Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOLOGI

ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI

Dosen Pengampu
Tuty Mulyani, M.Sc., Apt

Disusun oleh kelompok 2


1.Afifah ( 1648201110103 )
2. Annisa Husna (1648201110107)
3. Debi Karlina Indriani (1648201110111 )
4. Fitria Oktaviana (1648201110116 )
5. Hamidah (1648201110120 )
6. Lifia Amanda (1648201110124 )
7. Muhammad Al-Ghifari ( 1648201110126)
8. Nadiya Aulia ( 1648201110132 )
9. Nurbaity Basrani F (1648201110136 )
10. Risqa Nur Aina (1648201110141 )
11. Siti Sulaibah (1648201110145 )
12. Winda Meriyani ( 1648201110149 )

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik. Yang memiliki
kegunaan untuk menekan atau menghentikan proses biokimia, khususnya dalam proses
infeksi dan bakteri. Penggunaan antibiotik dalam dunia kedokteran tentunya berkaitan dengan
pengobatan penyakit infeksi. Walau antibiotik ini bisa digunakan untuk menghentikan proses
biokimia seperti infeksi dan bakteri, antibiotik tidak berfungsi untuk jamur dan virus-virus.
Antibiotik memiliki banyak jenis. Yang paling pertama ditemukan oleh Alexander
Fleming pada tahun 1928 secara tidak sengaja. Karena dia lupa untuk membersihkan
persediaan bakteri di cawan petri dan menginggalkannya seharian di rak cucian sepanjang
pekan, ketika dia ingin membersihkan cawan tersebut, dia menemukan sebuah kapang.
Kapang merupakan bagian dari kingdom fungi yang biasa tumbuh pada permukaan makanan
yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Setelah diteliti dan dilakukan pengujian,
Alexander Fleming menemukan bahwa kapang ini adalah kapang yang gampang ditemukan di
roti yang dibiarkan lembab beberapa hari. Ia lalu mendapatkan hasil positif dari
pengekstrakan kapang tersebut ke bakteri koleksinya. Itulah antibiok alami pertama
ditemukan yang dinamakan Penicillin G. Menurut beberapa sumber, dikatakan bahwa
penemuan antibakteri dari penicillium sudah diketahui oleh orang Prancis pada akhir abad 19,
tetapi hasilnya tidak pernah dipublikasikan.
Antibiotik bukanlah obat yang bisa dibilang tidak memiliki efek lain, ada beberapa
antibiotik yang bila kita minum secara asal akan menyebabkan efek samping. Seperti kata
dr.Zubairi Djoerban, seorang spesialis penyakit dalam dan seorang guru besar dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dalam republika online.
Selain mempunyai efek samping menimbulkan bakteri resisten, antibiotik juga bisa
menimbulkan dampak buruk yang lain. Penisilin misalnya, dapat menyebabkan alergi dan
shock. Tetrasiklin dapat menyebabkan perubahan besar dalam flora usus, yang berikutnya
dapat menyebabkan super infeksi jamur, artinya tetrasiklin justru dapat memicu infeksi jamur.
Kloramfenikol, saat ini di banyak negara penggunaannya sudah amat dibatasi karena dapat
menyebabkan penyakit darah yang serius. Jadi, kloramfenikol sedapat mungkin dihindari.
(Djoerban, 2012).
Jadi, antibiotik harus diminum sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Karena jika
tidak mengikuti resep dokter efek samping dari antibiotik dapat membahayakan nyawa kita sendiri.
Seperti yang dikatakan dr.Zubairi Djoerban, bahwa banyak Negara yang membatasi penggunaan
antibiotik karena bisa menyebabkan penyakit darah yang serius. Akan tetapi, di Indonesia
antibiotik masih digunakan secara konsumtif. Padahal seharusnya kita sebisa mungkin membatasi
penggunaan antibiotik. Kecuali jika keadaan memang sudah diharuskan memakai. Masih banyak
efek-efek lain dari penggunaan antibiotik yang dapat merusak tubuh.

1.2 Identifikasi masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dapat diidentifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Apa sebenarnya antibiotik itu?
2. Apakah penggunaan antibiotik itu berbahaya?
3. Apa saja jenis-jenis antibiotik?
4. Kenapa masyarakat harus membatasi penggunaan antibiotik?
5. Apa saja efek-efek dari pemakaian antibiotik?

1.3 Perumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dirumuskan menjadi Bagaimana


dampak penggunaan antibiotik bagi manusia?

1.4 Tujuan
Tujuan pembuatan kartul ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui apa itu antibiotik.
2. Untuk mengetahui sejarah antibiotik.
3. Untuk mengetahui penggolongan antibiotik.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis antibiotik
5. Untuk mengetahui dampak-dampak penggunaan antibiotik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antibiotik

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani, yaitu anti(lawan) dan bios(hidup).
Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik, yang memiliki fungsi
untuk menghambat bakteri maupun membunuh bakteri.
Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang
dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh
bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun
membunuh mikroba lain. (http://farmasi-jurnal.blogspot.com/2010/12/sejarah-
antibiotik.html)
Antibiotik juga dikenal sebagai agen antimikroba, yaitu obat yang dapat melawan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Seperti yang sudah penulis katakan di latar belakang,
antibiotik bisa melawan bakteri maupun infeksi tapi antibiotik tidak berfungsi untuk
melawan jamur dan virus.
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia,
ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut
harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksis bagi hospes.
(Setiabudy, 2008).
Nama antibiotik sendiri dicetuskan oleh Selman Waksman pada tahun 1942. Yang
menjelaskan tentang zat yang dihasilkan oleh mikro-organisme yang menahan
perkembangan mikro-organisme lainnya dalam suatu zat yang sangat encer. Kebanyakan
antibiotik memiliki molekul relatif kecil dan memiliki berat molekul dibawah 2000 Da.
Antibiotik awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau
mikroorganisme lain yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit manusia maupun
hewan. Tapi, ada beberapa antibiotik yang bukan merupakan senyawa alami atau bisa
disebut juga antibiotik sintetik, yang merupakan bukan hasil dari mikroorganisme yang juga
dapat menghambat dan membunuh bakteri. Secara teknis antibiotik disebut juga agen
antibakteri yang mengacu kedua senyawa alami dan sintetis. Banyak orang yang memakai
kata antibiotika untuk merujuk ke dua senyawa tersebut. Selain antibiotik alami dan
sintesis, ada antibiotik semi sintesis yang merupakan antibiotik berasal dari alam dan juga
sintesis kimia.
Antibiotika memiliki sifat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman maupun
bakteri. Tapi, toksisitasnya untuk manusia relatif kecil. Mengingat sifat toksisnya terhadap
manusia, hanya beberapa antibiotik dari banyak antibiotika yang dipakai sebagai obat,
antara lain: streptomisin (1944), Chloramphenicol (1947), tetrasiklin (1948), Eritromisin
(1952), Rifampisin (1960),bleomisin (1965) dan doksorubisin (1969).
Tergantung penggunaannya, antibiotik memiliki banyak bentuk. Selain dalam bentuk
obat minum atau oral, antibiotik ada yang berbentuk suntikan atau parenteral, salep, krim,
supositoria, lotion dan tetes. Apabila terkena infeksi kulit, maka kita bisa memakai
antibiotik dalam bentuk salep atau krim, infeksi mata merah memakai tetes mata, infeksi
telinga merah memakai tetes kuping antibiotik. Selain yang disebutkan, masih ada bentuk-
bentuk yang lain, semuanya tergantung dengan penggunaan dan penyakitnya.

2.2 Mekanisme Kerja Antibiotik

Antibiotik menghambat mikroba melalui mekanisme yang berbeda yaitu :


Menganggu metabolisme sel mikroba
Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Menghambat sintesis protein sel mikroba
Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
2.3 Sifat Antibiotik
a. Berdasarkan Toksisitas

Toksisitas adalah tingkat racun yang terdapat pada sebuah antibiotik. Berdasar
toksisitasnya, antibiotik dibagi atas dua. Yaitu, bakteriostatik dan bakteriosidal, dimana
peningkatan dosis bisa mengakibatkan perubahan dari bakteriostatik menjadi
bakteriosidal.
a. Bakterisidal :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam
golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar),
kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
b. Bakteriostatik
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan
kuman, tidak membunuhnya sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada
daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

b. Berdasarkan Spektrum Kerjanya


a. Spektrum luas (aktivitas luas)
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu
bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini
adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan
rifampisin.
b.Spektrum sempit (aktivitas sempit)
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba
saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin,
klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang
streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
2.4 Penggolongan Antibiotik

Antibiotik memiliki beragam macam jenis. Ada banyak cara untuk menggolongkan
antibiotik. Salah satunya dengan berdasarkan struktur kimianya. Menurut struktur kimianya,
antibiotik dibagi akan sepuluh jenis, yaitu:
a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-
laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin,
dan trovafloksasin.
g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristindalfopristin.
h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Selain penggolongan menurut struktur kimia, masih ada banyak cara untuk
menggolongkan antibiotik. Ada juga cara penggolongan yang sesuai dengan cara atau
tempat kerja antibiotik. Menurut cara atau tempat kerjanya, antibiotik dibagi atas lima
bagian, yaitu:
a. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding bakteri.
Setiap bakteri tentunya memiliki dinding sel. Dinding sel terdapat di bakteri yang
memiliki gram negatif maupun bakteri gram positif. Fungsi dinding ini adalah untuk
mempertahankan bentuk sel. Kedua bakteri memiliki suatu lapisan yang bernama
Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi untuk mensintetiskan diding bakteri, reaksi ini
disebut transpetidasi. Lapisan Peptidoglycan lebih tebal pada bakteri gram positif jika
dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Akan tetapi, pada gram negatif terdapat
lapisan membran lemak diantara dinding dengan lapisan Peptidoglycan sehingga terlihat
gambaran membran bilayer.
Cara menghambat sintesis dinding bakteri ada dua cara. Cara pertama yaitu
dengan cara menghambat proses transpetisidasi, semua obat -lactam bisa menghambat
proses tersebut. Cara kedua yaitu dengan cara penghambatan sintetis peptidoglycan, obat
yang non -lactam biasanya dipakai untuk cara ini.
Gambar 2.3.1 Struktur Antibiotik golongan menghambat sintetis dinding bakteri

b. Antibiotik yang menghambat permeabilitas membran sel


Cara kerja golongan ini adalah dengan cara mengganggu intregitas fungsional
membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada bakteri.

Gambar 2.3.2 Struktur antibiotik golongan penghambat membran sel.

c. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein.


Sel bakteri pada umumnya memiliki beberapa tipe ribosom, dari yang 30S, 50S
dan yang 70S. Sel manusia memiliki ribosom tipe 80S. Sehingga antibiotik ini
cenderung tidak berpengaruh terhadap sintesis protein dalam jaringan manusia.

Gambar 2.3.3 Struktur antibiotik golongan sintetis protein di ribosom.

d. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis asam nukleat.


Menghambat sintesis DNA dengan cara konversi senyawa menjadi tiphosphate dan
menghambat thymidine kinase dan polymerase DNA sehingga ada penambahan DATP
ke dalam DNA dan kekurangan tymine untuk replikasi DNA

Gambar 2.3.4 Struktur antibiotik golongan penghambat sintesis DNA

e. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat metabolisme.


Cara kerja golongan ini adalah dengan menghambat proses pembentukan purin.
Efek kerja golongan ini sama dengan golongan penghambat sintesis DNA

Gambar 2.3.5 Struktur antibiotik golongan penghambat metabolik.

Gambar dibawah merupakan gambar tempat yang diserang oleh antibiotik setiap
golongannya.

Gambar: Tempat kerja masing-masing penggolongan antibiotik

2.5 Jenis dari Golongan Antibiotik.


A. Aminoglikosida
Aminoglikosida termasuk antibakteri berspektrum luas dan bakterisidal
karena toksisitasnya sangat besar dan indek terapinya sempit maka obat olongan ini
dalam klinik hanya digunakan utuk infeksi berat yang belum diketahui penyebabnya
atau infeksi karena gram negatif saja.
Aminoglikosida tidak dapat diabsorpsi dari saluran GI sehingga
pemberiannya selalu melalui injeksi. Toksisitasnya yang relatif berbahaya adalah
ottoksik, neprotoksik dan neuromuskular bloker.
Obat golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif. Contoh obatnya
termasuk streptomisin, neomisin, kanamisin dan gentamisin.

Gambar 2.4.4 Struktur kimia Aminoglycoside

B. Tetrasiklin

Tetracyclin yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline yang diisolasi dari
Streptomycecs aureofaciens. Tetracyclin adalah antibiotik berspektrum luas. Semua
antibiotik ini memiliki struktur kimia yang sama. Antibiotik ini tersedia sebagai
hidroklorida yang larut. Larutan tersebut bersifat asam dan mudah berikatan dengan
ion-ion logam. Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin,
Doksisiklin, dan Minosiklin

Gambar Struktur kimia Tetracyclin.


C. Kloramfenikol
Chlorampenicol berasal dari Streptomyces venezuelae. Sifat kristal
Chlorampenicol adalah larut dalam alkohol dan sukar larut dalam air. Namun,
Chlorampenicol suksinat sangat larut didalam air.
Antibiotik ini memiliki efek kuat dalam menghambat sintesis protein.
Bersifar bakteriostatik terhadap kebanyakan bakteri, akan tetapi tidak efektif untuk
klamidia. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

D. Makroloid
Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin makrolide.
Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin. Penggunaan macrolide terbatas
pada infeksi korinebakterium, klamidia, mycoplasma dan legionella. Contoh
macrolide adalah Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan Spiramycin.

E. Klindamisin
Clindamycin merupakan turunan dari Lincomycin. Kedua antibiotik ini mempunyai
aktivitas yang menyerupai erythomycin. Akan tetapi Clindamycin lebih kuat dalam
mengatasi infeksi yamg disebabkan bakteri kokus gram positif, kecuali beberapa
bakteri yang resisten terhadap Clindamycin.

F. Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat
golongan ini termasuk obat dengan spektrum kerja sempit, terutama terhadap
bakteri gram positif dan dan dalam kondisi anaerob. Digunakan untuk mengobati
infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang
tidak sesuai diobati dengan penisilin. Contoh obatnya yaitu Clindamycin dan
Linkomycin.
2.6 Dampak Antibiotik
Setiap pemakaian antibiotik, ada kemungkinan kita bisa terkena dampak atau efek
sampingnya. Setiap jenis antibiotik memiliki efek samping yang berbeda juga. Tergantung
pemakaian dan jenis antibiotik yang dipakai. Dampak-dampak pemakaian antibiotik adalah sebagai
berikut:
a. Hipersensitisivitas
b. Neurotoksis pada dosis tinggi
c. Dyspepsia
d. Nefrotoksis
e. Gangguan pendarahan
f. Alergi
g. Kelainan perdarahan
h. Disulfiram-like effect
i. Mual, muntah, diare, dan kulit kemerahan
j. Flebitis pada tempat suntikan
k. Red man syndrome
l. Hepatotoksis

Itulah beberapa efek samping yang disebabkan karena pemakaian antibiotik. Efek samping
tersebut ada yang tidak bisa disembuhkan dan ada yang bisa disembuhkan. Walau sebagian besar
efek sampingnya hanya efek samping ringan, kalau dibiarkan akan menjadi parah.

Selain itu ada juga dampak yang diakibatkan karena pemakaian antibiotik secara konsumtif.
Dampaknya adalah sebagai berikut:

a. Munculnya bakteri baru yang kebal terhadap antibiotik yang ada.


b. Gangguan pada darah
c. Alergic hepatitis
d. Bakteri yang tidak berbahaya bagi tubuh dan bakteri yang berguna bagi tubuh manusia
menjadi ikut terbunuh oleh antibiotik yang berspektrum luas.

Itulah dampak untuk penggunaan antibiotik secara konsumtif maupun irasional. Sesuatu
yang terlalu berlebihan itu belum tentu baik bagi tubuh kita.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh bakteri.

2. Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu bakteriosid dan
bakteriostatik.

3. Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu :Penghambatan


sintetis dinding bakteri, Penghambat membran sel,Penghambatan sintetis protein di
ribosom, Penghambatan sintetis asamnukleat, dan Penghambatan metabolik
(antagonis folat).

4.Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti


dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitas terhadap
obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanya perubahan jalur
metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim yangtetap dapat melakukan fungsi
metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhioleh obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dirjend POM, Departemen
Kesehatan, Jakarta

Anonymous- c. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. (online). Tersedia:Mikrobiologi.html.


(Diakses tanggal 8 maret 2013).

Crueger, W., dan Crueger, A., 1988, Bioteknology: Textbook of industrial Mikcrobiology,
Madison Inc., New York

Depkes RI ,1979.Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta

Huga, W.B.,dan Russel, A.D., 2000, Pharmaceutical Microbilogy., Blackwell Scientific


Piblication, London

Muniz, Carolina Campos, et al (2007). Penicllin and Cephalosporin Production: A


Historical Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3-4, December 2007

T.pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi farmasi. Erla

Anonim, (2008), Antibiotic, Wikipedia, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic

Antibiotik, diakses pada 8 Mei 2017, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika

Antibiotik, mekanisme, cara kerja dan kalafisikasinya, diakses pada 8 Mei 2017,

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/antibiotik-mekanisme-cara-kerja-

dan-klasifikasinya/

Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, dari

http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-ofantibiotics.html

Anda mungkin juga menyukai