Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH TENTANG SISTEM PERKEMIHAN

OLEH:

NAMA: RIO SANJAYA

KELAS: A2

NIM: 052STYC18

PRODI: S1 KEPERAWATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.penguasa alam,


Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia
kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang
mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas
makalah tentang “PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN”.
Penyelesaian makalah dapat terwujud tak lepas dari bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan maupun pengalaman.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki
kekurangan ataupun kekeliruan yang ada.Harapan kami semua semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan
dalam bidang kesehatan.

Mataram, 10 Maret 2020

Penyusun

Rio sanjaya

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1   Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
PENGKAJIAN PADA SISTEM PERKEMIHAN.........................................................5
A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN................................................................5
B. Konsep dasar pemeriksaan Sistem Perkemihan..............................................16
C. Pemeriksaan Fisik Ginjal.....................................................................................28
BAB III...........................................................................................................................39
PENUTUP.......................................................................................................................39
Kesimpulan.................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme
tubuh yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi)
dari dalam tubuh karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi
menjadi eliminasi unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme
dan mengeluarkannnya sebagai urin. 
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit
pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga
kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah anatomi fisiologi sistem perkemihan manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem perkemihan pada manusia

4
BAB II

PEMBAHASAN

PENGKAJIAN PADA SISTEM PERKEMIHAN

A. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN


Sistem perkemihan merupakan tempat organ-organ tubuh yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang sama. Organ sistem perkemihan terdiri dari
ginjal-ureter-vesika urinari-uretra dan struktur yang dihubungkan dalam
produksi dan ekskresi urine. Meskipun cairan dan elektrolit dapat hilang
melalui jalur lain dan ada organ lain yang turut serta dalam mengatur
keseimbangan asam-basa, namun organ yang mengatur lingkungan kimia
internal tubuh secara akurat adalah ginjal, dan traktus perkemihan lainnya.
Fungsi ekskresi diperlukan untuk mempertahankan mempertahankan
kehidupan serta memiliki terapi yang dapat dilakukan untuk menggantikan
fungsi-fungsi tertentu dari ginjal, seperti misalnya proses dialysis (ginjal
artificial). (Brunner&Suddart, 2001)
Sistem perkemihan terdiri dari :
a) Dua ginjal (Ren) yang menghasilkan urin
b) Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih)
c) Satu vesika urinaria (VU) tempat urin dikumpulkan
d) Satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria

1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3. Ginjal
merupakan organ berbentuk seperti kacang merah Berat ginjal pada pria dewasa
150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram dengan bentuk seperti kacang.
Sisi dalam menghadap ke vertebrae thorakalis, sisi luarnya cembung dan sisi di
atas setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar suprarenal. (Setiadi, 2007)

5
Ginjal mempunyai panjang 12cm,lebar 5-7cm dan tinggi 2,2 cm. Ginjal
merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang
lebih 125 gram. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen,terutama di
daerah lumbal,di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Di bungkus lapisan
lemak yang tebal di belakang peritoneum,dan karena itu diluar rongga
peritorium. Kedudukan ginjal dapat di perkirakan dari belakang, mulai dari
ketinggian vertebra tolakaris terakhir sampai vertebra lumbalis ke tiga. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di
sebelah kanan

a. Struktur Ginjal
Secara anatomis ginjal dibagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla
ginjal. didalam korteks terdapat berjuta nefron sedangkan didalam medulla
banyak terdapat duktus ginjal. Darah yang membawa sisa hasil metabolisme
tubuh difiltrasi di dalam glomerulus kemudian di tubili ginjal, beberapa zat yang
masih diperlukan tubuh mengalami reasorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme
mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari kurang lebih 180
liter cairan tubuh difiltrasi diglomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine

6
yang terbentuk didalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalis
ginjal untuk kemudian disalurkan kedalam ureter. Sistem pelvikalis ginjal terdiri
atas kaliks minor, infundi-bulum, kaliks mayor, dan pileum/ pelvis renalis.
Mukosa sistem pelvikalis terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri atas
otot polos yang mampu berkonsentrasi untuk mengelirkan urin sampai ke ureter.
Bila dibuat irisan frontal ginjal dibagian tengah melalui hilus renalis , maka
tampak bahwa ginjal ada dua bagian , yaitu korteks renalis dan medulla renalis.

1. Kapsula bowman
2. Glomerulus
Korteks renalis 3. Tubulus kontortus proksimalis
4. Tubulus konturtus distalis
Struktur ginjal

1. Lengkung henle ( pars asenden,


Medulla renalis
pars desenden)
2. Duktus koligentes
3. Duktus belini ( duktus papilaris)
1) Korteks renalis
Korteks renalis merupakan bagian luar ginjal yang warna merah coklat
terletak langsung dibawah kapsula fibrosa dan berbintik-bintik. Bintik- bintik
korteks renalis karena adanaya korpuskulus renalis dari Malphigi yang terdiri atas
Bowman dan Glomerulus.
a) Kapsula Bowmann
Kapsula bowman merupakan permulaan dari saluran ginjal yang meliputi
glomerulus. Diantara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam
kapsula bowman terdapat tiga lapisan: Kapiler selapis sel endothelium pada
glomerulus, Lapisan kaya protein sebagai membran dasar, Selapis sel epitel
melapisi dinding kapsula bowman (podosit)
b) Glumerulus
Glomerulus merupakan anyam pembuluh-pembuluh darah pada ginjal.
Secara fisiologis pada bagian glomerulus terjadi filtrasi darah untuk
mengeluarakann zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh.

7
c) Tubulus renalis
Tubulus renalis merupakan bagian korteks yang masuk kedalam medulla
diantara piramida renalis , sering disebut kolumna renalis ( Bertini )

2) Medulla renalis
Medulla renalis terletak dekat hilus , sering terlihat berupa garis-garios
putih oleh karena adanya saluran-saluran yang terletak dalampiramida renalis .
tiap piramida renalis mempunhyai basis yang menjurus kearah korteks dan
aspeknya bermuara kedalam ka;liks minor sehingga menimbulkan tonjolan yang
dinamakan papilla renalis yang merupakan dasar sinus renalis . dalam satu kaliks
minor bermuara 1-3 papila renalis. Pada pail ini terdapat lubang-lubang keluar
dari saluran –saluran ginjal sehingga disebut juga lamina kribrosa ( jumlah duktus
papilaris ginjal kurang lebih (18-20 buah ). Jaringan medulla dari piramida
renalis ada yang menonjol masuk kedalam jaringan korteks disebut Fascilus
radiates ferreini. Saluran – saluran di dalam medulla gelung Henle ( pars asenden
dan Pars desenden ), duktus koligentes, dan duktus Bellini ( duktus Papilaris )

b. Fungsi Ginjal :
1) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun,
2) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, Bila terjadi
pemasukan / pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan
garam yang berlebihan atau penyakit perdarahan (diare, muntah)
ginjal akan meningkatkan eksresi ion-ion yang penting (mis. Na, K,
Cl, Ca dan fosfat ).
3) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung
pada apa yang dimakan, campuran makan menghasilkan urine yang
bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir
metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine
akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8 – 8,2. Ginjal
mensekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.

8
4) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
5) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihn air dalam
tubuh akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang
encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urine yang dieksresikan berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat di pertahankan relative normal.
6) Fungsi hormonal dan metabolism. Ginjal menyekresi hormone renin
yang mempunyai perananpenting mengatur tekana darah (system
rennin angiotensin aldosteron) membentuk eritropoiesis mempunyai
peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis) Di samping itu ginjal juga membentuk hormone
dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk
absorbsi ion kalium di usus.

c. Fascia Renalis terdiri dari :

Fasia prarenalis

Fasia retrorenals

Fiksasi Ginjal

Kapsula adiposa

Kapsula fibrosa

1) Fasia suprarenalis
Fasia suprarenalis merupakan penebalan jaringan extraperitoneal
yang terletak venteral dari ginjal. Ke medial menutup aorta
abdominalis dan kava inferior kemudian bargabung dengan fasia
yang kontralateral. Ke cranial setelah menutup glandula
suprarenalis, fasia ini bergabung dengan fasia retrorenalis

9
kemudian melekat pada fasicies inferior diafragma. Ke arah lateral
mengabung dengan fasia retrorenalis kemudian ada beberapa
pendapat yang mengatakan melanjutkan diri menjadi fasia
transversa abdominnis, sedangkan pendapat tidak bergabung
dengan fasia retrorenalis, tetapi tetap terbuka dan menghilang jadi
jaringan ekstraperitonela sekitar ureter
2) Fasia retrorenalis
Perjalanan fasia retrorenalis sama dengan fasia prerenalis,
bedanhya kearah medial ia melekat pada komumna vertebrarlis dan
letaknhya dorsal dari ginjal. Kedua fasia renalis ini dipisahkan dari
kapsula fibrosa oleh suatu yang dinamakan “ spatiumperirenalis “
yang terisi oleh jaringan lemall perirenal. Jaringan lemak di luar
fasia renalis disebut jaringan lemak parrarenal . diduga tidak ada
hubungan antara spatium perirenalis yang kiri

3) Kapsula fibrosa
Kapsula bibrosa merupakan jaringanikat / membrane yang melekat
langsung pada jaringan ginjal dan menjadi dasar, serta atap sinus
renalis. Memberikan septa-septa kea rah fasia renalis sehingga
memperkuat fiksasi ginjal.

4) Kapsula adipose
Kapsula adipose merupakan jaringan lemak yang berada antara
kapsula fibrosa dengan fasia renalis. Jadi, bagian ini merupakan
jaringan lemak perirenal.

Vaskularisasi ginjal. Vaskularisasi ginjal dsimulai dari cabang aorta


abdominalis dari arteri mesenterika superior yang kanan dorsal dari vena kava
inferior sebelum mencapai hilus telah bercabang-cabang jadi aa. Segmentales,
biasanya 3 anterior dari pelvis renalis dan 1 cabang di posterior dari pelvis
renal;is. Setelah mencapai hilus renalis masing-masing arteri renalis bercabang

10
jadi 4-5 cabang yang dinamakan : arteri interlobaris. Sebelum mencapai hilus ia
member cabang untuk glandula suprarenalis, ureter, dan jaringan lemak pararenal.
Kadang- kadang ada sebuah arteri renalis aksesoris yang juga keluar dari
aorta abdominalis langsung menuju ke polus dari ginjal tanpa melaui hilus. Arteri-
arteri interlobularis berjalan di dalam medulla ( dalam kelumna renalis dan Bertini
) yang akhirnya masing-masing membelok untuk membentuk arteri arkuata yang
berjalan di superficial basis piramida renalis ( pada perbatasan koprteks medulla).
Aliran Limfa
1. Pleksus limfasius di dalam jatringan ginjal membentuk 4-5 trankus
limfasius , cairan limfa kemudian dialirkan ke nodus limfa dalam
hilus renalis akhirnya ke nodus limfa lumbalis ( nodus limfa
paraaortikus ).
2. Pleksus limfaseus di dalam kapsula adip[osa dialirkan ke nodus
limfa pada hilus renlis akhirnya juga ke nodus limfa lumbalis
3. Pleksus limfaseus profundus dari kapsula fibrosa dialirkan ke
nodus limfa pada hilus renalis akhirnya ke nodus limfa lumbalis.
4. Terdapat hubungan timbal balik antara pleksus limfaseus dalam
kapsula adipose yang terletak profundus dari kapsula fibrosa.

2. Ureter
Ureter adalah saluran untuk urine yang berasal dari ginjal (melalui pelvis
renalis) ke vesika urinaria (buli-buli). Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing
bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian
lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerak-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

11
Saluran ureter terbagi atas dua bagian , yaitu : pars abdominalis ( pada
dinding dorsal abdomen) dan pars pelvina( pada dinding pelvis)
a. Pars abdominalis
Secara anatomi, pars abdominalis panjangnya kurang lebih 25-35 cm.
terletak turun ke bawah ventral dari tepi medial muskulus psoas mayor
yang memisahkan dari ujung prosesus transverses vertebrata lumbalis
2-5 dan merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang terletak dorsal
dari vasa renalis.ureter dekstra berjalan dorsal dari pars desenden
duodeni, arteri spermatika interna, arteri kolika dekstra, dan arteri
iliokoloka serta berada di sebelah kanan vena kava inferior. Ureter
sinistra berjalan dorsal dari arteri spermatika interna, arteri kolika
sinistra, dan kolon sigmoid.
b. Pars pelvivica
Setelah masuk kedalam kavum pelvis , ureter berjalan ke kaudal pada
dinding lkateral pelvis yang tertutup oleh peritoneum. Mula-mula
terletak ventro-kaudal dari arteri venous iliaka interna kemudian
menyilang medial dari ( korda ) arteri umbilicus dan
arterivananervus,obturatoria. Pada tempat setinggi spina iskiadika ia
membelok kea rah ventromedial.

Pars abdominalis

Ureter

Pars pelvika

Kemudian mencapai bagian dorsal vesika urinaria kurang


lebihs etinggi 4 cm cranial dari tuberkulum pubikum.
Perjalanan selanjutnya terdapat perbedaan antara ureter pria
dengan wanita. Pada pria, ureter melallui ligamentum lateralis dari
vesika urinaria di mana pada tempat ini dia di silang oleh duktus
deferens dari sebelah ventral yang kemudian berada di medial ureter.

12
Pada waktu mencapai vesika urinaria, ia terletak ventral dari
bagiankranial vesikula seminalisdan lateral dari duktus deferens.
Pada wanita setelah berada dalam kavum pelvis, ureter
terletak dorsal dari ovarium kemudian berjalan di dalam ligamentum
kardinale ( bagian terbawah plika lata ) sampai pada tempat kurang
lebih 1,2 cm lateral dari serviks ( porsio supravaginalis ). Di sini ureter
disilangoleh arteri uterine yang terletak di ventrokranialnya. Setelah
berada 1,2 cm lateral dari serviks uteri, ureter membelok klearah
medial berjalan di dalam legamentum lateralis dari vesika urinaria,
yaitu di sebelah ventral dari batas lateral vagina kearah vesika urinaria
. jadi, di sini ureter berhubungan erat sekali dengan serviks uteri dan
vagina. Pada waktu dilakukan operasi uterus ( histerektomi) hal-hal
tersebut di atas penting untuk di ingat.
Terdapat tiga tempat penyempitan pada lumen ureter,
diantaranya : 1) peralihan dari pelvis renalis menjadi ureter : 2)
peralihan dari pars abdominalis ke pars pelvina, yaitu pada waktu
ureter masuk ke dalam kavum pelvis dimana ia menyilang arteri
iliaka komunis/ bingkai pelvic, ventral dari artikulasio sakroiliaka:dan
3) saat ureter m,asuk kedalam vesika urinaria.
Vakularisasi ureter. Vasukularisari arteri ureter dimulai dari
cabang-cabang areteri renalis, arteri ovarika/spermatika interna, dan
arteri vesikalis inferior. Terkadang vaskularisasi arteri mendapat
cabang langsung dari aorta, sedangkan vaskularisasi vena mengikuti
perjalanan arteri
Persarafan Ureter Persarafan ureter merupakan cabang dari
pleksus mesenterikus inferior , pleksus spermatiku, dan pleksus
pelvis ; sepertiga dari nervus vagus ; rantai eferens dan nervus vagus ;
rantai eferen dari nervus torakali ke XI dan ke XII dan nervus
lumbalis ke I, dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk ureter.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih merupakan suatu kantung berotot yang dapat mengempis,
terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih memiliki 3 muara

13
yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Sebagian besar kandung kemih
tersusun dari otot (muskulus destrusor). Dua fungsi kandung kemih:
a. Tempat penyimpanan urin sementara sebelum meninggalkan tubuh.
b. Mendorong urin keluar tubuh dengan dibantu uretra.

Gambar : kandung kemih

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk


seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis medius. Letaknya di belakang simfisis pubis di
dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari :
a) Lapisan sebelah luar (peritoneum)
b) Tunika muskularis (lapisan berotot)
c) Tunika submukosa
Submukosa terdiri atas jaringan ikat kendur dengan serabut-serabut elastic
kecuali pada trigonum lietodi di mana mukosanya melekat erat pada jaringan otot
di bawahnya.
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
Mukosa merupakan jaringan ikat kendur sehingga dalam keadaan
kosong mukosa vesika urinaria membentuk lipatan-lipatan yang
disebut sebagai rugai vesika . rugae ini menghilang bila vesika urinaria
terisi penuh sehingga mukosanya tampak licin.

14
Vaskularisasi arteri vesika urinnaria dimulai dari fascies superior dari
arterivesika superior. Basis dari :arteri deferensialis ( pria), arteri vaginalis
(wanita). Fascies inferior dar : arteri vesikalis inferior , arteri vaginalis.
Vaskularisasi vena vesika urinaria dialirkan kedalam pleksus venosus
vesikalis/prostatikus menuju ke iliaka interna.
Persarafan Vesika Urinaria Persarafan vesika urinaria berasal dari
pleksus hipogastrica inferior. Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion
lumbalis ke I dan II yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui pleksus
hipogatricus. Serabut preganglion para simpatis yang keluar dari nervus splenikus
pelvis yang berasal dari nervus sakralis II, II, dan IV berjalan melalui
hipogastricus inferior mencapai dinding vesika urinaria. Sebagian besar serabut
aferen sensoris yang keluar dari vesika urinaria menuju system susunan saraf
pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpati melalui
pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke I dan ke II medulla
splinalis.

4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Panjang pada wanita 1, 5 inci dan laki – laki 8 inci.
Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius.
Uretra pada laki –laki:
a. Uretra prostatia
Uretra prostatia dikelilingi oleh kelenjar prostate. Menerima dua duktus
ejakulator yang terbentuk dari penyatuan duktus aferen dan duktus
kelenjar vesikel seminalis.
b. Uretra membranosa
Uretra membranosa adalah bagian yang berdinding tipis dan dikelilingi
otot rangka sfingter uretra eksterna.
c. Uretra kavernosa
Uretra karvenosa merupakan bagian yang menerima duktus kelenjar
bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksternal pada ujung
penis.

15
Uretra pada wanita
Lapisan uretra wanita terdiri dari :
1. Tunika muskularis (lapisan sebelah luar)
2. Lapisan spongeosa
3. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam)
Panjangnya kira-kira 3,7 – 6,2 cm (Taylor) 3 – 5 cm (Lewis).
Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina)
dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Uretra pada wanita, terletak di
belakang simfisi pubis berjalan miring sedikit ke arah atas , penjangnya kurang
lebih 3 – 4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis ( sebelah
luar ), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam ). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagian) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekstresi.
Apabila tidak berdilatasi dimeternya 6 cm. Uretra ini menembus fasia
difragma urogenitalis dan orifisium ekterna langsung di depan permukaan vagina,
2,5 cm dibelakang gland klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang
terbesar diantarany adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam
orifisum uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi. Diafragma
urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagian dan 2,5
cm di belakang gland klitoris.
Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada uretra pria dan terdiri dari
lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya
penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai dengan
banyak sinus venosus mirip jaringan kavernosus.
Vaskularisasi. Vaskularisasi arteri uretra pria diantaranya arteri
haemorrhoidalis media, arteri vesikalis kaudalis, arteri bulbi penis, dan arteri
uretralis. Vaskularisasi vena uretra pria berjalan melalui pleksus vesikopudendalis
dialirkan ke vena pudendalis interna.

16
B. Konsep dasar pemeriksaan Sistem Perkemihan
Pemeriksaan sistem perkemihan terhadap kelainan yang mungkin dialami
oleh klien dilakukan dengan melakukan anamnesis keluhan yang dialami oleh
klien, pemeriksaan fisik terhadap fungsi dari sistem perkemihan, dan kemudian
dibandingkan dengan hasil dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik lainnya.

a. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau
berupa referred pain (nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit).
Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat
nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut.
Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis, maupun epididimitis akut dirasakan sangat
nyeri, berbeda dengan organ berongga sperti buli-buli atau uretra, dirasakan
sebagai kurang nyaman/discomfort.

1).  Nyeri Ginjal


Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini
dapat terjadi pada pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi
saluran kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.Pasien
sering dikeluhkan di daerah punggung yaitu sekitar pinggang atau daerah lumbar.
Nyeri bersifat tumpul dan konstan. Nyeri biasanya mejalar sepanjang daerah
subcosta menuju umbilikus atau kuadran bawah abdomen.

2).    Nyeri Kolik


Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltik  yang terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain.
Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul  bergantung dari gerakan perilstaltik
ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan pertama-tama di daerah sudut kosto-
vertebra, kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal hingga

17
ke daerah kemalian. Sering nyeri ini diikuti keluhan pada sistem pencernaan,
seperti mual dan muntah.

3).    Nyeri Vesika


Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat
overdistensi vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya
inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri
akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien
merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang
disertai hematuria.

4).    Nyeri Prostat


Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema
kelenjar postat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun
umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau
nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi,
disuria dan bahkan retensi urine.

5).   Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni
berasal dari kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari
organ di luar skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis atau
torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi
akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan
sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan pada daerah abdomen, sehingga sering
dianggap disebabkan kelainan organ abdominal. Blunt pain disekitar testis dapat
disebabkan varikokel, hidrokel, maupun tumor testis.

6).   Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau uretra, terutama
pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan

18
parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis. Sedangkan nyeri
yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau
priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi glans).

b. Keluhan Miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi,
obstruksi, inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi,
polakisuria, nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi meliputi hesitansi,
harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi dan menetes
serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan obstruksi
dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.
1).   Gejala Iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda
asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan buli-
buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang lebih
dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi). Hal ini
dapat disebabkan karena produksi urine yang berlebihan atau karena kapasitas
buli buli yang menurun. Nokturia adalah polaksuria yang terjadi pada malam hari.
Pada malam hari, produksi urin meningkat pada pasien-pasien gagal jantung
kongestif dan edema perifer karena berada pada posisi supinasi. Pada pasien usia
tua juga dapat ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat karena
kegagalan ginjal melakukan konsenstrasi  urine.

2).    Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran
urin. Apabila terdapat obstruksi intravesika, Awal keluarnya urine menjadi lebih
lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah  urine
keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat
kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan kemudian
memancar lagi (disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri dengan perasaan
masih terasa ada sisa urine di dalam buli buli dengan masih keluar tetesan urine

19
(terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi mengosongkan isinya,
akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti dengan keinginan miksi yang
sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya makin penuh hingga keluar urin
yang menetes tanpa disadari yang dikenal sebagai inkontinensia paradoksa.
Obstruksi uretra karena striktura uretra anterior biasanya ditandai dengan
pancaran kecil, deras, bercabang dan kadang berputar putar.
3).    Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan
urine yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat
beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous
(urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat),
inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa
(Buli-buli penuh).

4).      Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam
urine. Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya
perdarahan per uretra yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu
diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses
miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal).
Hematuria inisial (darah pada awal berkemih) menunjukkan penyebab
berasal dari uretra. Hematuria terminal (darah setelah berkemih) menunjukkan
penyebab berasal dari kandung kemih atau prostat, sedangkan bila terjadi mulai
dari awal hingga akhir berkemih kemungkinan karena perdarahan glomeruler.
Urin bewarna gelap (dark urine) juga bisa disebabkan karena mioglobinuria (pada
rhabdomiolisis) atau karena hemoglobinuria (pada hemolisis). Hematuria tanpa
disertai nyeri (painless hematuria) kemungkinan karena tumor atau perdarahan
glomeruler. Hematuria disertai nyeri kemungkinan diakibatkan oleh adanya batu,
kista atau infeksi yang berat. Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
pada saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan.

20
5).    Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi
karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi
glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes
mellitus.

6).    Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejakulat,
biasa ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90%
mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering disebabkan
oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak hematospermia
tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh sendiri. Hematospermia sekunder
dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya infeksi vesikula seminalis atau
prostat, atau oleh karsinoma prostat.

7).    Cloudy Urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih.

C. Edema

Edema bisa ringan, berat, dan generalisata. Biasanya terjadi di daerah


periorbital, wajah, pergelangan kaki, dan tungkai bawah. Ascites bisa didapatkan
pada SN.

D. Perubahan jumlah urin

 Poliuria : volume total urin meningkat(>3l/24 jam). Penyebabnya


antara lain karena gangguan mekanisme konsentrasi urin atau karena
jumlah air yang diminum berlebihan.

21
 Oliguria : volume total urin <400ml/24jam. Ini merupakan tanda dari
gagal ginjal.

 Anuria : volume total urin <100ml/24 jam. Biasanya disebabkan oleh


obstruksi uretra atau ureter bilateral, glomerulonefritis progresif, atau
karena adanya oklusi aorta atau a.renalis bilateral.

E. Sindroma uremik

Rasa lelah, malaise, anoreksia, gatal-gatal, kram otot, nyeri tulang merupakan
bagian dari sindroma uremik pada CKD.

F. Massa

Pasien mungkin memberitahu adanya massa yang terlihat dan teraba pada perut
bagian atas yang mungkin menunjukkan tumor ginjal, hidronefrosis, atau
polikistik ginjal. Pembesaran kelenjar limfe pada leher mungkin menunjukkan
adanya metastase tumor dari prostat atau testis. Benjolan pada selangkangan dapat
menandakan adanya penyebaran tumor dari penis atau limfadenitis, chancroid,
sifilis, atau limfogranuloma venerum. Keluhan massa pada skrotum dan isinya
meliputi buah zakar membesar, terdapat bentukan berkelok kelok seperti cacing di
dalam kantong (varikokel), atau buah zakar yang tidak berada di dalam kantong
skrotum (kriptorkismus). Pembesaran pada buah zakar mungkin disebabkan oleh
tumor testis, hidrokel, spermatokel, hematokel atau hernia skrotalis.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan komponen pengkajian kesehatan yang
bersifat obyektif. Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal
diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fsik : inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan
pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data

22
dikumpulkan berdasarkan semua indera tersebut secara simultan untuk
membentuk informasi yang koheren. Teknik-teknik tersebut secara keseluruhan
disebut sebagai observasi/pengamatan, dan harus dilakukan sesuai dengan urutan
di atas, dan setiap teknik akan menambah data yang telah diperoleh sebelumnya.
Dua perkecualian untuk aturan ini, yaitu jika usia pasien atau tingkat keparahan
gejala memerlukan pemeriksaan ekstra dan ketika abdomen yang diperiksa.
Inspeksi :
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien dengan gangguan sistem
perkemihan adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual
dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien.
Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk
melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik
pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama,
sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.
Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk
mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata
dan dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa
kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh
semua indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini,
subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat
keputusan diagnosis dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama
bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi
intuitif mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah
melihat pasien. Inspeksi pada sistem perkemihan meliputi :
1) Keadaan umum sistem perkemihan
2) Keadaan lokalis sistem perkemihan (ginjal, kandung kemih, alat
genitalia, rectum, dll)
3) Penggunaan alat bantu seperti : condom catheter, folleys catheter,
silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter.
4) Dll
Palpasi

23
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah
kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah
diperoleh melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi struktur individu,baik pada
permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan
memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan
mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah
terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat
teraba. Palpasi juga efektif untuk menilai menganai keadaan cairan pada ruang
tubuh.
Palpasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi
ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat
mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda
mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan
palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi
ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan
atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi
medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan
ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar.
Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk
massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur
tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh
pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar. Sedangkan palpasi dalam
digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan
satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas
menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian
yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk
membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu
gejala.
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik palpasi dapat dilakukan
pada ginjal, kandung kemih, alat genitalia dan rectum klien dengan
memperhatikan prinsip diatas untuk mendapatkan informasi tambahan terkait
kondisi klien.

24
Gambar 1. A (teknik palpasi ringan); B (teknik palpasi dalam)

Perkusi
Perkusi, merupakan langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk
permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan
densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Menepuk permukaan akan
menghasilkan gelombang suara yang berjalan sepanjang 5-7 cm (2-3 inci) di
bawahnya. Pantulan suara akan berbeda-beda karakteristiknya tergantung sifat
struktur yang dilewati oleh suara itu.
Prinsip dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara
(misalnya paru-paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras, rendah dan
panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot paha), yang
menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek. Densitas jaringan atau
massa yang tebal akan menyerap suara, seperti proteksi akustik menyerap suara
pada ruang “kedap suara”.
Ada dua metode perkusi langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai).
Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat
pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu
karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil
(biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini
merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa
merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak
langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu

25
tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain
sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang. Kini, jari pasif
(plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-
jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari
berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di
antara ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari
segera diangkat, agar tidak menyerap suara. Lihat gambar 2.
Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan
tangan (Gambar 3). Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari
tangan yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung.
Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi
jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi
tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan
yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai,
misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada saat dilakukan perkusi
mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu
diperhatikan dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-hati
dengan memperhatikan ekspresi klien.

Gambar 2. Teknik jari tidak langsung

26
Gambar 3. Perkusi kepalan tangan.
(A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral (CVA).
(B) Perkusi langsung pada CVA.

Auskultasi
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-
paru, jantung pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya,
auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam
paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang
melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch),
intensitas (keras lemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya.
Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara
Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ
tubuh. Auskultasi dilakukan dengan stetoskop (Gambar 4). Stetoskop regular
tidak mengamplifikasi suara. Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung
alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece),
menghilangkan suara gangguan eksternal dan demikian memisahkan dan
meneruskan satu suara saja. Stetoskop khusus yang mengamplifikasi suara juga
tersedia dengan akuitas suara yang lebih rendah. Yang penting diperhatikan

27
adalah kesesuaian dan kualitas stetoskop. Ujung yang ke telinga harus diletakkan
pas ke dalam telinga, dan tabung/pipa tidak boleh lebih panjang dari 12-18 inci.

Gambar 4. Stetoskop

Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit


interpretasinya. Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari
sebelum dapat membedakan mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika
menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara eksternal yang mengganggu dan
suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah diletakkan pada
permukaan tubuh, tutup mata anda dan berkonsentrasilah. Dengan cara demikian,
anda akan mengeliminasi suara yang ditransmisikan melalui mulut yang terbuka,
yang dapat berfungsi seperti megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual
terus menerus. Pada pemeriksaan sistem perkemihan beberapa suara abnormal
yang mungkin ditemukan adalah suara bruit yang merupakan indikasi terjadinya
stenosis arteri renal.

C. Pemeriksaan Fisik Ginjal


Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut
costovertebral adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada
ginjal. Pada level yang lebih bawah pada kwadran kanan atas, pool bawah ginjal
kanan, kadang-kadang dapat diraba. Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus
hamil dapat diraba di atas simpisis pubis. Beberapa hal penting yang diperhatikan
sewaktu pemeriksaan adalah cahaya ruangan cukup baik, klien harus rileks,

28
pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis. Kondisi
rileks dari klien dapat diperoleh dengan cara :
1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada
posisi fleksi (bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan diatas kepala
akan menarik dan menegangkan otot perut
4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, sdan kuku harus pendek.
Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat telapak tangan
jadi hangat.
5. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak
diinginkan
6. Jika perlu ajak klien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
7. Jika klien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan
klien sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan
tangan pemeriksa menggantikan tangan klien
8. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan
emosi klien

Gambar 5. Gambaran ginjal dari posterior

Inspeksi
Atur posisi pasien dengan tidur terlentang, minta klien membuka bajunya.
Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan inspeksi pada abdominal jika terdapat
massa di abdominal atas, massa keras dan padat kemungkinan terjadi keganasan
atau infeksi perinefritis.

29
Palpasi
Palpasi Ginjal Kanan
1. Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan
cobalah mendorong ginjal kanan ke depan (anterior).
2. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di
sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis
dekstra)
3. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi,
tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah
arcus costa, dan cobalah untuk “menangkap” ginjal diantara kedua tangan
anda.
4. Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-
pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba
(normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya
nyeri tekan.

Gambar 6. Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan

Palpasi Ginjal Kiri


Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri penderita. Gunakan tangan
kanan Anda untuk menyanggga dan mengangkat dari belakang, dan tangan kiri
untuk meraba pada kuadran kiri atas. Lakukan pemeriksaan seperti ginjal kanan.
Ginjal kiri yang normal jarang dapat teraba.

30
Palpasi Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan
rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah
memperkirakan lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

Perkusi
Teknik perkusi digunakan untuk mengetahui nyeri ketok pada ginjal. Nyeri tekan
ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebrae. Kadang-kadang penekanan pada ujung jari pada tempat
tersebut cukup membuat nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan
untuk menumbuhkan nyeri ketok ginjal (ditinju dengan permukaan ulnar kepalan
tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion). Letakkan
satu tangan pada sudut kostovertebra, dan pukullah dengan sisi ulner kepalan
tangan Anda.

Gambar 7. Teknik nyeri ketok ginjal

d. Pemeriksaan Fisik Genitalia Eksterna


Pemeriksaan fisik genetalia Pria
Pemeriksaan fisik genitalia dengan inspeksi dan palpasi termasuk prosedur
rutin yang harus dikerjakan pada penderita dengan indikasi kelainan genitalia pria
dan traktus urinarius segmen distal. Organ genitalia pria terdiri dari penis,
scrotum, testis, epididimis, vesika seminalis dan kelenjar prostat. Uretra

31
merupakan saluran berbentuk pipa yang berfungsi saluran pengeluaran urine yang
telah ditampung di dalam vesica urinaria (kandung kencing) ke luar badan (dunia
luar) dan saluran semen. Saluran tersebut dimulai dari orificium urethra internum
dan masuk lewat di dalam prostat, berlanjut berjalan di dalam corpus cavernosum
urethrae dan berakhir pada lubang luar pada ujung penis (orificium uretra
eksternum). Dengan demikian uretra laki-laki menurut tempat yang dilewati dapat
dibedakan menjadi tiga bagian berurutan, yaitu pars prostatica, pars membranosa
clan pars spongiosa urethrae.
Penis terdiri atas dua buah corpora cavernosa penis, satu buah corpus
cavernosum urethrae (corpus spongiosum penis) dan satu buah corpus
cavernosum glandis sebagai lanjutannya. Saluran uretra melewati corpus
spongiosum. Penis mempunyai 2 permukaan yaitu permukaan ventral dan dorsal,
dan terdiri atas akar, batang dan glans.
Skrotum merupakan kantung yang dibentuk oleh lapisan yang tipis, kulit
yang berkerut-kerut (rugous skin) yang menutupi lapisan tebal, tunica dartos yang
terdiri dari serat-serat otot polos dan fascia. Skrotum menggantung pada pangkal
penis, dimana bagian kiri lebih rendah dibanding yang kanan karena pada skrotum
yang kiri funiculus spermaticus lebih panjang. Kulit skrotum terbagi dua oleh
median raphe yang memanjang dari bagian ventral korpus penis, melewati
pertengahan skrotum sampai ke anus. Dibagian dalam, kedua skrotum dipisahkan
oleh septal fold dari tunica dartos. Masing-masing skrotum berisi testis,
epididimis dan funiculus spermaticus. Kulit skrotum hiperpigmentasi dan
mengandung banyak folikel sebasea yang dapat menyebabkan timbulnya kista.
Kelenturan otot dartos menentukan ukuran skrotum; paparan suhu eksternal yang
dingin menyebabkan skrotum mengecil, sebaliknya sensasi hangat akan
merelaksasikan otot dan memperbesar ukuran skrotum.

32
Gambar 8. Organ genetalia pria

Hal yang harus diperiksa/dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genitalia


eksternal pria adalah:
a. inspeksi kulit dan rambut disekitar genitalia: bertujuan untuk melihat
perubahan warna, bercak kemerahan dan sebagainya
b. inspeksi penis dan skrotum:
- pasien telah sirkumsisi atau belum
- ukuran penis dan skrotum (bandingkan kiri dan kanan)
- adanya lesi
- bentuk penis (phimosis)
c. inspeksi meatus eksternal uretra
- letak muara eksternal (normalnya terletak ditengah gland penis)
- adanya cairan abnormal yang keluar dari muara (discharge)
d. Skrotum
- adanya lesi/perubahan warna
- pembengkakan
- memeriksa bagian posterior skrotum

33
Keadaan anatomis berikut ini sebaiknya diingat sebelum melakukan tindakan
procedural seperti memasukkan kateter atau alat lain kedalam uretra pria:
1. orifisium eksternus glans penis merupakan bagian uretra yang paling
sempit.
2. didalam glans, uretra melebar membentuk fossa terminalis
3. dekat ujung posterior fossa, dari atapnya terdapat lipatan mukosa yang
menonjol ke
4. lumen
5. uretra pars membranosa sempit dan terfiksasi
6. uretra pars prostatika paling luas dan paling lebar
7. dengan memegang penis ke atas, bentuk uretra yang seperti S berubah
menjadi bentuk huruf J
Pemeriksaan fisik genetalia Wanita
Genitalia eksternal wanita atau vulva (gambar 9 ) terdiri dari: mons
veneris, labia majora, labia minora, vestibulum dan kelenjar-kelenjarnya, introitus
vaginal, meatus urethra and clitoris. Saluran uretra wanita panjangnya sekitar 3,8
cm. Uretra bermuara sekitar 2,5 cm dibawah klitoris dan terletak tepat didepan
vagina.

Gambar 9. Organ gentelia wanita

34
Bagian-bagian organ genetalia wanita :
1. Mons veneris adalah tonjolan bulat dari jaringan lemak diatas simfisis
pubis.
2. Labia mayora adalah dua buah lipatan kulit lebar yang membentuk batas
lateral vulva. Kedua labia mayora bertemu dibagian anterior di mons
veneris untuk membentuk komisura anterior. Labia mayor dan mons
veneneris mempunyai folikel rambut dan kelenjar sebasea.
3. Labia minora sesuai dengan skrotum pada pria. Labia minora adalah
lipatan kulit yang sempit dan berpigmen yang antara labia mayora dan
menutupi vestibulum, yang merupakan daerah diantara kedua labia
minora. Diantara anterior, kedua labia minora membentuk prepusium
klitoris.
4. Klitoris, yang analog dengan penis, terdiri dari jaringan erektil dan banyak
mengandung ujung saraf, klitoris mempunyai satu glans dan dua korpora
kavernosa. Meatus uretra eksternal terletak dibagian anterior vestibulum
dibawah kritoris.
5. Kelenjar parauretra, atau kelenjar Skene, adalah kelenjar –kelenjar kecil
yang bermuara di lateral uretra. Sekresi kelenjar sebasea di daerah ini
melindungi jaringan yang rentan terhadap urin.
6. Kelenjer Bartholin terdiri dari struktur kecil,ukuran diameter sekitar 0,5
sampai 1 cm, merupakan kelenjer vestibular mayor, terdapat pada batas
sisi luar orifisium vagina kearah fourchette.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, usahakan untuk menyentuh pasien
dengan punggung tangan sambil mengatakan bahwa akan dilakukan pemeriksaan
genitalia. Ini diperlukan agar pasien merasa nyaman.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. BNO
Dalam bidang foto rontgen, terdapat beberapa jenis foto yang digunakan.
Dan dalam bidang uroradiologi dengan rontgen, ada beberapa jenis foto yang
familier, yaitu BNO. BNO dalam bahasa Inggris disebut pula KUB (Kidney
Ureter Bladder). Sebelumnya mari kita bedakan dulu antara foto polos abdomen

35
dan foto BNO. Foto polos abdomen tidak dilakukan persiapan atau urus-urus.
Pasien dateng ke radiologi, langsung saja difoto. Sedangkan foto BNO, pasien
diminta untuk melakukan urus-urus misalnya dengan memakan obat pencahar,
meminimalisasi bicara dan merokok, dan puasa tidak makan pada malam sebelum
foto dilakukan, agar udara usus dan fekalitnya minimal. Persamaannya, yaitu baik
foto polos maupun BNO sama-sama tidak menggunakan kontras.

Hal yang harus kita perhatikan pada foto BNO :


1) Preperitoneal fat line, tampak atau tidak
2) Psoas line dan renal out line, tampak atau tidak
3) Distribusi udara usus, distensi usus, banyak atau sedikit
4) Tanda-tanda pneumoperitoneum, ada tidaknya semilunar sign (udara di
atas hepar)
5) Bayangan opasitas : batu, massa intra abdomen, deskripsikan letak, ukuran
batu, jumlah batu, bentuk batu
6) Sistema tulang : fraktur, spondilosis, metastase

Gambar 10. Contoh hasil pemeriksaan BNO

Keterangan :
 Preperitoneal fat linenya Nampak (yang membentuk pinggang).

36
 Psoas linenya juga nampak.
 Distribusi udara ususnya minimal.
 Tidak ada tanda-tanda pneumoperitoneum
 Tidak ada bayangan opasitas abnormal
 Sistema tulang intak

2. INTRAVENA PIELOGRAPHY (IVP)


IVP adalah pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras secara
intravena untuk melihat anatomi dan fungsi dari traktus urinarius (ginjal, ureter,
vesica urinaria). Intravena di sini berarti bahan kontras diinjeksikan melalui vena.
(Boleh vena mana saja, contoh : vena mediana cubiti atau vena renalis). Pada saat
media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan
tractus urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna putih.
Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy serta fungsi
ginjal, ureter dan blass. Biasanya IVP didahului dulu dengan BNO. Sebelum
pasien disuntik dengan kontras, pada malam sebelumnya pasien diminta untuk
melakukan urus-urus juga sama seperti pada BNO. Kemudian, pasien dites alergi
dulu, karena kontras yang digunakan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Tujuan dari pemeriksaan IVP adalah :


1. Pemeriksaan IVP membantu mengetahui adanya kelainan pada sistem
urinary, dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.
2. Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing
darah (hematuri) dan sakit pada daerah punggung.
3. Mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari : batu ginjal,
pembesaran prostat, tumor pada ginjal, ureter dan blass.

Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi
dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi
 Kelainan kongenital
 Radang atau infeksi

37
 Massa atau tumor
 Trauma
Diantaranya adalah :
1. Renal agenesis
2. Polyuria
3. BPH (benign prostatic hyperplasia)
4. Congenital anomali : Duplication of ureter n renal pelvis, Ectopia
kidney, Horseshoe kidney, Malroration
5. Hydroneprosis
6. Pyelonepritis
7. Renal hypertention

Kontra indikasi
1. Alergi terhadap media kontras
2. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
3. Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
4. Multi myeloma
5. Neonatus
6. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
7. Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
8. Hasil ureum dan creatinin tidak normal

Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni :


1. Tidak memiliki riwayat alergi
2. Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan mengukur
kadar BUN atau kreatininnya. Karena kontras itu bersifat nefrotoksik dan
dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi,
akan sangat berbahaya bagi pasien.

38
39
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme
tubuh yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi)
dari dalam tubuh karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi
menjadi eliminasi unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).

40
DAFTAR PUSTAKA

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Luklukaningsih Zuyina, 2011, “Anatomi dan Fisologi Manusia”, Yogyakarta;
Nuha Medika
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suddart, & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,VoL 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sugeng Mashudi.2011. Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi Dasar.Jakarta.,Salemba
Medika
Syaifuddin.2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarata;EGC
Watson, Roger. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Zubir N. Pemeriksaan abdomen. 2008. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman,
Yuliwansyah R, Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

41

Anda mungkin juga menyukai