Anda di halaman 1dari 38

drg. Agnes Frethernety, M.

Biomed
Departemen Farmakologi dan Terapi
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Interaksi obat : Suatu keadaan/peristiwa yg
ditandai dg berubahnya efek klinis suatu obat
akibat pengaruh obat lain/ makanan / minuman
yg digunakan secara bersamaan
Interaksi ini dapat :
 Bermakna secara klinis (mempengaruhi
respons klinis)
 Menguntungkan (efek yang diinginkan)
 Merugikan (efek yang tidak diinginkan / ESO)
 Tidak bermakna secara klinis tidak ada efek
klinis.
 Interaksi yg menguntungkan  efek
sinergistik atau efek antagonis
 Akibat interaksi obat:

- Efektifitas ↓
- Efek samping ↑  serius/fatal
1. Farmaseutik = inkompatibilitas
2. Famakodinamik
3. Farmakokinetik
• Interaksi yang terjadi diluar tubuh
(sebelum obat diberikan) antara obat
yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel)  interaksi sifat-sifat
fisikokimia obat presipitasi,
perubahan warna, inaktivasi obat
 Interaksi antara obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja, atau sistem fisiologik
yang sama, sehingga terjadi efek yang aditif,
sinergistik, atau antagonistik, tanpa terjadi
perubahan kadar obat dalam plasma.
 Interaksi farmakodinamik dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi, karena
penggolongan obat memang berdasarkan
persamaan efek farmakodinamikanya  class
efect
 Banyak interaksi farmakodinamik  dapat
diramalkan  dapat dicegah
 Interaksi pada Reseptor: Interaksi yang
bekerja pada sistem reseptor yang sama
 aditif, sinergistik, atau antagonistik
 Interaksi pada Sistem Fisiologik: Interaksi
pada sistem fisiologik yang sama 
peningkatan/ penurunan respons
(potensiasi/antagonisme)
 Interaksi yang mengakibatkan perubahan
dlm kesetimbangan cairan dan elektrolit:
Perubahan ini dapat merubah efek obat,
terutama yang bekerja pada jantung,
transmisi neuromuskular dan ginjal
 Interaksi yang mengakibatkan gangguan
mekanisme ambilan amin di ujung saraf
adrenergik: Interaksi antara obat golongan
penghambat saraf adrenergik dengan obat
golongan amin simpatomimetik
 Interaksi dengan penghambat MAO
(Monoamine Oxidase): Moklobemid
(reversibel)  >> akumulasi epinefrin pada
ujung saraf adrenergik
• Interaksi farmakologik obat dengan
makanan: MAO memetabolisme tiramin dalam
makanan di saluran cerna, Pemberian MAOI  tiramin
yang sampai ke sirkulasi sistemik >>  efek pressor >>
 hipertensi (Contoh makanan kaya tiramin: alpukat,
pisang, keju coklat)
Interaksi farmakologik obat dengan
makanan
 Vitamin K dan Piridoksin
 Makanan kaya vitamin K mengantagonis efek
warfarin
 Contoh makanan kaya vitamin K: sayuran hijau,
hati, teh hijau, tomat
 Piridoksin dan Levodopa
 Piridoksin meningkatkan metabolisme levodopa
 jumlah levodopa yang sampai di otak <<
 Makanan kaya piridoksin: alpukat, kacang, hati
sapi, tuna
 Interaksifarmakokinetik terjadi jika salah
satu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
metabolisme atau eksresi obat kedua,
sehingga kadar plasma obat kedua meningkat
atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan
toksisitas atau menurunkan efektifitas obat
tersebut.
I. ABSORBSI
a. Penurunan motilitas usus, disebabkan
karena relaksasi otot halus oleh
progresteron 30-40% terjadi peningkatan
wkt pengosongan lambung dan usus
b. 40 % tjd penurun asam lambung 
peningkatan pH lambung
c. Perubahan bioavailabilitas dan absorbsi
disebabkan krn peningkatan kejadian mual
dan muntah
II. DISTRIBUSI
 Perubahan ikatan protein dan peningkatan
vol plasma  peningkatan vol distribusi obat
selama kehamilan
 Peningkatan total jumlah cairan tubuh 
memerlukan dosis besar dari water-soluble
drugs (misal aminoglycosides), krn
peningkatan dalam Vd
 Penurunan konsetrasi Plasma albumin
(pengenceran oleh volume plasma
meningkat) penurunan ikatan protein,
peningkatan fraksi obat bebas, peningkatan
clearance (valproic acid, carbamazepine)
III.METABOLISME
 Peningkatan estrogen dan progesteron
selama kehamilan  mempengaruhi
metabolisme hati dengan merangsang atau
menurunkan sistem CYP P450
 Aktifitas CYP3A4 dan CYP2D6 meningkat 
peningkatan metabolisme fenitoin
 CYP1A2, xanthine oxidase, and N-
acetyltransferase activity menurun 
mengurangi eliminasi teofilin dan kafein di
hati
IV. ELIMINASI
 GFR mulai meningkat di separuh trimester
pertama dan meningkat sebesar 50% pada
awal trimester kedua
 Peningkatan aliran darah ke Ginjal
 Ekskresi obat di ginjal (e.g. -lactams,
digoxin, enoxaparin) dapat meningkat
perlu drug adjustments
 Kategori
obat berdasarkan keamanan pd
kehamilan (FDA)
1. Hindari obat pada trimester I
2. Diberikan dg mempertimbangkan
manfaat>resiko
3. Hindari obat baru  data terbatas
4. Profil keamanan sudah diketahui
5. Monoterapi
6. Dosis efektif terendah (perhatikan fisiologis
selama kehamilan farmakokinetik berubah)
7. Durasi singkat
8. Hindari obat teratogen pd wanita usia
produktif
9. Obat herbal  waspasda  dikontraindikasikan
 Penggunaan obat pada wanita hamil
pertimbangan khusus  resiko pada ibu
dan janin
 resiko dapat berupa kecacatan pada janin
fisik / fungsional
 Kecacatan janin akibat obat diperkirakan
3%dari seluruh keliharan cacat
 Teratologi  studi mengenai etiologi
perkembangan abnormal (cacat lahir)
tera (Greek) : monster
 Toksikologi perkembangan (developmental
toxicology)  studi mengenai
farmakokinetik, mekanisme, patogenesis dan
hasil dari paparan thd agen atau kondisi yang
berpotensi menimbulkan perkembangan
abnormal 1
 Teratogen  zat yang berpotensi
menimbulkan teratogenesis (bayi lahir cacat)
Enam prinsip umum teratologi menurut Wilson:
1. Kerentanan terhadap teratogen tergantung dari
genotip organisme, termasuk perbedaan spesies
dan variasi individu
 Metabolisme ibu, distribusi & lalu lintas melalui
plasenta  paparan terhadap teratogen
 ex: thalidomid  (+) pd manusia, primata
tertentu, dan kelinci galur tertentu
2. Tahap perkembangan embrio saat terjadinya
paparan terhadap teratogen menentukan hasil
teratogenesis
3. Teratogen menghasilkan efek patogenik melalui
mekanisme yang spesifik
4. Manifestasi dari gangguan perkembangan janin
yaitu kematian, malformasi, gangguan
pertumbuhan, dan kelainan fungsi
5. Sifat teratogen menentukan akses terhadap
embrio/ jaringan
radiasi atau ultrasound  menembus
langsung
senyawa kimia  melalui cairan amniotik
atau plasenta
yi: senyawa dengan BM <600, tdk
bermuatan/muatan lemah, lipofilik, t 1/2
panjang
6. Gangguan perkembangan di atas meningkat frekuensi dan
keparahannya seiring peningkatan dosis
 Adanya ambang batas

(Rogers, 2008)
I. Antikonvulsan
Fenitoin  fetal hydanthoin syndrome:
pertumbuhan yang buruk dan pengembangan
dengan kelainan struktural.
rekomendasi: sodium valproat, carbamazepine
II. Lithium : cacat jantung bawaan
III. Warfarin : condrodysplasia punctatta 
kelainan tulang dan kartilago
IV. Asam retinoid: malformasi luas, termasuk
kraniofasial, jantung dan kelainan SSP
V. Antikoagulant : Heparin (osteoporosis), warfarin
; diberikan setelah trimester pertama 
pendarahan ke otak janin
 Antibiotic (see table)
 Antihypertensives:
Methyldopa: tidak ada AE pada fetus
B adrenergic receptor antagonist: kontraversi
ACE inhibitors: oligohydramnions, fetal renal
failure, neonatal hypertension, PDA, IUFD
Ca channel blockers: tidak ada bukti
teratogenicity
 Obat digunakan hanya jika diperlukan secara
medis
 pemberian makan pada bayi harus dilakukan
tepatnya sebelum dosis obat berikutnya atau
selama mungkin setelah konsumsi obat
 Untuk obat berlabel dalam tabel(lihat pd
tabel), bergantian menyusui dengan susu sapi
atau susu formula

Anda mungkin juga menyukai