Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ANI NURAINI

KELAS : 2 D4 A
NIM : P21335121010

A. DEFINISI ANTIBIOTIK
Antibiotik merupakan obat yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum,
antibiotik banyak beredar di masyarakat. Antibiotik adalah golongan
senyawa antimikroba yang mempunyai efek menekan atau menghentikan
suatu proses biokimia pada organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan
pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, ia termasuk bahan anti
bakteri paling penting. Antibiotik bekerja mematikan atau menghalangi
pertumbuhan populasi bakteri. Sejumlah antibiotik juga memiliki
aktivitas antiprotozoa tetapi antibiotik tidak efektif melawan virus.
Dalam bioteknologi dan rekayasa genetika, antibiotik juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja
seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme,
hanya saja targetnya adalah molekul bakteri. Antibiotik berbeda
dengan disinfektan dalam hal cara kerjanya, yaitu disinfektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi
kuman untuk hidup.

B. SEJARAH ANTIBIOTIK
Penemuan antibiotik terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming,
pada 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan
meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika
cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah
tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang
sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata
adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (suatu kapang berwarna biru
muda mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembap beberapa hari). Ia
lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu
terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia dikenal telah menemukan
antibiotik alami pertama: yaitu penicillin G. Penemuan
efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-
peneliti dari Institut Pasteur di Prancis pada akhir abad ke-19, tetapi hasilnya
tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasikan.

C. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik,
penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja Antibiotik dapat
digolongkan berdasarkan mekanisme kerja senyawa tersebut dan struktur
kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotic dilihat dari target atau mekanisme
kerjanya:

1. PENISILIN

Penicillin dapat membunuh bakteri dengan mencegah pembentukan dinding sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:
 infeksi kulit
 infeksi paru-paru
 infeksi saluran kemih
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya:
 penicillin,
 amoxicillin.
Anda tidak disarankan minum salah satu obat yang masuk dalam golongan ini jika pernah
mengalami alergi akibat mengonsumsinya. Orang yang alergi terhadap satu jenis penicillin
akan alergi terhadap jenis-jenis yang lain.

2. MAKROLIDA

Makrolida bekerja dengan cara mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalangi
bakteri membuat protein. Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini dapat sangat
berguna untuk mengobat berbagai penyakit, seperti infeksi paru-paru. Makrolida juga dapat
berguna sebagai alternatif orang yang alergi dengan obat antibiotik penisilin. Selain itu,
makrolida dapat menangani bakteri yang kebal dengan penisilin.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
 azithromycin,
 erythromycin.
Jangan mengonsumsi makrolida juga Anda mengidap porfiria, sebuah kelainan darah langka
turunan. Jika Anda hamil atau menyusui, satu-satunya jenis makrolida yang dapat
dikonsumsi adalah erythromycin.

3. CEPHALOSPORIN
Sama seperti penisilin, cephalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya
membentuk dinding sel. Obat dalam kelompok ini digunakan untuk mengatasi berbagai
macam infeksi.
Namun, beberapa jenisnya efektif untuk mengobati infeksi serius, seperti:
 septikemia,
 meningitis.
Obat-obatan yang termasuk dalam cephalosporin, yaitu:
 cephalexin,
 levofloxacin.
Jika Anda sebelumnya mengalami reaksi alergi karena mengonsumsi penisilin, kemungkinan
Anda juga akan alergi dengan cephalosporin.
Obat-obatan ini juga mungkin tidak cocok dikonsumsi untuk penderita gagal ginjal.

4. FLUOROQUINOLONES

Fluoroquinolones adalah obat spektrum luas yang membunuh bakteri dengan mencegahnya
menciptakan DNA. Kelompok obat-obatan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:
 infeksi saluran pernapasan,
 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok itu, yaitu:
 ciprofloxacin,
 levofloxacin.

Jenis obat ini sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi secara rutin karena efek sampingnya
yang cukup serius.

5. TETRACYCLINE
Tetracycline bekerja dengan mencegah bakteri berkembang baik, yaitu menghalanginya
membuat protein.
Antibiotik golongan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi, termasuk
kondisi seperti:
 jerawat,
 rosacea yakni penyakit kulit kronis yang menyebabkan kemerahan dan bintil-bintil pada
wajah.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
 tetracycline,
 doxycycline.

Obat-obatan ini biasanya tidak direkomendasikan untuk orang-orang dengan kondisi, seperti:
 gagal ginjal,
 penyakit liver,
 penyakit autoimun lupus,
 anak-anak di bawah usia 12 tahun, dan
 wanita hamil atau menyusui.
6. AMINOGLYCOSIDES
Aminoglycosides dapat mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalanginya
membuat protein.
Obat-obatan ini cenderung hanya digunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit yang
sangat serius seperti septikemia. Obat yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu:
 gentamicin,
 tobramycin.

D. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIK

Antibiotik umumnya bekerja sangat spesifik pada suatu proses pada bakteri,
sehingga jika terjadi mutasi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri
yang 'kebal'. Itulah sebabnya, pemberian antibiotik biasanya diberikan dalam dosis
yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu tertentu sesuai
petunjuk dokter, agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotik yang 'tidak lengkap'
dapat membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'. Oleh karena itu,
seseorang diarahkan untuk menghabiskan satu dosis lengkap antibiotik walaupun
kondisi sudah tampak membaik meski baru menghabiskan setengah pengobatan.
Bakteri tertentu pada orang tertentu kadang-kadang sulit disembuhkan, karena bakteri
tersebut bisa jadi sudah mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotik tertentu.
Oleh karena itu, perlu dilakukan Kultur di Laboratorium Klinik terhadap berbagai
sampel (misal air seni, darah, tinja, dahak, ingus dan lain-lain) untuk mengetahui
jenis bakterinya dan juga antibiotik apa yang masih mempan terhadap bakteri
tersebut. Pada infeksi saluran kemih kadang-kadang dijumpai lebih dari satu bakteri
sekaligus.

Pemakaian antibiotik di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya


terbatas karena dianggap mahal, tetapi dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas
untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotik
ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan
munculnya hama yang tahan antibiotik. Hanya saja, penggunaan antibiotik yang tidak
tepat menimbulkan beragam masalah. Hal ini merupakan ancaman global bagi
kesehatan terutama dalam hal resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi
karena penggunaan yang meluas dan tidak rasional, beberapa faktor yang mendukung
terjadinya resistensi adalah penggunaannya yang terlalu singkat, dosis yang terlalu
rendah, diagnosis awal yang salah, indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus,
dan penggunaan antibiotik tanpa resep. Menurut World Health Organization (WHO)
pembelian antibiotik tanpa resep 64% terjadi di negara yang berada di Asia Tenggara.
Penggunaan antibiotik tanpa resep terjadi di beberapa negara, seperti di Korea
Selatan perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep dipengaruhi oleh umur dan
pengetahuan konsumen tentang antibiotik. Pada responden berumur 18-39 tahun
pengetahuan tentang penggunaan antibiotik lebih rendah dari responden berumur 40-
59 tahun, dan responden yang telah lulus perguruan tinggi 2,39 kali lebih mengerti
tentang penggunaan antibiotik. Survei di Palestina menunjukkan penggunaan
antibiotik tanpa serep dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Dimana masyarakat yang
memiliki tingkat perekonomian menengah keatas sikap dan perilaku penggunaan
antibiotik juga lebih baik.

Dari beberapa survei yang dilakukan alasan masyarakat membeli


antibiotik tanpa resep antara lain, 87,45% karena sudah pernah menggunakan
antibiotik sebelumnya dan sisanya 12,55% karena alasan lainnya.6 Pada penelitian
yang lain didapati bahwa 89,89% masyarakat beranggapan bila menderita penyakit
yang sama maka penggunaan antibiotik berulang dapat dilakukan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan di kota Kendari didapati 75,26% masyarakat membeli
antibiotik tanpa resep karena pengobatan sebelumnya memberikan hasil yang baik.
Dan pada penelitian yang dilakuakan pada ibu-ibu didapati alasan penggunaan
antibiotik tanpa resep antara lain 37,28% mengetahui jenis antibiotik yang digunakan,
23,15% karena biaya yang murah, 11,98% menggunakan obat sisa dari pengobatan
dokter sebelumnya, 24,34% disarankan oleh teman/keluarga dan 3,25% karena tidak
tahu.
DAFTAR PUSTAKA

Muntasir, Harun.Ifriany. 2022. Antibiotik dan Resistensi Antibiotik. Jakarta :Rizmedia


Pustaka Indonesia.
Anggraini.Dewi, Kuntaman. 2021. Surveilans Resistansi Antibiotik Rumah Sakit Kelas A
Dan B Di Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Deeppublish.

Anda mungkin juga menyukai