Anda di halaman 1dari 20

BIOTEKNOLOGI FARMASI

ANTIBIOTIK

Dosen Pengampu : Rizka Amalia, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Wulan Permata Hati (40040120650072)

Viona Syifa (40040120650074)

Anggia Oky Mawarganis (40040120650075)

Arva Rafif Adi Prayoga (40040120650076)

TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Bioteknologi dengan judul
Antibiotik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai apabila
bukan karena bantuan beberapa pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Rizka Amalia, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Bioteknologi
2. Saudari Hanif Wening Nissa Aulia, selaku koordinator Mata Kuliah
Bioteknologi.
3. Orang tua dan saudara penulis, yang senantiasa memberi doa dan
dukungan kepada kami baik secara materil maupun psikologis.
4. Teman-teman yang selalu mendukung penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
kesalahan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun ke depannya akan penulis
terima demi perbaikan makalah. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita, Aamiin.

Semarang, 25 April 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam pengobatan modern saat ini penggunaan antibiotika tetap
memegang peranan yang penting. Hal ini disebabkan karena dengan
ditemukannya penisilin sebagai antibiotika pertama pada tahun 1929 oleh
Alexander Fleming, Tetapi penemuan ini baru di kembangkan dan digunakan
pada permulaan Perang Dunia II tahun 1941, ketika obat-obat antibiotika
sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat
pertempuran. maka perkembangan penelitian yang mengarah pada penemuan
baru terus dikembangkan.Para ahli berusaha menemukan obat-obatan yang
mampu menyelamatkan jutaan manusia dari serangan penyakit infeksi dan
penyakit lain yang membahayakan dunia seperti kanker,hepatitis dan malaria.

Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungsi di


biakandalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau
udara steril disalurkan kedalamcairan pembiakan guna mempercepat
pertumbuhan fungsi dan meningkatkan produksiantibiotikumnya. Setelah di
isolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya
ditemukan. Antibiotika menurut Waksman adalah suatu substansi yang
dihasilkan olehmikroorganisme yang dalam jumlah yang kecil sekalipun
mampu menghalangi pertumbuhanatau membunuh mikroorganisme
lain.Penisilin pertama kali diterapkan untuk aplikasi klinik tahun 1942. Maka
dari itu, pada makalah ini akan dbahas mengenai proses pembuatan penicillin

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca bisa mengetahui
mengenai antibiotik beserta proses pembuatan antibiotik penisilin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Antibiotik


Antibiotik adalah obat yang dibuat dari seluruh atau sebagian dari
mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik
tidak bekerja melawan virus. Antibiotik tidak hanya membunuh
mikroorganisme atau menghentikan bakteri untuk berkembang biak, tetapi
juga membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk menghilangkan bakteri
ini (Kampen, 2014).

2.2. Sejarah Antibiotik


Antibiotik ditemukan pertama kali karena inisiasi Paul Ehrlich yang
menemukan apa yang disebut magic bullet yang dirancang untuk menangani
infeksi mikroba. Pada tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotic pertama,
Salvarasan, yang digunakan untuk melawan syphilis. Penemuan Ehrlich
kemudian diikuti oleh Alexander Fleming yang secara tidak sengaja
menemukan penicillin pada tahun 1928. Tujuh tahuh kemudian Gerhard
Domagk menemukan sulfa, yang membuka jalan 8 penemuan obat anti TB,
isoniazid. Tahun 1943, Selkman Wakzman dan Albert Schatz menemukan
anti TB pertama yaitu streptomycin. Wakzman juga orang yang menciptakan
istilah “antibiotik”. Sejak saat itu, tahun 1940, antibiotik sudah digunakan
untuk mengobati infeksi bakteri (Wati et al., 2019).
2.3. Fungsi Antibiotik
Fungsi dari antibiotic yaitu dapat mengatasi infeksi bakteri, membunuh
bakteri (bakterisid), dan mencegah perkembangbiakan bakteri
(bakteriostatik). Salah satu contoh dari antibiotic adalah penicillin. Penicillin
dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus, meingitis, gonoroe,
pneumonia, atau endocarditis. Contoh obat yang termasuk penicillin adalah:

1. Amoxicillin
Amoxicillin adalah obat antibiotik untuk mengatasi penyakit akibat infeksi
bakteri, seperti otitis media, gonore, atau pielonefritis. Obat ini juga sering
digunakan bersama obat proton pump inhibitors (PPIs) untuk menangani
tukak lambung yang disebabkan bakteri H. pylori.
2. Ampicillin
Ampicillin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri pada berbagai bagian tubuh, seperti saluran pernapasan, saluran
pencernaan, saluran kemih, kelamin, telinga, dan jantung. Ampicilin hanya
dapat digunakan dengan resep dokter.
3. Penicillin G
Penicillin G procaine atau procaine benzylpenicillin adalah obat antibiotik
untuk menangani infeksi bakteri, seperti: anthrax, sifilis, atau infeksi
Streptococcus beta-hemolitik grup A atau infeksi Staphylococcus
4. Penicillin VK
Phenoxymethylpenicillin kalium atau penicillin VK adalah obat antibiotik
yang digunakan untuk menangani berbagai penyakit infeksi bakteri,
seperti infeksi pada saluran pernapasan, telinga, gigi, kulit, atau
tenggorokan.
(Perbawani, 2017)

2.4. Penggolongan Antibiotik


Berdasarkan struktur kimia antibiotik, penggolongan antibiotic
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Golongan Beta-Laktam

Golongan Beta-Laktam merupakan antibiotic yang memiliki cincin


beta-laktam. Mekanisme kerja dari antibiotic Beta-Laktam yaitu bekerja
mengambat sintesis dinding sel mikroba dengan mengikat PBP
(Penicillin-binding Protein) pada bakteri dan menganggu ikatan saling
struktur peptidoglikan yang mencegah transpeptidasi terminal di dinding
sel bakteri. Golongan Sefalosporin dan Penisilin merupakan contoh dari
antibiotic Beta-Laktam
b. Golongan Aminoglikosida

Antibiotik ini dihasilkan dari jenis jamur streptomyces dan


micromospora. Didalam molekul aminoglikosida mengandung turunan
sintesis dan senyawa berupa dua atau tiga gula-amino yang saling
mengikat secara glikolisis. Mekanisme kerja pada antibiotic ini yaitu
menghambat sintesis protein dengan menganggu inisiasi kompleks dalam
pembentukan peptide, kesalahan dalam transiasi mRNA, dan memecah
polisom menjadi monosom nonfungsional. Contoh antibiotic golongan
aminoglikosida adalah streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan
paranomisin.

c. Golongan Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin bekerja dengan mengganggu sintesis protein


bakteri. Golongan ini bersifat bakteriostatik. Contoh obat golongan ini
yaitu tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
d. Golongan Makrolida

Mekanisme kerja dari golongan antibiotik ini adalah mengikat


secara reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis protein
terhalangi. Makrolida memiliki efek samping pada lambung-usus.
e. Golongan Linkomisin
Antibiotik ini dihasilkan oleh bakteri streptomyces lincolnensis
(AS, 1960). Spektrum kerja golongan ini sempit, terutama pada kuman
gram positif dan anaerob. Linkommisin mampu menganggu
pembentukan protein yang diperlukan bakteri untuk bertahan hidup.
Antibiotik golongan linkomisin memiliki efek samping yang hebat maka
hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotik golongan
lain.
f. Golongan Quinolon

Antibiotik golongan Quinolon memiliki sifat bakterisida. Terjadi


inhibisi pada enzim DNA-Gyrase, maka sintesis DNA kuman dapat
dicegah. Mekanisme kerja antibiotic yaitu menghambat polimerisasi
RNA dan menghambat topoisomerase. Antibiotik golongan ini hanya
bisa digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
g. Golongan Kloramfenikol
Antibiotik kloramfenikol ini memiliki sifat bakteriostatis dan
berspektrum luas. Mekanisme kerja antibiotik ini dengan melakukan
perintangan sitesis polipeptida pada kuman.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Bahan Baku


Antibiotik diproduksi secara komersial menggunakan memakai bahan
baku utama berupa glokosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-
mineral yang dipakai merupakan NaNO3, Na2SO4, CaCO3, KH2PO4, MgSO4,
7H2O, ZnSO4, 7H2O & MnSO4. Untuk mempertinggi yield & modifikasi tipe
penisilin yg akan dihasilkan, maka kedalam media fermentasi dibubuhi pula
precursor, contohnya phenylacetic acid yg dipakai buat menghasilkan
antibiotik. Secara generik jumlah maupun komposisi bahan standar yg dipakai
pada proses (Sarah, 2002)

3.2. Mikroorganisme yang Digunakan


Mikroorganisme penghasil antibiotik tersebar dalam berbagai golongan,
meliputi bakteri, Actinomycetes dan fungi. Pada 22.500 senyawa biologis
aktif yang diperoleh dari mikroba, 45% diantaranya dihasilkan oleh
Actinomycetes, 38% oleh fungi dan 17% oleh bakteri uniseluler (Iii, 2016).

3.3. Karakteristik Mikroorganisme


Antibiotik mampu diklasifikasikan menurut prosedur kerjanya, yaitu:

a. Merusak bagian dinding sel bakteri, diantaranya beta-laktam (penisilin,


sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase),
basitrasin, dan vankomisin.
b. Menghambat buatan protein diantaranya, aminoglikosid, kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin),
klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
c. Menghambat enzim-enzim esensial pada metabolisme folat diantaranya,
trimetoprim atau sulfonamid.
d. Mempengaruhi metabolisme asam nukleat diantaranya, kuinolon,
nitrofurantoin (Kampen, 2014).
3.4. Kondisi Operasi
Proses produksi antibiotik penicillin sangat dipengaruhi oleh kondisi
operasi proses dan lingkungan. Berikut kondisi operasi proses produksi
penicillin:

1. Temperature
Fermentasi dalam pembuatan penisilin akan menghasilkan produk yang
maksimum apabila temperatur operasi dijaga pada 24 ℃ . Temperatur
berkaitan erat dengan pertumbuhan mikroorganisme, karena kenaikan
temperatur dapat meningkatkan jumlah sel mikroorganisme baru.
Apabila temperatur sistem meningkat melebihi temperatur optimumnya,
maka produk yang dihasilkan akan berkurang, karena sebagian dari
media fermentasi akan digunakan oleh mikroorganisme untuk
mempertahankan hidupnya
2. pH
Pengaturan pH dilakukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH sistem.
Menurut Moyet dan Coghill kehilangan penisilin dapat terjadi pada pH
dibawah 5 atau pH diatas 7,5. PH medium dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah karbohidrat (glukosa atau laktosa) dan buffer. Karbohidrat akan
difermentasi menjadi asam-asam organik. Fermentasi glukosa yang
berlangsung cepat akan menurunkan pH, sedangkan laktosa terfermentasi
dengan sangat lambat sehingga perubahan pH berlangsung lambat pula.
Konsentrasi gula hasil fermentasi ini berfungsi mempertahankan
kenaikan pH agar tetap lambat. Larutan buffer dapat digunakan untuk
mempertahankan pH sistem.
3. Aerasi
Aerasi yang cukup merupakan hal penting untuk memaksimalkan
penisilin, sebab aerasi dapat menghasilkan oksigen yang dihasilkan oleh
kapang Penicillum chrysogenum untuk metabolismenya. Aerasi pada
fermento diberikan melalui proses pengadukan atau dengan tekanan
sebesar 20 lb/in2 akan mengurangi penisilin yang dihasilkan.
4. Pengadukan
Pemilihan jenis pengaduk dan kecepatan pengadukan yang sesuai akan
memperbaiki hasil penisilin ketika laju aerasi konstan. Kecepatan
pengadukan proses fermentasi umumnya berkisar pada range 250 – 500
cm/detik. Pembentukan busa yang berlebihan selama proses fermentasi
dapat dieliminasi dengan penambahan tributinit sutrat. Secara umum,
busa akan menurunkan pH apabila konsentrasinya terus bertambah.
5. Sterilisasi
Kontaminasi dapat dihindarkan dengan cara sterilisasi sistem perpipaan,
fermentol, dan peralatan lain yang kontak langsung dengan penisilin. Uap
panas umumnya digunakn untuk sterilisasi media fermentasi dan
peralatan tersebut. Zat anti busa dan udara untuk aerasi juga hasus
disterilkan terlebih dahulu sebelum diumpankan kedalam media
fermentasi (Kamaruddin, 2020).

3.5. Reaksi yang Terjadi

C6H12O6  C9H11N2O4S + 2CO2 + ATP

Glukosa (Antibiotik) Penisillin Karbondioksida Energi

3.6. Katalis
Penisilin asilase atau disebut juga sebagai penisilin amidase adalah enzim
yang mengkatalisis reaksi hidrolisis benzilpenisilin (penisilin G) dan dapat
digunakan untuk memproduksi senyawa 6-aminopenisilanat (6-APA).
Senyawa 6-APA yang dihasilkan merupakan precursor penting untuk
pembuatan penisilin semisintetik. Berbagai jenis mikroorganisme banyak
menghasilkan enzim penisilin asilase, contohnya adalah Esthericia coli yang
menghasilkan penisilin asilase intraseluler. (Pudjiraharti, S;
Wirahadikusumah, 1994)

3.7. Desain Bioreaktor


Jenis desain bioreactor yang digunakan dalam pembuatan penicillin adalah
bioreactor sistem batch dan sistem kontinyu. Percobaan batch dilakukan
dengan mengumpankan penisilin G dan penisilin asilase ke dalam reaktor
berpengaduk dan membiarkan keduanya kontak dalam waktu tertentu.
Parameter operasi yang divariasikan meliputi konsentrasi substrat (1-5 mg/ml)
dan konsentrasi enzim (50 - 300 μL per 200 ml). Percobaan secara kontinu
dalam sistem CSTR-membran dilakukan dengan mengalirkan larutan
penisilin G ke dalam reaktor berpengaduk yang sebelumnya sudah berisi
penisilin asilase. Penisilin G akan tinggal dan kontak dengan penisilin asilase
dalam waktu tertentu, bergantung pada laju alir umpan yang ditetapkan.
Penisilin G akan terkonversi menjadi 6-APA. Aliran yang keluar dari reaktor
mengandung penisilin asilase, 6-APA, asam penilasetat, dan penisilin G yang
tidak terkonversi. Penisilin asilase dipisahkan dengan unit membran dan
dikembalikan ke dalam reaktor. Tingkat konversi penisilin G menjadi 6- APA
dihitung berdasarkan konsentrasi 6-APA dalam permeat. (Wenten & Widiasa,
1999)
3.8. Proses Produksi

Penisilin diproduksi secara komersial dengan menggunakan bahan baku


utama berupa glukosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-mineral
yang digunakan adalah NaNO3, Na2SO4, CaCO3, KH2PO4, MgSO4, 7H2O,
ZnSO4, dan MnSO4. Untuk meningkatkan yield dan modifikasi tipe penisilin
yang akan dihasilkan, maka kedalam media fermentasi ditambahkan
juga precursor, misalnya phenylacetic acid yang digunakan untuk
memproduksi penisilin G. Cairan rendaman jagung adalah media fermentasi
dasar yang terdiri dari asamamino, polipeptida, asam laktat dan mineral-
mineral. Kualitas cairan rendaman jagung sangat bergantung pada derajat
pengenceran hingga diperoleh konsentrasi yang diinginkan, sedangkan
besarnya jumlah nutrient dan alkali yang ditambahkan kedalam media dasar
disesuaikan dengan jumlah media fermentasi dasar ini.
Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi
strain Penicillium chrysogenum pada media agar di laboratorium dan
perbanyakan pada tangki seeding. Setelah proses seleksi dilakukan, maka
dilanjutkan dengan sterilisasi media fermentasi melalui pemanasan
dengan steam bertekanan sebesar 15 lb (120 0C) selama ½ jam. Sterilisasi ini
dilanjutkan dengan proses pendinginan fermentor dengan air pendingin yang
masuk ke dalam fermentor melalui coil pendingin.
Saat temperatur mencapai 75oF (24oC), media ini diinokulasi pada kondisi
aseptik dengan memasukkan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum.
Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara
udara steril dihembuskan melalui sparger kedalam fermenter. Proses
fermentasi ini akan berlangsung selama 100 – 150 jam dengan tekanan
operasi 5 – 15 psig. Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi
penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air pendingin melalui coil.
Busa-busa yang terbentuk dapat diminimalkan dengan penambahan agen anti-
foam. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh selama 5 – 6 hari saat gas CO 2 mulai
terbentuk.
Pada saat penisilin sudah dihasilkan dalam jumlah yang maksimum, maka
cairan hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga 28oF (2oC), dan
dimasukkan kedalam rotary vacumfilter untuk memisahkan miselia dan
penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan
jernih yang mengandung penisilin. Cairan yang mengandung penisilin
diekstraksi secara kimia lalu dimurnikan menggunakan pelarut untuk
membuat kristal murni. Setelah proses ini, penisilin dikemas siap untuk
digunakan. Tangki fermentor disterilisasi, lalu digunakan untuk membuat
biakan baru.
Pada pembuatan penisilin, tangki pengaduk untukfermentasi
diinokulasikan dengan kulturPenicillium notatum atau Penicillium
chrysogenum. Jamur-jamur tersebut tumbuh pada suhu 24°C, suplai
O2 cukup, dan pH yang agak basa. Setelah 30 jam, penisilin mulai dihasilkan
dan akan mencapai hasil maksimum setelah 4 hari. Produksi berhenti setelah
6 hari.Pada saat tersebut, kandungan (isi) tangki fermentor ditampung.Oleh
karena penisilin diproduksi di luar sel jamur, maka misellium jamur disaring,
dicuci, dan dibuang.Zat sisa yang mengandung penisilin diekstraksi secara
kimia lalu dimurnikan menggunakan pelarut untuk membuat Kristal murni.
Setelah proses ini, penisilin dikemas siap untuk digunakan. Tangki fermentor
disterilisasi, lalu digunakan untuk membuat biakan baru (Kamaruddin, 2020).

3.9. Proses Efluent Treatment

Bak Ekualisasi

Penambahan NaOH mencapai


pH 11,5-12
Tangki

Penambahan HCl mencapai


Tangki
pH 6-9

Sedimentasi Sludge Drying Bed

Flitrat

Proses pengolahan limbah beta-laktam yaitu pemecahan cincin betalaktam


pada tangki hidrolisa dengan cara menghidrolisa pH 11,5-12 dengan
penicillin sebagai parameter antibiotic, dan hidrolisa dilakukan dengan
penambahan NaOH. Kemudian olahan dari tangki hidrolisa dialirkan ke
tangki netralisasi untuk menetralisasi basa sesudah proses hidrolisa dengan
NaOH dengan melakukan proses netralisasi dengan HCl sehingga nilai pH
yang dihasilkan normal yaitu berkisar 6-9. Selanjutnya dilakukan
pengendapan lumpur yang berasal dari zat kimia dari hasil proses hidrolisa
dan netralisasi, dan dari produk akhir berupa powder yang dilakukan pada
bak sedimentasi. Untuk mengadsorbsi zat organic dan cincin beta-laktam
yang masih terkandung pada air limbah dan untuk menghilangkan adanya
kandungan logam berat maka pada unit pengolahan limbah beta-laktam ini
dilengkapi dengan bak filtrasi. Hasil olahan dari unit pengolahan limbah
Beta-Laktat kemudian diukur dengan HPLC (High Performance Liquid
Cromatography)

3.10. Video Proses Pembuatan Penicillin


https://www.youtube.com/watch?v=UTfLs8EJe20
BAB IV
KESIMPULAN

Antibiotik adalah obat yang dibuat dari seluruh atau sebagian dari
mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik
pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming, seorang
ahli mikroniologi dari Inggris. Fungsi dari antibiotic yaitu dapat mengatasi infeksi
bakteri, membunuh bakteri (bakterisid), dan mencegah perkembangbiakan bakteri
(bakteriostatik). Salah satu contoh dari antibiotic adalah penicillin. Penicillin
dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus, meingitis, gonoroe,
pneumonia, atau endocarditis. Antibiotik digolongkan dalam beberapa golongan
di antaranya beta lactam, Aminoglikosida, tetrasiklin, Linkommisin, Makrolida,
quinolone, dan kloramfenikol

Antibiotik diproduksi secara komersial menggunakan memakai bahan


baku utama berupa glokosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-
mineral yang dipakai merupakan NaNO3, Na2SO4, CaCO3, KH2PO4, MgSO4,
7H2O, ZnSO4, 7H2O & MnSO4. Mikroorganisme penghasil antibiotik tersebar
dalam berbagai golongan, meliputi bakteri, Actinomycetes dan fungi. Kondisi
operasi dalam pembuatan antibiotic harus dalam pH dan suhu optimum, aerasi,
pengadukan, dan sterilisasi. Penisilin asilase atau disebut juga sebagai penisilin
amidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis benzilpenisilin
(penisilin G) dan dapat digunakan untuk memproduksi senyawa 6-
aminopenisilanat (6-APA). Jenis desain bioreactor yang digunakan dalam
pembuatan penicillin adalah bioreactor sistem batch dan sistem kontinyu.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Iii, B. A. B. (2016). Non Eksperimen. 2(April), 36–42.

Kamaruddin. (2020). Pembuatan Antibiotik Penicillin.

Kampen, W. H. (2014). Nutritional Requirements in Fermentation Processes.


Fermentation and Biochemical Engineering Handbook: Principles, Process
Design, and Equipment: Third Edition, 37–57. https://doi.org/10.1016/B978-
1-4557-2553-3.00004-0

Perbawani, A. (2017). Perbedaan Peresepan Antibiotik Apabila Dihitung


Berdasarkan Data Resep dan LPLPO. Skripsi, 4–16.

Pudjiraharti, S; Wirahadikusumah, M. (1994). Amobilisasi Enzim Penisilin


Asilase Sel Transforman Escherichia Coli SC 50 Menggunakan Gel
Poliakrilamida. Pulitbang Kimia Terapan-LIPI, 4(JKTI), 11.

Sarah, M. (2002). Parameter Metabolik Dalam Pembuatan Penisiling. 1–10.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1328/1/kimia-maya.pd

Sumiyati, S., & Prabarani, F. (2008). Pengolahan Limbah Cair Dan Limbah
Betalaktam PT. Phapros, Tbk Semarang.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/11008

Wati, Mega, A., Rostikarina, & Amalia, N. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Terhadap Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Oral di
Desa Slorok,Kabupaten Malang.
http://repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/434/

Wenten, G., & Widiasa, N. (1999). Bioreaktor Membran Untuk Reaksi Enzimatik
Penisilin G. Teknik KImia Undip.

Anda mungkin juga menyukai