Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EKOSISTEM LAHAN BASAH DALAM KEPERAWATAN


POLUSI PADA EKOSISTEM LAHAN BASAH

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Rahmah 1710913120007
Agnes Dewi Ayu Putri 1810913320005
Anissa 1810913220006
Anisa Diva Amalia 1810913220021
Firda Rosa Meliyani 1810913320019
Muhammad Khairul Fikri 1810913210020
Ni Made Dwi Armawati 1810913320013
Prinandita Syafira 1810913220017
Rahadin Nur Anbiya I 1810913210005
Zakianor Isnarawati 1810913120003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBARAN PENGESAHAN

Mata Kuliah : Ekosistem Lahan Basah dalam Keperawatan

Dosen Pengampu : Agianto, Ns, M.N.S., Ph.D.

Anggota Kelompok :
1. Rahmah 1710913120007
2. Agnes Dewi Ayu Putri 1810913320005
3. Anissa 1810913220006
4. Anisa Diva Amalia 1810913220021
5. Firda Rosa Meliyani 1810913320019
6. Muhammad Khairul Fikri 1810913210020
7. Ni Made Dwi Armawati 1810913320013
8. Prinandita Syafira 1810913220017
9. Rahadin Nur Anbiya Irawan 1810913210005
10. Zakianor Isnarawati 1810913120003

Banjarbaru, 23 Oktober 2019


Dosen Pengajar

Fatma S. Rufaida, Ns., M.N.S


NIP. 19870215 2019032015

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ekosistem Lahan Basah Dalam Keperawatan Mengenai
“Polusi Pada Ekosistem Lahan Basah” ini dengan lancar.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu
semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun inspirasi
untuk para pembaca.

Banjarbaru, 23 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Polusi Terhadap Lahan Basah ...................................................................... 3

2.2 Pencemaran Udara ........................................................................................ 4

2.3 Kontaminasi Racun dalam Pengaturan Lahan Basah ................................. 14

2.4 Gangguan Akibat Risiko Kontaminasi Racun dalam Pengaturan Lahan


Basah ................................................................................................................. 17

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21

3.2 Saran ........................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara singkat, lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di
mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau
musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang
tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Lahan basah dapat digolongkan
menjadi daerah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air
yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau
atau asin. Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
ekosistem. Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi
(masyarakat tetumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut,
hutan bakau, paya rumput dan lain-lain. Margasatwa penghuni lahan basah
juga tidak kalah beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah seperti buaya,
kura-kura, biawak, ular, aneka jenis kodok, dan berbagai macam ikan; hingga
ke ratusan jenis burung dan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah.
Pemanfaatan sumberdaya lahan oleh manusia merupakan suatu
kebutuhan yang tak terpisahkan dari kehidupan. Kebutuhan akan lahan
berhubungan erat dengan kebutuhan manusia berupa pangan, sandang, dan
papan serta energi. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat
mengakibatkan tindakan pemanfaatan sumberdaya lahan pun semakit pesat.
Permintaan terhadap lahan untuk berbagai bidang kehidupan, salah satunya
lahan pertanian menjadi semakin meningkat. Lahan yang dulunya dianggap
sebagai lahan marjinal, seperti lahan basah (dalam hal ini rawa dan gambut)
menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian.
Lahan basah memiliki keunikan tersendiri dan khas dibanding
sumberdaya lahan lainnya. Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah
yang sangat produktif dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik
keanekaragaman hayati maupun non hayati, sehingga diyakini bahwa lahan

1
basah merupakan salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat
potensial. Meskipun lahan basah dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahan
lainnya, namun dalam pemanfaatannya manusia seringkali mengedepankan
fungsi produksi dibandingkan dengan fungsi lingkungan. Hal ini menjadi
penyebab terjadinya kerusakan dan pencemaran serta kehilangan lahan basah
sehingga tak dapat menjalankan fungsi lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana polusi memengaruhi lahan basah dari segi pencemaran
udara?
2. Apa saja kontaminasi racun dalam pengaturan lahan basah?
3. Bagaimana pencemaran udara terjadi?
4. Apa saja gangguan akibat risiko kontaminasi racun dalam pengaturan
lahan basah?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui polusi memengaruhi lahan basah dari segi
pencemaran udara
2. Untuk mengetahui kontaminasi racun dalam pengaturan lahan basah
3. Untuk mengetahui pencemaran udara
4. Untuk mengetahui gangguan akibat risiko kontaminasi racun dalam
pengaturan lahan basah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Polusi Terhadap Lahan Basah


Lahan basah Indonesia telah mengalami kerusakan akibat bencana
kebakaran dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran hutan pada lahan
basah terjadi di atas areal seluas 2,1 juta hektar atau 18 persen dari total
wilayah kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Seperti telah diduga,
sebagian besar wilayah yang terbakar terjadi di tempat pembalakan atau di
lahan basah yang dikeringkan, seperti yang terjadi di Sumatera Selatan.
Namun hutan gambut seperti di daerah Mahakam Tengah dan Taman Nasional
Berbak yang tidak banyak kegiatan pembalakan juga terbakar dikarenakan
intervensi manusia (seperti perburuan kura-kura dan pembalakan) meningkat
di dalam hutan. Kebakaran juga merupakan hal yang biasa terjadi, tetapi
dalam skala yang lebih kecil dan terbatas untuk wilayah yang mudah
dijangkau seperti di sepanjang sungai dan danau. Namun demikian, lahan
gambut yang gundul dan dikeringkan menjadi tempat-tempat kebakaran
tahunan yang utama, seperti yang terjadi di Kalimantan Tengah dan Barat, dan
baru-baru ini di Riau. Dibandingkan dengan kebakaran di lahan kering,
kebakaran di lahan basah cenderung mengakibatkan kerusakan lingkungan
yang lebih parah pada tingkat regional dan global. Kebakaran tersebut telah
menjadi penyebab utama terjadinya kabut asap tahunan yang menyelimuti
wilayah Asia Tenggara dan menimbulkan efek rumah kaca yang
mempengaruhi pemanasan global. Kabut asap pada wilayah Asia Tenggara
terjadi karena kebakaran lahan basah di Indonesia dan menghasilkan emisi
karbon sebesar 0,81-2,57 Gt6, sehingga menjadikan Indonesia sebagai
penghasil polusi udara terbesar di dunia. Di Kalimantan dan Sumatera,
kebakaran yang terulang kembali dan gangguan lainnya di lahan basah telah
menyebabkan deforestasi yang meluas, kerusakan hutan, dan hilangnya
keanekaragaman hayati. Di Kalimantan Timur, kebakaran yang terjadi
berulang telah merubah bentang alam menjadi daerah tergenang yang terbuka

3
dan danau dangkal, sejalan dengan hilangnya tanah gambut dengan vegetasi di
atasnya karena peristiwa kebakaran.
Api merupakan alat pengelolaan lahan basah yang paling murah dan
efektif bagi masyarakat, dan merupakan salah satu penyebab utama kebakaran
lahan basah di Sumatera dan Kalimantan Timur. Api digunakan oleh
masyarakat untuk membersihkan tumbuhan dan mempermudah akses menuju
lahan gambut untuk menangkap ikan, menebang kayu, dan memperoleh hasil
lainnya. Selain itu, api juga digunakan untuk membersihkan lahan untuk
pengolahan tanah pertanian, untuk merangsang pertumbuhan rumput muda
untuk pakan ternak sapi.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi
gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran
udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

2.2 Pencemaran Udara


2.2.1 Jenis-jenis Pencemaran Udara
a. Pencemaran Primer
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil dari pembakaran.
b. Pencemaran Sekunder
Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang
terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam [smog fotokimia] adalah sebuah
contoh dari pencemaran udara sekunder.

4
2.2.2 Sumber Pencemaran Udara
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah
menjadi persoalan global, karena udara telah tercemar akibat
aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke
dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan,
akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ;
juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya
akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik
akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan
rumah tangga.
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :
a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung
mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang
membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara
alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas
konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya,
ditemukan dalam udara, misalnya timbal. Sumber bahan
pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan
besar:
1) Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa
menyebabkan pencemaran udara adalah
kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan,
kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain.
Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah
asap, gas-gas, dan debu.
2) Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan
bahan-bahan pencemar bermacam-
macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan
berikut :

5
a) Pembakaran, seperti pembakaran sampah,
pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara
lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO
dan NO).
b) Proses peleburan, seperti proses peleburan baja,
pembuatan soda,semen, keramik, aspal.
Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya
antara lain adalah debu, uap dan gas-gas.
c) Pertambangan dan penggalian, seperti tambang
mineral and logam. Bahan pencemar yang
dihasilkan terutama adalah debu.
d) Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada
proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan
penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan
terutama asap, debu, dan bau.
e) Pembuangan limbah, baik limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya
terutama adalah dari instalasi pengolahan air
buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya
yang teruatam adalah gas H2S yang
menimbulkan bau busuk.
f) Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi,
proses pemurnian minyak bumi, proses
pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-
lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g) Proses pembangunan seperti pembangunan
gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang

6
semacamnya. Bahan pencemarnya yang
terutama adalah asap dan debu.
h) Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan
pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan
debu radioaktif.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar
komponen-komponen udara.

2.2.3 Zat-Zat yang Menyebabkan Pencemaran Udara


a. Karbon Monoksida
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak
berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu
atomkarbon yang secara kovalen berikatan dengan satu
atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen
dan satuikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan
oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak
sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin
pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila
terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran.
Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api
berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia
bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam
teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak
senyawa karbon.
Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan,
telah lama ada di atmosfer sebagai hasil produk dari aktivitas
gunung berapi. Ia larut dalam lahar gunung berapi pada
tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon
monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang
dari 0,01% sampai sebanyak 2% bergantung pada gunung

7
berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida
bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara
akurat menghitung emisi alami gas tersebut.
Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara
tidak langsung dengan menaikkan
konsentrasi metana dan ozontroposfer melalui reaksi kimia
dengan konstituen atmosfer lainnya
(misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan
melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di
atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi
menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida
memiliki jangka waktu pendek di atmosfer. CO antropogenik
dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi
pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah
perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida,
bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi.
Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan
meningkatkan rasio NO2 terhadap NO, sehingga mengurangi
jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon
monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok.

b. Oksida Nitrogen
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida
nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda,
yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna
dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau
tajam menyengat hidung.
Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer,
jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang
diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi poluasi NO dari

8
sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar
secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah polusi NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat hanya
pada tempat-tempat tertentu.
Konsentrasi NOx di udara di daeraah perkotaan biasanya
10-100 kali lebih tinggi daripada di udara daerah pedesaan.
Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai
0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama
NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan
kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi
energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi
NOx yang dibuat manusia berasal dari pembakaran arang,
minyak, gas alam dan bensin.
Udara terdiri dari sekitar 80% volume nitrogen dan 20%
volume oksigen. Pada suhu kamar kedua gas ini hanya sedikit
mempunyai kecenderungan untuk bereaksi satu sama lain.
Pada suhu yang lebih tinggi (di atas 1210oC) keduanya dapat
bereaksi membentuk nitric oksida dalam jumlah tinggi
sehingga mengakibatkan polusi udara. Dalam proses
pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210-
1765oC dengan adanya udara, oleh karena itu reaksi ini
merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan
NO merupakan hasil samping dalam proses pembakaran.
Pembentukan NO dirangsang hanya pada suhu tinggi, oleh
karena itu NO di dalam campuran ekuilibrium pada suhu tinggi
akan terdisosiasi kembali menjadi N2 dan O2 jika suhu
campuran tersebut diturunkan perlahan-lahan untuk
memberikan waktu yang cukup bagi NO untuk terdisosiasi.
Akan tetapi jika campuran ekuilibrium tersebut didinginkan

9
secara mendadak, akan banyak NO yang masih terdapat pada
campuran suhu rendah tersebut. Pendinginan cepat tersebut
sering terjadi pada proses pembakaran.

c. Oksida Sulfur
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri
dari gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat
berbeda. Gas SO2 berbau sangat tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas
SO3mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk
membentuk asam sulfas atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat
reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang
mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi)
dan proses kimiawi lainnya. Konsentrasi gas SO2 di udara
akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya)
manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di
atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan
kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari
jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam
seperti volcano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.
Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang dibuat manusia
adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga
terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari jumlah
keseluruhannya, sedangkan polusi dari sumber alam biasanya
lebih tersebar merata. Transportasi bukan merupakan sumber
utama polutan SOx tetapi pembakaran bahan bakar pada
sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya
pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu dan
sebagainya.

10
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan
menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif
masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup,
SO2selalu terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO2 yang
terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu dan
bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

d. CFC
CFC merupakan kepanjangan dari (Chloro Fluoro Carbon)
atau yang disebut sebagai Freon, CFC ini menyerang Ozon,
akibatnya kandungan Ozon di angkasa menipis dan
mengakibatkan lubang di kutub utara dan selatan, sehingga UV
(ultraviolet) mampu menerobos masuk ke atmosfer dan
menyebabkan terjadinya radiasi. Radiasi dari UV ini akan
mengakibatkan kanker kulit jika terkena langsung kulit
manusia dalam waktu yang cukup lama, apalagi bagi manusia
yang mempunyai hobi berjemur. Jika lapisan ozon semakin
menipis dan berlobang, maka bumi ini seakan telanjang dan
tidak ada lagi pelindung dari radiasi UV. CFC ini dua ribu kali
lebih efektif memperangkap radiasi gelombang panjang
daripada karbon. Menurut CFC ini dapat bertahan di atmosfer
selama beberapa dekade, sedangkan satu molekul karbon
dioksida dapat bertahan sampai 100 tahun, satu molekul
nitrous oksida selama 170 tahun, dan satu molekul metana
selama 10 tahun.

e. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon
memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang

11
berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan
juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik. Sebagai
contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu
atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah
hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari
dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal,
masing-masing mengikat tiga atom karbon:
C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya
(CnH2·n+2).

f. VOC
VOC adalah volatile organic compounds atau senyawa
organik yang mudah menguap. Sesuai dengan namanya,
senyawa ini mudah menguap di udara bebas. Dengan sifatnya
ini, maka orang-orang yang dalam kesehariannya berkutat
dengan zat kimia ini memiliki risiko keterpajanan yang sangat
tinggi. Apalagi zat pelarut yang digunakan sebagai pelarut
dalam banyak industri manufaktur sebagian besar
menggunakan VOC, misalnya benzena dan toluena, yang
oleh Environmental Protection Agency (EPA) dalam golongan
2B (possible human carcinogenic).

g. Ozon (O3)
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat
kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2).
Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan
ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi
ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian
30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang
242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2)
menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2

12
atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon
menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat di daerah panjang
gelombang 240-320 nm.

h. Khlorin (Cl2)
Gas Khlorin (Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau
sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara
dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas
khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan
pada perang dunia ke-1.Selain bau yang menyengat gas khlorin
dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan
bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam
khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi
dan peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses
oksidasi dan membebaskan oksigen seperti pada proses yang
terjadi di bawah ini.

i. Partikulat Debu (TSP)


Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron
merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk ke
dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan
berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron
tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan
iritasi.

j. Timah Hitam (Pb)


Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan
gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan
pengendapan protein dan menghambat pembuatan

13
haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan
dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut
muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa
menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan
gangguan penglihatan.

2.3 Kontaminasi Racun dalam Pengaturan Lahan Basah


Ada tiga cara yang menyebabkan manusia dapat terpapar racun dari
lahan basah yaitu :

2.3.1 Bahan Kimia Organik atau Anorganik yang Dibawa oleh Air dan
Tanah
Kontaminasi bahan kimia ekosistem lahan basah dapat terjadi
di mana saja sepanjang spektrum yang dari arus besar yang cepat yang
hampir tak terlihat dari waktu ke waktu dan menjadi hasil dari aktivitas
manusia atau proses biologi dan geologi lainnya. Pada keadaan umum,
sebagian besar polutan cenderung memberikan efek negatif pada
kesehatan setelah terjadinya paparan. Namun ada banyak kasus polusi
kimia dari lahan basah yang merugikan kesehatan manusia melalui
kontaminasi air (karena air merupakan sumber air minum) atau melalui
penggabungan dan bioakumulasi serta biomagnifikasi bahan kimia
beracun dalam rantai makanan yang tertelan.
Salah satu bahan kimia yang biasa terbawa oleh arus air dan
tanah adalah logam. Ada semakin banyak kasus kontaminasi air tanah
dan permukaan perairan dengan ion logam dari sumber-sumber alam
dan antropogenik. Ada beberapa cara yang mengakibatkan manusia
terpapar oleh logam yaitu :
1. Menelan air, baik secara langsung dari sumber yang terkontaminasi,
atau melalui sistem distribusi dengan komponen logam berkarat;

14
2. Paparan partikel debu;
3. Menelan makanan di mana mereka telah terakumulasi atau
terkontaminasi, seperti dijelaskan di atas.
Ion logam biasanya dapat ditemukan dari limbah aktivitas
pertambangan yang selalu mengarah ke lahan basah. Selain itu, ion
logam juga dapat ditemukan melalui kebocoran dan drainase di
lingkungan perkotaan dan pertanian akibat kegiatan manusia. Adapun
jenis-jenis logam yang dapat mengkontaminasi lahan basah yaitu :
1. Aluminium, Al air dari pengolahan air, infrastruktur, aktivitas
memasak
2. Besi, Fe, terutama dari infrastruktur dan juga biasa hadir di air
dalam tanah
3. Seng, Zn, digunakan dalam menggembleng, atap, infrastruktur
4. Tembaga, Cu, digunakan terutama dalam sistem pipa rumah tangga
(pipa) dan peralatan memasak, dan ketika korosi.
5. Kadmium, Cd, digunakan industri (plating logam dan coating) dan
juga dapat ditemukan dalam lumpur dan pupuk
6. Merkuri, Hg, masuk air dari baterai, deposisi atmosfer
(predominantly dari pembakaran batu bara), pengolahan emas, atau
debit dari industri chlor-alkali
7. Timbal, Pb, ditemukan dalam pipa tua, dan juga bensin dan cat
bentuk aditif yang didistribusikan oleh deposisi atmosfer
8. Arsen, As, paling sering dikaitkan dengan tanah asam, industri
menggunakan cat atau obat-obatan dan umumnya ditemukan di
limbah
9. Tin, Sn, senyawa timah organik (Tributyltin dan Triphenyltin)
beracun dan konstituen dari cat anti-fouling
10. Kromium, Cr, digunakan dalam pengobatan kayu, agen
pengoksidasi, inhibitor korosi, pigmen
11. Radionuklida, ditemukan misalnya dalam pembuangan dari
kegiatan pertambangan atau fertil produksi iser.

15
2.3.2 Racun Mikroba Tanah atau Air
Beberapa bentuk polusi berasal dari produk sampingan
metabolisme atau kerusakan produk mikroba, dan terutama ekosistem
yang menderita stres antropogenik. Mungkin contoh yang paling
relevan adalah racun yang terkait dengan mekarnya Cyanobacteria
(kadang-kadang disebut "ganggang hijau biru"), yang terjadi pada
ekosistem lahan basah laut air tawar, muara, dan dekat pantai. Mekar
alga yang berbahaya, dikaitkan sebagian karena beban nutrisi, telah
meningkat dalam sistem air tawar dan pesisir di atas 20 tahun terakhir.

2.3.3 Partikel atau Bahan Kimia Atmosfer


Perubahan hidrologi menjadi ekosistem lahan basah yang
menghasilkan produksi aerosol telah terbukti berdampak pada
kesehatan manusia. Lahan gambut tropis adalah salah satu simpanan
karbon terbesar di dunia, pelepasan yang memiliki implikasi untuk
perubahan iklim. Sebagian besar lahan gambut ini adalah ekosistem
dataran rendah tadah hujan dengan tutupan vegetasi alami hutan rawa
gambut.
Contoh perubahan hidrologi yang berdampak pada kesehatan
manusia adalah kebakaran gambut. Ini dapat menyebabkan
pengurangan pasokan air ke dan retensi oleh lahan gambut, yang
mengarah ke penurunan tabel air. Ini akan membatasi laju akumulasi
gambut di mana itu masih terjadi, meningkatkan degradasi dan
oksidasi pada lahan gambut yang tidak lagi aktif membentuk gambut,
dan sangat meningkatkan kemungkinan kebakaran lahan gambut,
dengan akibatnya kehilangan karbon yang tersimpan dengan cepat.
Peningkatan musiman dan variabilitas iklim berpotensi untuk
mengubah ekosistem lahan gambut tropis.

16
2.4 Gangguan Akibat Risiko Kontaminasi Racun dalam Pengaturan Lahan
Basah
2.4.1 Gangguan Akibat Logam
Logam yang terkenal untuk dampak kesehatan mereka pada
populasi yang terpapar. Beberapa contoh logam yang menyebabkan
gangguan pada kesehatan manusia adalah :
1. Kadmium
Paparan kadmium telah dikaitkan dengan penyakit ginjal
dan studi juga menunjukkan bahwa paparan kadmium dapat
mempengaruhi kerangka tulang. Sementara dampak kesehatan lain
dari kadmium adalah seperti memori ransum perburukan, kesulitan
kognitif, dampak neurologis dan kerusakan ginjal. Kekhawatiran
telah diungkapkan oleh beberapa penulis tentang dampak dari
kadmium terhadap kepadatan tulang.
2. Arsenik Organik
Arsenik anorganik juga berhubungan dengan berbagai efek
kesehatan termasuk penyakit pembuluh darah, lesi kulit pada
konsentrasi tinggi dan kanker kandung kemih serta gangguan
ginjal.
3. Aluminium
Aluminium memiliki potensi untuk mempengaruhi sistem
saraf pusat, sistem tulang dan haemapoietic manusia. Tembaga
adalah elemen penting bagi manusia. Namun, beberapa rentan
terhadap efek peningkatan paparan tembaga, seperti yang dengan
penyakit wilson, penyakit ginjal dan hati dan bayi.

Banyak sekali contoh penyakit akibat dari kontaminasi logam,


yang paling sering terjadi adalah di mana air yang digunakan oleh
populasi manusia terkontaminasi ketika arsenik yang terjadi secara
alami dilepaskan ke air tanah lalu diekstraksi untuk konsumsi
manusia. Penambangan logam dasar dapat menghasilkan konsentrasi

17
arsenik, kadmium, timah dan seng. Dalam kasus ini layanan ekosistem
yang memungkinkan tanah dan sedimen,dan logam dan metaloidnya,
dipertahankan melalui kondisi biogeokimia daripada dimobilisasi ke
lingkungan penerima di mana mereka menjadi subjek paparan
manusia, dan pengolahan air tambahan, telah terkikis.

2.4.2 Gangguan Akibat Senyawa


Selain logam, terdapat beberapa senyawa yang dapat
mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan manusia. Peningkatan
fluks nitrogen sebagian disebabkan oleh peningkatan global yang cepat
dalam aplikasi pupuk nitrat, serta sumber nitrat tidak langsung.
Endapan nitrogen di atmosfer dari gas pembakaran dan peternakan
intensif juga dapat menjadi masalah yang signifikan. Yang paling
penting adalah tentang pertanian dan penggembalaan serta degradasi
saluran air dan akuifer air tanah. Nitrat menembus melalui tanah,
masuk saluran air dan tetap berada di air tanah selama beberapa
dekade. Ini adalah masalah global, dengan meningkatnya stok nitrat ,
praktik manajemen yang buruk dan pembukaan vegetasi tepi sungai
untuk penggembalaan lebih lanjut memungkinkan volume tinggi
limbah pertanian, dan bahan kimia untuk memasuki saluran air. Nitrat
dapat larut ke permukaan atau air tanah, dan polusi nitrat air tanah
semakin memburuk. Nitrat adalah pertimbangan penting bagi
kesehatan manusia dalam tiga cara:
1. Sebagai kontributor eutrofikasi dan konsekuensi yang bermasalah
akibat pertumbuhan alga yang produktif
2. Sebagai komponen umum dari makanan nitrat itu sendiri relatif
tidak berbahaya, namun nitrat dapat direduksi menjadi nitrit (baik
oleh kondisi asam yang ditemukan dilambung, atau oleh bakteri
komensal dalam saliva, usus kecil dan usus besar).
3. Ketika nitrit bergabung dengan hemoglobin, melemahkan fungsi
pembawa oksigennya. Methaemoglobinaemia adalah sindrom

18
yang terkait dengan ekspresi akut, dan itu bisa berakibat fatal,
khususnya untuk bayi <3 bulan.
Selain nitrogen terdapat senyawa seperti aerosol yang timbul
akibat kebakaran hutan gambut. Dari kebakaran ini sejumlah kasus
terjadi seperti asma, bronkitis dan infeksi pernapasan akut.
Kandungan aerosol yang ada pada paparan asap berdampak pada
kesehatan orang dewasa dan wanita usia prima.

2.4.3 Gangguan Akibat Mikroba


Beberapa penulis (dikutip dalam WHO 2002) telah
melaporkan komplikasi, interaksi antara polusi kimia dan mikroba,
keduanya terlibat dalam eutrofikasi, di mana kesehatan manusia
menjadi diperburuk oleh erosi ekosistem layanan di ekosistem lahan
basah pesisir. Ditemukan bakteri seperti Escherichia coli,
Salmonellaspp atau Vibrio cholerae, yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Bakteri ini akan mengkontaminasi limbah organik
dalam kondisi yang normal, namun mengkontaminasi dengan tidak
bertahan lama di perairan asin karena terbatasnya jumlah nutrisi,
paparan terhadap sinar UV dan osmolaritas air laut yang jauh lebih
tinggi daripada bakteri. Beberapa ganggang dapat melepaskan bahan
kimia untuk menghasilkan perlindungan osmolaritas. Kondisi ini
menyebabkan ganggang dapat bertahan hidup dan melakukan
perkembang biakan. Hal ini lah yang menjadi resiko besar terhadap
kesehatan manusia.
Salah satu bakteri yang menyebabkan gangguan kesehatan
yaitu ganggang hijau biru. Cyanobacteria toksik (spesies yang
beracun) mampu menghasilkan
1. neurotoksin (bekerja secara spesifik pada sel saraf vertebrata),
2. hepatotoksin (merusak proses metabolisme di hati),
3. dermatotoksin (iritasi kulit)
4. endotoksin (iritasi gastrointestinal)

19
Selain produksi racun, Cyanobacteria sudah sering telah
dikaitkan dengan produksi senyawa rasa dan bau seperti geosmin dan
2-methylisoberneol (2-MIB), khususnya di mana air minum
bersumber langsung dari ekosistem lahan basah. Namun paparan
terhadap racun cyanobacterial melalui konsumsi air minum yang
terkontaminasi juga mengakibatkan keracunan. terjadinya mekar
cyanobacterial menunjukkan bahwa pengayaan nutrisi adalah agen
penyebab penting, tetapi di luar itu banyak parameter biofisik lainnya
yang terlibat, termasuk suhu, ketersediaan cahaya, kondisi
meteorologi, perubahan aliran air, kekeruhan, pencampuran vertikal,
perubahan pH dan jejak logam, seperti tembaga, besi dan seng.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas kami dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut bahwa pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat dibagikan
menjadi 2 yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Adapun sumber
pencemaran udara terbagi menjadi 2 jenis zat yaitu, zat pencemar primer dan
zat pencemar sekunder Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber
bahan pencemar primer yaitu, sumber alamiah dan sumber bantuan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan
dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional,
maupun global. Ada beberapa jenis zat – zat yang akan menyebabkan
pencemaran udara, yaitu : 1) Karbon Monoksida, 2) Oksida Nitrogen, 3)
Oksida Sulfur, 4) CFC, 5) Hidrokarbon, 6) VOC, 7) Ozon O3, Khlorin (C12),
8) Particular Debu (TSP), dan yang terakhir yaitu, Timah Hitam (Pb).
Pencemaran lingkungan terjadi karena ulah manusia itu sendiri yang
tidak dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik.
Pencemaran lingkungan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : (1) Pencemaran
Udara, (2) Pencemaran Air, dan (3) Pencemaran Tanah. Dampak pencemaran
lingkungan khususnya bagi kesehatan manusia yaitu akan berdampak pada
tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran yang dilakukan, maka
kekebalan tubuh manusia yang berada di sekitar daerah pencemaran akan
menurun sehingga tidak jarang manusia saat ini sering terkena penyakit seperti
penyakit kulit, penyakit kanker, dan lain - lain. Cara penanganan pencemaran
lingkungan dilakukan dengan Remediasi dan bioremediasi yaitu,
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Untuk pencemaran udara

21
yaitu, mengurangi kendaraan – kendaraan yang cenderung menggunakan
bahan baker yang dapat menyebabkan polusi udara.

3.2 Saran
Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama,
untuk itu selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh
konsep keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan
merawat lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga
nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Horwitz, Pierre., dan Anne Roiko. 2015. Ecosystem Approaches to Human


Exposures to Pollutants and Toxicants in Wetlands: Examples, Dilemmas
and Alternatives. Wetlands: Ecology, Conservation and Management
(WECM). Volume 5.
Irawan, A. 1995 Ekosistem Lingkungan Lahan Gambut. Jakarta: Gramedia
Pustaka Ilmu.
Muhibuddin F. 2010. Karakteriktik Lahan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugeng, H. 2009. Peningkatan Polusi UdaraAkibat Karbon Dioksida. Jakarta:
Gramedia.

23

Anda mungkin juga menyukai