekitar
kertas cakram. Pada data gambar grafik diatas terlihat bahwa bahan sintetis
memilki daya hambat yang cukup besar dibandingkan dengan bahan alami. Bahan
yang mempunyai daya hambat terbesar pada pertumbuhan bakteri E-coli dan
Bacillus Subtilis adalah HCl. Pada bakteri E-coli dihasilkan zona hambat dengan
diameter 0,13 cm selama 24 jam inkubasi dan 0,37 cm selama 48 jam inkubasi.
Pada bakteri Bacillus Subtilis dihasilkan zona hambat dengan diameter 0 cm
selama 24 jam inkubasi dan 0,37 cm selama 48 jam inkubasi.
Mekanisme kerja dari asam dalam menghambat aktivitas bakteri. Rahmi
(2015) menjelaskan bahwa asam berdisosiasi dan menghasilkan Ion hidrogen, dari
situlah apabila jumlah asam yang tidak terdisosiasi banyak yang masuk ke dalam
sel sehingga jumlah ion hidrogen yang dihasilkan semakin banyak dan terjadi
pengasaman sel (penurunan pH sitoplasma), akibatnya akan merusak membran
dari sitoplasma dan bakteri akan rusak atau mati.HCl adalah asam kuat yang dapat
menghasilkan ion hydrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam sitrat.
Sehingga kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri juga akan semakin
tinggi (Yuliansyah,2014).
Pada NaCl mampu menghambat aktivitas bakteri E-coli dan Bacillus
Subtilis dengan diameter zona hambat yang dihasilkan selama 24 jam
penyimpanan sebesar 0 cm dan 0,1 cm kemudian mengalami pertambahan ukuran
diameter stelah diinkubasi lagi selama 48 jam penyimpanan besarnya anatara dua
bakteri tersebut sama yaitu 0,13 cm. Tetapi daya hambatnya tidak sebesar asam
klorida maupun asam sitrat. Natrium klorida dapat menghambat pertumbuhan
bakteri karena dapat meningkatkan tekanan osmotik substrat yang menyebabkan
terjadinya penarikan air dari dalam sel mikroorganisme sehingga sel akan
kehilangan air dan mengalami pengerutan hal ini menyebabkan aktifitas
mikroorganisme terhambat. Selain itu konsentrasi NaCl dapat menyebabkan
protein mikroba terdenaturasi. Natrium klorida juga memiliki daya toksisitas yang
tinggi pada mikroba, ionisasi garam akan menghasilkan ion klor yang beracun
terhadap mikroorganisme serta dapat memblokir system respirasinya (Indarti,
2009).
C. Senyawa antimikroba alami pada E-coli dan B. Subtilis dengan
penggunaan double kertas cakram

senyawa antimikroba alami senyawa antimikroba alami


pada E-coli penggunaan pada Bacillus Subtilis
double kertas cakram penggunaan double kertas
cakram
0.2 0.3
0.15 0.25
0.2
cm

0.1

cm
0.15
48 jam 48 jam
0.05 0.1
24 jam 0.05 24 jam
0
0
jahe
kencur

akuades
kunyit

Hasil pengujian aktivitas antimikroba dari bahan alami (jahe, kencur,


kunyit) pada penggunaan double kertas cakram menunjukkan terjadinya
penghambatan terhadap bakteri E-Coli dan Bacillus Subtilis yang ditandai dengan
adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Pada data gambar grafik diatas
Bahan yang mempunyai daya hambat terbesar pada pertumbuhan bakteri E-coli
adalah jahe. Pada bakteri E-coli dihasilkan zona hambat dengan diameter 0,05 cm
selama 24 jam inkubasi dan 0,13 cm selama 48 jam inkubasi. Sedangkan Pada
bakteri Bacillus Subtilis yang memilik zona hambat yang besar adalah akuades
,dihasilkan zona hambat dengan diameter 0,1 cm selama 24 jam inkubasi dan
0,17 cm selama 48 jam inkubasi. Pada kencur jahe, kencur dan kunyit tidak
terdapat penghambatan aktivitas bakteri. Hal ini disebabkan karena pada saat
praktikum, praktikan melakukan kesalahan yaitu meletakkan kertas cakram yang
kedua di sebelah kertas cakram yang pertama seharusnya kertas cakram kedua
diletakkan diatas kertas cakram yang pertama sehingga tidak terjadi
penghambatan aktivitas bakteri selain itu terdapat factor lain yang menyebabkan
senyawa antimikroba alami tidak bekerja secara optimal. Didalam senyawa
antimikroba terdapat kandungan zat aktif yang berupa minyak atsiri, senyawa
fenolik, flavanoid, alkaloid, dan sesquiterpenoid. Menurut Sundari (2009)
senyawa fenolik mempunyai sifat asam, mudah teroksidasi, mudah menguap,
sensitive terhadap cahaya dan oksigen, serta bersifat antiseptic. Pada tahap
pengeringkan kertas cakram mungkin bisa jadi pengeringan yang terlalu lama
sehingga kertas cakram bereaksi dengan oksigen dan mengalami oksidasi
sehingga menyebabkan senyawa fenolik atau senyawa antimikroba lain menurun
dan tidak mampu melakukan penghambatan aktivitas antimikroba secara
maksimal.

D. Senyawa antimikroba sintetis pada E-coli dan B. Subtilis dengan


penggunaan double kertas cakram

senyawa antimikroba senyawa antimikroba


sintetis pada E-Coli sintetis pada Bacillus
penggunaan double kertas penggunaan double kertas
cakram cakram
1 0.6
0.8 0.5
0.6 0.4
cm
cm

0.3
0.4 0.2
48 jam 48 jam
0.2 0.1
0 24 jam 0 24 jam
Asam…
Asam…

HCl
Aquades
NaCl 0,1%
HCl
Aquades
NaCl 0,1%

Hasil pengujian aktivitas antimikroba dari bahan sintetis (NaCl 0,1%,


asam sitrat 0,1%, HCl) pada penggunaan double kertas cakram menunjukkan
terjadinya penghambatan terhadap bakteri E-Coli dan Bacillus Subtilis yang
ditandai dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Pada data gambar
grafik diatas bahan yang mempunyai daya hambat terbesar pada pertumbuhan
bakteri E-coli adalah HCl. Pada bakteri E-coli dihasilkan zona hambat dengan
diameter 0,37 cm selama 24 jam inkubasi dan 0,4 cm selama 48 jam inkubasi.
Sedangkan Pada bakteri Bacillus Subtilis yang memilik zona hambat yang besar
adalah NaCl 0,1%,dihasilkan zona hambat dengan diameter 0,2 cm selama 24
jam inkubasi dan 0,3 cm selama 48 jam inkubasi.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Senyawa zat antimikro dalam menghambat aktivitas mikroba dipengaruhi oleh


gram positif dan gram negatif. Gram negatif memiliki komposisi dinding sel
bakteri ini terdiri dari lipid dan peptidoglikan. Konsentrasi lipid pada dinding
sel bakteri gram negatif berkisar antara 11-22 % sehingga kurang resisten
terhadap senyawa antimikroba dibandingkan dengan gram positif yang hanya
tersusun dari 90% peptidoglikan dengan konsentrasi lipid yang lebih sedikit.
2. Senyawa antimikroba alami yang tekandung didalam bahan alami berupa
minyak atsiri, senyawa fenolik, flavanoid, alkaloid, dan sesquiterpenoid
mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
3. Senyawa antimikroba sintetis yang terkandung didalam bahan sintetis (asam
sitrat , HCl) mampu menghambat aktivitas bakteri secara mekanismenya terjadi
pengasaman sel (penurunan pH sitoplasma), akibatnya akan merusak membran
dari sitoplasma dan bakteri akan rusak atau mati.

B. Saran

Praktikan diharapkan lebih teliti dan cermat pada saat melakukan


pengukuran zona bening. Praktikan sebelum melakukan praktikum sebaiknya
terlebih dahulu membaca dan memahami apa yang akan dipraktikan agar pada
saat praktikum terdapat kesalahan hasil yang tidak sesuai dengan teori yang
sebenarnya dapat mengetahui factor penyebannya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Chrismanuel, Y. B. Pramono & B.E. Setyani. 2012. Efek Pemanfaatan


Karaginan Sebagai Edible Coating Terhadap Ph, Total Mikroba Dan H2s
Pada Bakso Selama Penyimpanan 16 Jam (The Effect Of Edible
Coating’s Carragenan On Ph, Total Bakteria And H2s Meatball 16 Hours
Storage). Animal Agriculture Journal.1(2):286 – 292.
Adila R, Nurmiati, Agustien A. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp. terhadap
Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Jurnal biologi Universitas Andalas. 1(7):2303-2162.
Ariyanti NK, Darmayasa IBG & Sudirga SK. 2012. Daya hambat ekstrak kulit
daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC
25922. Jurnal Biologi. 16(1): 1-4.
Aini, F.N., S. Sukamto, D. Wahyuni, R.G Suhesti, & Q. Ayyunin. 2013.
Penghambatan pertumbuhan Colletotrichum gloeosporioides oleh
Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Bacillus subtilis dan
Pseudomonas fluorescens. Jurnal Pelita Perkebunan. 29(1): 44-52.
Barudin, N, H, A, Sreekantan, S, Ong, M, T, Lai, C, W. 2014. Synthesis,
characterization and comparative study of nanoAg–TiO2 against Gram-
positive and Gram-negative bacteria under fluorescent light. Food
Control. 46:480-487.
Dewi, Z.Y., Nur, A., Hertriani, T. (2015). Efek Antibakteri dan Penghambatan
Biofilm Ekstrak Sereh (Cymbopogon nardus L) Terhadap Bakteri
Streptococcus mutans. MajKed Gi Ind.1(2):136-141.
Elfidasari, D. et al., 2011. Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al
Azhar Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan
Indikator Jumlah Escherichia coli Terlarut. Jurnal Al-Azhar Indonesia
Seri Sains dan Teknologi.1(1).
Gupta, A., Mahajan, S., & Sharma, R. (2015). Evaluation of Antimicrobial
Activity of Curcuma Longa Rhizome Extract Againts Sthapylococcus
aureus. BiotechnologyReports.6(1)51-55.
Hawa LC, susilo B. jayasari NE 2011. Studi komparasi inaktivasi Escherichia coli
dan perubahan fisik pada pasteurisasi susu sapi segar menggunakan
metode pemanasan dengan kejut medan listrik. J Teknol
pertanian.1(2):3139.
Indarti. (2009). Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Media yang Ditambah
Dapur. Universitas Muhammadiyah .Semarang.
Ismail, D. 2012. Uji Bakteri Escherichia coli Pada Minuman Susu Kedelai
Bermerek danTanpa Merek Di Kota Surakarta.Universitas
Muhammadiyah Surakarta.Solo.
Juliantina, F., Citra, D.A., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., Bowo, E.T. 2009.Manfaat
Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia. 1(1): 12-20.
Katrin,Dina, Nora I.,& Berlian S. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak
Daun Malek (Litsea Graciaevidal) terhadap Bakteri Stapylococcus
Aureus dan Escherichia Coli. 4(1):7-12.
Kurniatuhadi, R., 2010, Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Kelopak Bunga
Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Pertumbuhan Salmonella thypi
dan taphylococcus aureus.Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.Pontianak.
Malanovic, N, Lohner, K. 2016. Gram-positive bacterial cell envelopes: The im-
pact on the activity of antimicrobial peptides. Biochimica et Biophysica
Acta (BBA)-Biomembranes. 1858:936-946.
Prakatthagomol, W., Klayraung, S. dan Okonogi, S.2011.Bactericidal action of
Alpinia galanga essential oil on food-borne Bacteria. Drug Discoveries
and Therapeutics.5(1): 84-89.
Putri, A &Pramudya K. 2018. Identifikasi Keberadaan Bakteri Coliform dan
Total Mikroba dalam Es Dung-Dung Di Sekitar Kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta. MGI.13(1):41-48.
Rahmi, F. 2015. Pembuatan bubuk asam sunti melalui optimasi suhu dan
lamapengeringan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia,.7(2):53-56.
Suerni Endang, Alwi Muhammad dan Guli Musjaya M. 2013. Uji Daya Hambat
Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr.), Salak (Salacca edulis
Reinw.) dan Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff.) terhadap Daya
Hambat Staphylococcus Aureus. Universitas Tadulako Kampus Bumi
Tadulako Tondo Palu. Sulawesi Tengah.
Sundari, Tri. 2009. Potensi Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai Alternatif
Pengganti Hidrogen Peroksida (H2O2) Dalam Pengawetan Ikan
Tongkol(Euthynnus affinis). UNS. Surakarta.
Tajkarimi, M.M., Ibrahim, S. A., & Cliver, D. O.2010. Antimicrobial Herb and
Spice Compounds in Food, J. Foodcont.21: 1199-1218.
Yuliansyah, M. F., Widodo, E., & Djunaidi, I. H. 2014. Pengaruh penambahan
sari buah belimbing wuluh (averrhoa bilimbi l) sebagai acidifier dalam
pakan terhadap kualitas internal telur ayam petelur. Jurnal Nutrisi
Ternak.1(1),19-26.
Zeniusa P dan Ramadhian MR. 2017.Efektifitas Eekstrak Etanol Teh Hijau Dalam
Menghambat Escherechia coli.Majority. 7(1):26-30.
Zheng, L, Bae, Y, M, Jung, K, S, Heu, S, Lee, S, Y. 2013. Antimicrobial activity
of natural antimicrobial substances against spoilage bacteria isolated
from fresh produce. Food Control.32(2):665-672.
LAMPIRAN

1. Alat yang digunakan dalam praktikum.

No Gambar Keterangan

1. Bunsen

Mikrop
2.
ipet

3. Cawan petri

4. Pinset
Gelas sebagai wadah bahan
5.
alami dan sintetik

6. Kertas cakram

7. Stopwatch

8. Penggaris
2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

No Gambar Keterangan

Larutan alami (jahe, kunyit,


1.
dan kencur)

Larutan sintetik (Nacl, asam


2.
sitrat)

3. Aquades sebagai kontrol

Media NA, stater bakteri


4. ecoli dan Bacillus Subtilis
Nacl sebagai penguji
5.
antimikroba

3. Prosedur pembuatan

No Gambar Keterangan

Cawan disiapkan, cawan


dibagi empat bagian sebagai
1. tempat kertas cakram hasil
pencelupan larutan satu
dengan yang lain

Dimasukkan stater bakteri


menggunakan pipet mikro
kedalam cawan petri
2.
3. Diratakan stater bakteri

Dimasukkan medium NA
4.
kedalam cawan petri

Diratakan medium NA
diatas meja dengan cara
5.
diputar putar

Didinginkan medium NA
6.
supaya memadat
Sambil menunggu medium
NA memadat dimasukkan
kertas cakram kedalam
7.
larutan alami maupun
sintetis selama 10 menit lalu
keringkan

Penyemprotan pinset
8.
dengan alkohol

Dimasukkan kerta cakram


diatas permukan medium
NA. apabila double cakram
9.
maka kertas cakram yang
kedua diletakan diatas
kertas cakram yang kedua

Dimasukkan kedalam
10.
incubator selama 48 jam
4. Hasil pengamatan

No Gambar Keterangan

Bacillus Subtilis double


1.
alami 24 jam

Bacillus Subtilis double


2.
alami 48 jam

E-Coli double sintetik 24


3.
jam

4.
E-Coli double sintetik 48
jam

Bacillus Subtilis single


5.
sintetik 24 jam
Bacillus Subtilis single
6.
sintetik 48 jam

7. E-coli double alami 24 jam

8. E-coli double alami 48 jam


LOGBOOK
ACC-AN

Anda mungkin juga menyukai