Anda di halaman 1dari 9

Nama : Zulfiyatul Ismiyah

Nim : 201802059
Semester : IV
Program Studi : DIII- Farmasi

Judul Penelitian : Penggunaan Antibiotik Yang Rasional Pada Penyakit Diare Akut Terhadap
Pasien Anak- Anak

KAJIAN PUSTAKA

A. PEMAHAMAN SECARA UMUM TENTANG ANTIBIOTIK


Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di
dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Istilah “antibiotik” pada
awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau
mikoorganisme lain yang digunakan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit
pada manusia atau hewan. Secara teknis itilah “agen anti bakteri” mengacu kepada
kedua senyawa alami dan buatan tersebut baik sintesis maupun semi- sintesis.
Antibiotik yang akan digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi manusia
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin terhadap mikroorganisme
Pengunan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan
keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri. Pemakaian
antibiotik secara rasional mutlak menjadi keharusan. Kerasional pemakaian antibiotik
tersebut meliputi tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada
efek samping obat.
penggunaan antibiotik yang tidak rasional pada anak merupakan salah satu
penyebab timbulnya resistensi. Dampak lain dari pemakaian antibiotik secara irasional
yaitu toksisitas dan efek samping yang meningkat, serta biaya pengobatan yang juga
meningkat. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan dapat
memberikan dampak positif, diantara lain mengurangi morbiditas, mortalitas, kerugian
ekonomi, dan mengurangi kejadian resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Penggunaan antibiotik berdasarkan indikasi adalah penggunaan antibiotik yang
mempunyai manfaat bagi pasien dengan pemberian secara profilaksis dan pemberian
terapeutik. Pemberian profilasis adalah penggunaan antibiotik pada keadaan tidak ada
atau belum terdapat gejala infeksi, untuk mencegah infeksi pada pasien yang memiliki
resiko terjadinya infeksi bakteri. Pemberian antibiotic secara terapeutik apabila
antibiotik digunakan pada keadaan infeksi.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau
cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang
dari 2 minggu disebut diare akut.
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

B. VARIABEL PENELITIAN
ANTIBIOTIK
Antibiotik atau dikenal sebagai antibakteri adalah obat yang dapat
menghancurkan serta menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik tidak dapat
digunakan untuk mengobati infeksi akibat virus seperti pilek, flu dan batuk tetapi
antibiotik memiliki kekuatan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tertentu serta dapat digunakan untuk menyelamatkan nyawa bila digunakan secara
tepat.
1. Antibiotik tersedia dalam bentuk sediaan
Tubuh manusia secara alami mampu mengatasi dan melawan infeksi bakteri
melalui sel darah putih. Sistem kekebalan tubuh biasanya mampu menghentikan
bakteri serta proses reproduksi bakteri akan tetapi jika jumlah bakteri patogen
dalam jumlah yang berlebih maka sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan
semuanya. Sehingga digunakan antibiotik untuk menghentikan, menghancurkan
serta membunuh bakteri. Penemuan antibiotik pertama kali dilakukan oleh
Alexander Fleming. Antibiotik pertama yang berhasil ditemukan adalah penisilin.
Antibiotik berbasis penisilin meliputi: ampisilin, amoksilin dan penisilin G masih
tersedia untuk mengobati berbagai infeksi dan telah ada sejak lama. Beberapa jenis
antibiotik modern tersedia dan biasanya hanya tersedia dengan resep disebagian
besar negara. Bentuk obat antibiotik yaitu salep, krim, tablet, kapsul, pil, injeksi,
infus dll
2. Cara kerja antibiotik
Mekanisme kerja antibiotik dalam membunuh bakteri terjadi dalam beberapa cara
yaitu:
 Mengganggu pembentukan dinding sel bakteri atau isi selnya
 Mengganggu reproduksi bakteri
 Menghentikan produksi protein dari bakteri
Mekanisme kerja antibiotik dimulai sesaat setelah meminum obat
antibiotik. Akan tetapi kapan gejala atau rasa sakit bisa membaik sangat
bergantung pada kondisi tubuh dari setiap orang serta karakteristik dari bakteri
yang menyerangnya. Pada umumnya, antibiotik yang diresepkan oleh dokter
untuk diminum habis selama 7 hari.
Namun pada beberapa kasus antibiotik dapat habis dalam waktu
beberapa hari saja. Meskipun tubuh sudah sehat dokter tetap menyarankan
kepada pasien untuk meminum habis antibiotik dengan tujuan agar bakteri
benar- benar mati secara keseluruhan selain itu juga dapat mencegah terjadinya
resistensi bakteri dari antibiotik kedepannya.
3. Antibiotik yang rasional
Pemakaian antibiotik secara rasional mutlak menjadi keharusan. Kerasional
pemakaian antibiotik tersebut meliputi tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat,
tepat dosis dan waspada efek samping obat.
4. Antibiotik yang tidak rasional
Pemakaian antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan munculnya
banyak efek samping dan mendorong munculnya bakteri resistenmPenggunaan
obat yang rasional secara sederhana diartikan sebagai “meresepkan obat yang
tepat, dalam dosis yang adekuat untuk durasi yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan klinis pasien, serta dengan harga yang paling rendah.
5. Antibiotika untuk terapi diare akut
Antimikroba adalah drug of choice atau pengobatan lini pertama untuk terapi
pada pasien diare akut patogennya telah diketahui. Belum adanya metode
pemeriksaan diagnostik cepat yang akurat untuk patogen enterik menjadikan
keputusan untuk pemberian antimikrobial seringkali dibuat secara empiris begitu
ada indikasi klinis. Terapi antimikrobial empiris mungkin diperlukan pada:
1. Pasien dengan demam, feses berdarah/ mucoid, terdapat darah samar atau
leukosit pada feses.
2. Pasien dengan BAB > 8 kali/ hari, dehidrasi, gejala > 1 minggu, yang
memerlukan perawatan atau immunocompromise (Eppy 2009).
Pemberian terapi antibiotik diare akut pada pasien anak berdasarkan pedoman
guideline WGO (2012) yaitu:
1. Doxycycline
2. Azitromisin
3. Ciprofloksasin
4. Ceftriaxon
5. Metronidazol

C. PENYAKIT DIARE AKUT PADA PASIEN ANAK


1. Diare akut
Diamana pasien yang ditandai BAB dengan frekuensi ≥3 kali/ hari yang ditandai
denagn feses berlendir dan berdarah dengan menggunakan terapi antibiotik
2. Epidemilogi diare akut
Setiap anak usia 5- 11 tahun mengalami rata- rata tiga episode tahunan diare akut.
Penyebab utam kedua kematian setelah pneumonia, resiko kematian dar penyakit
diare adalah diantaranya anak- anak dalam usia ini. Konsekuensi langsung lainya
diare pada anak termasuk goyah pertumbuhan, kekurangan gizi dan perkembangan
kognitif gangguan dinegara terbatas sumber daya
3. Etimologi diare akut
Penyebab diare akut dapat berupa infeksi ataupun nonifeksi. Pada beberapa kasus,
keduanya sama- sama berperan. Penhebab nonifeksi dapat berupa oabat- obatan,
alergi makanan dll
4. Patofisiologi daiare akut
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
setidaknya ada dua mekanisme yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorsi di usus. Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan
enzim, serta mengbsopsi nutriens. Gangguan dari kedua proses tersebut akibat
infeksi akan menimbulkan diare berair denagn volume yang besar, disertai dengan
perut kram, kembung, banyak gas, dan berat badan menurun. Usus besar berfungsi
sebagai organ penyimpanan. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya
lebih sering,lebih teratur, denagn volume yang kecil dan sering disertai pergerakan
usus yang nyeri.

5. Patogenesis diare akut


Terjadinya diare akut pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi yaitu diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus. Penyebab diare secara enteropatogen biasanya sangat kompleks
dan dipengaruhi faktor- faktor yaitu umur, tempat, waktu dan keadaan sosial
ekonomi.
b. Faktor malabsorbsi yaitu kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi diare.
c. Faktor umur yaitu semakin muda umur anak semakin besar kemungkinan
terkena diare, karena semakin muda umur anak keadaan integritas mukosa usus
masih belum baik, dan daya tahan tubuh masih blm terbentuk dengan
sempurna.
d. Faktor status gizi semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan diare
akut yang diderita
e. Faktor makanan terjadi peningkatan perislatik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyrap makanan lalu menyebabkan diare
f. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih dan jamban
keluarga yang memenuhi syarat kesehatan serta berprilaku hidup sehat.
6. Manifektasi klinis diare akut
a. Disertai dengan muntah- muntah atau demam, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlamgsung beberapa saat tampa penangana medis dapt
mengakibatkan kematian karena kekrangan cairan tubuh.
b. Kehilanagan cairan meyebabkan haus, berat badan turun, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, serta suara serak, gejalah ini disebabkan deplesi
air yang isotonik
c. Penurunan tekanan darah menyebabkan fungsi ginjal menurun dan timbul
anuria, bila jika tidak segera ditangani akan timbul penyakit gagal ginjal akut
7. Diagnosa diare akut
a. Pendekatan umum diare akut infeksi bakteri. Diaknosis pasien diare akut
infeksi bakteri memerlukan pemeriksaan sistemik dan cermat
b. Tanda gejala yang memelukam evaluasi lanjutan. Seprti riwayat dan
pemeriksaan fisik seperti demam > 38℃, nyeri abdomen berat, terutama pada
pasien usia diatas 50 tahun.
c. Pemeriksaan laboratorium. Evaluasi laboratorium pasien diare infeksi dimulai
dari pemeriksaan feses.
8. Terapi diare oral
a. Terapi rehidrasi oral pemberian solusi yang tepat pada orang dewasa dan anak-
anak dengan kolera menggunakan obat oralit.
b. Terapi tambahan pada anak- anak yaitu zinc, multivitamin, mineral,
c. Probiokid ini kelompok probiotikm bila meningakat jumlahnya disaluran cerna
akan memliki efek positif karena berkopetisi untuk nutrisi san reseptor pada
saluran cerna.
d. Kelompok antisekresi selektif berfungsi penghambat enzim enkephalinasen,
sehingga enkephalin dapat bekerja nornal kembali
e. Kelompok opiat berfungsi sebagai penghambat propulsi, peningkatan absobsi
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensinya fese dan mengurangi
frekuensi diare,
f. Kelopok absorbent berfungsi sebagai zat yang dapat menyerap bahan infeksius
atau toksin.
g. Zat hidrofilik yaitu membentuk koloid dengan cairan dalam lumen usus dan
akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit
h. Antibiotik. Terapi antimikroba tidak biasanya ditunjukkan pada anak- anak.
Antimikroba yang efektif membantu hanya untuk anak- anak dengan diare
berdarah (kemungkinan besar shigellosis), diduga kolera dengan dehidrasi
berat, dan serius.
\
D. PENELITIAN SEBELUMNYA
Hasil penelitian oleh Narindrani et al, (2011) tentang Ketepatan penggunaan
antibiotik pada kasus diare akut disertai infeksi bakteri pada anak usia 1- 6 tahun
pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Klaten tahun 2011 memperoleh hasil
penelitian diketahui bahwa dari 85 pasien anak umur 1 - 6 tahun diagnosa utama yaitu
diare yang menggunakan 2 macam Antibiotik yaitu tunggal dan kombinasi.
Penggunaan terapi antibiotik kombinasi yaitu Cotrimoxazole (Sulfametoxazol-
Trimetoprim) lebih banyak digunakan pada pasien diare anak umur 1-6 tahun yaitu
sebesar 82,8%. Sedangkan dalam terapi pengobatan dengan antibiotik tunggal, tercatat
bahwa Amoxicillin lebih banyak digunakan dalam pengobatan diare anak sebesar
55,5%. Untuk ketepatan penggunaan obat antibiotik ditemukan 41 pasien (87,2 %)
yang tepat pemberiannya.
Hasil penelitian oleh Agitsah et al, (2012) tentang Penggunaan antibiotik pada
terapi diare akut anak di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Bendan tahun 2012
memperoleh hasil penelitian diketahui bahwa dari 512 sampel, sebanyak 434 (84,77%)
pasien anak yang diterapi dengan menggunakan antibiotik dan hanya 78 (15,23%)
pasien anak yang tidak diterapi dengan antibiotik. Hasil persentase penggunaan
antibiotik pada terapi diare akut anak di instalasi rawat jalan Puskesmas Bendan Kota
Pekalongan tahun 2012 sebesar 83,59%, dengan rincian cotrimoksazol sebesar
92,63%, cloramfenikol sebesar 2,76%, metronidazol sebesar 1,84%, tetrasiklin sebesar
0,69%, gentamisin sebesar 0,69%, amoksisilin sebesar 0,46%, cefadroksil sebesar
0,23%, neomisin sebesar 0,23%, erytromisin 0,23%, dan ketokonazol sebesar 0,23%.
Hasil penelitian oleh Rizqiani (2016) tentang Evaluasi penggunaan antibiotik
untuk penyakit diare pada pasien balita di Instalasi Rawat Inap RSI Sultan Agung
Semarang tahun 2015 menunjukkan hasil penelitian bahwa dari 63 pasien, hanya 19
pasien yang mendapatkan terapi antibiotik yang rasional. Data karakteristik pasien
dihasilkan bahwa jenis kelamin penderita diare pada balita paling banyak adalah laki-
laki yaitu sebanyak 52,4%. Kemudian diare paling sering terjadi pada rentang usia 0-1
dan 1-2 tahun dengan persentase 44,4% dan 36,5%. dan hasil persentase tepat obat
sebanyak 36,5% tepat indikasi sebanyak 100% dan tepat dosis sebanyak 87,3%.

Tabel. 1 penelitian terdahulu


Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitain
(Tahun)
Narindrani et al, Ketepatan Umur pasien 41 pasien (87,2 %)
(2011) penggunaan yang tepat
antibiotik pada kasus pemberiannya.
diare akut disertai
infeksi bakteri
Agitsah et al, (2012) Penggunaan Terapi Pengguanaan
antibiotik pada terapi penggunaan antibiotik di
diare akut obat Puskemas
Pekalongan tahun
2012 sebesar 83,59%
Rizqiani (2016) Penggunaan Jenis kelamin Bahwa dari 63 pasien,
antibiotik pada terapi dan usia hanya 19 pasien yang
diare akut pasien mendapatkan terapi
antibiotik yang
rasional

Kesimpulan darI 3 penelitian tersebut adalah penyakit diare akut pada pasien
anak perlu mendapat perhatian khusus, karena anak- anak merupakan segmen terbesar
dari individu rentan dalam populasi yang beresiko. Kategori umur menurut Depkes
(2009) masa anak- anak yaitu 5 - 11 tahun. Prevalensi dalam penggunaan antibiotik di
Indonesia masih sangat tinggi tetapi ketepatan penggunaan antibiotik masih rendah.
Masih tingginya angka kejadian menuntut adanya berbagai upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah
kegiatan berupa pelayanan rawat inap di rumah sakit. Dari hasil penelitian sebelumnya
hanya menunjukkan seberapa besar angka kejadian penggunaan antibiotik dan dengan
parameter ketepatan obat yang digunakan memperoleh hasil dalam bentuk persentase.
Tetapi hasil tersebut tidak menyimpulkan bahwa hasil penelitian menyatakan bahwa
penggunaan antibiotik pada pasien anak diare akut sudah atau bahkan tidak rasional.
Seperti dalam menentukan pemberian terapi antibiotik pada pasien diare akut sebagai
parameter dalam tepat indikasi selain dengan melihat kultur tinja yaitu dilihat dari
referensi penggunaan antibiotik secara empiris.
DAFTAR PUSTAKA

Agitsah I, Rusmalina S, Jamaludin AJE. 2012. Penggunaan Antibiotik Pada Terapi


Diare Akut Anak Di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Bendan Tahun 2012.
[Artikel jurnal penelitian]. Pekalongan: Puskesmas Bendan Kota Pekalongan.
Astaqauliyah. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1216/Menkes/SK/XI/2001, Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare,
Edisi kelima. Dinkes Kab. Bantul, Yogyakarta.
Febiana T. 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak RSUP
Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011 [Skripsi]. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Meila O. 2016. Analisis Hubungan Penggunaan Antibiotik dengan Lama Perawatan
Pada Pasien Anak Diare Di RSUP Persahabatan. SOCIAL CLINICAL
PHARMACY INDONESIA JUORNAL [Vol. 1, No 1, 2016. Jakarta:
Universitas 17 Agustus 1945.
Narindrani R, Sunyoto, Hana C. 2011. Ketepatan penggunaan antibiotik pada kasus
diare akut di sertai infeksi bakteri pada anak usia 1-6 tahun pasien rawat inap
di RSI Klaten tahun 2011. CERATA Journal Of Pharmacy Science.
Pratiwi DA. 2011, Evaluasi Penggunaan Obat pada Anak yang Menderita Diare
akut di Instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah sukoharjo tahun
2009 [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Rizqiani N. 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik untuk penyakit diare pada pasien
balita di instalasi rawat inap RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2015
[Skripsi]. Semarang: Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo.Ungaran.
Yuniati R, Mita N, Ibrahim A. 2016. Kajian Penggunaan Antibiotik Penderita Diare
Pada Pasien Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-3, 20 – 21
April 2016. Samarinda. Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman. Hlm 109-
121

Anda mungkin juga menyukai