PENDAHULUAN
1
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2
encer, kadang terdapat lendir dan juga darah pada feses (Jawetz et al,
2001).
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan flora
yang patogen dalam saluran pencernaan, namun di dalam saluran
pencernaan juga terdapat beberapa bakteri baik juga yang dapat hidup pada
saluran cerna salah satunya yakni Bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat
dapat menghasilkan sifat antibakteri yang dapat dipakai sebagai
antimikroba dan pengawet. Bakteri asam laktat bermanfaat untuk
menghambat secara alami pertumbuhan flora berbahaya yang bersifat
patogen.
Feses balita merupakan salah satu sumber isolat probiotik yang
dapat menghasilkan Bakteri asam laktat sebagai senyawa antibakteri.
Senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh Bakteri asam laktat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk makanan dan bakteri
patogen, bakteri yang pada saluran pencernaan manusia ada yang sebagian
merugikan dan sebagian menguntungkan manusia karena dapat membantu
proses pencernaan.
Pada penelitian yang dilakukan Melisa (2019) telah berhasil
mengisolasi Bakteri asam laktat yang diperoleh 7 isolat Bakteri asam
laktat dari feses balita yang tidak mengkonsumsi susu formula dan
dilanjutkan oleh (Sarah,2019) lalu melakukan uji aktivitas antibakteri
sehingga dianggap mampu dalam menghasilkan diameter daya hambat uji
aktivitas antibakteri dengan rata-rata 12 mm pada Staphylococcus aureus dan
12,65 pada bakteri Escherichia coli. Pada penelitian baru berikutnya
( Idrus,2019) melakukan isolasi yang diambil dari feses balita berusia
3,5 tahun yang mengkonsumsi susu formula sebanyak 16 isolat, dimana 4
isolat negatif Bakteri asam laktat dan 12 isolat positif Bakteri asam laktat
yakni FBSF 1, FBSF 2, FBSF 3, FBSF 4, FBSF 7, FBSF 9, FBSF 10,
FBSF 12, FBSF 13, FBSF 14, FBSF 15, FBSF 16, oleh karena itu
perlu dilakukan skrining dan pengujian aktivitas antibakteri terhadap isolat
unggul sebagai agen probiotik.
Oleh karena itu dilakukan skrining beberapa isolat Bakteri asam laktat
untuk mendapatkan hasil isolat unggul yang kemudian akan dilakukan
TINJAUAN PUSTAKA
5
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
6
1.1. Balita.
Milyatani menyebutkan bahwa Balita adalah masa anak mulai berjalan dan
merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1
sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap
perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani,2010).
Balita berada pada kategori umur 1- 5 tahun, balita merupakan anak yang
usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan
akan aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai
dari makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita
merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada
masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses
tumbuh kembang selanjutnya. (Depkes RI 2009)
1.1.1. Feses Balita
Feses adalah suatu proses evakuasi tinja dari dalam rectum,yang
terdiri dari bahan-bahan yang tidak digunakan oleh tubuh manusia
kembali dan harus dikeluarkan dari tubuh. Pada balita yang mendapat
susu formula dengan yang mendapat air susu ibu (ASI) belum
ditemukan frekuensi buang air besar yang berbeda. Balita yang sering
meminum susu formula akan mengeluarkan buang air besar setiap kali
sehabis menyusu, paling sedikit balita akan mengeluarkan feses tiga kali
sehari kosistensi tinja pun lembek dan berbau Khas. Terkait dalam
pengambilan sebuah sample feses balita, harus dichek terlebih dahulu
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, syarat pengambilan feses
balita yakni diambil pada balita sehat, sehat itu tidak terinfeksi suatu
penyakit, mempunyai status gizi yang baik atau tidak mengalami gizi
buruk, perilaku yang sehat. ( Setyowati,2015).
1.1.2. Keterkaitan Susu Formula dengan Jumlah BAL pada Isolat
Susu formula menurut WHO 2004 adalah yaitu susu yang diproduksi
oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu
formula kebanyakan tersedia dalam bentuk. Pemberian susu formula
diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan air
susu ibu (ASI) atau sebagai tambahan jika produksi air susu ibu (ASI)
tidak tercukupi untuk kebutuhan bayi.
Aryanto Hendarto (2013) menyatakan bahwa susu formula berupa
tepung susu yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisi
mendekasi air susu ibu (ASI), tergantung pada industri pembuatnya.
Komposisi air susu ibu (ASI) terdiri dari komponen makronutrien dan
mikronutrien, untuk yang makronutrien adalah karbohidrat, protein,dan
lemak. Sedangkan pada mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral.
Keterkaitan dalam pemberian susu formula terhadap balita yang
mempengaruhi pada jumlah Bakteri asam laktat dalam tubuh adalah
pada nutrisi yang terkandung dalam susu formula memiliki keterkaitan
terhadap sample isolat bakteri asam laktat ini karena susu formula
mengandung karbohidrat dan protein, untuk protein sendiri yang dapat
membantu Bakteri asam laktat untuk meningkatan kualitas dan
penghambatan secara alami terhadap mikroorganisme yang bersifat
patogen BAL, dan fermentasi karbohidrat dari Bakteri asam laktat
berupa beberapa komponen yang memiliki sifat antimikroba juga
menghasilkan beberapa komponen hidrogen peroksida.
Senyawa hidrogen peroksida pada BAL memiliki efek bakterisidal
karena produksi superoksida oksigen dan radikal hidroksil yang
menyebabkan oksidasi sel bakteri dan merusak struktur dasar molekul
dari proteinsel (Zalan et al,2005).
1.2. Probiotik
Kata probiotik menurut WHO berasal dari bahasa yunani ‘Pro- bios’ yang
berarti hidup yang dapat memberikan keuntungan terhadap kesehatan kepada
host apabila dikonsumsi sebagai suplemen makana. Probiotik juga disebut
sebagai bakteri baik yang dapat membantu kesehatan total, secara luas BAL
diperoleh dari fermentasi makanan, minuman, daging, dan susu, bakteri
asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi asam laktat. Probiotik yaitu makanan tambahan (suplemen)
berupa sel – sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi
hewan inang yang mengkonsumsi melalui penyeimbangan flora mikrob
intestinal. Selanjutnya menyatakan bahwa probiotik merupakan bentuk
preparasi sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan
dan kehidupan inang. Dari definisi tersebut meredifinisikan bahwa probiotik
yaitu suplementasi sel mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya yang
menguntungkan inang. Selanjutnya dikatakan pada bahwa dalam
budidaya, penelitian mengenai kerja probiotik baru bersifat empirik atau
bersifat dugaan. Ada tiga model kerja probiotik yaitu: Menekan populasi
mikroba melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum,
Merubah metabolisme mikroba dengan meningkatkan dan menurunkan
V. Fase Kematian
Pada fase ini jumlah mikroorganisme mengalami kematian dengan
jumlah mikroorganisme yang sudah tidak tumbuh kembali (hingga netto
nol). (Suriawiria,1990)
Bakteri ini dapat tumbuh pada kisaran suhu 15-40°C dan tumbuh pada
suhu optimum 37°C. Staphylococcus aureus memiliki bentuk tidak
beraturan yang bergerombol seperti buah anggur. Koloni pada medium
padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan berkilau serta membentuk
pigmen berwarna kuning emas. Bakteri Staphylococcus aureus
kebanyakan berkoloni di saluran hidung dan di bagian tubuh yang
lain Radji (2011).
1.6. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Diare merupakan penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah maupun lendir . Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang
terjadi tiba tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal
(10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam
24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Berdasarkan ketiga definisi di
atas, dapat di simpulkan bahwa diare adalah defekasi encer dengan frekuensi
tiga kali atat lebih dalam sehari dengan bentuk tinja encer atau cair.
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan obat. Banyak dampak yang dapat terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
1.7. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas
atau di dalamnya. Selain itu, medium juga dipergunakan untuk isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah
1.8. Sterilisasi
Sterilitas adalah suatu tindakan untuk membebaskan alat serta media dari
kontaminasi mikroba. Alat atau bahan dikatakan steril apabila bahan atau alat
tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk
spora. Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan alat atau media dari jasad
renik disebut dengan sterilisasi. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan
proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat
pada suatu benda. Proses ini melibatkan proses fisik dengan tujuan untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Suriawiria, 2005).
Cara sterilisasi yang umum digunakan yaitu sterilisasi secara fisik,
sterilisasi secara mekanik misalnya dengan pemanasan, penggunaan sinar
bergelombang pendek seperti sinar X, sinar gamma dan sinar UV. Sterilisasi
secara kimia, misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol dan
larutan formalin. Sterilisasi secara mekanik, misal dengan penggunaan saringan
atau filter untuk bahan yang akan mengalami perubahan atau penguraian akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi (Darmandi 2008).
METODOLOGI PENELITIAN
24
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
25
Escherichia coli
Analisis Data
Gambar 4.1. Isolat Bakteri asam laktat FBSF 1, FBSF 2, FBSF 3, FBSF 4,
FBSF 7, FBSF 9, FBSF 10, FBSF 12, FBSF 13, FBSF 14, FBSF 15, FBSF
16 . Sumber : (Dokumen Pribadi, 2020)
32
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
33
deMan Rogosa Sharpe (MRS) Agar dan selain itu penambahan CaCO3 pada
peremajaan Bakteri Asam Laktat karena CaCO3 dan dapat menetralkan
asam yang dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat, karena pH asam yang
sering dihasilkan Bakteri asam laktat rata-rata 3-4. (Bobbarala,2012)
Staphylococcus aureus
1. Berbentuk bulat (coccus)
2. Berwarna ungu
3. Gram positif
yang mampu membunuh bakteri uji atau patogen. Skrining dilakukan dengan
cara dilakukan dengan cara meremajakan ke – 12 isolat Bakteri asam laktat
, yang kemudian ke – 12 isolat Bakteri asam laktat diinokulasikan ke
media yang sudah di inokulasi bakteri uji dengan pengenceran 106 ,
kemudian di inkubasi
24 jam dengan suhu 37°C . Setelah diinkubasi selama 1 hari kemudian
dilihat
hasil ada atau tidaknya zona hambat dan setelah dilihat ternyata ada 3 isolat
yakni isolat FBSF 7, FBSF 12, FBSF 14 yang menghasilkan zona bening
pada sekeliling Bakteri asam laktat , yang menandakan bahwa adanya
aktivitas antibakteri.
Berikut hasil dari skrining Bakteri asam laktat asal feses balita pada bakteri
Escherichia coli:
Tabel 4.2. Hasil skrining Bakteri asam laktat asal feses balita terhadap
Escherichia coli.
Ket :
(-) Tidak adanya daya hambat
(+) Adanya daya hambat
Berikut hasil dari skrining Bakteri asam laktat asal feses balita pada
bakteri
Staphylococcus aureus.
Tabel 4.3. Hasil skrining Bakteri asam laktat asal feses balita terhadap
Staphylococcus aureus
Ket :
(-) Tidak adanya daya hambat
(+) Adanya daya hambat
Ket :
(-) Kontrol MRSB
(+) Kontrol Siprofloksasin
Ket :
(-) Kontrol MRSB
(+) Kontrol Siprofloksasin
penghambatan Bakteri Asam Laktat, oleh karena itu Bakteri Asam Laktat
dapat merusak dan mengganggu fungsi membran sel dalam Gram negatif
(Radji,2011). Efek antibakteri yang ditimbulkan dari H2O2 ,dapat
menyebabkan denaturasi sejumlah enzim dan dapat meningkatan
permeabilitas membran sel yang menyebabkan zat antibakteri akan lebih
mudah masuk ke dalam sel bakteri. Efek bakteriosin H2O2
dipengaruhi oleh efek oksidasi yang kuat pada sel bakteri dan perusakan
struktur molekul dasar dari sel protein (Pelzcar dan Chan,2005).
5.2. Saran
Dalam penelitian ini diharapkan adanya penggunaan isolat Bakteri
asam laktat asal feses balita sebagai bakteriostatik dan bakterisidal
serta pengujian terhadap kapang dan khamir untuk mengetahui adanya
daya hambat sebagai antifungi.
40
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR REFERENSI
Alakomi et al. 2000. Lactic acid inhibition of the growth of spoilage bacteria and
cold tolerant pathogens on pork. Int. J. Food Microbiol. 25:141–151
Bobbarala,V. 2012. Antimicrobial Agents.Croatia: Intech, 33-62
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan Pengendaliannya.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 48 (4),487-491
Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 4 (4), 100-104.
Djide. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar: Lephas, Halaman 81.
Dwijoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman 9
Drider D, Fimland G, Hechard Y, McMullen ML. 2006. The Continuing Story
of Class IIa Bacteriocins. Microbiology and Molecular Biology 70: 564-
582.
Fitria,I. dan Tri A, 2014 : Skrining Bakteri Asam Laktat asal Susu
Kambing Peranakan Etawa sebagai Penghasil Bakteriosin., Jurnal
Biotropika Vol. 2 no.3
Hendarto, A. 2013."Nilai nutrisi air susu ibu. Jakarta: IDAI. 10-11
Indriati. 2006. Potensi Antibakterial Bakteri Asam Laktat dari Peda, Roti, Jambal
dan Bekasam. Jurnal Perikanan (2):112-157
Jawetz, M. 2012. Mikrobiologi Kedokteran jakarta: EGC, 25(2):19.
Setyowati, M. 2015 pemetaan status gizi balita dalam mengdukung
keberhasilan milenium, Jakarta 4(2): 27-48
Melisa. 2019.Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Feses Balita
yang Tidak Mengkonsumsi Susu Formula. [Skripsi]. Jakarta :ISTN. Hlm;17
Milyani. 2010. Tumbuh Kembang Pada Usia Balita.Jakarta (1) : 11-13
Noordiana N, Fatimah ABM. 2013. Antibacterial by Lactic Acid Bacteria
Isolated from Threadfin Salmon . International Food Research 20: 117-124
Oksfriani. 2018.Uji sensitivitas Antibakteri terhadap Escherichia coli
penyebab Infeksi saluran kemih. Jurnal Biotropika Vol.2.No.1
Rachmawati, I., Suranto, Setyaningsih R. 2005. Uji antibakteri bakteri asam
laktat asal asinan sawi terhadap bakteri patogen. Bioteknologi 2(2): 43-48.
Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
dan Kedokteran. Jakarta: Gramedia, 57-89.
Sari, A. Deslianri L., Apridamayanti, P. 2016 : Skrining Aktivitas
Antibakteri Bakteriosin dari Minuman Ce Hun Tiau, Pharm Sci Res ISSN
2407-2354.
41
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
42
Sarah, S. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Bakteri Asam Laktat Dari Isolat
Feses Balita Terhadap Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus.
[Skripsi]. Jakarta : ISTN. Halaman 12-40
Setiabudy. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Gaya Baru, 77-102.
Siti, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Infeksi Nosokomial Luka Operasi Di Ruang Bedah Rsup Fatmawati,
25(2):19.
Suriawiria . 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta :Papas Sinanti, 25(2):19.
Suharyono. 2003. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta.
Halaman 14
Surono, I . 2004. Probiotik-susu fermentasi dan kesehatan. Jakarta. Tri Cipta
Karya. Halaman 441
Tandirogang et al. 2017. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Karamunting
(Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Penyebab Diare. Jurnal
Sains dan Kesehatan. Vol 1 (7): 407-6082
Usmiati R. 2012. Pengembangan Dadih Sebagai Pangan Fungsional Probiotik
Asli Sumatera Barat. JLP 32: 20-29.
Papuangan N, Nurhasanah. 2014. Potensi Senyawa Antibakteri Isolat Bakteri
Asam Laktat yang Diisolasi dari Bakasang Ternate. Seminar Nasional Riset
Inovatif 5: 67-51.
Pelczar, M dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press. Vol 1:29-30
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. 2: 7-10.
Idrus I R., 2019. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Feses
Balita yang Mengkonsumsi Susu Formula, [Skripsi]. Jakarta : ISTN.
Halaman 27
Volk, W. A. Dan Wheeler, margaret F. 1994. Mikrobiologi Dasar Jilid 2 Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga. 2: 27-60
World Health Organization, 2004.Susu Formula Jakarta, Vol 2:19-24
Widjayanti, N. 1999. Obat-Obatan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Hlm 6-10.
Zalan., Chan, E.C., Tri, A. 2005. Bakteri Asam Laktat Dalam Tubuh Sebagai
Probiotik. Seminar Nasional Riset Inovatif 1: 1-5.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Persetujuan Penelitian
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 3
Lanjutan
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
Alat Penelitian
MRSB MHA
Minyak Imersi,Kristal Violet, Iodin (gram B), Etanol (gram C), Safranin (gram D)
Lanjutan
Hasil Peremajaan Isolat BAL asal feses balita dengan susu formula
LAMPIRAN 8
Hasil Kultivasi Isolat BAL asal feses balita dengan susu formula
LAMPIRAN 9
Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji
Keterangan :
LAMPIRAN 10
Hasil Skrining Isolat Bakteri Asam Laktat asal Feses Balita dengan susu formula
LAMPIRAN 11