ANTIMIKROBA ALAMI
Oleh :
Miftahil Ma’wa (J1A0190)
Penny Alexandra Mulyadi (J1A019087)
UNIVERSITAS MATARAM
2022
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan
pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal
(membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri),
fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan
kapang), ataupun germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu
senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan
pangan. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan.
Kerusakan ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal
(kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat
kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik
tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme
penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gangguan pada senyawa
penyusun dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat
menyebabkan kehilangan komponen penyususn sel. Menginktivasi enzim,
dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora
yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan
berdarah panas. E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang
memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak
dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik
diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik
dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan
mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai
pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan. E. coli juga merupakan
bakteri indikator kualitas air karena keberadaannya di dalam air
mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang
kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya.
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin
yang menyebabkan beberapa kasus diare.
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengujiaktivitas antrimikroba, metode difusi dapat dilakukan oleh 3 cara
yaitu metode silinder, metodedifusi sumuran (lubang) dan cakram kertas.
Metode silinder yaitu meletakkan bebrapa silinde ryang telah dibuat dari
gelas atau besi bahan karat diatas media agar yang telah diinokulasi
dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan hingga berdiri diatas media agar
diisi dengan larutanyang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi
pertumbuhan bakteri diamati untuk melihatada tidaknya daerah hambatan
di sekeliling silender. Metode difusi sumuran yaitu membuat lubang pada
agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang
disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan
dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan
bakteri diamati untuk melihatada tidaknya daerah hambatan di sekeliling
lubang. Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji
dijenuhkan ke dalam kertas cakram (cakram kertas). Cakram kertas
yangmengandung bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar
padat yang telah dicampurdengan mikroba yang diuji, kemudian
diinkubasikan 350C selama 18-24 jam. Area (zona) jernih disekitar
cakram kertas diamati untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan
mikroba. Selamainkubasi, bahan uji berdifusi dari kertas cakram ke dalam
agar-agar itu, sebuah zona inhibisi dengan demikian akan terbentuk.
Diameter zona sebanding dengan jumlah bahan uji yangditambahkan ke
kertas cakram. Metode ini secara rutin digunakan untuk menguji
sensitivitas antibiotik untuk bakteri patogen.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunsen, inkubator,
jangka sorong, pinset steril, pipet steril, dan vorteks.