Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANTIBIOTIK

DOSEN PENGAMPU:
IBU ANNISA PRIMADIAMANTI,M.Sc.Apt

DISUSUN OLEH:
BALQIS AZZAHRA
DEA AYU PRATIWI
LANA RESTUNI
NOVITA YOSI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander
Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium
chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam
bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk
pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya
resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-
besaran.
Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan
antibiotik yang tepat. Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat
antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik
tidak hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata
mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba. Dimulai dengan mengetahui jenis-jenis dari
antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari obat-obat antibiotik tersebut
dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari obat antibiotik tersebut. Semua ini
bertujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik yang tepat dan efektif dalam
mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit.

Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis.
Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.
B.  Rumusan Masalah
1)   Apakah yang dimaksud dengan Antibiotika ?
2)   Apa saja jenis Pengolongan Antibiotik ?
3)   Apa saja jenis obat antibiotika pada ibu hamil ?

C.  Tujuan
1)      Untuk mengetahui pengertian Antibiotika.
2)      Untuk mengetahui jenis Pengolongan Antibiotik.
3)      Untuk mengetahui jenis obat antibiotika pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Antibiotika
Antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari kata anti (lawan)
dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan sesuatu yang hidup".
Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk memerangi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau protozoa. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam
prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba.
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah
kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008).
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba dan termasuk
didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Antibiotik
berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dariantibiotik adalah cenderung
bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.

Prinsip Penggunaan Antibiotik:


a.    Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian
antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b.    Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap 
infeksi, daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.
B. Sejahrah antibiotik
Penemuan antibiotika terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada1928,
lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci
sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat
sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang
sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P.
notatum (suatu kapang berwarna biru muda mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembap
beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu
terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia dikenal telah menemukan antibiotik alami
pertama: penicillin G.
Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-
peneliti dari Institut Pasteur di Prancis pada akhir abad ke-19, tetapi hasilnya tidak diakui oleh
lembaganya sendiri dan tidak dipublikasikan.

C. Penggunaan antibiotika
Antibiotika umumnya bekerja sangat spesifik pada suatu proses pada bakteri, sehingga
jika terjadi mutasi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal'. Itulah
sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri
segera mati dan dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk dokter, agar mutasi tidak terjadi.
Penggunaan antibiotika yang 'tidak lengkap' dapat membuka peluang munculnya tipe bakteri
yang 'kebal'. Oleh karena itu, seseorang diarahkan untuk menghabiskan satu dosis lengkap
antibiotika walaupun kondisi sudah tampak membaik meski baru menghabiskan setengah
pengobatan. Bakteri tertentu pada orang tertentu kadang-kadang sulit disembuhkan, karena
bakteri tersebut bisa jadi sudah mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotika tertentu.
Oleh karena itu, perlu dilakukan Kultur di Laboratorium Klinik terhadap berbagai sampel (misal
air seni, darah, tinja, dahak, ingus dan lain-lain) untuk mengetahui jenis bakterinya dan juga
antibiotika apa yang masih mempan terhadap bakteri tersebut. Pada infeksi saluran
kemih kadang-kadang dijumpai lebih dari satu bakteri sekaligus.

D. Jenis-jenis Antibiotik
Antibiotik terbagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing digunakan untuk mengatasi
kondisi yang berbeda. Jenis-jenis antibiotik meliputi:

1.Penisilin
Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri, beberapa di
antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore, faringitis, dan juga untuk
pencegahan endocarditis. Terutama pada penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal, akan
lebih baik penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan suntikan.
Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda. Baca keterangan
yang ada di kemasan dan konsultasikan penggunaan obat dengan dokter.
Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:

 Amoxicillin
 Ampicillin
 Oxacillin
 Penicillin G

2.Sefalosporin
Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering. Konsultasikan dengan
dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda bentuk obat dapat berbeda pula kondisi yang
ditangani.
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya adalah infeksi
tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih. Obat ini berpotensi menimbulkan
efek samping berupa sakit kepala, nyeri pada dada, bahkan syok. Penggunaan sefalosporin
harus dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Jenis-jenis sefalosporin meliputi:

 Cefadroxil
 Cefuroxime
 Cefixime
 Cefotaxim
 Cefotiam
 Cefepime
 Ceftarolin

3.Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi banyak penyakit
infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit, dan peritonitis. Penggunaan aminoglikosida
harus dengan anjuran serta pengawasan dokter, karena obat ini berpotensi menimbulkan efek
samping berupa gangguan kesadaran.
Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep, tetes mata, dan
suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan untuk kondisi yang berbeda. Sebelum
menggunakan obat, pasien disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan yang ada di
kemasan obat.
Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:

 Paromomycin
 Tobramycin
 Gentamicin
 Amikacin
 Kanamycin
 Neomycin

4.Tetrasiklin
Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep, salep mata, kapsul,
dan suntik.
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang muncul akibat
adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan
jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan
menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:

 Doxycycline
 Minocycline
 Tetracycline
 Oxytetracycline
 Tigecycline

5.Makrolid
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah bronkitis,
servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid sendiri tersedia dalam banyak
bentuk, yakni tablet, kaplet, sirop kering, dan suntik.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat seperti cisapride.
Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan makrolid
atau mengombinasikannya dengan obat lain.
Jenis-jenis makrolid meliputi:

 Erythromycin
 Azithromycin
 Clarithromycin

5.Quinolone
Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang berbeda. Bentuk
obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis, servisitis, dan infeksi kulit.
Penggunaan quinolone dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan pada sistem saraf
pusat. Maka dari itu, jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis quinolone meliputi:

 Ciprofloxacin
 Levofloxacin
 Moxifloxacin

E. Penggolongan Antibiotik Secara umum,


penggolongan antibiotik diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Berdasarkan struktur kimia antibiotik (Tjay & Rahardja, 2007)


1. Golongan Beta-Laktam
Cincin Beta Laktam Contoh antibiotik golongan beta-laktam yaitu golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefadroksil, seftazidim), golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin). Penicillium chrysognum merupakan jenis jamur yang dapat
menghasilkan antibakterial alami yaitu penisilin.
2) Golongan Aminoglikosida
Struktur Aminoglikosida Antibiotik ini dihasilkan dari jenis jamur streptomyces dan
micromospora. Didalam molekul aminoglikosida mengandung turunan sintesis dan
senyawa berupa dua atau tiga gula-amino yang saling mengikat secara glikolisis.
Contoh antibiotik 10 golongan aminoglikosida adalah streptomisin, gentamisin,
amikasin, neomisin, dan paranomisin.
3) Golongan Tetrasiklin
Struktur Tetrasiklin Golongan tetrasiklin bekerja dengan mengganggu sintesis protein
bakteri. Golongan ini bersifat bakteriostatik. Contoh obat golongan ini yaitu
tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
4) Golongan Makrolida
Struktur Makrolida Mekanisme kerja dari golongan obat ini adalah mengikat secara
reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis protein terhalangi. Makrolida
memiliki efek samping pada lambung-usus. 11
5) Golongan Linkomisin
Struktur Makrolida Antibiotik ini dihasilkan oleh bakteri streptomyces lincolnensis
(AS, 1960). Spektrum kerja golongan ini sempit, terutama pada kuman gram positif
dan anaerob. Antibiotik golongan linkomisin memiliki efek samping yang hebat maka
hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotik golongan lain.
6) Golongan Kuinolon
Struktur Kuinolon Antibiotik golongan Kuinolon memiliki sifat bakterisida. Terjadi
inhibisi pada enzim DNA-Gyrase, maka sintesis DNA kuman dapat dicegah. Obat
golongan ini hanya bisa digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
7) Golongan Kloramfenikol
Struktur Kloramfenikol Obat ini memiliki sifat bakteriostatis dan berspektrum luas.
Mekanisme kerja antibiotik ini dengan melakukan perintangan sitesis polipeptida pada
kuman.
b. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri (Stringer, 2006)
1) Inhibitor sintesis dinding bakteri
Antibiotik ini bekerja dengan memecah enzim dinding sel dan menghambat
enzim pada sintesis dinding sel. Contohnya yaitu golongan β laktam seperti penisilin,
sefalosporin, karbapenem, monobaktam, ada juga inhibitor sintesis dinding sel seperti
vankomisin dan basitrasin.
2) Inhibitor sintesis protein bakteri
Golongan ini bekerja dengan cara mengganggu sintesis protein tanpa
mengganggu perkembangan sel-sel normal. Contoh obat golongan ini yaitu
aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, klindamisin, dan kloramfenikol.

3) Mengubah permeabilitas membran sel


Golongan ini juga memiliki efek bakteriostatik dengan menghilangkan
permeabilitas membran sehingga terdapat substansi sel yang hilang kemudian
menyebabkan sel menjadi lisis. contoh antibiotik golongan ini yaitu polimiksin,
amfoterisin b, nistatin, dan kolistin.
4) Menghambat sintesis asam folat
Bakteri harus memproduksi asam folat dari PABA (asam para amino
benzoat) dan glutamat, manusia tidak dapat mensintesis asam folat, hal ini merupakan
target untuk antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Contoh obat
golongan ini yaitu sulfonamida dan trimetoprim.
5) Mengganggu sintesis DNA
Contoh obat golongan ini yaitu kuinolon dan metronidasol. Antibiotik ini
bekerja dengan menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga akan
menghambat sintesis DNA. DNA girase merupakan enzim yang ada pada bakteri yang
mengakibatkan terbentuknya superheliks pada DNA dan akan menghambat replikasi.

c. Berdasarkan aktivitas (Kee, 1996)


1) Antibiotik spektrum luas (Broad spectrum)
Contoh dari antibiotik spectrum luas yaitu tetrasiklin dan sefalosporin yang baik untuk
menyerang organisme gram positif maupun negatif. Biasanya digunakan untuk mengobati
infeksi yang belum diketahui bakteri penyebabnya karena harus melakukan pembiakan.
2) Antibiotik spektrum sempit (Narrow spectrum)
Antibiotik spektum sempit efektif melawan satu jenis organisme.
Contohnya obat penisilin dan eritromisin yang dipakai untuk mengobati infeksi karena
bakteri gram positif. Sifatnya yang selektif maka lebih aktif dalam melawan organisme
tunggal daripada antibiotik berspektrum luas.
Prinsip Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik, terdapat faktor yang harus dipertimbangkan pada penggunaan antibiotik :

1. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk


menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa
cara, antara lain (Drlica & Perlin, 2011) :
a. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi
b. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik
c. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri
d. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri
e. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui
mekanisme transport aktif ke luar sel.

2. Satuan resistensi yang dinyatakan dalam satuan KHM KHM (Kadar Hambat Minimum) atau
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) yaitu kadar terendah antibiotik dalam satuan
(µg/mL) yang mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Meningkatnya
KHM/MIC menunjukkan adanya permulaan bakteri yang resisten.

3. Enzim perusak antibiotik khusus terhadap golongan beta-laktam Resistensi terhadap golongan
beta-laktam dapat terjadi karena perubahan atau mutasi gen penyandi protein (Penicillin
Binding Protein, PBP) yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga sel
akan mengalami lisis. Enzim yang dapat merusak cincin beta laktam adalah beta-laktamase.
Bakteri yang sudah resisten akan menghasilkan enzim ini.

4. Peningkatan kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik Peningkatan kejadian resistensi


bakteri terhadap antibiotik dapat terjadi dengan cara berikut :
a. Mekanisme Selection Pressure Jika bakteri resisten tersebut berbiak secara duplikasi
setiap 20-30 menit (untuk bakteri yang berbiak cepat), maka dalam 1-2 hari bakteri
akan banyak menyerang host (inang). Apabila inang telah terinfeksi oleh bakteri
resisten, maka penangannya akan lebih sulit. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
antibiotik secara rasional (prudent use of antibiotics).
b. Penyebaran resistensi ke bakteri yang non-resisten melalui plasmid Penyebaran
resistensi dapat terjadi antar kuman sekelompok maupun dari satu inang ke inang lain.
Penyebaran resistensi melalui plasmid dapat diatasi dengan peningkatan ketaatan
terhadap prinsip kewaspadaan standar (universal precaution).
c. Faktor interaksi dan efek samping obat 16 Pemberian antibiotik secara bersamaan
dengan antibiotik lain, obat lain, maupun makanan tertentu dapat menimbulkan efek
yang tidak diharapkan. Efek yang terjadi bermacam-macam seperti penurunan
absorpsi obat, penundaan absorpsi, atau peningkatan efek toksik.
d.Faktor Biaya Antibiotik yang tersedia dengan berbagai harga dan berbagai bentuk obat
seperti obat generik, obat merk dagang, dan obat paten. Harga antibiotik dengan
kandungan yang sama bisa berbeda harga hingga 100 kali lebih mahal daripada obat
generiknya, terutama pada sediaan parenteral yang bisa 1000 kali lebih mahal dari
sediaan oral dengan kandungan yang sama. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi
kemampuan masyarakat untuk membeli antibiotik yang diresepkan dokter, yang dapat
berdampak pada tidak terbelinya antibiotik oleh pasien, yang dapat mengakibatkan
kegagalan terapi. Sebaik apapun obat yang diresepkan, apabila tidak terjangkau oleh
kemampuan keuangan pasien, tentu tidak dapat digunakan dengan sesuai dan tidak
mendapatkan hasil yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru
menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari
satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan.
Antibiotik ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime,
cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin,
dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan :
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin

B. Saran
Agar setiap mahasiswa kebidanan memahami pengertian, macam – macam, kegunaan,
interaksi obat dan efek samping dari suatu jenis obat terutama pada obat antibiotic dan jamur
ini, serta dapat dimanfaat kan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan. Jakarta. EG
ISFI.2005.ISO Indonesia.PT Anem kosong. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai