Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara indonesia menjadi salah satu negara yang terjangkit penyakit
infeksi, infeksi merupakan masalah dalam bidang kesehatan dimana salah
satu penyebab terjadinya adalah bakteri ( Radji, 2011). Masalah tersebut
semakin didukung dengan keadaan udara yang panas, berdebu serta lembab
yang menyebabkan mikroba bisa hidup dan tumbuh subur di Indonesia
( Djide,2008). Menurut World Health Organization (WHO), infeksi
bakteri dan jamur adalah penyebab dari beberapa penyakit dan
kematian. Bakteri penyebab infeksi yang banyak diderita oleh masyarakat
seperti penyakit diare.

Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada


balita. dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period
Prevalence diare pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di
Sumatera Selatan, Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita
diare terbanyak yaitu
51.623 kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada
setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di
Palembang tahun 2012-2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita. Kejadian
diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit
ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara
yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare
merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein
dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono,
2003).
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan salah
satu infeksi penyebab diare, dengan gejala klinis menandakan seseorang
mengalami diare diantaranya terjadi peningkatan frekuensi defekasi,
feses

1
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2

encer, kadang terdapat lendir dan juga darah pada feses (Jawetz et al,
2001).
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan flora
yang patogen dalam saluran pencernaan, namun di dalam saluran
pencernaan juga terdapat beberapa bakteri baik juga yang dapat hidup pada
saluran cerna salah satunya yakni Bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat
dapat menghasilkan sifat antibakteri yang dapat dipakai sebagai
antimikroba dan pengawet. Bakteri asam laktat bermanfaat untuk
menghambat secara alami pertumbuhan flora berbahaya yang bersifat
patogen.
Feses balita merupakan salah satu sumber isolat probiotik yang
dapat menghasilkan Bakteri asam laktat sebagai senyawa antibakteri.
Senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh Bakteri asam laktat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk makanan dan bakteri
patogen, bakteri yang pada saluran pencernaan manusia ada yang sebagian
merugikan dan sebagian menguntungkan manusia karena dapat membantu
proses pencernaan.
Pada penelitian yang dilakukan Melisa (2019) telah berhasil
mengisolasi Bakteri asam laktat yang diperoleh 7 isolat Bakteri asam
laktat dari feses balita yang tidak mengkonsumsi susu formula dan
dilanjutkan oleh (Sarah,2019) lalu melakukan uji aktivitas antibakteri
sehingga dianggap mampu dalam menghasilkan diameter daya hambat uji
aktivitas antibakteri dengan rata-rata 12 mm pada Staphylococcus aureus dan
12,65 pada bakteri Escherichia coli. Pada penelitian baru berikutnya
( Idrus,2019) melakukan isolasi yang diambil dari feses balita berusia
3,5 tahun yang mengkonsumsi susu formula sebanyak 16 isolat, dimana 4
isolat negatif Bakteri asam laktat dan 12 isolat positif Bakteri asam laktat
yakni FBSF 1, FBSF 2, FBSF 3, FBSF 4, FBSF 7, FBSF 9, FBSF 10,
FBSF 12, FBSF 13, FBSF 14, FBSF 15, FBSF 16, oleh karena itu
perlu dilakukan skrining dan pengujian aktivitas antibakteri terhadap isolat
unggul sebagai agen probiotik.
Oleh karena itu dilakukan skrining beberapa isolat Bakteri asam laktat
untuk mendapatkan hasil isolat unggul yang kemudian akan dilakukan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3

dikultivasi agar Bakteri asam laktat mampu mengubah glukosa menjadi


asam laktat sehingga di duga mampu menghasilkan senyawa antibakteri dan
uji aktivitas antibakteri dari hasil isolat Bakteri asam laktat yang aktif
sehingga dapat digunakan sebagai isolat penghasil antibakteri dan
menentukan seberapa besar daya hambat Bakteri asam laktat terhadap
bakteri patogen Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah isolat Bakteri asam laktat dari hasil penelitian sebelumnya
berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus ?
2. Berapa diameter daya hambat yang dihasilkan oleh f e r m e n t a s i
Bakteri asam laktat pada isolat feses balita terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui potensi antibakteri dari isolat Bakteri Asam Laktat
dari hasil penelitian sebelumnya.
2. Untuk menganalisis diameter daya hambat dari supernatan Bakteri
Asam Laktat pada isolat feses balita yang memiliki aktivitas

1.4. Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan referensi untuk masyarakat tentang pentingnya
peran Bakteri asam laktat yang berada dalam tubuh sebagai
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.
2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi ilmiah khususnya di
bidang farmasi guna mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi masyarakat, untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan produk fermentasi sebagai antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


4

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Bakteri Asam Laktat


Ciri khas Bakteri asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri Gram positif,
katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara
memfermentasi karbohidrat, selnya berbentuk kokus, tersusun berpasangan
atau berbentuk rantai, tidak bergerak, tidak membentuk spora, anaerob
fakultatif, bersifat non motil dan mesofil. Bakteri asam laktat yang
menghasilkan dua molekul asam laktat dari fermentasi glukosa merupakan
kelompok Bakteri asam Laktat yang bersifat homofermentatif, dan
sedangkan BAL yang menghasilkan satu molekul asam laktat, satu molekul
etanol dan satu molekul karbon dioksida adalah kelompok BAL yang bersifat
heterofermentatif (Reddy et al. 2008).
Bakteri asam laktat erat kaitannya dengan proses fermentasi pangan, dan
telah berkembang dalam fermentasi pangan. Bakteri asam laktat sering
ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan. Bakteri ini secara luas
terdistribusi pada susu, daging segar, sayuran, serta produk-produk lainnya.
Bakteri ini termasuk mikroorganisme Generally Recognized as Safe (GRAS)
atau golongan mikroorganisme yang aman ditambahkan dalam makanan
karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin, yang dikenal
dengan sebutan “food grade microorganism”, yaitu mikroorganisme yang
tidak beresiko terhadap kesehatan (Alakomi et al. 2000). Bakteri asam laktat
dapat menghasilkan molekul antagonis pada media pertumbuhannya yang
dapat dipakai sebagai antimikroba dan pengawet karena mampu menghasilkan
asam organik.
Bakteri asam laktat secara alami dapat ditambahkan sebagai starter untuk
memperpanjang umur simpan fermentasi produk. Daya awet produk dapat
terjadi karena penghambatan pertumbuhan bakteri.

5
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
6

pembusukan dari bakteri patogen makanan. Hal tersebut terjadi karena


adanya persaingan nutrisi dan senyawa antagonis yang dihasilkan oleh
Bakteri asam laktat (Noordiana et al. 2013).
Salah satu molekul antagonis yang diproduksi oleh Bakteri asam laktat
adalah bakteriosin. Bakteriosin merupakan antimikroba atau protein yang
diproduksi oleh strain beragam spesies bakteri. Target kerja dari bakteriosin
adalah membran sitoplasma sel bakteri, dan juga Bakteri asam laktat akan
bekerja menghambat sintesis dinding mikroba. Hal tersebut berakibat fatal
bagi kelangsungan hidup sel tersebut, karena semua sel hidup dibatasi oleh
membran sitoplasma yang bersifat selektif permeabel, melakukan
pengangkutan aktif, sehingga berperan dalam mengendalikan komponen
dalam sel. Beberapa macam-macam Bakteri asam laktat yang dapat
memproduksi bakteriosin dan mempunyai aktivitas hambat besar terhadap
pertumbuhan beberapa bakteri patogen adalah Lactobacillus, Lactococcus,
Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Bifidobacterium dan
Propionibacterium yang terdapat dalam saluran pencernaan (Usmiati 2012).
Penelitian mengenai peran Bakteri asam laktat sebagai antibakteri telah
banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya yaitu isolat
Bakteri asam laktat dari produk kimchi yang memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus 11,20 mm dan Escherichia coli 11,30 mm
.Hasil penelitian menunjukkan bakasang yang terbuat dari fermentasi hasil
perikanan dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Escherichia
coli Penelitian dari (Indriati et al. 2006) juga menunjukkan Bakteri asam
laktat yang diisolasi dari produk peda, jambal roti dan bekasam memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Bakteri asam laktat yang terdapat pada saluran cerna manusia maupun
feses juga terdapat dalam tubuh manusia sebagai flora normal tubuh. Selain
pada manusia, bakteri ini juga dapat ditemukan pada produk sayuran dan
susu.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


7

Tabel 2.1. kelompok bakteri serta habitat pertumbuhannya


(Sumaryati,1995)

Habitat Kelompok Bakteri Aktivitas atau produk

Streptococcus sp Pikel sauerkraut


Lactobacillus plantarum
Produk sayuran
Streptococcus lactis,
Lactobacillus casei,
L. acidophilus Keju, susu, yoghurt
L. delbrueckii
Produk susu Leuconostoc
mesentroides,
L. lactis
Streptococcus salivarus Floral normal
dental
Sistem S. mutans
caries
pencernaan (oral Lactobacillus salivarus
dan usus) Streptococcus faecalis
Streptococcus sp Patogen pada
Vagina mamalia saluran
Lactobacillus sp.
urin floral normal

1.1. Balita.
Milyatani menyebutkan bahwa Balita adalah masa anak mulai berjalan dan
merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1
sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap
perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani,2010).
Balita berada pada kategori umur 1- 5 tahun, balita merupakan anak yang
usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan
akan aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai
dari makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita
merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


8

masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses
tumbuh kembang selanjutnya. (Depkes RI 2009)
1.1.1. Feses Balita
Feses adalah suatu proses evakuasi tinja dari dalam rectum,yang
terdiri dari bahan-bahan yang tidak digunakan oleh tubuh manusia
kembali dan harus dikeluarkan dari tubuh. Pada balita yang mendapat
susu formula dengan yang mendapat air susu ibu (ASI) belum
ditemukan frekuensi buang air besar yang berbeda. Balita yang sering
meminum susu formula akan mengeluarkan buang air besar setiap kali
sehabis menyusu, paling sedikit balita akan mengeluarkan feses tiga kali
sehari kosistensi tinja pun lembek dan berbau Khas. Terkait dalam
pengambilan sebuah sample feses balita, harus dichek terlebih dahulu
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, syarat pengambilan feses
balita yakni diambil pada balita sehat, sehat itu tidak terinfeksi suatu
penyakit, mempunyai status gizi yang baik atau tidak mengalami gizi
buruk, perilaku yang sehat. ( Setyowati,2015).
1.1.2. Keterkaitan Susu Formula dengan Jumlah BAL pada Isolat
Susu formula menurut WHO 2004 adalah yaitu susu yang diproduksi
oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu
formula kebanyakan tersedia dalam bentuk. Pemberian susu formula
diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan air
susu ibu (ASI) atau sebagai tambahan jika produksi air susu ibu (ASI)
tidak tercukupi untuk kebutuhan bayi.
Aryanto Hendarto (2013) menyatakan bahwa susu formula berupa
tepung susu yang diformulasikan sedemikian rupa sehingga komposisi
mendekasi air susu ibu (ASI), tergantung pada industri pembuatnya.
Komposisi air susu ibu (ASI) terdiri dari komponen makronutrien dan
mikronutrien, untuk yang makronutrien adalah karbohidrat, protein,dan
lemak. Sedangkan pada mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral.
Keterkaitan dalam pemberian susu formula terhadap balita yang
mempengaruhi pada jumlah Bakteri asam laktat dalam tubuh adalah
pada nutrisi yang terkandung dalam susu formula memiliki keterkaitan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


9

terhadap sample isolat bakteri asam laktat ini karena susu formula
mengandung karbohidrat dan protein, untuk protein sendiri yang dapat
membantu Bakteri asam laktat untuk meningkatan kualitas dan
penghambatan secara alami terhadap mikroorganisme yang bersifat
patogen BAL, dan fermentasi karbohidrat dari Bakteri asam laktat
berupa beberapa komponen yang memiliki sifat antimikroba juga
menghasilkan beberapa komponen hidrogen peroksida.
Senyawa hidrogen peroksida pada BAL memiliki efek bakterisidal
karena produksi superoksida oksigen dan radikal hidroksil yang
menyebabkan oksidasi sel bakteri dan merusak struktur dasar molekul
dari proteinsel (Zalan et al,2005).

1.2. Probiotik
Kata probiotik menurut WHO berasal dari bahasa yunani ‘Pro- bios’ yang
berarti hidup yang dapat memberikan keuntungan terhadap kesehatan kepada
host apabila dikonsumsi sebagai suplemen makana. Probiotik juga disebut
sebagai bakteri baik yang dapat membantu kesehatan total, secara luas BAL
diperoleh dari fermentasi makanan, minuman, daging, dan susu, bakteri
asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi asam laktat. Probiotik yaitu makanan tambahan (suplemen)
berupa sel – sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi
hewan inang yang mengkonsumsi melalui penyeimbangan flora mikrob
intestinal. Selanjutnya menyatakan bahwa probiotik merupakan bentuk
preparasi sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan
dan kehidupan inang. Dari definisi tersebut meredifinisikan bahwa probiotik
yaitu suplementasi sel mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya yang
menguntungkan inang. Selanjutnya dikatakan pada bahwa dalam
budidaya, penelitian mengenai kerja probiotik baru bersifat empirik atau
bersifat dugaan. Ada tiga model kerja probiotik yaitu: Menekan populasi
mikroba melalui kompetisi nutrisi dan tempat pelekatan di dinding intestinum,
Merubah metabolisme mikroba dengan meningkatkan dan menurunkan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


10

aktivitas enzim, dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar


antibodi atau aktivitas makrofag.

Genus bakteri yang tergolong dari Bakteri asam laktat adalah


Carnobacterium, Enterococus, Lactobacillus, Lactococus, Leuconostoc,
Pediococus, Streptococus. Propionibakterium, namun bakteri yang banyak
digunakan sebagai agen probiotik adalah golongan Lactobacillus, jenis ini
hampir memiliki semua karakteristik yang diperlukan. Lactobacillus juga
dapat menurunkan PH lingkungan dengan mengubah gula menjadi asam
laktat, kondisi ini akan menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri
patogen, dan juga merangsang respon kekebalan tubuh terhadap
mikroorganisme yang tidak diinginkan (WHO 2001).
Bakteriosin yang dihasilkan oleh Bakteri asam laktat dapat berupa protein
yang memberikan efek bakterisidal yang merupakan biopreservatif pada
bahan makanan dan memperpanjang umur simpan produk. Beberapa probiotik
yang merupakan mikroflora normal pada salurn pencernaan telah berhasil
diisolasi antara lain Bakteri asam laktat seperti yang diperoleh (Nelintong et
al. 2015), probiotik merupakan salah satu alternatif pengganti antibiotik
kriteri probiotik teah ditetapkan F o o d A g r i c u l t u r e O r g a n i a t i o n antara
lain harus teridentifikasi fenotip dan genotip, namun mampu bertahan hidup
pada kondisi asam lambung dan garam empedu pencernaan, memberi
keuntungan pada usus, maupun menempel pada mukus dan atau sel epitel
usus, menghasilkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen, tidak
menghasilkan toksin dan tidak bersifat resistensi terhadap antibiotik.

1.3. Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme


I. Fase Lag
Fase lag adalah fase adaptasi mikroorganisme terhadap lingkungannya
yang baru. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan mendekati nol dan ukuran
sel serta kecepatan aktifitas metabolik belum maksimal. Selama fase ini
pertumbuhan bentuk dan pertumbuhan jumlah sel tidak terlihat secara
nyata. (Suriawiria, 1990)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


11

II. Fase Logaritmik


Setelah setiap sel menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama
fase lag, maka pada fase logaritmik mulai mengadakan pertumbuhan
bentuk dan meningkatkan jumlah biomassa (sel) sehingga kurva
pertumbuhan meningkat dengan tajam (menanjak). Massa sel dan densitas
sel bertambah secara eksponensial terhadap waktu. Pada fase ini terjadi
suatu pertumbuhan setimbang, dalam arti semua komponen sel tumbuh
dalam laju yang sama. Dengan demikian, komposisi rata-rata suatu sel
tunggal tetap konstan selama fase ini. (Suriawiria, 1990)
III. Fase Penurunan Pertumbuhan
Fase ini merupakan keadaan puncak dari fase logaritmik sebelum
mencapai fase stasioner, dimana penambahan jumlah sel mulai berkurang
atau menurun yang disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
berkurangnya jumlah nutrien di dalam media, tercapainya jumlah
kejenuhan pertumbuhan jasad serta dihasilkannya sejumlah metabolit-
metabolit yang menghambat pertumbuhan. (Suriawiria, 1990)
IV. Fase Stasioner

Setelah berkurangnya sumber nutrien serta faktor-faktor yang


terkandung didalam jasadnya sendiri, maka sampailah puncak aktivitas
pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui lagi dan disebut
sebagai fase stasioner. Pada fase ini jumlah mikroorganisme yang
membelah diri sama dengan jumlah mikroorganisme yang mati (laju
pertumbuhan netto nol). Sehingga selama fase ini, gambaran grafik akan
mendatar. (Suriawiria,1990)

V. Fase Kematian
Pada fase ini jumlah mikroorganisme mengalami kematian dengan
jumlah mikroorganisme yang sudah tidak tumbuh kembali (hingga netto
nol). (Suriawiria,1990)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


12

1.4. Staphylococcus aureus


Staphylococus aureus merupakan bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang
dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut (contohnya
garam) yang tinggi, Staphylococus aureus tumbuh dengan optimum pada suhu
37ºC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernafasan atas dan kulit, keberadaan pada saluran pernafasan atas dan
kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya
hanya berperan sebagai karier (Radji,2011)
1.4.1. Klasifikasi bakteri Staphylococcus aureus
Klasifikasi bakteri S. aureus menurut Radji (2011) sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 2.1. Staphylococcus aureus (Radji,2011)

1.4.2. Morfologi bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif anaerobik
fakultatif berbentuk coccus (bulat) yang memiliki ukuran 0,7-1,2 µm.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


13

Bakteri ini dapat tumbuh pada kisaran suhu 15-40°C dan tumbuh pada
suhu optimum 37°C. Staphylococcus aureus memiliki bentuk tidak
beraturan yang bergerombol seperti buah anggur. Koloni pada medium
padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan berkilau serta membentuk
pigmen berwarna kuning emas. Bakteri Staphylococcus aureus
kebanyakan berkoloni di saluran hidung dan di bagian tubuh yang
lain Radji (2011).

1.4.3. Patofisiologi bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus terdapat pada lubang hidung, tenggorokan,
dan sebagian besar juga terdapat pada saluran pencernaan manusia.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab infeksi yang
bersifat pyogenes (pembentuk pus/nanah). Bakteri ini dapat masuk ke
dalam tubuh melalui folikel rambut, kelenjar keringat atau luka-luka
kecil dan makanan. Mekanisme infeksi bakteri Staphylococcus aureus
yaitu dengan cara melakukan pelekatan pada protein sel inang, invasi,
perlawanan terhadap sistem pertahanan inang, dan pelepasan beberapa
jenis toksin. Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein
permukaan untuk membantu penempelan bakteri pada sel inang
(Radji,2011).

1.5. Escherichia coli


Escherichia coli merupakan bakteri flora normal pada saluran cerna, yang
dapat menyebabkan infeksi atau diare sedang hingga berat pada saluran cerna
manusia. Bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae yang dapat
hidup dalam usus besar manusia dan hewan, dalam air dan dalam tanah.
Mekanisme kerja Escherichia coli dapat menyebabkan diare yaitu dengan
memproduksi enterotoksin yang secara tidak langsung menyebabkan
kehilangan cairan pada lapisan epitelium dinding usus, yang menyebabkan
peradangan dan kehilangan cairan (Jawetz et al. 2012).
1.5.1. Klasifikasi bakteri Escherichia coli

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


14

Menurut Jawetz et al (2012) Escherichia coli diklasifikasikan sebagai


berikut:
Kingdom : Bacteria
Fillum : Proteobakteria
Class : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli

Gambar 2.2 Escherichia coli (Jawetz et al, 2012)

1.5.2. Morfologi bakteri Escherichia coli


Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk
batang pendek, berderet seperti rantai, dapat memfermentasikan glukosa
dan laktosa membentuk asam dan gas. Escherichia coli dapat tumbuh
baik pada media Mac Conkey dan dapat memecah laktosa dengan cepat,
juga dapat tumbuh pada media agar. Dapat merombak karbohidrat dan
asam lemak menjadi asam dan gas serta dapat menghasilkan gas
hidrogen dan karbondioksida (Pelczar dan Chan 1998). Escherichia coli
berbentuk batang pendek (cocobasil) dengan ukuran 0,4-0,7 µm x 1,4
µm. Sebagian besar bersifat motil (bergerak) dan beberapa strain
memiliki kapsul (Jawetz et al. 2012).
1.5.3. Patofisiologi bakteri Escherichia coli
Escherichia coli banyak ditemukan di dalam usus halus manusia
sebagai flora normal, tetapi bila kesehatan menurun, maka bakteri ini
dapat bersifat patogen terutama akibat toksin yang dihasilkan.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


15

Escherichia coli pada umumnya tidak menyebabkan penyakit bila masih


berada dalam usus, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada salura n
kencing, paru-paru, saluran empedu dan saluran otak. Sebagian besar
penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli ditularkan melalui
makanan yang tidak dimasak dan daging yang terontaminasi. Penularan
penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan biasanya terjadi di
tempat yang memiliki sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih
(Jawetz et al. 2012).

1.6. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Diare merupakan penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah maupun lendir . Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang
terjadi tiba tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal
(10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam
24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari. Berdasarkan ketiga definisi di
atas, dapat di simpulkan bahwa diare adalah defekasi encer dengan frekuensi
tiga kali atat lebih dalam sehari dengan bentuk tinja encer atau cair.
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan obat. Banyak dampak yang dapat terjadi karena
infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.

1.7. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat
hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas
atau di dalamnya. Selain itu, medium juga dipergunakan untuk isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


16

mikroorganisme. Untuk menetapkan suatu jenis mikroba sebagai penyebab


penyakit harus terlebih dahulu mendapatkan mikroba dalam keadaan murni
untuk diselidiki sifat-sifatnya. Untuk tujuan tersebut sangat diperlukan suatu
medium sebagai tempat tumbuh dan isolasi mikroorganisme. Pembiakan
mikroba dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme
(Radji,2011).

1.7.1. Klasifikasi Media


Media untuk tumbuh bakteri dapat dibedakan berdasarkan sifatnya
yaitu, media umum, media pengaya, media selektif, media differensial
dan media penguji. Media umum dapat digunakan untuk menumbuhkan
satu atau lebih kelompok mikroba secara umum, seperti Nutrien Agar.
Media pengaya digunakan untuk memberi kesempatan terhadap satu
jenis atau kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat
dari lainya yang bersama-sama dalam satu sampel, seperti Potato
Dexstrose Agar (PDA). Media selektif adalah media yang hanya dapat
ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme tertentu, tetapi akan
menghambat atau mematikan jenis lainya,seperti Kristal Violet. Media
differensial yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba
tertentu serta penentuan sifat-sifatnya. Media penguji digunakan untuk
penguji senyawa atau benda-benda tertentu dengan bantuan mikroba,
seperti Salmonella Shigella Agar (SSA) (Radji,2011).
1.7.2. Jenis Media
Macam media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat
pemadat seperti agar-agar, gelatin, dan sebagainya. Ada tiga jenis
bentuk media yaitu media padat, media cair dan media semi padat atau
semi cair. Media padat pada umumnya dipergunakan untuk bakteri, ragi,
jamur, dan kadang-kadang juga mikroalga. Bahan media padat
ditambahkan antara 12-15g tepung agar-agar per 1000mL media.
Menurut bentuk dan wadahnya yakni bisa dibuat bentuk media tegak,
media miring, media lempeng. Media ini juga pada biasanya

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


17

ditambahkan zat pemadat untuk pembiakan pada mikroalga tetapi juga


pada bakteri lain, ada juga yang memerlukan kandungan air kadar tinggi
sehingga tepung agar-agar harus sedikit .
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan zat
pemadat, umumnya hanya digunakan untuk pembiakan mikroalga tetapi
juga mikroba lain, terutama bakteri dan ragi. Kemudian yang terakhir
adalah media semi padat, merupakan media yang mengandung kurang
dari yang seharusnya kurang lebih agar yang dipakai 0,3%- 0,4%
sehingga menjadi kenyal,tidak padat dan juga tidak begitu cair.umunya
media ini digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang bersifat anerobik
dan untuk melihat pergerakan mikroba. Jika penambahan zat pemadat
dalam media ini hanya 50% atau kurang dari seharusnya. Media ini
umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerob atau fakultatif
(Radji,2011).

1.8. Sterilisasi
Sterilitas adalah suatu tindakan untuk membebaskan alat serta media dari
kontaminasi mikroba. Alat atau bahan dikatakan steril apabila bahan atau alat
tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk
spora. Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan alat atau media dari jasad
renik disebut dengan sterilisasi. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan
proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat
pada suatu benda. Proses ini melibatkan proses fisik dengan tujuan untuk
membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Suriawiria, 2005).
Cara sterilisasi yang umum digunakan yaitu sterilisasi secara fisik,
sterilisasi secara mekanik misalnya dengan pemanasan, penggunaan sinar
bergelombang pendek seperti sinar X, sinar gamma dan sinar UV. Sterilisasi
secara kimia, misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol dan
larutan formalin. Sterilisasi secara mekanik, misal dengan penggunaan saringan
atau filter untuk bahan yang akan mengalami perubahan atau penguraian akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi (Darmandi 2008).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


18

Bahan dan peralatan yang digunakan di dalam mikrobiologi harus dalam


keadaan steril, baik yang akan mengganggu atau merusak media ataupun
mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan (Suriawiria, 2005).
Media yang akan dipakai disterilisasi terlebih dahulu dengan autoklaf pada
suhu 121ºC selama 15 menit. Gelas ukur dan beaker glass disterilkan dengan
oven pada suhu 170ºC - 180ºC selama 2 jam, sedangkan alat-alat seperti jarum
ose disterilkan dengan pemanasan api langsung. Sterilisasi inkas menggunakan
formalin (Radji 2011).

1.9. Metode Pengujian Antibakteri


Pengujian antibakteri diperlukan untuk memperoleh suatu sistem
pengobatan yang efektif dan efisien terhadap beberapa bakteri patogen
seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Helipylori dan lain-lain . Uji
aktivitas suatu zat digunakan untuk mengetahui apakah zat tersebut dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Jawetz et
al. (2007) uji aktivitas antibakteri yang sering digunakan adalah metode
difusi dan dilusi.
a) Metode Difusi Metode difusi merupakan metode yang sering
digunakan.
Metode ini biasanya digunakan untuk mengetahui daerah hambat yang
terbentuk mengelilingi obat berupa warna jernih yang dianggap sebagai
ukuran kekuatan hambatan terhadap mikroba yang diperiksa.
Metode difusi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode silinder,
metode sumuran dan metode cakram kertas/disc diffusion. Metode
sumur yaitu membuat sumuran pada agar padat yang telah diinokulasi
mikroba. Sumuran pada media yang telah dibuat diinjeksikan dengan
ekstrak yang akan diuji selanjutnya diinkubasi dan dilakukan
pengamatan pertumbuhan mikroba untuk melihat ada tidaknya daerah
hambatan di sekeliling sumuran. Disc diffusion dapat dilakukan dengan
mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk
adanya respon penghambatan pertumbuhan mikroba oleh suatu
senyawa antimikroba (Jawetz et al. 2007). Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi metode difusi agar yaitu ketebalan medium agar,

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


19

jumlah inokulum, kompsisi media agar, suhu inkubasi, waktu inkubasi


dan pH. Keuntungan metode difusi adalah cepat, lebih mudah, tidak
membutuhkan alat dan bahan yang banyak, sehingga efektif sebagai
pembanding. Kelemahan dari metode difusi adalah tidak dapat
menentukan apakah suatu obat (agen kemoterapi) sebagai bakterisidal
dan bukan hanya bakteriostatik (Jawetz et al. 2007).
b) Metode Dilusi Metode dilusi digunakan untuk mencari Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM) dengan mengetahui kadar obat terendah yang dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan. Prinsip metode dilusi
adalah senyawa antimikroba yang diencerkan hingga diperoleh
beberapa macam konsentrasi. Masing-masing konsentrasi ditambahkan
suspensi mikroba uji dalam media cair yang kemudian diinkubasi dan
diamati ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan
terjadinya kekeruhan. Larutan uji senyawa antimikroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa ada pertumbuhan mikroba uji
ditetapkan sebagai KHM, selanjutnya KHM ter sebutu dikultur ulang
pada media agar tanpa penambahan mikroba uji ataupun senyawa
antimikroba, dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Media
agar yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba setelah
diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Jawetz et al. 2007).
Keuntungan dari metode dilusi adalah dapat mengetahui KHM
dan KBM. Bahan uji pada metode dilusi cair lebih mudah berinteraksi
dengan bakterikarena suspensi bakteri tersebar hingga metode ini lebih
peka. Kekurangan metode ini adalah memerlukan waktu yang relatif
lebih lama, tidak praktis, dan sampel yang digunakan ini harus jernih,
karena bila keruh dapat mempersulit pengamatan (Jawetz et al. 1986).
Prinsip dari metode dilusi adalah penghambatan pertumbuhan mikroba
dalam pembenihan cair oleh suatu obat yang dicampurkan dalam
pembenihan yang dapat membunuh mikroba secara optimum dan tidak
menetralkan obat yang digunakan (Jawetz et al. 2007).
1.9.1. Bakteriosin

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


20

Bakteriosin adalah peptida antimikroba yang disintesis secara


ribosomal yang dihasilkan sejumlah bakteri dan mempunyai pengaruh
bakterisidal dan bakteriostatik (Jawetz et al. 2007).
Sebagian besar Bakteri Asam Laktat didefinisikan sebagai protein
yang aktif secara biologi atau komplek protein,yang disintesa secara
ribosomal dan menunjukan aktivitas antibakteri, bakteriosin yang
berasal dari asam laktat mempunyai karakteristik yang unik untuk
dijadikan sebagai kandidat bakteriosin, target kerja bakteriosin yang di
produksi asam laktat adalah membrane sel sitoplasma sel bakteri yang
sensitif. Bakteriosin merusak permeabilitas membran dan
menghilangkan proton motive force sehingga menghambat produksi
energi dan biosintesis proteinatau asam nukleat.
Mekanisme aksi bakteriosin di mulai dari molekul bakteriosin
kontak langsung dengan memban sel. Proses kontak ini mampu
mengganggu potensial membran berupa ketidakstabilan sitoplasma
sehingga sel menjadi tidak kuat, pengaruh ketidakstabilan menyebabkan
terjadinya perubahan potensial membran dan pelepasan intraseluler
maupun ektraseluler (lingkungan) yang berakibat menyebabkan sel
terhambat dan menghasilkan proses kematian pada sel yang sensitif
terhadap bakteriosin (Andries et al. 2014).
Mekanisme kerja antibakteri dengan bakteri yang bersifat
bakteriostastik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan
tubuh inang,kontak antara mikroba dengan antibakteri dalam kadar
efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek. Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompoknya :
a. Mengganggu metabolisme sel mikroba, yaitu: mikroba
membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya, sehingga
zat antimikroba akan mengganggu proses pembentukan asam folat
menjadi nonfungsional dan metabolism dalam sel mikroba akan
terganggu.
b. Menghambat sintesis dinding sel mikroba, yaitu : bakteri
dikelilingi oleh struktur dinding sel yang berfungsi untuk

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


21

melindungi membran protoplasma dalam sel, senyawa


antimikroba mampu merusak dan mencegah proses sintesis
dinding sel sehingga menyebabkan sel protoplasma dalam
mikroba akan ikut terusak.
c. Mengganggu permeabilitas membrane sel mikroba, yaitu :
senyawa antimikroba dapat merusak fungsi membrane sel
sehingga mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan gizi
mikroba.
d. Menghambat sintesis protein sel mikroba, yaitu : pada
senyawa antimikroba mampu mendenaturasikan protein dan asam
nukleat dalam merusak sel mikroba tanpa bisa diperbaiki.
e. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba,
yaitu: DNA, RNA,dan protein memegang peran penting dalam
kehidupan sel, oleh karena itu senyawa antimikroba akan
mengganggu terjadinya proses pembentukan dan menganggu
fungsi dari DNA, RNA, serta protein.

Bakteriosin adalah zat kimia berupa peptida atau protein yang


dihasilkan oleh bakteri sedangkan antimikroba disamping zat kimia
yang dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme juga substansi yang
diperoleh secara sintetik Mekanisme kerja bakteriosin dalam melawan
bakteri lain secara umum dengan menyerang membran sitoplasma
melalui pembentukan pori membran sitoplasma dan penembusan
membran sel sehingga meningkatkan permeabilitas membran
sitoplasma.
1.9.2. Mekanisme Siprofloksasin sebagai Antibakteri
Siprofloksasin merupakan antibiotik pada golongan kelas
fluoroquinolones dan diperoleh dengan cara disintesis. Siprofloksasin
efektif melawan bakteri Gram negatif dan bakteri Gram Positif dengan
cara menghambat proses replikasi Deoksiribosa Nucleat Acid
(DNA).sehingga menghambat pembentukan enzim penting dari
mikrooganisme tersebut dan terjadinya perusakan senyawa protein.
(Setiabudy dan Rianto,2007).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


22

Siprofloksasin bersifat bakteriosidal (dapat membunuh bakteri)


dan menghambat replikasi DNA gyrase (sebuah tipe II topoisomerase)
yang menyebabkan keretakan ganda pada kromosom bakteri. Kerusakan
ini diperlukan untuk memisahkan DNA yang direplikasi. Siprofloksasin
paling efektif untuk bakteri dari family Enterobacteriaceae,Vibrio,
Pseudomonas aeruginosa, Bacillus anthrancis, Staphylococcus aureus,
dan lainnya. (Oksfriani,2018).

1.9.3. Skrining Antibakteri


Skrining dilaksanakan dengan pengujian aktivitas terhadap bakteri
patogen dilakukan secara kualitatif modifikasi, dengan menggores
atau meneteskan Isolat pada permukaan media yang telah disebar
dengan bakteri uji. Bakteri uji yang digunakan terdiri dari bakteri gram
negatif yaitu Escherichia coli patogen manusia serta bakteri Gram
positif yaitu Staphylococcus aureus patogen. Aktivitas antagonis
terhadap bakteri diindikasikan dengan terbentuknya zona jernih
disekitar koloni isolat murni.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


23

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

1.10. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Program Studi
Farmasi, Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional, dilakukan
pada bulan September 2019 sampai bulan Januari 2020.

1.11. Alat Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Bunsen, kasa,
cawan petri, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, gelas ukur, jarum
ose, kapas steril, spidol, batang pengaduk, beaker glass, pipet ukur, kaca
objek, pinset, kertas cakram dan mikroskop, vortex, hot plate, mikro pipet,
jangka sorong, timbangan analitik, kulkas, sentrifugator, oven, autoklaf,
inkubator, Laminar Air Flow.

1.12. Bahan Penelitian

a) Isolat Bahan Dari Penelitian Sebelumnya


Bahan yang digunakan adalah 12 isolat Bakteri asam laktat asal feses
balita, yang diperoleh dari penelitian sebelumnya isolat FBSF 1, FBSF 2,
FBSF 3, FBSF 4, FBSF 7, FBSF9, FBSF 10, FBSF 12, FBSF 13, FBSF 14,
FBSF 15, FBSF 16.
b) Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
c) Bahan Lain-lain
Aquadest, tisu, sarung tangan, masker, kapas, alkohol 70%, blank disk,
disk antibiotik ciprofloksasin, Mueller-Hinton Agar (MHA), deMan
Rogose Sharpe Broth (MRSB), deMan Rogose Sharpe Agar (MRSA),
Nutrient Agar (NA), larutan NaCl 0,9% , CaCO3 1% ,kristal violet,
etanol, iodine, safranin, alkohol 96%, minyak imersi.

24
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
25

1.13. Prinsip Penelitian


Penelitian ini diawali dengan peremajaan isolat Bakteri asam laktat (BAL),
dan peremajaan bakteri uji serta pewarnaan Gram pada bakteri uji,
kemudian dilakukan skrining isolat dengan mengambil satu ose dan di
diinokulasikan pada media MHA yang telah diinokulasi bakteri indikator
Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli. lalu diinkubasi selama
24 jam 37°C. Dilakukan pengamatan isolat BAL yang menghasilkan daya
hambat pada bakteri uji yang disebut isolate hasil skrining yang unggul.
Isolat hasil skrining yang unggul tersebut di kultivasi di media MRSB dan
inkubasi selama 24 jam 37°C, setalah 24 jam lalu di sentrifugasi untuk
mendapatkan kultur supernatan setelah itu dilakukan uji diameter daya
hambat pada media MHA, terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
bakteri Escherichia coli, dengan metode difusi cakram dan di inkubasi selama
24 jam 37°C, lalu dilakukan pengamatan.

1.14. Tahapan Penelitian


1.14.1. Sterilisasi Alat
Proses sterilisasi mengacu pada Jawetz et al. (2012) yaitu media
disterilisasi terlebih dahulu dengan autoklaf pada suhu 121ºC selama
15 menit dengan tekanan 2 atm. Alat-alat dari kaca disterilisasi dengan
oven pada suhu 160ºC selama 2 jam, sedangkan alat-alat seperti jarum
ose disterilisasi dengan pemanasan api langsung. Alat-alat dikeringkan
dengan posisi terbalik diudara terbuka. Setelah kering dibungkus
dengan kertas perkamen. Tabung reaksi dan gelas Erlenmeyer terlebih
dahulu disumbat dengan kapas bersih.
1.14.2. Pembuatan Media MRSA
Pembuatan media MRSA dengan cara, ditimbang 68 g serbuk
MRSA lalu tersuplaimentasikan dengan CaCO3 1% sebanyak 10 g
kemudian dilarutkan dalam 1 liter aquadest dan dipanaskan hingga
mendidih,setelah itu di sterilisasi 121°C selama 15 menit.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


26

1.14.3. Peremajaan Bakteri asam laktat


Peremajaan Bakteri asam laktat dilakukan dengan cara mengambil
satu ose dari isolat sebelumnya kemudian ditumbuhkan pada media
deMan Rogose Sharpe Agar (MRSA) Kemudian diinkubasi pada suhu
37°C selama 24 jam.
1.14.4. Uji Aktivitas Antibakteri
Tahapan uji aktivitas antibakteri dari isolat Bakteri asam laktat
Feses balita sebagai berikut :
1.14.4.1. Pembuatan Media
Media MHA ditimbang sebanyak 3,8g dilarutkan
dalam 100 mL aquadest, kemudian ditutup dengan alumunium
foil, dan dipanaskan dan diaduk sampai larutan jernih tidak
ada endapan sehingga terlihat homogen. Lalu disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
1.14.4.2. Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diremajakan terlebih dahulu, dilakukan dengan cara
mengambil biakan bakteri- bakteri tersebut sebanyak 1 ose
kemudian di inokulasikan pada permukaan agar miring dalam
tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
1.14.4.3. Identifikasi Bakteri Uji
Identifikasi mikroskopis dengan pewarnaan Gram ini
dilakukan untuk meyakinkan bahwa bakteri tersebut
merupakan golongan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara buat
preparat ulas yang difiksasi kemudian tetesi dengan
Kristal, Kristal violet digunakan sebagai pewarna utama pada
preparat sampai semua ulasan terwarnai, kemudian diamkan
selama kurang lebih sekitar 1 menit. Setelah itu dicuci dengan
air mengalir kemudian tetesi dengan iodin, setelah itu
diamkan kurang lebih selama 1 menit kemudian dicuci lagi
dengan air mengalir dan dikering anginkan, preparat
dilunturkan dengan etanol,lalu dicuci dengan air air mengalir

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


27

dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi dengan safranin diamkan


selama 30 detik, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.
Minyak emersi diberikan diatas kaca preparat bakteri. Kaca
preparat diamati menggunakan mikroskopis dengan
pembesaran 1000 kali. Gram positif didapatkan apabila
berwarna ungu, berbentuk bulat dan bergerombol seperti buah
anggur berarti bakteri positif golongan Staphylococcus aureus
dan Gram negatif didapatkan bila sel bakteri berwarna merah,
bentuk bacil berarti positif golongan Escherichia coli (Jawetz
et al. 2007).
1.14.4.4. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji diambil dari biakan murni kurang lebih 2 Ose
dan ditanam pada media MHA kemudian diinkubasi pada suhu
37ºC selama 24 jam. Suspensi bakteri kemudian diencerkan
pada 5 mL dengan NaCl 0,9%, kemudian bakteri
dihomogenkan dengan menggunakan vortex sampai
didapatkan kekeruhan yang sama dengan larutan McFarland 3
(Bonang dan Koeswardono 1982). Kemudian suspensi
bakteri diencerkan 108 CFU/mL, diulang kembali dengan
dilakukan pengenceran dengan cara ambil suspensi bakteri uji
1 mL lalu dimasukan ke dalam larutan NaCl 0,9% yang berisi
9 mL dan dilakukan hingga pengenceran 107 lalu di vortex
sampai homogen, setelah itu suspensi bakteri diencerkan
kembali sehingga di dapat 106 .
1.14.4.5. Skrining Awal BAL Penghasil Antibakteri
Skrining awal BAL penghasil bakteri dilakukan sebagai
berikut: setelah agar MHA padat selanjutnya dilakukan
inokulasi dengan isolat yang diuji yang sudah di lakukan
pengenceran terlebih dahulu. Kemudian inokulasi dilakukan
dengan ose jarum yang titik-titikan pada agar dengan demikian
maka satu petri data digunakan untuk menguji 12 isolat
BAL,kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


28

37°C. Isolat yang mempunyai atau memilki kemampuan untuk


menghambat bakteri indikator akan memberi zona jernih di
sekitar koloni.
1.14.4.6. Fermentasi Isolat Bakteri asam laktat
Dilakukan pembuatan suspensi Bakteri asam laktat
(BAL) unuk pengujian aktivitas antibaktei dengan cara
mengambil 3 ose bakteri asam laktat yang sudah
diremajakan lalu ditumbuhkan di dalam media MRSB 5,0
mL setelah itu diinkubasi 37°C selama 24 jam. Kemudian
hasil pada kultur cair tersebut dilakukan sentrifugasi dengan
menggunakan alat sentrifugator pada kecepatan 4000 rpm
selama 10 menit (Yulinary, et al 20l2) lalu akan didapat hasil
dari sentrifugasi tersebut berupa supernatan yang akan
digunakan dalam uji aktivitas antibakteri.
1.14.4.7. Penentuan Diameter Daya Hambat (DDH)
Pengujian diameter daya hambat (DDH) antibakteri dari
Isolat Bakteri asam laktat yang dilakukan dengan
menggunakan difusi cakram (Disc Diffusion). Media
Mueller-Hinton Agar dituangkan ke dalam masing-masing
cawan petri steril sebanyak kurang lebih 15 ml hingga merata
dan biarkan sampai memadat, setelah itu pipet suspensi
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada
pengenceran 106 CFU, sebanyak 0,1 mL lalu inokulum
bakteri uji dalam media agar dan di ratakan dengan batang L,
hingga suspensi bakteri menjadi kering, hingga benar-benar
merata. Kemudian gunakan mikropipet untuk memipet
supernatan kultur isolat bakteri ke dalam kertas cakram steril
sebanyak 20 µL setelah itu letakan cakram yang kedalam
MHA yang berisi bakteri uji .Setelah 24 jam dikeluarkan dari
inkubator, kemudian dilakukan pengamatan dengan melihat
ada atau tidaknya daerah hambat dengan menggunakan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


29

jangka sorong .kontrol positif yang dilakukan uji DDH yaitu


antibiotik siprofloksasin dan kontrol negatif MRSB.

1.15. Analisis Data


Analisis data yang digunakan untuk menggambarkan uji aktivitas
antibakteri isolat Bakteri asam laktat dari feses balita terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli dianalisis berdasarkan nilai zona hambat yang
terbentuk menggunakan metode difusi, pada Diameter Daya Hambat (DDH)
yang terbentuk disekeliling cakram diukur dengan menggunakan jangka
sorong.
Hasil pengamatan ditinjau dari yang tidak memiliki pertumbuhan bakteri
pada media,dengan hasil positif jika berwarna bening maka dikatakan
memiliki daya hambat dan dengan konsentrasi tertentu. Hasil pengamatan
menunjukan nilai diameter daya hambat dari larutan uji yang dapat
menghambat bakteri, dan data telah diperoleh dari hasil pengamatan .

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


30

1.16. Skema Tahapan Penelitian

Isolat Bakteri Asam Laktat

Peremajaan Isolat , Identifikasi bakteri lalu


pewarnaan Gram BAL

Escherichia coli

Peremajaan Bakteri Uji, lalu


pewarnaan Gram bakteri Uji Staphylococcus aureus

Skrining Bakteri Asam Laktat

Kultivasi Bakteri Bakteri Asam Laktat

Uji Diameter Daya Hambat


menggunakan Difusi Cakram

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


31

Analisis Data

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peremajaan Bakteri Asam laktat


Peremajaan Isolat dilakukan sebagai tahapan awal penelitian, peremajaan
isolat dari Bakteri asam laktat (BAL) yang didapatkan dari feses balita
dengan usia 3,5 tahun, dengan peremajaan 12 isolat pada media deMan
Rogosa Sharpe (MRS) Agar.

Gambar 4.1. Isolat Bakteri asam laktat FBSF 1, FBSF 2, FBSF 3, FBSF 4,
FBSF 7, FBSF 9, FBSF 10, FBSF 12, FBSF 13, FBSF 14, FBSF 15, FBSF
16 . Sumber : (Dokumen Pribadi, 2020)

Setelah dilakukan peremajaan pada ke-12 isolat Bakteri asam laktat


(BAL), terdapat hasil pertumbuhan isolat yang baik, peremajaan isolat ini
tumbuh pada media miring deMan Rogosa Sharpe (MRS) Agar yang
tersuplaikan CaCO3 1% dengan tujuan penanda pertumbuhan Bakteri asam
laktat dengan ditandai terbentuk nya Ca-laktat. Dimana Ca-laktat dapat
ditandai dengan adanya zona bening pada tepi Bakteri asam laktat yang
menandakan bahwa Bakteri asam laktat ini telah tertanam pada media.

32
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
33

deMan Rogosa Sharpe (MRS) Agar dan selain itu penambahan CaCO3 pada
peremajaan Bakteri Asam Laktat karena CaCO3 dan dapat menetralkan
asam yang dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat, karena pH asam yang
sering dihasilkan Bakteri asam laktat rata-rata 3-4. (Bobbarala,2012)

Alasan penggunaan media deMan Rogosa Sharpe (MRS) Agar bertujuan


untuk meremajakan isolat Bakteri asam laktat karena komposisi utama
media tersebut yang paling besar adalah glukosa sebagai sumber karbon
dengan konsentrasi 20 g/L , karbohidrat merupakan sumber karbon dan
energi pada Bakteri asam laktat sehingga pertumbuhan dan metabolisme
nya dipengaruhi oleh sumber karbon, selain itu glukosa memberikan efek
kepadatan sel. (Bobbarala,2012)

4.2 Pewarnaan Gram Bakteri Uji


Tujuan dari pada pewarnaan Gram adalah untuk mengidentifikasi
atau memastikan kemurnian bakteri uji yang akan kita pakai. Pada
pewarnaan Gram bakteri uji dilakukan dengan cara buat preparat ulas yang
difiksasi kemudian tetesi dengan Kristal violet, Kristal violet digunakan
sebagai pewarna utama pada preparat sampai semua ulasan terwarnai,
kemudian diamkan selama kurang lebih sekitar 1 menit. Setelah itu dicuci
dengan air aquadest mengalir kemudian tetesi dengan iodine dengan
bertujuan itu memperkuat warna kristal violet violet, setelah itu teteskan
iodin diamkan kurang lebih selama 1 menit kemudian dicuci lagi dengan
air mengalir dan dikering anginkan, preparat dilunturkan dengan alkohol
dengan tujuan untuk melunturkan warna, lalu dicuci dengan air air
mengalir dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi dengan safranin diamkan
selama 30 detik, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan ini bertujuan
untuk mengetahui Gram positif dan Gram negatif jika dinding sel berubah
dan menjadi merah maka dikategorikan Gram negatif.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


34

Tabel 4.1. Hasil karakteristik mikroskop pewarnaan bakteri uji.


(sumber: Dokumen pribadi)
Nama Bakteri Gambar
Escherichia coli
1. Berbentuk batang (basil)
2. Berwarna merah
3. Gram negatif

Staphylococcus aureus
1. Berbentuk bulat (coccus)
2. Berwarna ungu
3. Gram positif

Pewarnaan Gram dilakukan dengan tujuan untuk membedakan bakteri


yang terlihat apakah Gram positif atau Gram negatif . Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang lebih sederhana dengan jumlah peptidoglikan
yang relatif lebih banyak, sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif
memiliki struktur peptidoglikan yang lebih komplek, dan membran luar
pada dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lipopolisakarida yaitu
berisi karbohidrat yang diikat lipid (Pratiwi,2008).

4.3 Skrining Bakteri Asam Laktat


Tahap ini difokuskan untuk mendeteksi adanya Bakteri asam laktat
sebagai penghasil antibakteri, Bakteri asam laktat dikenal memproduksi
beberapa komponen antibakteri bakteriosin adalah peptida Bakteri asam
laktat yang menghasilkan senyawa antimikroba yang disintesis ribosom

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


35

yang mampu membunuh bakteri uji atau patogen. Skrining dilakukan dengan
cara dilakukan dengan cara meremajakan ke – 12 isolat Bakteri asam laktat
, yang kemudian ke – 12 isolat Bakteri asam laktat diinokulasikan ke
media yang sudah di inokulasi bakteri uji dengan pengenceran 106 ,
kemudian di inkubasi
24 jam dengan suhu 37°C . Setelah diinkubasi selama 1 hari kemudian
dilihat
hasil ada atau tidaknya zona hambat dan setelah dilihat ternyata ada 3 isolat
yakni isolat FBSF 7, FBSF 12, FBSF 14 yang menghasilkan zona bening
pada sekeliling Bakteri asam laktat , yang menandakan bahwa adanya
aktivitas antibakteri.
Berikut hasil dari skrining Bakteri asam laktat asal feses balita pada bakteri
Escherichia coli:
Tabel 4.2. Hasil skrining Bakteri asam laktat asal feses balita terhadap
Escherichia coli.

Ket :
(-) Tidak adanya daya hambat
(+) Adanya daya hambat

Berikut hasil dari skrining Bakteri asam laktat asal feses balita pada
bakteri
Staphylococcus aureus.
Tabel 4.3. Hasil skrining Bakteri asam laktat asal feses balita terhadap
Staphylococcus aureus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


36

Ket :
(-) Tidak adanya daya hambat
(+) Adanya daya hambat

4.4 Fermentasi Bakteri Asam Laktat

Isolat FBSF 7, FBSF 12, dan FBSF 14 dilakukanlah fermentasi, dimana


fermentasi Bakteri asam laktat yang di inkubasi selama 24 jam. Fermentasi
merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang

dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Tujuan fermentasi


manjadikan suatu makanan lebih tahan lama mengawetkan makanan dengan
menghasilkan beberapa asam laktat, asam asetat, alkohol dalam jumlah yang
cukup banyak dan memperkaya nutrisi. Produk fermentasi Bakteri asam laktat
salah satunya adalah asam organik. Asam organik ini dihasilkan selama proses
fermentasi terkait spesies organisme, gabungan kultur dan kondisi
pertumbuhan . Asam organik mampu menurunkan pH dan berfungsi untuk
tidak memutus beberapa ikatan molekul sehingga memiliki kemampuan
aktivitas mikroba.
4.5 Uji Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antimikroba pada isolat Bakteri asam laktat
dilakukan dengan cara metode difusi cakram, metode difusi cakram ini
mempunya kelebihan tidak memerlukan peralatan khusus dan mudah
dilakukan (Liberty et al. 2012) . Bakteri yang digunakan untuk uji
antibakteri yakni Escherichia coli (Gram negatif) dan Stapylococcus aureus
(Gram positif), alasan menggunakan kedua bakteri ini karena Escherichia
coli bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih dan
Stapylococcus aureus bakteri patogen yang menyebabkan penyakit
nosokomial dalam beberapa tahun terakhir meningkat (
Klapaczynska,2018).
Tabel 4.4. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat Bakteri asam laktat dari
feses balita terhadap Escherichia coli.

Pengulangan Diameter Daya Hambat (mm)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


37

FBSF 7 FBSF 12 FBSF 14 - +

1 9,87 11,14 11,39 - 26,03

2 9,68 10,46 11,22 - 25,82

3 9,54 10,08 11,06 - 25,94

Rata-Rata 9,69 10,56 11,22 - 25,93

Ket :
(-) Kontrol MRSB
(+) Kontrol Siprofloksasin

hasil uji aktivitas besarnya zona hambat pada tabel 4.4


menunjukan bahwa isolat Bakteri asam laktat dari feses balita pada nomer
isolat FBSF 7, FBSF 12, FBSF 14, dengan menggunkan metode difusi cakram
menunjukan adanya daya hambat. Dimana hasil yang begitu variatif dengan
rata- rata zona hambat pada isolat FBSF 7 sebesar 9,69 mm, FBSF 12 sebesar
10,56 mm, FBSF 14 mempunyai daya hambat yang lebih tinggi dari pada
lainnya yakni 11,22 mm pada bakteri uji Escherichia coli, kemudian untuk
rata-rata zona hambat
antibiotik siprofloksasin sebagai kontrol positif sebesar 25,93 mm dan MRSB
sebagai kontrol negatif.
Tabel 4.5. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat Bakteri asam laktat dari
feses balita terhadap Staphylococcus aureus.

Diameter Daya Hambat (mm)


Pengulangan
FBSF 7 FBSF 12 FBSF 14 - +

1 9,74 10,14 10,19 - 28,67

2 9,16 10,08 10,14 - 28,42

3 9,82 10,02 10,12 - 27,96

Rata-Rata 9,57 10,08 10,15 - 28,35

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


38

Ket :
(-) Kontrol MRSB
(+) Kontrol Siprofloksasin

Berdasarkan besarnya zona hambat pada tabel 4.5 menunjukan bahwa


isolat Bakteri asam laktat dari feses balita pada nomer isolat FBSF 7, FBSF
12, FBSF 14, dengan menggunkan metode difusi cakram menunjukan
adanya daya hambat dimana hasil yang begitu variatif dengan rata- rata
zona hambat pada isolat FBSF 7 sebesar 9,57 mm, FBSF 12 sebesar 10,08
mm, dan sama halnya dengan hasil uji aktivitas antibakteri pada
Escherichia coli FBSF 14 mempunyai daya hambat yang lebih tinggi dari
pada lainnya yakni 10,15 mm pada bakteri uji Staphylococcus aureus ,
kemudia untuk rata- rata zona hambat antibiotik siprofloksasin sebagai
kontrol positif sebesar 28,35 mm dan MRSB sebagai kontrol negatif.
Bakteri probiotik yang berasal dari Bakteri asam laktat menghasilkan
senyawa metabolit yang berfungsi sebagai antibakteri, aktivitas
penghambatan oleh senyawa antibakteri ditunjukan dengan adanya zona
bening dengan jelas dan tegas yang disebabkan adanya senyawa antibakteri
yakni bakteriosin, bakteriosin bersifat membunuh sel indikator atau bakteri
uji yang dipakai , selain itu senyawa bakteriosin juga mencegah sintesis
peptidoglikan sehingga dinding sel bakteri Gram positif akan melemah dan
sel bakteri akan lisis .

Mekanisme kerja bakteriosin ada 4 cara yang pertama mekanisme aksi


dalam menghambat sintesis dinding sel , sintesis protein, sintesis asam
nukleat, dan jalur metabolisme utama. Pentingnya susu formula atau air
susu ibu juga mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat antibakterial terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus, sensitifitas bakteri Gram negatif oleh aktivitas antibakteri
bakteriosin lebih tinggi dibandingkan Gram positif, karena struktur dinding
sel tersusun dari lipoposakarida, lipoprotein, dan fosfolipid.. Menurut
(Radji,2011), bakteri Gram negatif terdiri peptidoglikan yang tipis dan tidak
mengandung asam teikoat seperti yang dimiliki Gram positif yang dapat
berfungsi sebagai antigen, hal ini menyebabkan Gram positif tahan terhadap

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


39

penghambatan Bakteri Asam Laktat, oleh karena itu Bakteri Asam Laktat
dapat merusak dan mengganggu fungsi membran sel dalam Gram negatif
(Radji,2011). Efek antibakteri yang ditimbulkan dari H2O2 ,dapat
menyebabkan denaturasi sejumlah enzim dan dapat meningkatan
permeabilitas membran sel yang menyebabkan zat antibakteri akan lebih
mudah masuk ke dalam sel bakteri. Efek bakteriosin H2O2
dipengaruhi oleh efek oksidasi yang kuat pada sel bakteri dan perusakan
struktur molekul dasar dari sel protein (Pelzcar dan Chan,2005).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Isolat Bakteri asam laktat FBSF 7, FBSF 12, FBSF 14 mempunyai
daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
2. Besar diameter daya hambat yang dimiliki dari supernatan hasil
fermentasi Bakteri asam laktat pada isolat feses balita pada uji
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus FBSF 7
sebesar 9,57 mm, FBSF 12 sebesar 10,08 mm, kemudian FBSF 14
yakni 10,15 mm dan bakteri Escherichia coli isolat FBSF 7 sebesar
9,69 mm, FBSF 12 sebesar 10,56 mm, lalu hasil uji aktivitas
antibakteri pada FBSF 14 mempunyai daya hambat 11,22 mm.

5.2. Saran
Dalam penelitian ini diharapkan adanya penggunaan isolat Bakteri
asam laktat asal feses balita sebagai bakteriostatik dan bakterisidal
serta pengujian terhadap kapang dan khamir untuk mengetahui adanya
daya hambat sebagai antifungi.

40
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR REFERENSI

Alakomi et al. 2000. Lactic acid inhibition of the growth of spoilage bacteria and
cold tolerant pathogens on pork. Int. J. Food Microbiol. 25:141–151
Bobbarala,V. 2012. Antimicrobial Agents.Croatia: Intech, 33-62
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika Dan Pengendaliannya.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 48 (4),487-491
Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 4 (4), 100-104.
Djide. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar: Lephas, Halaman 81.
Dwijoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman 9
Drider D, Fimland G, Hechard Y, McMullen ML. 2006. The Continuing Story
of Class IIa Bacteriocins. Microbiology and Molecular Biology 70: 564-
582.
Fitria,I. dan Tri A, 2014 : Skrining Bakteri Asam Laktat asal Susu
Kambing Peranakan Etawa sebagai Penghasil Bakteriosin., Jurnal
Biotropika Vol. 2 no.3
Hendarto, A. 2013."Nilai nutrisi air susu ibu. Jakarta: IDAI. 10-11
Indriati. 2006. Potensi Antibakterial Bakteri Asam Laktat dari Peda, Roti, Jambal
dan Bekasam. Jurnal Perikanan (2):112-157
Jawetz, M. 2012. Mikrobiologi Kedokteran jakarta: EGC, 25(2):19.
Setyowati, M. 2015 pemetaan status gizi balita dalam mengdukung
keberhasilan milenium, Jakarta 4(2): 27-48
Melisa. 2019.Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Feses Balita
yang Tidak Mengkonsumsi Susu Formula. [Skripsi]. Jakarta :ISTN. Hlm;17
Milyani. 2010. Tumbuh Kembang Pada Usia Balita.Jakarta (1) : 11-13
Noordiana N, Fatimah ABM. 2013. Antibacterial by Lactic Acid Bacteria
Isolated from Threadfin Salmon . International Food Research 20: 117-124
Oksfriani. 2018.Uji sensitivitas Antibakteri terhadap Escherichia coli
penyebab Infeksi saluran kemih. Jurnal Biotropika Vol.2.No.1
Rachmawati, I., Suranto, Setyaningsih R. 2005. Uji antibakteri bakteri asam
laktat asal asinan sawi terhadap bakteri patogen. Bioteknologi 2(2): 43-48.
Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
dan Kedokteran. Jakarta: Gramedia, 57-89.
Sari, A. Deslianri L., Apridamayanti, P. 2016 : Skrining Aktivitas
Antibakteri Bakteriosin dari Minuman Ce Hun Tiau, Pharm Sci Res ISSN
2407-2354.

41
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
42

Sarah, S. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Bakteri Asam Laktat Dari Isolat
Feses Balita Terhadap Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus.
[Skripsi]. Jakarta : ISTN. Halaman 12-40
Setiabudy. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Gaya Baru, 77-102.
Siti, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Infeksi Nosokomial Luka Operasi Di Ruang Bedah Rsup Fatmawati,
25(2):19.
Suriawiria . 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta :Papas Sinanti, 25(2):19.
Suharyono. 2003. Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta.
Halaman 14
Surono, I . 2004. Probiotik-susu fermentasi dan kesehatan. Jakarta. Tri Cipta
Karya. Halaman 441
Tandirogang et al. 2017. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Karamunting
(Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Penyebab Diare. Jurnal
Sains dan Kesehatan. Vol 1 (7): 407-6082
Usmiati R. 2012. Pengembangan Dadih Sebagai Pangan Fungsional Probiotik
Asli Sumatera Barat. JLP 32: 20-29.
Papuangan N, Nurhasanah. 2014. Potensi Senyawa Antibakteri Isolat Bakteri
Asam Laktat yang Diisolasi dari Bakasang Ternate. Seminar Nasional Riset
Inovatif 5: 67-51.
Pelczar, M dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press. Vol 1:29-30
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. 2: 7-10.
Idrus I R., 2019. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Feses
Balita yang Mengkonsumsi Susu Formula, [Skripsi]. Jakarta : ISTN.
Halaman 27
Volk, W. A. Dan Wheeler, margaret F. 1994. Mikrobiologi Dasar Jilid 2 Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga. 2: 27-60
World Health Organization, 2004.Susu Formula Jakarta, Vol 2:19-24
Widjayanti, N. 1999. Obat-Obatan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Hlm 6-10.
Zalan., Chan, E.C., Tri, A. 2005. Bakteri Asam Laktat Dalam Tubuh Sebagai
Probiotik. Seminar Nasional Riset Inovatif 1: 1-5.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


43

LAMPIRAN 1

Surat Izin Penelitian

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


44

LAMPIRAN 2

Persetujuan Penelitian

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


45

LAMPIRAN 3

Certificate Analysis of MRS-Agar

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


46

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


47

LAMPIRAN 3

Lanjutan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


48

LAMPIRAN 4

Certificate Analysis of MRS-Broth

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


49

LAMPIRAN 5
Alat Penelitian

Sentrifugator Autoklaf Oven Timbangan analitik

Kulkas Inkubator Laminar Air Flow Vortex

Mikropipet Hot Plate Mikroskop Bunsen

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


50

Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2019


LAMPIRAN 6
Bahan Penelitian

MRSB MHA

Nutrient Agar CaCO3

Minyak Imersi,Kristal Violet, Iodin (gram B), Etanol (gram C), Safranin (gram D)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


51

Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2019


LAMPIRAN 7
Hasil Peremajaan Isolat BAL asal feses balita dengan susu formula

Isolat BAL FBSF 1 Isolat BAL FBSF 2 Isolat BAL FBSF 3

Isolat BAL FBSF 4 Isolat BAL FBSF 7 Isolat BAL FBSF 9

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


52

Lanjutan
Hasil Peremajaan Isolat BAL asal feses balita dengan susu formula

Isolat BAL FBSF 10 Isolat BAL FBSF 12 Isolat BAL FBSF 13

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


53

Isolat BAL FBSF 14 Isolat BAL FBSF 15 Isolat BAL FBSF 16

LAMPIRAN 8
Hasil Kultivasi Isolat BAL asal feses balita dengan susu formula

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


54

Isolat BAL FBSF 7 Isolat BAL FBSF 12 Isolat BAL FBSF 14

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


55

LAMPIRAN 9
Hasil Pewarnaan Gram Bakteri Uji

1. Pewarnaan pada Escherichia coli

2. Pewarnaan pada Staphylococcus aureus

Keterangan :

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


56

1. Pada pewarnaan gram bakteri Escherichia coli menunjukan bentuk


basil
(batang) berwarna merah yang menunjukan gram negatif.
2. Pada pewarnaan gram Staphylococcus aureus menunjukan bentuk
coccus
(bulat), berwarna ungu yang menunjukan gram positif.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


57

LAMPIRAN 10
Hasil Skrining Isolat Bakteri Asam Laktat asal Feses Balita dengan susu formula

1. Hasil pengujian Skrining pada Escherichia coli .

2. Hasil pengujian Skrining pada Staphylococcus aureus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


58

LAMPIRAN 11

Hasil Pengujian Diameter Daya Hambat

1. Hasil pengujian Diameter Daya Hambat pada Escherichia coli

2. Hasil pengujian Diameter Daya Hambat pada Staphylococcus aureus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai