Anda di halaman 1dari 17

1

UJI RESISTENSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroorganisme yang berada di sekitar kita bermacam-macam ada yang menguntungkan dan
ada yang merugikan bagi makhluk hidup, khususnya pada manusia. Mikroorganisme misalnya bakteri
ada yang bersifat patogen dan non patogen. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit tertentu, sedangkan bakteri non patogen adalah bakteri yang tidak
menyebabkan penyakit.Adanya bakteri patogen membuat peneliti mulai mengembangkan
pengetahuan mengenai resistensi suatu bakteri dan menemukan zat antimikrobia yang kemudian
memudahkan manusia untuk mengendalikan pertumbuhan suatu bakteri.
Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya
dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat
perkembangan bakteri dan organisme lain (Chaidir, 1994). Tiap-tiap antibiotik memiliki efektivitas
yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme (bakteri). Beberapa antibiotik dapat bekerja dengan
baik pada bakteri gram negatif dan beberapa antibiotik lainnya ada yang lebih efektif pada bakteri
gram positif.
Cara mmengetahui efektivitas suatu antibiotik dengan mengetahui tingkat resistensi bakteri
terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan uji Kirby-Bauer. Prinsip dasarnya adalah dengan
meletakkan disk yang telah mengandung antibiotik dengan konsentrasi dan kadar tertentu pada
media agar yang telah ditanam bakteri uji. Zona hambat/ bening yang dihasilkan disekitar disk inilah
yang digunakan sebagai dasar penentuan tingkat resistensi.tingkat resisntensi bakteri dibedakan
menjadi 3 yakni: sensitif, intermediet, dan resisten. Bakteri bersifat sensitif adalah jika terbentuk zona
bening pada saat diuji Kirby-Bauer, resisten adalah jika tidak terbentuk zona bening pada saat diuji
Kirby-Bauer, sedangkan intermediet adalah jika terbentuk zona bening pada saat diuji Kirby-Bauer
dengan diameter yang kecil.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik (ampisilin)
dan mengetahui efektifitas antibiotik tersebut, maka dilakukan percobaan uji resistensi pada bakteri
(sampel air selokan) Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya.
     
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu:
a.    Bagaimanakah cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu?
b.    Bagaimanakah efektivitas antibiotik (Ampisilin) terhadap bakteri gram negatif
berbentuk monococcus dari sampel air selokan?

1.3  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a.    Mengetahui cara menguji tingkat resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik tertentu.
b.    Mengetahui efektivitas suatu antibiotik terhadap bakteri uji.

1.4  Manfaat
Manfaat dari praktikum uji resistensi ini adalah :
a.    Dapat memberikan pengetahuan cara menguji resistensi suatu bakteri.
b.    Dapat memberikan pengetahuan mengenai sifat antibiotik yang memiliki efektivitas berbeda-beda
terhadap suatu jenis bakteri.
c.    Dapat memberikan pengetahuan bahwa konsentrasi antibiotik mempengaruhi besar kecilnya zona
hambat yang dihasilkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap lingkungan, termasuk lingkungan-


lingkungan dimana tidak ada kehidupan lain yang dapat bertahan hidup. Mikroorganisme mampu
bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Mereka juga mampu beradaptasi
dengan perubahan-perubahan lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis mikroorganisme yang
ditemukan di suatu lingkungan mempunyai pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan
mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya mahluk hidup,
mikroorganisme juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh dan juga memberikan respon
terhadap zat-zat yang merusak mereka. Bahan- bahan kimia baik organik maupun anorganik bersifat
racun bagi mikroorganisme. Bahan-bahan ini dapat menghambat atau mematikan mikroba yang
bersifat patogen dan merugikan manusia. Senyawa yang dapat menghambat mikroba disebut
senyawa antiseptik, sedangkan senyawa yang bisa mematikan mikroba disebut senayawa
desinfektan.
Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan salah satu jenis
mikroba misalnya bakteri adalah antibiotik. Antibiotik atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri
merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Pada tahun
1940, antibiotika dapat dikatakan merubah dunia pengobatan serta mengurangi angka kesakitan &
kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis (Ganiswarna, 1995).
Pengertian dari antibiotika pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur
atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan & manusia. Saat
ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan dari mikororganisme)
tetapi jugadapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat
membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan
tetapi banyak orang yang menyebutnya dengan antibiotika. Antibiotika mempunyai manfaat yang
sangat banyak, penggunaanantibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya resistensi
antibiotika (Wasitaningrum, 2009).
Resistensi antibiotika ialah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk menahan
efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa
hingga dapatmengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya
dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi sehingga mengakibatkan bakeri
tersebut tetap dapat bertahan hidup. Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu
jenis antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut.
Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten
terhadap obat tertentu ialah tubuh seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh
itulah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Stainier, et al., 1986).
Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik dapat dilakukan dengan uji
resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme,
terutama mikroba yang patogen. Metode yang biasa dipakai adalah metode Metode Kirby-
Bauer yang merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu
bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada metode Kirby-Bauer adalah:
a.   Ketebalan media agar
Dapat mempengaruhi penyebaran dan difusi antibiotik yang digunakan.
b.   Umur bakteri
Bakteri yang berumur tua (fase stationer) tidak efektif untuk diuji karena mendekati kematian dan
tidak terjadi pertumbuhan lagi sehingga yang dipakai bekteri berumur sedang (fase eksponential)
karena aktivitas metabolitnya tinggi, pertumbuhan cepat sehingga lebih peka terhadapa daya kerja
obat dan hasilnya lebih akurat.
c.   Waktu inkubasi
Waktu yang cukup supaya bakteri dapat berkembang biak dengan optimal dan cepat. Waktunya
minimal 16 jam.
d.   pH, temperature
Bakteri memiliki pH dan temperature optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda sehingga
sebaiknya dilakukan saat pH dan temperature yang optimal.
e.   Konsentrasi antibiotik
Semakin besar konsentrasinya semakin besar diameter hambatannya..
f.     Jenis antibiotik
   setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat antibiotik
tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit).

Bakteri dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika tertentu,
sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi
di masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat tertentu ialah tubuh
seseorang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh itulah yang menjadi resisten
terhadap pengobatan, bukan tubuhnya (Sinaga, 2005).
Setiap bakteri memiliki respon yang berbeda-beda terhadap antibiotiknya, tergantung sifat
antibiotik tersebut (berspektrum luas/berspektrum sempit). Ampicillin merupakan salah satu antibiotik
yang termasuk golongan penisilin semi-sintetik yang berasal dari inti penisilin yaitu asam 6-amino
penisilat (6-APA) dan merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisid. Secara klinis,
ampicillin efektif terhadap bakteri gram-positif seperti S.
pneumonia, enterokokus dan stafilokokus yang tidak menghasilkan penisilinase, sedangkan pada
bakteri gram-negatif, diantaranya gonokokus, H. influenza, beberapa
jenisE.coli, Shigella, Salmonella dan P.  mirabilis. Seperti golongan penicillin lainnya, ampicillin
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu
melakukan penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Keberadaan gugus amino pada
Ampicillin membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada bakteri (Brander,
et al., 1991).
Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang
secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja ampicilin antara lain:
1.    Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan
pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam
proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada
tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut
digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.
2.    Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang
berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.
3.    Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut
menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Praktikan melaksanakan praktikum uji resitensi bakteri pada hari kamis tanggal 4 april 2013.
Praktikan melaksanakan praktikum tersebut di Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Gedung C9, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.

3.2  ALAT DAN BAHAN


A.       Alat
         Cawan petri 2 buah
         Kertas hisap (paper disc) 12 buah

B.       Bahan
         Media taoge agar
         Media taoge cair
         Bakteri uji 2 ml
         Antibiotik amphicillin 500 mg

3.3  PROSEDUR KERJA
a.         Dilakukan peremajaan/ sub culture bakteri uji yang akan digunakan pada media taoge cair.
b.         Diinkubasi pada suhu 28-30°C selama 24 jam.
c.         Diambil 1 ml kultur bakteri, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri steril (dilakukan
secara duplo).
d.        Media taoge agar dituangkan ke dalam cawan petri, kemudian dihomogenkan.
e.         Membuat paper disc dari kertas hisap berbentuk lingkaran dengan diameter kurang dari 1
cm, kemudian direndam dalam antibiotik dengan konsentrasi 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 5
mg/ml (tiap konsentrasi 3-4 paper disc).
f.          Kertas hisap yang telah direndam diletakkan pada media Taoge Agar yang telah ditanami
bakteri uji (langkah no.4), diberi tanda pada bagian luar cawan supaya tidak tertukar.
g.         Diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 28-30°C.
h.         Diamati zona hambat/zona bening yang terbentuk, kemudian diukur diameternya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Tabel 4.1. Pengamatan Uji Resistensi Pada Cawan Petri
Identifikasi Uji Resistensi Cawan A Uji Resistensi Cawan B
Gambar

25
mg/ml 25
50 mg/ml
mg/ml 50
5 mg/ml mg/ml
  5 mg/ml
   

Mikroorganisme Bakteri Bakteri


(sampel air selokan depan (sampel air selokan depan
gedung C3- FMIPA) gedung C3- FMIPA)
Morfologi Karakteristik optik: Opaque Karakteristik optik: Opaque
Bentuk: punctiform Bentuk: punctiform
Elevasi: raised Elevasi: raised
Bentuk tepian: entire Bentuk tepian: entire
Bentuk sel Coccus (bulat) Coccus (bulat)
Susunan sel Monococcus Monococcus
Gram positif (+)
Negatif (-) Negatif (-)
atau negatif (-)
Konsentrasi 50 mg/mL: 1,6 cm Konsentrasi 50 mg/mL: 1,5 cm
Diameter zona
Konsentrasi 25 mg/mL: 1,3 cm Konsentrasi 25 mg/mL: 1,2 cm
hambat
Konsentrasi 5 mg/mL: 1,1 cm Konsentrasi 5 mg/mL: 1,1cm
            Keterangan: diameter paper disk = 0,5 cm

     Hasil yang kami dapatkan dari uji resistensi berupa reaksi dari bakteri terhadap antibiotik, sensitif
atau resisten, dapat dilihat dari zona inhibitor yang terbentuk. Terdapat perbedaan besar zona
hambat/ zona bening yang terbentuk sebagai respon terhadap perbedaan pengenceran antibiotik.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya pengenceran berbanding lurus dengan besarnya zona
hambat/zona yang terbentuk. Semakin besar pengenceran (50 mg/ml) maka semakin besar diameter
zona hambat/ zona bening yang terbentuk.

4.2  Pembahasan
      Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas mikroba terhadap
antibiotik dengan metode Kirby-Bauer dan menentukan mikroba uji termasuk sensitif atau resisten
terhadap antibiotik yang diujikan.
            Pada percobaan ini kadar antibiotik ditentukan dengan metode Kirby-Bauer, yaitu
pengukuran sensitifitas antibiotik dengan metode paper disk yang berisi agen antimikroba pada media
yang telah ditanami mikroba dan akan berdifusi pada media agar. Daerah jernih disekitar paper
diskmerupakan hambatan mikroba oleh antibiotik pada permukaan agar. Metode Kirby-Bauer
merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu bakteri
terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat terbentuk. Semakin besar diameternya
maka semakin terhambat pertumbuhannya.
Dalam percobaan uji resistensi ini, antibiotik yang digunakan adalah ampicillin 500
gram yangdidapatkan zona hambat/zona bening. Hal tersebut menunjukan bahwa bakteri sensitif
terhadap antibiotik ampicilin 500 gram, dapat dilihat dengan adanya zona jernih/zona hambat yang
mengindikasikan bahwa bakteri sensitif terhadap antibiotik ampicilin. Ampicillin bekerja dengan
menghambat sintesis dinding sel yaitu dengan menyerang peptidoglikan dan mampu melakukan
penetrasi pada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini disebabkan keberadaan gugus amino
pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus membran terluar (outer membran) pada
bakteri. Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi dari antibiotika maka akan semakin besar zona jernih yang terbentuk  
(Dwidjoseputro., 2003).
Ampisilin termasuk antibiotik yang bersifat bakterisidal dan memiliki mekanisme kerja yang
secara umum menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri. Mekanisme kerja antibiotik tersebut
antara lain:
1.    Penghambatan sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat transpeptidasi sintesis peptidoglikan
pada aksi enzim transpeptidase bakteri. Transpeptidase merupakan enzim yang bekerja dalam
proses cross-linking dari rantai peptida dalam membentuk senyawa peptidoglikan yang terjadi pada
tahap akhir pembentukan dinding sel (Essack, 2001; Chamber, 2004). Proses Cross linking tersebut
digunakan dalam integritas struktur dinding sel bakteri.
2.    Perlekatan obat pada protein spesifik pengikat penisilin atau Penicillin-Binding Protein (PBP) yang
berlaku sebagai reseptor obat pada bakteri.
3.    Aktivasi enzim autolitik pada dinding sel akibat perlekatan obat pada PBP. Aktivasi tersebut
menyebabkan lisis dinding sel bakteri (Jawetz, 1997; Dzen et. al., 2003).
Perbedaan luas/lebar diameter zona hambat pada cawan A dengan cawan B disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain kurang halusnya dalam proses penggerusan antibiotik, konsentrasi
antibiotik yang diserap oleh paper disk pada cawan A berbeda dengan paper disk pada cawan B
karena larutan antibiotik pada tiap konsentrasi kurang homogen, volume spet yang disediakan tidak
sesuai dengan volume yang dibutuhkan serta adanya media Taoge Agar (TA) yang menggumpal
ketika di tuangkan pada cawan petri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.     Kesimpulan
Bakteri memiliki tingkat resistensi yang berbeda-beda terhadap antibiotik yang
diberikantergantung dari sifat/karakteristik bakteri uji serta jenis dan konsentrasi antibiotik. Bakteri
bersifat sensitif apabila menghasilkan zona hambat/zona bening ketika diuji dengan antibiotik.
Antibiotik semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri apabila semakin luas/lebar zona
hambat yang terbentuk yang terjadi akibat semakin tinggi konsentrasi antibiotik yang digunakan.

5.2.     Saran
Agar zona hambat yang dihasilkan membentuk struktur yang bulat sempurna (diameter tiap
sisinya sama atau hampir sama) supaya mudah diamati praktikan harus berhati-hati ketika
meletakkan paper disc (yang telah dicelupkan ke larutan antibiotik) dalam suspensi bakteri pada
cawan petri. Pemilihan kertas yang digunakan sebagai disc harus dipilih jenis kertas yang dapat
menyerap sempurna larutan antibiotik, misalnya kertas saring.
DAFTAR PUSTAKA

Brander, G.C., Pugh, D.M., Bywater, R.J. and Jenkins, W.L. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and
Therapeutics, 5th ed. The English Language Book Society, Bailliere Tindal, London.

Chaidir J, Munaf S. 1994. Obat antimikroba. In : Munaf S, eds. Farmakologi Unsri. Jakarta : EGC.

Chambers, H. F. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Dwijaseputro. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Brawijaya. Djambatan :          


Malang.Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT             Gramedia
PustakaUtama : Jakarta

Dzen, Sjoekoer M; Roekistiningsih; Santoso, Sanarto; Winarsih, Sri; Sumarno; Islam,       Samsul, A.S.
Noorhamdani; Murwani, Sri; Santosaningsih, Dewi. 2003. Bakteri           Bentuk Batang. Bakteriologi
Medik. Malang: Bayumedia. Pp 189

Essack, S.Y., 2001. The Development of Beta-Lactam Antibiotics in Response to the       Evolution of-
Lactamases. Pharmaceutical Research. 18(10): 1391-99.

Fleming, Alexander (1980). “On the antibacterial action of cultures of a penicillium, with special reference to
their use in the isolation of B. influenza.”. Clin Infect Dis 2 (1):129-39.

Jawet, Melnik dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jawet E. 1998. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta :
EGC.

Wasitaningrum, I. D. A., 2009. Uji Resistensi Bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli  Dari Isolat
Susu Sapi Segar Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2

Beberapa Antibiotik yang Sering Dipakai di Puskesmas


Penicillin (Phenoxymethylpenicillin)
Penicillin merupakan antibiotik yang sejak lama telah digunakan di dunia kedokteran.
Obat ini digunakan sejak perang dunia II dan telah menyelamatkan banyak nyawa saat
itu. Namun saat ini penicillin sudah banyak ditinggalkan karena banyaknya kejadian
alergi/hipersensitif terhadap obat ini.
Penicillin tergolong dalam antibiotika β-laktam yang bekerja dengan menghambat
pembentukan peptidoglikan di dinding sel bakteri. Penicillin bersifat bakterisid. Obat ini
efektif melawan bakteri gram positif.

Indikasi
Pengobatan terhadap penyakit infeksi oleh kuman-kuman klostridia, misalnya pada
kasus blag leg, malignant edema, dan tetanus.
Dapat digunakan sebagai pilihan untuk pengobatan anthrax (BacIllus Anthracis)
Pada pengobatan leptospira, penicillin sering dikombinasikan dengan streptomycin
Infeksi karena Streptococcus pyogenes, misalnya tonsilitis, faringitis dan infeksi kulit

Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap Penisilin.

Efek samping
Dapat menimbulkan ultikaria, dan kadang-kadang anifilaksis dapat menjadi fatal. Pasien
yang alergi terhadap penicillin biasanya alergi terhadap semua turunan penicillin karena
hipersensitifitas ditentukan oleh struktur dasar penicillin.
Diare, nausea sering terjadi pada pemberian peroral, kadang-kadang juga dapat
menyebabkan kolitis.
Ensefalopati akibat iritasi serebral, hal ini dapat terjadi pada pemberian dosis yang
brlebihan atau dosis normal pada pasien gagal ginjal.
Penicilin tidak boleh diberikan secara intratekal karena cara ini dapat menimbulkan
ensefalopati yang mungkin fatal.
Pada pasien gagal ginjal pemberian penicillin scara injeksi dapat menyebabkan
akumulasi elektrolit.

Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik paling banyak digunakan saat ini. Masyarakat awam
banyak membeli obat ini di toko obat atau apotek tanpa resep dokter. 
Amoxicillin adalah senyawa penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum
luas dan bersifat bakterisid (membunuh bakteri), efektif terhadap sebagian besar bakteri
gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Seperti golongan beta laktam
lainya, obat ini bekerja dengan cara mencegah bakteri membentuk dinding sel.

Indikasi
Infeksi saluran pernafasan : faringitis, langritis, bronkitis, pneumoni.
Infeksi saluran kemih : gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi lain: otitis, septikemia, endokarditis.
Obat ini tidak digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi pada tulang/sendi
karena amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan cerebrospinal atau sinovial.

Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.
Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau turunannya. Hati -
hati pemberian pada wanita menyusui karena diduga dapat menyebabkan sensitifitas
pada bayi
Pemakaian pada wanita hamil belum diketahui keamanannya dengan pasti.
Pengobatan dengan Amoxicillin dan jangka waktu yang lama harus disertai dengan
pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah.

Efek samping
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urticaria, ruam kulit,
angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan
stomatitis. Kemungkinan reaksi anafilaksi. 
Penggunaan dosis tinggi dalam jangka lama dapat menimbulkan super infeksi (biasanya
disebabkan Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, Candida) terutama pada saluran
gastrointestinal.

Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik
(menekan pertumbuhan bakteri) dan bekerja dengan cara menghambat sintesis protein
pada bakteri.

Indikasi
Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati jerawat (acne vulgaris) dan penyakit kulit
lain (rosacea). Infeksi saluran nafas, sinus, telinga tengah, saluran kemih, dan saluran
cerna (kolera).
Infeksi-infeksi oleh klamidia (limfogranuloma venereum, inclusion conjunctivitis, tracoma,
psitakosis).  

Kontra indikasi
Tetrasiklin dapat menyebabkan pewarnaan pada gigi oleh karena deposisi pada tulang
dan gigi yang sedang tumbuh. Oleh karena itu tetrasiklin sebaiknya tidak diberikan pada
anak di bawah umur 12 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tetrasiklin juga dapat memicu gagal ginjal, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan
pada pasien dengan penyakit ginjal.

Efek samping
Gangguan saluran cerna merupakan yang paling sering terjadi, diantaranya seperti
mual, muntah, diare, nyeri telan dan iritasi kerongkongan.
Efek samping yang jarang terjadi termasuk kerusakan hati, pankreatitis, gangguan
darah, fotosensitif, dan reaksi hipersensitif (ruam, urtikaria, angioedem, anafilaksis,
sindrom steven-johnson).
Peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan nyeri kepala dan gangguan
penglihatan, hentikan pengobatan bila hal ini ditemukan.

Metronidazole
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazol yang
mempunyai aktifitas bakterisid, ameobisid dan trikomonosid. Metronidazole memiliki
aktivitas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat sintesa asam nukleat.

Indikasi
Metronidazole efektif untuk pengobatan trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Ameobiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E.
histolytica.
Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.
Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi.

Kontra indikasi
Diketahui sensitif terhadap metronidazole atau turunan nitroimidazole.
Penggunaan bersama dengan ethyl alcohol.
Penderita dengan sejarah penyakit neurologi serius, kegagalan ginjal yang berat,
kehamilan trimester pertama.
Tidak disarankan penggunaan doss tinggi pada wanita hamil dan menyusui

Efek samping
Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, lidah berselaput, dan rasa tidak enak
seperti metal.
Pusing, nyeri kepala, seperti mengantuk, mialgia, arthralgia, hepatitis, dan gangguan
fungsi hati.
Pruritus, urtikaria, angioedem, anafilaktik, eritema multiforme.

Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan antibiotik sintetik golongan kinolon, bekerja dengan cara
menghambat sintesis asam nukleat (menghambat DNA-girase). Bersifat bakterisid dan
mempunyai spektrum yang luas. Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan
gram-positif. Efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain misalnya
aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Obat ini berpenetrasi ke jaringan
dengan baik dan toksisitasnya relatif rendah.

Indikasi
Untuk pengobatan infeksi pada saluran kemih, uretritis dan servisitis gonore, infeksi
saluran pernafasan, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi, otitis eksterna.
Infeksi saluran pencernaan termasuk demam tifoid dan paratifoid, kolera, shigelosis, dan
salmonelosis.

Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau antibiotika derivat quinolone
lainnya.
Wanita hamil dan menyusui.
Anak-anak dibawah usia 18 tahun, karena diduga menyebabkan arthropathy pada
sendi-sendi besar penopang berat tubuh pada anak dan remaja yang sedang tumbuh.
Namun pada kondisi tertentu penggunaan ciprofloxacin pada anak dapat dilakukan
dalam jangka yang pendek.
Ciprofloxacin harus diberikan dengan hati-hati pada penderita usia lanjut, pasien epilepsi
dan pasien yang pernah mengalami gangguan susunan syaraf pusat.

Efek samping 
Gangguan pada saluran cerna, mual, muntah, dispepsia, nyeri perut dan diare.
Sakit kepala, pusing, gangguan tidur, tremor.
Ruam dan gatal, vaskulitis, eritema nodosum, jarang terjadi sindroma steven-johnson.
Fotosensitif, reaksi hipesensitif termasuk demam, urtikaria, angioedem, dan anafilaksis. 
Hindarkan penderita dari matahari yang berlebihan. Bila terjadi fototoksisitas
pengobatan harus segera dihentikan. 

Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas, bersifat bakteriostatik, namun pada
konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-
kuman tertentu. Antibotik ini mempunyai efek samping yang serius dalam hal gangguan
hematologik, oleh karena itu sebaiknya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat
khususnya hemofilus influenza dan demam tifoid.
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman (menghambat enzim
peptidil transferase). 

Indikasi
Kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis
lainnya.
Untuk infeksi berat yang disebabkan oleh H. influenzae (terutama infeksi meningual),
rickettsia, lymphogranuloma-psittacosis dan beberapa bakteri gram-negatif yang
menyebabkan bakteremia meningitis, dan infeksi berat yang lainnya.

Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif atau mengalami reaksi toksik dengan kloramfenikol.
Jangan digunakan untuk mengobati influenza, batuk-pilek, infeksi tenggorokan, atau
infeksi ringan lainya bila masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif..

Efek samping
Gangguan hematologik, depresi sumsum tulang bisa sampai anemia aplastik dengan
pansitopenia.
Reaksi alergi meliputi kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
Reaksi saluran cerna bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan
enterokolitis.
Sindrom gray terjadi pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis
tinggi (200 mg/kg BB). Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat
dan tidak teratur, perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan
bayi tampak sakit berat. Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna
keabu-abuan; terjadi pula hipotermia (kedinginan).
Reaksi neurologik dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit
kepala.

CotrimoxazoleCotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi


sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut
mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap
biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme.
Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-
positif dan gram-negatif.

Indikasi
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp,
Enterobacter sp, Morganella.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.

Kontra indikasi
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal.
Wanita hamil, wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia di bawah 2 bulan.
Penderita yang hipersensitif terhadap trimetoprim dan obat-obatgolongansulfonamida

Efek samping
Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif, ruam
kulit, sakit kepala dan gangguan pencernaan misalnya mual, muntah dan diare
3

5 ANTOIBIOTIK YANG PALING SERING DIPAKAI MASYARAKAT

Pengertian Antibiotik :

Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.

Penemuan Penisilin

Pada permulaan tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu
produk dalam airmata manusia dapat melisiskan (menghancurkan) sel bakteri. Zat ini disebut
lysozyme, yang merupakan contoh pertama antibakteri yang ditemukan pada manusia.

Seperti pyocyanase, lysozyme juga menemukan jalan buntu dalam usaha pencarian antibiotik
yang efektif, karena sifatnya yang merusak sel-sel bakteri non-patogen.

Namun pada tahun 1928 Fleming secara kebetulan menemukan antibakteri lain. Sekembali
liburan akhir pekan, Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia
menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut
telah lisis.

Lisis sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh
pada cawan petri. Ia menghipotesa bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan
lisis sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar
tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.

Semula Ernest Duchesne, seorang mahasiswa kedokteran Perancis, yang menemukan sifat-sifat
penisilium pada tahun 1896, namun gagal dalam melaporkan hubungan antara cendawan dan
zat yang memiliki sifat-sifat antibakteri, sehingga Penisilium dilupakan dalam komunitas ilmiah
sampai penemuan kembali oleh Fleming.

Adapun 5 jenis antibiotik yang paling sering dipakai di masyarakat berikut ini:

1.      Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin, lebih spesifik lagi termasuk kelompok
aminopenicillin seperti halnya jenis antibiotik populer lainnnya yakni ampicilin. Penggunaannya
sangat luas, mulai dari untuk obati infeksi kulit, gigi, telinga, saluran napas dan saluran kemih.

2.      Cefadroxil
Cefadroxil merupakan generasi pertama antibiotik golongan Cephalosphorin, yang cara kerjanya
hampir sama dengan Amoxicillin dan antibiotik lain di golongan penicillin. Penggunaannya juga
sama luas, mulai untuk mengobati dari infeksi kulit hingga saluran kemih.

3.      Erythromicyn
Erythromicin merupakan antibiotika golongan makrolid yang sering diberikan pada pasien yang
alergi penicillin. Penggunaannya lebih luas dari penicillin maupun cephalosphorin, sehingga
sering dipakai sebagai pilihan pertama untuk pengobatan pneumonia.

4.      Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan antibiotik golongan floroquinolon, salah satu jenis antibiotik paling
mutakhir saat ini. Penggunaannya antara lain untuk mengobati infeksi saluran kemih, infeksi
saluran napas (sinusitis, pneumonia, bronkitis) dan juga infeksi kulit.

5.      Tetrasiklin
Jenis antibiotika ini paling sering jadi pilihan utama untuk mengobati infeksi kelamin seperti
chlamydia dan gonorrhea atau kencing nanah. Penggunaan antibiotik jenis ini mulai dibatasi,
karena memicu masalah resistensi yang membuat kuman gonorrhea jadi kebal antibiotik.

Efek Samping Antibiotik

Berikut ini adalah beberapa efek negatif yang ditimbulkan senyawa antibiotik ini :

1.      Masalah pada pencernaan

Ini adalah efek negatif paling sering dan gejala awal yang ditimbulkan oleh senyawa ini. Dimana
efek paling sering yang dirasakan oleh pemakainya adalah diare, mual-mual, kembung, keram,
dan nyeri pada daerah tertentu.

2.      Gangguan pada organ tubuh

Saat mengkonsumsi antibiotik beberapa orang sering mengalami jantung yang berdebar keras,
sakit kepala yang parah, frekuensi detak jantung yang tidak normal. Beberapa ada yang
mengalami masalah pada hati seperti penyakit kuning (liver), serta gangguan ginjal seperti
warna air seni yang gelap dan batu ginjal. Ada pula masalah ringan seperti kesemutan pada kaki
dan tangan.

3.      Infeksi
Antibiotik memang berfungi mengobati jamur dan bakteri. Namun tidak halnya untuk
perempuan dimana justru timbul hal yang sebaliknya. Hal paling sering di alami kaum hawa
adalah malah timbulnya infeksi jamur pada daerah kewanitaan yang dapat menjadi penyebab
keputihan, gatal, terasa becek, bau amis dan terasa panas pada miss v.

4.      Alergi

Tidak jarang efek antibiotik akan menimbulkan alergi yang berkepanjangan. Beberapa alergi
yang terjadi adalah gatal-gatal pada daerah tertentu pada kulit dan menimbulkan bercak.
Bahkan ada pula yang mengalami pembengkakan pada daerah kerongkongan dan mulut yang
berkepanjangan.

5.      Resistensi

Seperti efek negatif bahan kimia lainnya dampak terburuk awal adalah terjadinya kekebalan
pada tubuh kita. Seseorang yang terlalu sering menggunakan antibiotik akan membuat tubuh
kebal secara berangsur-angsur pada tubuh. Jika hal ini terjadi dulu yang pada awalnya
mengatasi infeksi dengan dosis antibiotik kecil, maka lama-lama hal itu tidak mempan lagi untuk
tubuh. Diperlukan antibiotik dengan dosis tinggi untuk mengatasi infeksi yang sebenarnya
tergolong sedang. Hal ini juga berpengaruh pada obat-obat lain yang kita konsumsi seperti obat
sakit kulit, mata, atau radang. Jika semakin tinggi dosis yang digunakan maka akan menimbulkan
efek samping serius salah satunya akan mengancam jiwa kita.

6.      Menimbulkan kematian mendadak

Setiap bahan sintesis yang digunakan terlalu sering dan dosis yang tinggi dapat menimbulkan
efek samping yang sangat serius. Beberapa efeknya adalah kerusakan fungsi hati, gerakan tubuh
yang tidak terkontrol atau biasa disebut dengan tremor seperti gemetar dan mati rasa. Pada
kasus kronis dapat menimbulkan penurunan kadar sel darah putih, kerusakan fungsi otak, gagal
ginjal, koma, detak jantung abnormal dan bahkan kematian seketika.

Kesimpulan

Pemakaian antibiotik tidak boleh sembarangan. Idealnya memang harus definitif sesuai kuman
penyebab infeksinya dan harus dimulai dari jenis yang paling sederhana.
"Saat meresepkan antibiotik, dokter punya standar. Dimulai dari yang paling sederhana, kalau
nggak mempan baru pakai generasi terbaru. 
Pemilihan antibiotik yang tidak rasional kadang bukan kemauan dokter, tetapi tekanan pasien
yang merasa punya uang dan ingin diberi obat paling manjur. Akhirnya dokter memilihkan obat
bukan berdasarkan standar baku, tetapi hanya untuk menyenangkan pasiennya.

Anda mungkin juga menyukai