”ANTI MIKROBA”
DISUSUN OLEH :
1. Faldi P. Simanungkalit (19334004)
2. Maharani Azzahra (21334001)
3. Musbalah Suruj (21334002)
4. Seva Adriansyah (21334003)
5. Khansa Balya Noer (21334004)
KELAS K
DOSEN :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada praktikum kali ini digunakan bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus
Aureus.
Bakteri Escherichia Coli dapat digunakan sebagai indikator adanya
kontaminasi pada air dan makanan atau minuman oleh bakteri yang berasal dari
feces. Bakteri ini dapat menyebar melalui berbagai cara, di antaranya melalui air
dan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Bakteri Staphylococcus Aureus merupakan bakteri gram positif yang hidup
secara fakultatif anaerob, berbentuk bulat nampak seperti sekumpulan anggur,
tidak bergerak dan tidak berspora. Bakteri ini terdapat pada kulit dan dalam
hidung atau tenggorokan manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan sejumlah
penyakit dari penyakit kulit ringan seperti infeksi kulit, acne vulgaris, cellulitis
folliculitis sampai penyakit berat seperti pneumonia, meningitis, osteomyelitis,
endocarditis, toxic shock syndrome, dan septicemia.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di laboratorium mikrobiologi Institut Sains dan
Teknologi Nasional Jakarta pada hari Selasa tanggal 27 juni 2023 pukul
17:00-selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
19,8 mm 0 18,8 mm 12,86 mm
Wipol
1 2 3 Rata-Rata
18,9 mm 0 32 mm 16,97 mm
Handsanitizer
1 2 3 Rata-Rata
17,2 mm 43 mm 21,85 mm 27,35 mm
Lifeboy
1 2 3 Rata-Rata
10,8 mm 45,5 mm 0 18,76 mm
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
14,6 mm 19 mm 31,3 mm 21,63 mm
Dettol
1 2 3 Rata-Rata
6,22 mm 45 mm 37,05 mm 29,42 mm
Tetrasiklin
1 2 3 Rata- Rata
14,7 mm 44 mm 35,75 mm 31,48 mm
Penisilin
1 2 3 Rata-Rata
19,5 mm 0 30,7 mm 16,73 mm
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
15,02 mm 0 30 mm 15,0 mm
Ciprolfloxacin
1 2 3 Rata-Rata
43,4 mm 44 mm 31,55 mm 39,65 mm
2. Staphylococcus
Porstex
1 2 3 Rata-Rata
33,38 mm 34 mm 27,9 mm 31,76 mm
Wipol Rata-Rata
1 2 3
17,71 mm 14 mm 21,55 mm 17,75mm
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
0 0 0 0
Lifeboy
1 2 3 Rata-Rata
0 0 0 0
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
0 0 0 0
Dettol
1 2 3 Rata-Rata
32,05 mm 45 mm 29,9 mm 35,65
Handsanitizer
1 2 3
32,54 mm 0 14,85 mm 15,79 mm
Ciprolaxacin
1 2 3 Rata-Rata
37,05 mm 36 mm 31,5 mm 34,85 mm
Tetrasiklin
1 2 3 Rata-Rata
22,14 mm 37,5 mm 27,5 mm 29,05 mm
Penisilin
1 2 3 Rata-Rata
29,15 mm 34,5 mm 24,75 mm 29,47 mm
Aquadest
1 2 3 Rata-Rata
0 0 0 0
4.2. Pembahasan
Antiseptik merupakan zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme pathogen yang terdapat pada
permukaan tubuh luar mahluk hidup. Antibiotik adalah golongan senyawa, baik alami
maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses
biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Berdasarkan sifatnya antibiotik dibagi menjadi dua yaitu antibiotik yang bersifat
bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri dan antibiotik
yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan
atau multiplikasi bakteri. Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif
belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu penyakit.
Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-lain.
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan
suatu senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai pengawet bahan pangan.
Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang
ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau
mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat
mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang
digunakan. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: gangguan pada senyawa penyusun
dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapatmenyebabkan
kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau
kerusakan fungsi material genetik.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian terhadap efektivitas beberapa
disinfektan, antiseptik dan antibiotik dengan metode difusi cakram dan metode difusi
sumur.
Metode Kirby-Bauer atau metode difusi disk merupakan cara yang paling
banyak dipakai untuk menentukan kepekaan mikroba terhadap berbagai macam
antibiotika. Pada metode difusi disk digunakan cakram kertas saring yang
mengandung suatu zat (desinfektan, antiseptik, dan antibiotik) dengan konsentrasi
tertentu yang ditempelkan pada lempeng agar yang telah ditanami kuman. Zona
Hambatan (killing zone) akan tampak sebagai daerah yang tidak memperlihatkan
pertumbuhan kuman disekitar cakram. Lebar daerah hambatan tergantung ada atau
tidaknya daya serap zat kedalam agar dan kepekaan kuman terhadap zat tersebut.
Interpretasi hasil pengujian difusi disk dapat dilihat dari dua alternatif.
Pertama ialah apabila di sekitar paper disk terdapat zona (daerah) bening tanpa
pertumbuhan bakteri; hal ini dinyatakan positif, berarti obat tradisional yang diuji
mempunyai daya antimikroba. Alternatif kedua ialah apabila di sekitar paper disk
tidak terdapat zona bening yang bebas dari pertumbuhan bakteri dinyatakan negatif
yang berarti desinfektan yang diuji tersebut tidak mempunyai daya antimikroba.
Metoda difusi sumuar adalah metode yang paling sering digunakan digunakan
untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati daerah yang
bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
antimikroba pada permukaan media agar. Pada praktikum ini, metode difusi sumur
yang digunakan adalah cara cup plat. Cara ini berbeda dengan cara cakram, dimana
dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada
sumur tersebut diberi antibiotik yang akan di uji.
Pada praktikum ini pengujian dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan
golongan zat yang digunakan zat yaitu desinfektan (terdiri dari wipol dan porstex),
anti septik (terdiri dari Life boy, dettol, dan hand sanitizer) dan antibiotik (terdiri dari
ciprofloxacin, penisilin, dan tetrasiklin) dimana untuk masing masing sampel
digunakan aquadest sebagai kontrol positif.
Berdasarkan hasil praktikum setelah dilakukan inkubasi terlihat luas area
bening E.coli dan S.aureus berbeda pada masing masing kelompok uji. Pada
kelompok desinfeksi jarak zona hambat pada bakteri E.coli lebih besar dibandingkan
dengan S.aureus dimana pada kelompok ini efektifitas antimikroba terbesar
ditunjukkan oleh porstex karena mengandung triklosan dan telah terdaftar di
BPOM/Kemenkes sehingga efektif dalam membunuh bakteri. Luas areal bening
terbesar pada S.aureus yaitu sebesar 31,76 cm2 sedangkan E.coli yakni sebesar 33,46
cm2. Pada kelompok antiseptik jarak zona hambat pada bakteri E.coli lebih kecil
dibandingkan dengan S.aureus dimana pada kelompok ini efektifitas antimikroba
terbesar ditunjukkan oleh Dettol. Luas area bening terbesar pada S.aureus yaitu
sebesar 35,65 cm2 sedangkan E.coli yakni sebesar 294,46 cm2 . Pada kelompok
antibiotik jarak zona hambat pada bakteri E.coli lebih besar dibandingkan dengan
S.aureus dimana pada kelompok ini efektifitas antimikroba terbesar ditunjukkan oleh
Ciprofloksasin. Luas area bening terbesar pada S.aureus yaitu sebesar 34,85 cm2
sedangkan E.coli yakni sebesar 39,65 cm2. Pada pengamatan ini ada beberapa
permasalahan yang terjadi yaitu kontrol positif menujukan efek antimikroba dan
efektifitas sabun life boy tidak terlihat, hal ini mungkin disebabkan karena pada saat
penanganan terjadi kontaminasi antar produk serta kesalahan perlakuan yang
mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literature sebagai baku
pembanding.
Perbedaan ketahanan bakteri dapat disebabkan adanya perbedaan alamiah
antara kedua golongan bakteri. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif
dimana selnya sebagian besar (90%) terdiri dari lapisan peptidoglikan dan lapisan
tipis asam teikoat. Asam teikoat menyebabkan permukaan sel bakteri gram positif
bersifat polar dan mempunyai muatan negatif. Sifat ini akan mempengaruhi laju
penetrasi molekul-molekul ke dalam sel yang akhirnya dapat menyebabkan kebocoran
sel.
Sedangkan E. coli adalah bakteri gram negatif dimana dinding selnya lebih
kompleks dibandingkan dengan bakteri gram positif. Bakteri gram positif hanya
mempunyai satu lapisan membran yang mengandung peptidoglikan sedangkan bakteri
gram negatif mempunyai membran dalam dan membran luar. Lapisan membran luar
(outer 34 wall layer) mengandung fosfolipid, lipopolisakarida, dan lipoprotein.
Lapisan ini bersifat impermeabel terhadap molekul besar tetapi dapat melalukan
molekul kecil. Lipopolisakarida dan peptidoglikan merupakan saringan bagi berbagai
ukuran molekul, sedangkan plasma membran bersifat impermeabel bagi molekul yang
ukurannya jauh lebih kecil.
Pada bakteri gram negatif terdapat sisi hidrofilik yaitu gugus karboksil, amino,
fosfat, dan hidroksil yang peka terhadap senyawa polar. Sedangkan kepekaan bakteri
gram positif disebabkan tidak terdapatnya molekul reseptor spesifik untuk penetrasi
antimikroba dan susunan matriknya terbuka). Pada bakteri gram positif susunan
dinding sel lebih sederhana terdiri atas 2 lapis namun memiliki lapisan peptidoglikan
yang tebal. Meskipun dinding sel bakteri E.coli lebih kompleks terdiri atas 3 lapis
namun lapisan peptidoglikan tipis.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Daya antimikroba terbesar untuk kelompok desinfektan yaitu porstex
Daya antimikroba terbesar untuk kelompok antiseptik yaitu Dettol
Daya antimikroba terbesar untuk kelompok antibiotik yaitu ciprofloxacin
DAFTAR PUSTAKA