Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN I


MEKANISME KERJA GINJAL DALAM SISTEM UROPOETIK

DISUSUN OLEH

Prinandita Syafira (1810913220017)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Mekanisme Kerja Ginjal dalam Sistem
Uropoetik tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Banjarbaru, 24 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Sistem Model .......................................................................................................3
2.2 Sumber-sumber Teori Betty Neuman ..................................................................7
2.3 Perspektif Paradigma Keperawatan Teori “Sistem Model” .................................8
2.4 Aplikasi Teori “Sistem Model” Dalam Pelayanan Keperawatan ........................10
BAB III : PENUTUP ...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal.
Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat
sisa metabolism toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi semi
kelangsungan hidupnya. Dalam mempertahankan hidupnya, manusia perlu
mempertahankan homeostatis tubuhnya, seperti stabilitas konsentrasi garam, asam,
elektrolit dalamlingkungan cairan internal. Jika keseimbangan cairan tubuh sesorang
terganggu, maka sel-sel dalam tubuh orang tersebut akan terganggu atau mati. Sel-sel
yang rusak atau mati berpengaruh besar terhadap keutuhan suatu jaringan dan organ dan
suatuindividu. Maka dari itu, homeostatis yang terganggu dapat berakibat fatal bagi suatu
individu dan dapat menyebabkan kematian.
Traktus urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ dan struktur-
struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma,
terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.Ginjal
mengeluarkan bahan yang tidak diinginkan atau berlebih di dalam tubuh manusia, dan
dikeluarkan melalui urin. Dalam pembahasan di bawah ini, akan dibahas mengenai
struktur ginjal, mekanisme kerja ginjal (filtrasi, reabsorbsi, sekresi) dan mekanisme
pembentukan urine.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari ginjal?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi organ ginjal?
1.2.3 Bagaimana mekanisme kerja ginjal dalam sistem uropoetik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari ginjal.
1.3.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi organ ginjal.
1.3.3 Mengetahui mekanisme kerja ginjal dalam sistem uropoetik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ginjal


Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial, sisi tersebut terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur
pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan
ginjal. (Purnomo, 2009)
Ginjal merupakan organ yang berpengaruh terhadap farmakokinetika obat,
karena sebagian besar darah melewati ginjal, hipertonisitas medulla ginjal sehingga
obat dan metabolitnya mudah terkonsentrasi dalam ginjal dan obat terkonsentrasi
dalam sel-sel tubulus ginjal sebelum diekskresikan kedalam urin (Sukandar, 1997)
Ginjal berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa
metabolisme. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan
hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D
menjadi bentuk aktif (vitamin D).
Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan
Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula
renalis. Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat
bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi
bagian korteks yakni lapisan sebelah luarnya coklat agak terang dan medulla yaitu
lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai
corpusculum renalis Malphigi, capsula Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada
medulla banyak dijumpai loop of Henle.
.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
2.2.1 Anatomi
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis. Ginjal adalah organ
yang terdapat pada daerah lumbal dan termasuk ke dalam bagian dari sistem
uropoetik. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis
ke-3.
Ginjal orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm,
dan beratnya 120-150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang
dewasa memiliki jarak 44 antar kutub ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan
panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk
ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal
dimanifestasikan dengan perubahan struktur. (Suharyanto & Madjid, 2009)
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal
dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar
adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari
trauma dan memfiksasi ginjal.
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.
Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap
nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Pada korteks terdapat struktur
yang disebut renal column yang menjulur ke medula dan pada medula
terdapat piramid medula yaitu struktur yang menjulur ke korteks. Renal
medula berbentuk piramid yang terdiri atas nefron-nefron. Nefron merupakan
unit fungsional dari ginjal, setiap ginjal memiliki 1-4 juta nefron. Nefron
terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
a) Glomerulus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent. Berfungsi sebagai
tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang
melewatinya.
b) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c) Tubulus
Tubulus pada ginjal di bagi menjadi 5, yaitu :
1. Tubulus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal kebanyakan terdapat di bagian
korteks ginjal. Panjang tubulus kontortus proksimal manusia kira-kira
15 mm. Dindingnya terdiri atas selapis sel yang saling berinterdigitasi
dan membentuk taut erat di daerah apikal. Di basis sel, antara dua sel
yang bersebelahan, terdapat perluasan ruang eksternal yang disebut
ruang antarsel lateral. Mukosa tubulus kontortus proksimal tersusun
atas sel-sel epitel kubus selapis, apeks sel menghadap lumen tubulus
dan memiliki banyak mikrovili (brush border). Sel epitel tubulus
contortus proksimal berfungsi untuk reabsorpsi.
2. Lengkung Henle
Lengkung Henle berbentuk seperti huruf U terdiri atas
segmen tipis dan diikuti segmen tebal. Bagian tipis lengkung henle
yang merupakan lanjutan tubulus kontortus proksimal tersusun atas
sel gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen. Pars desendens dan
bagian proksimal pars asendens dari lengkung henle terbentuk atas
sel-sel tipis yang permeabel. Sebaliknya, bagian tebal pars asendens
tersusun atas sel-sel tebal yang memiliki banyak mitokondria. Nefron
yang glomerulusnya berada di korteks ginjal bagian luar (nefron
korteks) mempunyai lengkung henle yang pendek sedangkan nefron
yang glomerulusnya terletak di daerah jukstamedularis korteks
memiliki lengkung henle yang panjang hingga mencapai piramid
medula.
Cairan urine ketika berada dalam loop of Henle bersifat
hipotonik, tetapi setelah melewati loop of Henle urine menjadi
bersifat hipertonik. Hal ini dikarenakan bagian descenden loop of
Henle sangat permeabel terhadap pergerakan air, Na+, dan Cl-,
sedangkan bagian ascenden tidak permeabel terhadap air dan sangat
aktif untuktranspor klorida bertanggung jawab terhadap hipertonisitas
cairan interstitial daerah medulla. Sebagai akibat kehilangan Na dan
Cl filtrat yang mencapai tubulus contortus distal bersifat hipertonik.
3. Tubulus Kontortus Distal
Tubulus contortus distalis yang dimulai di makula
densatersusun atas sel-sel epithelium berbentuk kuboid, sitoplasma
pucat, nuklei tampak lebih banyak, memiliki sedikit mikrovili, tidak
ada brush border. ADH disekresikan oleh kelenjar hipofise posterior.
Apabila masukan air tinggi, maka sekresi ADH dihambat sehingga
dinding tubulus contortus distal dan tubulus koligen tidak permeabel
terhadap air akibatnya air tidak direabsioprsi dan urin menjadi
hipotonik dalam jumlah besar akan tetapi ion-ion untuk keseimbangan
osmotic tetap ditahan. Sebaliknya apabila air minum sedikit atau
kehilangan air yang banyak karena perkeringatan tubulus contortus
distal permeabel terhadap air dan air direabsorpsi sehingga urin
hipertonik. Hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal
berperan meningkatkan reabsorpsi ion Na. Sebaliknya mempermudah
ekskresi ion kalium. dan hidrogen. Penyakit Addison merupakan akibat
dari kehilangan natrium secara berlebihan dalam urin.
4. Tubulus Koligen
Urine berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens
yang apabila bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar yang
disebut duktus papilaris Bellini. Tubulus koligens dibatasi oleh epitel
kubis.Peristiwa penting pada tubulus koligens adalah mekanisme
pemekatan atau pengenceran urin yang diatur oleh hormon antidiuretik
(ADH). Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat permeabel
terhadap air bila terdapat ADH dan sebaliknya.
5. Tubulus Kolektivus
Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-sel
epithelium columnair, sitoplasma jernih, nukleus spheris.
Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut
piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang
menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil
ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal.
2.2.2 Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan
zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi
plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut
dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat
terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urine. (Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

.
Selain itu, menurut Prabowo (2014), ginjal juga memiliki fungsi
sebagai berikut :
a) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh.
b) Mengekskresikan gula kelebihan dalam darah
c) Membantu keseimbangan air dalam tubuh
d) Mengatur konsentrasi garam dalam darah.
e) Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan
dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu
di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan
keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan
di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
2.3 Mekanisme Kerja Ginjal
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan augmentasi.
2.3.1 Filtrasi
Filtrasi adalah penyaringan darah yang dibawa arteri aferen ke dalam
struktur nefron yang berupa kapsula bowman. Hasil dari filtrasi berupa urine
primer.Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang
hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas
sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman
hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh
kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011). Cairan
yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomelurus ke
tubulus renalis di ginjal (filtrasi glomerulus).
2.3.2 Reabsorpsi
Reabsorpsi adalah penyerapan kembali zat-zat yang masih
dibutuhkan oleh tubuh. Hasil dari proses ini berupa urine sekunder. Dalam
perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat ini akan
berkurang dan komposisinya berubah akibat proses reabsorpsi tubulus
(penyerapan kembali air dan zat terlarut dari cairan tubulus) dan proses
sekresi tubulus (sekresi zat terlarut ke dalam cairan tubulus) untuk
membentuk kemih (urine) yang akan di salurkan ke dalam pelvis renalis. Air
serta elektrolit dan metabolik penting lainnya akan diserap kembali.
2.3.3 Augmentasi
Augmentasi adalah penambahan zat-zat seperti urea dan zat warna ke
dalam urine sekunder sehingga dihasilkannya urine sebenarnya. Selanjutnya,
komposisi urine dapat mengalami berbagai perubahan, dan terdapat banyak
mekanisme pengaturan homeostatis yang memperkecil atau mencegah
perubahan komposisi cairan ekstrasel (CES) dengan cara mengubah
kandungan air dan zat terlarut tertantu yang di ekskresikan melalui urine.
Urine sebenarnya akan ditampung dalam tubulus kolektivus dan akan terus
mengalir melalui uretra. Dari pelvis renalis, urine mengalir ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih, buli-buli) untuk kemudian dikeluarkan melalui
proses berkemih, atau miksi.
Dhany Nugraha Ramdhany, Dkk. 2009. Diagnosis Gangguan Sistem Urinari Pada Anjing
Dan Kucing Menggunakan Vfi 5. Jakarta : Fakultas Ilmu Komputer Dan Informasi

Muslim Suardi, Dkk. 2013. Tinjauan Akumulasi Seftriakson Dari Data Urin
Menggunakan Elektroforesis Kapiler Pada Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Stadium IV.
Padang : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai