Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika suatu strain bakteri dalam tubuh
manusia menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik. Resistensi ini berkembang
secara alami melalui mutasi evolusi acak dan juga bisa direkayasa oleh pemakaian
obat antibiotik yang tidak tepat. Setelah gen resisten dihasilkan, bakteri kemudian
dapat mentransfer informasi genetik secara horisontal (antar individu) dengan
pertukaran plasmid. Mereka kemudian akan mewariskan sifat itu kepada keturunannya, yang
akan menjadi generasi resisten. Bakteri bisa memiliki beberapa gen resistensi,
sehingga disebut bakteri multiresisten atau “superbug”.
Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh
dunia. Ketika Anda terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, pengobatan untuk
Anda menjadi lebih sulit dan harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal
dengan lebih banyak efek samping. Contoh bakteri yang telah menjadi resisten terhadap
antibiotik termasuk spesies yang menyebabkan infeksi kulit, meningitis, penyakit
menular seksual, tuberkulosis, dan infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia.
Penyebab umum
-Putus obat.
Dosis antibiotik harus dihabiskan secara penuh, bila berhenti meminum antibiotik
di tengah jalan maka beberapa bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten
terhadap pengobatan antibiotik di masa depan.
Pencegahan
Resistensi Antibiotik
Pada tahun 2010 kebanyakan orang meninggal karena infeksi daripada kanker.
Fakta ini sebenarnya menyoroti bahaya dari kenaikan resistensi antibiotik pada
bakteri, chief medical memperingatkan bahaya ini kepada anggota parlemen pada
minggu ini. Selama miliaran tahun, bakteri tertentu telah menghasilkan bahan
kimia yang melindungi mereka dari serangan mikroorganisme lainnya. Beberapa bahan
kimia ini membentuk antibiotik digunakan dalam pengobatan masa ini. Sayangnya, bakteri
demi kelangsungan hidup telah mengembangkan cara untuk melawan efek racun
dari obat ini. Bahkan, sebagian besar resistensi yang ada sampai saat ini dikembangkan
beberapa tahun yang lalu, baik dalam lingkungan lokal, atau pada manusia dan hewan.
Perjalanan global merupakan penyumbang utama meningkatnya penyebaran
bakteri tersebut, memperburuk masalah yang sebelumnya dikelola. Ini mungkin
terdengar mustahil, tetapi pada saat seseorang menjadi dewasa, ada lebih banyak sel bakteri
dalam tubuh pada sel-sel manusia. Sangat mudah untuk melihat bahwa miliaran
bakteri mungkin memiliki mutasi genetik alami yang memberikan resistensi
antibiotik. Penggunaan antibiotik menciptakan "tekanan selektif" dimana bakteri
sensitif terhadap obat mulai resisten dan dapat berkembang. Paling sering, bakteri
resisten tersebar dari orang ke orang melalui kontak langsung, permukaan lingkungan,
air dan makanan, tetapi jelas bahwa penggunaan antibiotik yang tidak perlu juga menyajikan
risiko sendiri. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan pada
beberapa obat yang sudah mengalami resistensi? Tidak ada jawaban yang mudah,
namun beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pemerintah, perusahaan obat, dokter, pasien
dan semua memiliki peranan penting. Antibiotik telah datang ke pasar selama 40
tahun. Hal ini sulit dan mahal untuk mengembangkan obat-obatan tersebut untuk
di pelajari, tidak seperti obat jantung atau kanker, selain itu antibiotik umumnya
tidak menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk sebuah perusahaan farmasi. Hal itu sangat
memalukan karena antibiotik adalah salah satu dari beberapa obat yang benar-benar
menyembuhkan orang bukan hanya mengurangi gejala. Fenomena ini di harapakan pemerintah
bisa membantu - dengan menggunakan kebijakan harga antibiotik misalnya, mungkin
menetapkan harga minimum untuk penggantian obat yang mengobati infeksi resisten, dan
meningkatkan sistem kredit pajak untuk pengembang. Hibah juga dapat ditargetkan
untuk mendukung pengembangan obat baru yang menguragi resistensi. Persyaratan peraturan
ketat juga membuat mendapatkan antibiotik ke pasar sangat sulit dalam beberapa
tahun terakhir. Reformasi regulasi sangat diperlukan untuk mendorong
perusahaan kembali ke dalam penelitian antibiotik terhadap bakteri target utama
tertentu: di Eropa regulator mencari cara-cara untuk mendapatkan obat yang dirancang untuk
memerangi organisme Eskape melalui uji klinis banyak dan lebih cepat. Penggunaan
dan penyalahgunaan antibiotik dalam bidang kedokteran dan pertanian selama 70 tahun terakhir
telah menyebabkan peningkatan jumlah dan jenis bakteri resisten antibiotik. Jelas,
lebih sedikit antibiotik yang digunakan kurang karena kemungkinan resistensi
berkembang pula. Praktek resep bisa diperketat baik oleh dokter, tetapi juga oleh
pasien yang harus datang untuk memahami bahwa antibiotik tidak bekerja untuk
infeksi virus dan tidak mungkin tidak diperlukan. Untuk pasien, mengambil dosis
yang tepat dari antibiotik, pada interval benar di setiap hari, berarti tingkat
aktifitasnya dapat dipertahankan dalam tubuh, memberikan kesempatan tertinggi bahwa
semua bakteri berbahaya yang menyebabkan infeksi akan dibunuh dan membatasi
tekanan selektif. Kebersihan baik di rumah dan rumah sakit terutama ketika
mengunjungi adalah kunci, dan cara sederhana di mana kita semua dapat
melakukannya. Kita perlu antibiotik jenis baru dan kemudian kita perlu
menggunakan dengan bijak - jika tidak, kita akan kembali ke hari-hari survival of
the fittest, dan kemajuan besar dalam kedokteran memberi keuntungan. Pasien yang terinfeksi
kita harus mampu mengobatinya.
Sumber :
Doctors & Medical Students Can Exchange Medical Case& MCQ With Their
Colleagues
http://naim-isma1l.blogspot.com/2013/04/resistensi-antibiotik.html
Saat bakteri dan mikroba tidak responsif terhadap antibiotik maka kondisi ini
disebut sebagai bakteri resisten antibiotik. Efektivitas obat yang dirancang untuk
menyembuhkan atau mencegah infeksi bakteri menjadi berkurang bahkan hilang.
Pada kondisi ini, bakteri mampu bertahan hidup dan terus berkembang biak
sehigga menyebabkan kerusakan lebih parah pada tubuh.
Apa penyebab bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik?
Ketika seseorang mengambil antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh
namun bakteri yang resisten bisa terus tumbuh dan berkembang biak.
Penyalahgunaan dan pengguanaan antibiotik yang berulang merupakan penyebab
utama bakteri menjadi resisten. Jadi, penting untuk menggunakan antibiotik
dengan tepat agar penyebaran bakteri resisten dapat dikendalikan.
Mengapa harus khawatir terhadap bakteri resisten antibiotik?
Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah utama di dunia kesehatan.
Selama satu dekade terakhir, hampir setiap jenis bakteri menjadi lebih kuat dan
kurang responsif terhadap pengobatan antibiotik.
Fakta ini bisa mengancam karena bakteri dapat cepat menyebar ke anggota
keluarga lain, teman sekolah, maupun rekan kerja, sehingga menimbulkan rantai
penyakit menular baru yang lebih sulit disembuhkan serta mahal pengobatannya.
Bakteri resisten antibiotik menyebabkan kerusakan dan penderitaan bagi anak-
anak maupun orang dewasa yang menderita infeksi umum (common infections)
yang dulu dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Bagaimana menghindari infeksi bakteri resisten antibiotik?
Anda dapat menghindari infeksi bakteri resisten antibiotik dengan mengikuti
langkah-langkah berikut:
1.Gunakan antibiotik hanya bila benar-benar diperlukan.
2.Tanyakan petugas kesehatan apakah antibiotik akan bermanfaat bagi penyakit
yang sedang dialami.
3.Hindari mengonsumsi antibiotik untuk infeksi virus seperti pilek atau flu.
4. Hindari menyimpan antibiotik untuk digunakan lagi saat Anda kembali sakit.
Singkirkan semua sisa obat dan antibiotik setelah menyelesaikan program
pengobatan yang harus Anda jalani.
5.Minum antibiotik sesuai resep yang diberikan. Jangan sampai melewatkan
waktu pemberian antibiotik. Tetap selesaikan program pengobatan yang telah
ditentukan meskipun Anda merasa sudah lebih baik. Jika Anda menghentikan
pengobatan terlalu cepat, beberapa bakteri dapat bertahan hidup dan bisa
menginfeksi kembali.
6. Hindari minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain karena bisa jadi
antibiotik tersebut tidak sesuai untuk penyakit Anda.
7. Jika petugas kesehatan yakin bahwa Anda tidak mengalami infeksi bakteri,
minta saran tentang cara meringankan gejala yang sedang dialami. Jangan
memaksa petugas kesehatan untuk meresepkan antibiotik.
http://www.amazine.co/22987/penyebab-bakteri-resisten-antibiotik-7-tips-
pencegahannya/
Sejak penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming di tahun 1927 dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1940-an, antibotik telah menjadi obat andalan untuk
mengatasi berbagai penyakit infeksi. Penisilin, tetraksilin, sefalosporin dan
makrolida (utamanya eritromisin) adalah empat kelompok antibiotik yang paling
banyak digunakan dokter dari sekitar 150 jenis antibiotik yang ada.
Resistensi Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang kuat. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dan berlebihan dapat merugikan Anda karena menyebabkan bakteri resisten
(kebal). Bakteri adalah makhluk yang cerdas. Tujuan mereka adalah bertahan
hidup dan berkembang biak. Resistensi bakteri terhadap antibiotik dilakukan
melalui perubahan (mutasi) DNA bakteri. Bakteri yang telah bermutasi DNA-nya
menjadi kebal antibiotik dan mereproduksi jutaan bakteri resisten turunannya
hanya dalam waktu sehari. Resistensi antibiotik merupakan masalah utama yang
menjadi keprihatinan semua praktisi kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
Bakteri yang resisten membuat obat yang kuat menjadi tidak berguna. Jika Anda
sakit karena bakteri yang resisten terhadap antibiotik tertentu, Anda dapat:
Memiliki penyakit lebih lama dari yang seharusnya.
Lebih sering mengunjungi dokter.
Memerlukan rawat inap.
Memerlukan resep yang berbeda untuk melawan penyakit. Obat-obatan itu
lebih mahal dan mungkin menyebabkan efek samping.
Menularkan bakteri resisten kepada anggota keluarga lain dan teman-teman
Anda sehingga menyebarkan masalah. Karena itu, dokter yang bijak biasanya
enggan memberikan antibiotik, kecuali memang sangat dibutuhkan. Pada banyak
kasus, sistem imun tubuh kita cukup kuat untuk mengatasi infeksi bakteri.
Sejarah antibiotik
Antibiotik pertama sekali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928.
Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak disengaja ketika bakteri-
bakteri yang sedang dibiakkan oleh Fleming selalu mati. Ketika diteliti, ternyata
efek antibakterial dari jamur.
Penicillium yang menyebabkan matinya bakteri tersebut. Zat antibakteri dari
jamur tersebut akhirnya diberi nama penicillin. Pada tahun 1939, Howard Florey
dan Ernst Boris Chain melakukan penelitian untuk menguji efek penicillin
terhadap manusia. Penicillin kemudian diproduksi secara massal oleh Merck &
Co pada tahun 1942. Penicillin sangat berperan pada perang dunia kedua dimana
diperkirakan 12-15% nyawa terselamatkan di pihak sekutu.
Terdapat berbagai cara untuk melawan resistensi antibiotik. Salah satunya adalah
dengan menemukan antibiotik baru. Akan tetapi, menemukan antibiotik baru
bukanlah pekerjaan yang mudah dimana dibutuhkan biaya yang besar dan waktu
yang lama. Hal ini tidak dibarengi dengan laju perkembangan resistensi yang
sangat cepat sehingga tindakan lain perlu dilakukan untuk memperlambat laju
resistensi tersebut. Menghentikan pemakaian antibiotik di peternakan, terutama
pemakaian antibiotik untuk mempercepat pertumbuhan dan mencegah infeksi, dan
bukan menyembuhkan penyakit. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, pemakaian
antibiotik yang tidak tepat di peternakan berperan besar dalam timbulnya
resistensi antibiotik. Di bidang medis, pemakaian antibiotik yang tepat untuk
infeksi bakteri, dan kalau perlu disertai dengan hasil tes uji sensitivitas. Janganlah
memberi antibiotik untuk penyakit infeksi virus kecuali terdapat kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Untuk pasien, setiap antibiotik yang
diresepkan oleh dokter harus dihabiskan. Ini dilakukan agar bakteri yang ingin
diberantas benar-benar mati dan bukan hanya “pingsan” supaya bakteri tidak
punya kesempatan untuk mengembangkan resistensi. Yang paling terakhir dan
tidak kalah pentingnya adalah pemakaian antibiotik secara bebas di masyarakat.
Sebaiknya antibiotik tidak dapat dibeli lagi dengan bebas melainkan harus
berdasarkan resep dokter. Masyarakat juga sebaiknya tidak sembarangan membeli
antibiotik melainkan berkonsultasilah terlebih dahulu kepada dokter.
http://tancules.blog.com/2013/02/resistensi-antibiotik-apa-dan-bagaimana-
muncul/
PENYAKIT BAHAYA RESISTENSI ANTIBIOTIK
1. MALARIA
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, hingga akhir 2017 terdapat
261.671 kasus malaria di Indonesia yang 100 di antaranya meninggal dunia.
Paling banyak penderita berasal dari daerah timur Indonesia seperti Papua dan
NTT. Wanita hamil dan anak-anak adalah mereka yang paling rentan tertular
penyakit ini.
Pada Juli 2016, WHO menemukan malaria P. falciparum yang resisten terhadap
terapi antibiotik artemisinin combination therapies (ACT) di 5 negara, yaitu
Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Tidak hanya pada ACT, di
perbatasan Kamboja dan Thailand bahkan ditemukan P. falciparum yang resisten
pada hampir semua jenis obat antimalaria. Para ahli mengkhawatirkan tersebarnya
parasit resisten ini ke wilayah lain karena bisa mengancam kesehatan manusia di
dunia.
2. PNEUMONIA
Untuk mengobati infeksi MRSA, diperlukan antibiotik alternatif yang cukup kuat.
Selain itu, seseorang dengan infeksi MRSA harus dirawat di ruang isolasi rumah
sakit agar tidak menularkannya kepada orang lain. Bila infeksi ini tidak bisa
dilawan dengan antibotik, maka bisa berakibat menyebarnya infeksi di seluruh
tubuh hingga mengakibatkan kematian.
3. DEMAM TYFOID
Demam tifoid adalah penyakit demam enterik yang disebabkan Salmonella sp.
terutama Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi. Selain menggunakan kloram
fenikol sebagai drug of choice, banyak pula antibiotik lain yang digunakan untuk
penyembuhannya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menyebabkan
peningkatan resistensi bakteri. Penelitian ini bermaksud mengetahui sensitivitas
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi terhadap beberapa antibiotik pilihan
yang banyak digunakan di Indonesia dengan tujuan memberi informasi pola
resistensi guna terapi empiris. Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi didapat
dari penderita demam tifoid di RumahSakit Immanuel Bandung tahun 2004-2007,
dan dilakukan uji resistensi dengan metode difusi cakram menurut Kirby Bauer
dengan standar NCCLS. Antibiotik uji terdiri dari amoksisilin, amoksisilin-asam
klavulanat, kloramfenikol, siprofloksasin, seftriakson, trimetoprim, dan
trimetoprim-sulfametoksazol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan
penisilin yaitu amoksisilin dan gabungan amoksisilin-asam klavulanat
memberikan sensitivitas terhadap Salmonellasp. Yang masih tinggi 99,36–
99,68%. Kloram fenikol yang selama ini masih dipertahankan sebagai drug of
choice masih sensitif 99,05% walaupun ternyata ada 3 sampel (0,95%) resisten.
Karena sensitivitas tidak mencapai 100% berarti ada kemungkinan kurang lebih
8% resisten, itu sebabnya walaupun data ini dapat digunakan sebagai
terapiempiris, disarankan untuk melakukan tes resistensi pada Salmonellasp.
Penyebab demam tifoid guna terapi antibiotik yang rasional dan tepat guna. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa S.typhi dan S.paratyphi masih sensitif
terhadap antibiotik uji.
Pengertian Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dari efek
serangan antibiotik. Hal ini dapat terjadi apabila bakteri mengubah dirinya,
sehingga efektivitas obat, bahan kimia, atau bahan lain yang dirancang untuk
membunuh bakteri pun berkurang. Akibatnya, bakteri dapat tetap hidup, kebal
terhadap pengobatan dan berkembang biak, serta menimbulkan lebih banyak
masalah.
Antibiotik itu sendiri merupakan jenis obat yang bekerja melawan bakteri
penyebab infeksi dan penyakit pada manusia atau hewan. Cara kerja antibiotik
bisa dengan membunuh langsung bakteri atau menghambat pertumbuhan bakteri
untuk berkembang biak. Tetapi, antibiotik tidak dapat membunuh virus.
Bakteri, pada prinsipnya adalah orgasnisme yang memiliki satu sel, serta dapat
ditemukan di dalam maupun di luar tubuh manusia. Ada dua jenis bakteri, yaitu
bakteri yang menguntungkan dan merugikan manusia.
Beberapa orang dapat merasakan dirinya menjadi kebal terhadap suatu obat
antibiotik. Hal yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa bukan manusia yang
menjadi kebal. Kenyataannya, justru telah terjadi resistensi pada bakteri penyebab
penyakit.
Resistensi antibiotik tidak dapat disembuhkan, oleh sebab itu tidak ada obat-
obatan yang dapat diberikan untuk mengatasinya. Apabila Anda terkena penyakit
yang bakterinya sudah resisten terhadap antibiotik tertentu, maka akan diusahakan
menggunakan antibiotik lain untuk membunuh bakteri penyebab penyakit.
Pencegahan Resistensi Antibiotik