Anda di halaman 1dari 24

Ais Muamaroh

Arofah Hajjah hermanto


Bentari Pramudita
Hanna nurhasanah
Icha febrilia utami
Gregorius N hiwin
Rini aprilia
Riki apriandi
Rinto Aditya
Yosepha
Zaenal aripin
SEJARAH
Antibodi ditemukan antara tahun 1880-1890, tetapi baru terungkap
lebih terinci segera setelah diketahui kemampuan antibody dalam
melumpuhkan bahan-bahan asing bergantung pada kerjasama
dengan factor lain, yang kemudia disebut komplemen.

Pada penghujung abad ke-19, Hans Ernst August Buchner


menemukan adanya faktor dalam serum darah yang dapat
membunuh bakteri.
SEJARAH (2)
Beberapa tahun kemudian, Bordet mengkonfirmasi melalui percobaannya,
bahwa bakteriolisis oleh serum imun membutuhkan suatu komponen
serum yang labil terhadap suhu (termolabil). Faktor yang da maksud
dnamakan alexine. Istilah komplemen, baru diaplikasikan beberapa tahun
kemudian oleh Ehrlich (1890), untuk menggantikan istilah alexne. Erlich
menegaskan bahwa istilah komplemen dipakai untuk faktor yang
termolabil dalam serum normal yang secara bersama-sama dengan
antibodi yang terkait antigen mampu melisis sel dan mikroorganisme.
Bordet mengungkapkan bahwa faktor termolabil tersebut (komplemen)
akan melisis eritrosit jika berada bersama dengan antibodi yang cocok
(anti-eritrosit). Dari penalamannya tersebut, Bordet mengembangkan uji
laboratorium yang dinamakan : complement fixation test yang sampai
kini masih dipakai.
PENGERTIAN SISTEM KOMPLEMEN

Merupakan kumpulan protein yang beredar


dalam darah dan sangat penting dalam system
pertahanan tubuh. Sebenarnya system
komplemen merupakan sistem enzimatik yang
terdiri atas berbagai molekul protein dalam
serum, yang baru menunjukan efeknya jika
mengalami aktivitas. Mekanisme efektor
dalam menghadapi pathogen sangat berbeda
dengan mekanisme efektor pada antibody.
EFEKTOR RESPON IMUN
Sistem komplemen tergolong dalam sistem efektor
humoral dari respon imun yang bersifat tidak spesifik.
Mekanisme efektor sistem komplemen melalui interaksi
komponen-komponen sistem yang berakhir dengan
terjadinya kerusakan membran sel.
Mekanisme efektor tersebut diperlukan aktivitas sistem
yang merupakan reaksi kaskade. Adanya reaksi kaskade ini
memerlukan berbagai komponen yang diuraikan.
KOMPONEN SISTEM KOMPLEMEN
Sebagai suatu sistem, sistem komplemen terdiri atas beberapa komponen yang masing-masing
menempati peran yan berbeda. Dalam proses aktivasi tersebut berlangsung melalui jalur/lintasan
yang berbeda, yaitu :

Jalur Klasik

Jalur Lektin

Jalur alternatif
KOMPONEN-KOMPONEN DALAM LINTASAN SISTEM KOMPLEMEN
1. KOMPONEN AKTIVATOR

Aktivasi lintasan klasik dapat bersifat


imunologik, yang dapat berbentuk
molekul kompleks imun, atau agregat
imunoglobulin (IgG1, IgG2, IgG3 dan IgM).
Sedang aktivator bagi lintasan alternatif ,
dapat berbentuk tripsin, LPS
(lipopolisakarida) yang terdapat pada
permukaan patoen, atau polisakarida lain
yang terdapat pada permukaan sel-sel
hewan dan tumbuhan. Sedangkan
aktivator untuk lintasan lektin,
disebutkanmolekul yang terdapat pada
permukaan patogen.
2. KOMPONEN KOMPLEMEN

Komponen komplemen dikelompokkan dalam komponen


Protein komponen yang terlibat, masing-
yang terlibat aktivasi pada lengan aferen dan komponen
masing dberi nama dengan simbul huruf C
efektor pada lengan eferen. Untuk emudahannya dilakukan
yang masing-masing dibedakan dengan
tata penamaan atau nomenklatur. Dasar nomenklatur
membubuhkan angka 1 sampai 9. yang
mengikuti nomenklatur lintasan klasik, karena sistem
terlibat dalam lengan aferen (aktivasi)
komplemen yan pertama diunkapkan adalah lntasan klasik.
adalah komponen C1, C2, C3, C4, dan C5.
sisanya termasuk dalam lengan aferen yang
dipersiapkan untuk menyerang membran
sel. Sedangkan pada lengan aferen lintasan
alternatif, melbatkan komponen C3, faktor
B, P (Properdin), dan faktor D.
PROTEIN KOMPONEN KOMPLEMEN
Komponen C1 terdiri atas 3 gugus protein yang masing-masing dinamakan C1q, C1r, C1s.
Komponen C2 merupakan molekul dengan BM 117 kd yang berfungsi sebagai substrat
enzm C1 yang aktif.
Komponen C3 merupakan molekul yan berfungsi sebagai substrat enzim C4b2b.
Komponen C4 merupakan molekul dalam bentuk beta-lobulin denan rantai alfa, beta,
gamma dan mempunyai BM 206 kd.
Komponen C5 merupakan protein lobuler yang mempunyai BM 180 kd, berfungsi sebaai
substrat bagi enzim konvertase C5.
Komponen C6 merupakan protein globular yang mempunyai BM 130 kd
Komponen C7 merupakan protein globular yang mempunyai BM 120 kd
Komponen C8 merupakan protein yang mempunyai BM 160 kd
Komponen C9 merupakan protein yang mempunyai BM 80 kd
MOLEKUL-MOLEKUL DALAM LINTASAN PROPERDIN

Faktor Faktor Faktor Factor


P A B D
3. KOMPONEN REGULATOR

Dalam sistem imun terdapat molekul-molekul protein yang


berfunsi sebagai reulator sistem, agar dapat melindungi sel-
sel tubuh terhadap efek aktivasi komplemen. Jika komponen-
komponen komplemen diaktivasii, biasanya mereka langsung
menempel pada molekul-molekul yang terdapat pada
permukaan patogen, yang selanjutnya molekul komponen
komplemen tersebut terikat pada tubuh mkroba yang
menyebabkan aktivasi komplemen.
4. KOMPONEN RESEPTOR KOMPLEMEN

Kegiatan penting yang lain komplemen yaitu memberi


kemudahan dalam proses perusakan patogen melalui
fagositosis sel-sel makrofag. Kemudahan tersebut
dapat dmanfaatkan berkat adanya molekul reseptor
khusus yang berada pada permukaan sel makrofag
yang akan mengenali adanya komponen komponen
komplemen yang terikat patogen.
MEKANISME AKTIVASI
lintasan yang paling awal diungkapkan
Lintasan klasik Melibatkan komponen yang terdir dari molekul-molekul polipeptida yan terdiri
atas C1 sampai C3

Lintasan Dapat diawali, jika komponen komplemen yang secara spontan teraktifkan,
terikat pada permukaan patogen.

Alternatif Sebagai lintasan amplifikasi bag lintasan klasik.

Aktivas lintasan lektin bertujuan untuk membentuk enzim konvertase C3

Lintasan Lektin sebagamana lintasan klasik.


Diaktivasi oleh adanya ikatan MBL dengan gugus manose yang ada permukaan
patogen
MEKANISME EFEKTOR
Mekanisme penyerangan membran yang mengakibatkan lisisnya
struktur membran, merupakan kelanjutan lintasan klasik yang melibatkan
komponen C5-C9 dalam lengan eferen. Lintasan eferen ini juga
dmanfaatkan oleh lintasan-lintasan lainnya.
Mekanisme penyerangan diawali dengan pemecahan molekul
komponen C5 oleh enzim konvertase C5, seperti: C4b2b3b, C3bnBb atau
enzim-enzim lain seperti plasmin.
Komponen C5 akan dipecah menjadi C5a denan BM 17 kd dan C5b
dengan BM 163 kd. C5b mempunyai kemampuan mengikat komponen C6
dan C7 membentuk kompleks C5b67 yang menempel pada membran
dalam waktu sekejap sebagai MC5b67. pelekatan pada membran sel
dapat dihambat oleh protein S yang terdapat dalam plasma darah,
karena ikatannya dengan C5b67 membentuk SC5b67.
Teori yang menjelaskan sistem kerusakan membran oleh kompleks
C5b6789

Teori donat : terbentuk saluran yang berdinding protein kompleks C5b-9


menembus lapisan lipid
Kompleks C5b-9 mendorong reorgansasi susunan lipid membran sehingga
saluran tersebut dibatasi oleh molekul protein.

MEKANISME PENGATURAN SISTEM
Mekanisme 1

Mekanisme 2 C1 esterase nhibitor

Faktor I

Faktor H

C4 binding protein (C4bp)

Protein S

Protein penatur pada


membran
Substansi pengatur pada membran

Reseptor CR1 merupakan molekul glikoprotein yang terdapat pada berbagai jenis sel, seperti:
komplemen tipe 1 eritrosit, monosit, sel makrofa, sel netrofil, limfosit B dan limfosit T tertentu dan
(CR1) podosit pada glomerulus ginjal.

Reseeptor
Merupakan molekul likoprotein yang berada pada membran sel secara integral. CR2
komplemen tipe 3
baru ditemukan pada membran sel B dan sel-sel dendritik dalam limpa.
(CR2)

Membrane co-factor Faktor ini terdapat pada membran monosit, trombosit, dan limfosit T, tetapi tidak
protein (MCP) dijumpai pada membran eritrosit.

DAF (decay Faktor yang termasuk dalam protein ntegral membran sebuah sel ini telah dibahas d
acceleration factor) depan.
AKTIVTAS BIOLOGIK PECAHAN KOMPONEN
KOMPLEMEN
Aktivasi komplemen dapat mempengaruhi aktivasi sistem biologik lain.
Molekul-molekul pecahan komponen komplemen yang beratnya tergolong
ringan, seperti C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin karena efek biologik
yang merugikan.
Mekanisme kerjanya peptida tersebut mirp hormon dan dapat
menyebabkan kontraksi otot polos, peninkatan permeabilitas pembuluh
darah, pelepasan zat-zat vasoaktif amin (histamin) dari mastosit dan picuan
pelepasan enzim dari granulosit.
Efek-efek tersebut terbankit karena adanya sinyal oleh anafilatoksin.
Selain efek-efek tersebut, C5a mempunyai kemampuan tmbulnya agregasi
lekosit dan pelepasan metabolit dan SRS-A (Slow reactive substance of
anaphylaxis).
SISTEM KOMPLEMEN DAN SISTEM MHC KELAS III
Kemampuan sistem komplemen dalam sistem pertahanan tubuh
ditunjukkan pada percobaan-percobaan hewan, pengalaman penyakt
imunologik dan penyakit defsiensi komplemen pada manusia. Apalagi adanya
angguan sistem pengaturan sistem komplemen akan lebih mengukuhkan
betapa pentingnya sistem komplemen tersebut.
Aplikasi reaksi komplemen untuk diagnosis penunjang berupa:
complement fxation test berdasarkan kompetis akan komplemen di antara
dua macam sistem kompleks imun. Kompleks imun tersebut terdiri dari
antibodi anti-eritrosit domba dengan antien eritrositnya (SRBC) dan sstem
antigen-antbodi kedua.
TERMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai