Anda di halaman 1dari 25

FARMAKOTERAPI 1

“Ibu Hamil”

Dr. Refdanita,.M.Si,.Apt
DI SUSUN OLEH

SUHENDAR PERMANA (16334067)


DAFTAR ISI

 LATAR BELAKANG
 FARMAKOKINETIKA
 FARMAKODINAMIKA
 PERUBAHAN FISIOLOGIS
 TERATOGENETIK
 TRANSFER OBAT TRANSPLASENTA
 KLASIFIKASI FDA
 STUDI KASUS
 JURNAL
LATAR BELAKANG

Kehamilan, persalinan dan menyusui


merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan
oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui
dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan
janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.
Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting
untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua
bagian unit tersebut.
FARMAKOKINETIK

Selama kehamilan terjadi perubahan-


perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi
peningkatan cairan tubuh misalnya penambahan
volume darah sampai 50% dan curah jantung sampai
dengan 30%. Pada akhir semester pertama aliran
darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir
kehamilan aliran darah ke rahim mencapai
puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan
cairan tubuh tersebut terdistribusi 60 % di plasenta,
janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
Famakokinetik obat -obat saat hamil jelas tidak sama dengan tidak hamil, oleh
karena adanya perubahan fisiologik pada saat hamil.Perubahan-perubahan farmakokinetik saat
hamil antara lain :
1) Volume darah dan cairan tubuh meningkat sehingga kadar obat dalam plasma darah akan
menurun.
2) Kadar protein dalam plasma relatif rendah, akibatnya ikatan obat dengan protein akan
menurun sehingga kadar obat bebas dalam darah akan meningkat.
3) Aliran darah ke ginjal meningkat sehingga filtrasi glumerolus akan meningkat dan
ekskresi obat melalui ginjal juga meningkat sehingga masa aksi kerja obat dalam tubuh
akan lebih singkat.
4) Kadar progesteron saat hamil meningkat, sehingga metabolisme di hepar akan meningkat
pula , hal ini mengakibatkan kadar obat bebas dalam darah akan menurun.
5) Peristaltik menurun sehingga absorpsi melalui usus akan menurun, dengan demikian
kadar obat per oral dalam serum ibu hamil akan lebih rendah dibanding dengan ibu yang
tidak hamil.

Oleh karena itu dosis obat per oral yang diberikan pada ibu hamil relatif harus lebih
tinggi dibanding ibu tidak hamil untuk mendapatkan dosis terapeutik dalam darah
yang sama.
FARMAKODINAMIKA

Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan


kelenjar susu, pada kehamilan kadang dipengaruhi
oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan.
Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna
karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi
perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke
ginjal.
Perubahan tersebut kadang
menyebabkan wanita hamil membutuhkan
obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak
hamil.
Contohnya : glikosida jantung dan diuretik yang
dibutuhkan pada kehamilan karena
peningkatan beban jantung pada kehamilan.
Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol
glukosa darah pada diabetes yang diinduksi
oleh kehamilan.
PERUBAHAN FISIOLOGIS

1. Sistem reproduksi : Vagina,uterus,ovarium


2. Sistem integumen : Dinding perut, payudara
3. Sistem endokrin : Kel.tiroid,kel.paratoid,pankreas,kel.ptuitari,kel.adrenal
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem muskuloskeletal
6. Tulang,otot
7. Sistem pernapasan
8. Sistem gastrointestinal
9. Sistem kemih
10. Metabolisme
TERATOGENETIK

Zat teratogenik adalah : zat, organisme, bahan fisika atau kimia


yang mampu menginduksi abnormalitas struktur dan fungsi pada
janin.

Mekanisme Teratogenitas obat:


1. Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan
kerusakan, kelainan perkembangan atau kematian.
2. Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara
mengkerutkan pembuluh darah dan mengurangi pertukaran
oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu.
3. Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang
secara tidak langsung mencederai janin dengan mengurangi
aliran darah ke janin.
TRANSFER OBAT TRANSPLASENTA

Plasenta merupakan organ yang berfungsi sebagai tempat pertukaran substansi termasuk obat
antara ibu dengan janin. Hampir semua obat masuk dari sirkulasi maternal ke sirkulasi janin
dengan cara difusi. Hal ini tergantung dari sifat zat kimianya,seperti kelarutan dalam lemak,
derajat ionisasi, berat molekul dan ikatan obat-protein.

Berat molekul yang dapat melewati plasma adalah :


BM < 500 Dalton (Da) langsung menembus secara mudah
BM 600-1000 Da melewati plasenta secara lambat
BM > 1000 Da (contoh : insulin, heparin) tidak dapat menembus barier plasenta

Obat yang lipofilik lebih mudah menembus barier plasenta. (contoh: opiat dan antibiotik akan lebih
mudah masuk menembus barier plasenta). Jadi obat melewati plasenta tergantung derajat
kelarutan lemaknya serta derajat ionisasinya. Obat yang lipofil lebih cepat menembus barier
plasenta dan masuk sirkulasi janin, contoh thiopental obat anestesi yang digunakan untuk bedah
Caesar, sifatnya lipofilik sehingga cepat menembus plasenta dan menyebabkan sedasi atau
apneu pada bayi baru lahir.
KLASIFIKASI FDA

Pada tahun 1979, FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang kemungkinan berefek
terhadap janin.

• A : Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti tidak ada
risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh
ibu hamil (vitamin)

• B : Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak ada efek
terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia.
Obat golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil (Penicillin).
• C : Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi dengan hasil yang

kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek terhadap janin

akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang kuat . obat golongan ini boleh diberikan pada

ibu hamil apabila keuntungannya lebih besar dibanding efeknya terhadap jani (Kloramfenicol,

Rifampisin, PAS, INH)

• D : Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin manusia. Obat golongan ini

tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil. Terpaksa diberikan apabila dipertimbangkan

untuk menyelamatkan jiwa ibu (Streptomisin, Tetrasiklin, Kanamisin).

• X : Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan kerugian dari obat ini

jauh lebih besar daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga tidak

dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang tersangka hamil.
Kategori Contoh Obat
A= Tidak berisiko Vitamin C, asam folat, vitamin B6, zinc, antasida,
paracetamol

B= Tidak berisiko pada Acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin,


beberapa penelitian ampicillin, azithromycine, bisacodyl, buspirone,
caffeine, cefaclor, cefadroxil, cefepime, cefixime,
cefotaxime, ceftriaxone, cetirizine, clavulanic acid,
clindamycine, clopidogrel, clotrimazole,
cyproheptadine, dexchlorpheniramine

C= Mungkin berisiko acetazolamide, albendazole, albumin, allopurinol,


aminophylin, amitriptyline, aspirin, astemizol,
atropine, bacitracin, beclometasone, betacaroten,
bupivacaine, calcitriol, calcium lactate,
chloramphenicol, ciprofloxacin
D= Ada bukti positif dari alprazolam, amikacin, amiodarone, atenolol,
risiko bleomycin, carbamazepine, chlordiazepoxide,
cisplatin, clonazepam, cyclosphosphamide,
diazepam
X= Kontraindikasi alkohol dalam jumlah banyak dan pemakaian
jangka panjang, amlodipin + atorvastatin,
atorvastatin, caffeine + ergotamine,
chenodeoxycholic, thalidomid, isoteritinoin.
MASALAH YANG SERING TERJADI PADA KEHAMILAN

Penyakit ini merupakan


penyakit protozoa sistemik
yang disebabkan oleh
Toksopl Toxoplasma gondii. Pola
asmosis transmisinya ialah
transplasenta pada wanita
hamil.

Penyakit ini disebabkan


infeksi Treponema
Sifilis
pallidum. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui
plasenta sepanjang masa
kehamilan

Penyakit ini terjadi karena


infeksi retrovirus. Pada
janin penularan terjadi
HIV/AIDS secara transplasenta, tetapi
dapat juga akibat
pemaparan darah dan
sekret serviks selama
persalinan.
STUDI KASUS
JUDUL :Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Ny.C. N Dengan Preeklamsia
Berat Di Ruang Bersalin Badan Layanan
Umum Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado.

LATAR BELAKANG : Preeklamsi adalah penyakit pada


kehamilan dan nifas dengan tanda hipertensi, oedema dan
proteinuria. Pada kehamilan sering terjadi pada umur kehamilan
diatas 20 minggu, dimana perlu di tanggulangi secara tepat dan
sebaik-baiknya untuk mencegah terjadi preeklamsia dan
perdarahan. Berdasarkan data dari Badan Layanan Umum
Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R. D. Kandou Manado bulan Juli-
Desember 2011 ada 24 kasus preeklamsia dari 1034 ibu hamil
yang dirawat inap.
Tujuan : Penelitian Menerapkan dan memperoleh gambaran
umum Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan
Preeklamsia Berat yang dilakukan pada Ny. C. N. G3 P2 A0, 39
tahun, hamil 34-35 minggu, janin intrauterine tunggal hidup,
letak kepala V punggung kanan dengan Preeklamsia Berat
(PEB) dan di tangani secara aktif, keadaan ibu cukup baik,
tekanan darah 170/110 mmHg, 88x/menit,suhu badan 36,50 C,
Respirasi 24x/menit.

Metode : pendekatan studi kasus manajemen asuhan kebidanan


yang terdiri dari tujuh langkah Varney yaitu : pengumpulan data,
interpretasi data dasar, diagnosa potensial, tindakan segera,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
JURNAL
Idea Nursing Journal
Halimatussakdiah, dkk
ISSN: 2087 & 2879

PENGARUH PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL TERHADAP


ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR DI ACEH BESAR
Effect of Physiological Changes in Pregnant Women Toward New Born Baby ’s
Anthropometry

In Aceh Besar Halimatussakdiah Mediawati, dan Agustria Saputra Bagian


Keilmuan Keperawatan Maternitas POltekkes Kemenkes Aceh Bagian
Keperawatan Medikal Bedah POltekkes Kemenkes Aceh Jurusan Keperawatan
POltekkes Kemenkes Aceh Maternity Nursing Department, Poltekkes
Kemenkes Aceh
E-mail: atus_halimah@yahoo.com
JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman
58-66
Volume 8, Nomor 1, Mei 2017
ISSN 2086-9185

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG


KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN UKURAN
LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DI PUSKESMAS DEPOK III
SLEMAN TAHUN 2016

Erni Suryaningsih1, Amalina Trisusilani, S. SiT., MPH2


Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta
REFERENSI

Sofoewan, M. Sulchan. 2000. Preeklamsia – Eklamsia di Beberapa Rumah


Sakit di Indonesia, Patogenesis dan Kemungkinan Pencegahannya.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sulistia, dan Gunawan. 2007.


Farmakologi dan
Terapi edisi 5, Gaya Baru Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta

Takacs P, Kauma SW, Sholley MM, Walsh SW, Dinsmoor MJ, Green K. 2001.
Increased circulating lipid peroxides in severe preeclampsia activate NF-
kappaB and upgegulate ICAM-1in vasicular endothelial cells. FASEB J.
TERIMAKASIH ...

Anda mungkin juga menyukai