Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

SISTEM URINARIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen pengampu :

Desi Kartikasari, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 8:

Rinda Nurdianti (12208183033)

Dewi Iftahun N. A. (12208183038)

Jayus Syarifudin (12208183040)

Binti Ngafifah (12208183110)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI 6B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini
membahas mengenai “Sistem Urinaria pada Manusia”. Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Anatomi dan Fisiologi
Manusia”. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami
ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :

1. Dr. Maftukhin, M.Ag.selaku rektor Tulungagung.


2. Desi Kartikasari, M.Si. selaku dosen pengampu.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca .

Tulungagung, Juni 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 3
a. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
b. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
A. Struktur Unit Fungsional Ginjal ............................................................................ 5
A. Pengertian Sistem Urinaria ................................................................................ 5
B. Susunan Perkemihan .......................................................................................... 5
B. Mekanisme Fisiologi Ginjal .................................................................................. 16
C. Gangguan yang Terjadi pada Sistem Urinaria .................................................... 18
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 27
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 27
B. Saran ..................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 29

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine,
dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai
penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui
orifisium urethra eksterna.
Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra.
Berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa
metabolisme. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan
menghasilkan hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan mengubah
provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D).
Ginjal merupakan organ sistem urinaria yang terletak disebelah kanan dan
kiri tulang belakang di luar rongga peritonium. Setiap ginjal mempunyai panjang
6 sampai 7,5 cm, dan tebal 1,5 sampai 2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-
kira 140 gr. Ginjal terdiri atas struktur halus kurang lebih 1 juta nefron pada setiap
ginjal. Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan
Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula
renalis. Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum
terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat
dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak
terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Pada korteks
renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula Bowmani yang
terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle.

a. Rumusan Masalah
1. Bagaima struktur unit fungsional ginjal?
2. Bagaimana mekanisme fisiologis ginjal?
3. Bagaimana gangguan yang terjadi pada sistem urinaria?

3
b. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan struktur unit fungsional ginjal?


2. Untuk menjelaskan mekanisme fisiologis ginjal?
3. Untuk menunjukkan gangguan yang terjadi pada sistem urinaria?

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Struktur Unit Fungsional Ginjal
A. Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan atau
biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh
yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau
Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan
kemudian. 1

B. Susunan Perkemihan
1. Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium,
di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis,
kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh
kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi
oleh bantaan usus yang tebal.
Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan
beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk
dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal
antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau
perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan

1
Wonodirekso S dan Tambajong J (editor),Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi
V, Jakart:EGCa, hal 427-450

5
penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan
anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal
berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena
adanya hilus. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal
melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah
bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang
berikatan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan
dengan mudah dari permukaan ginjal.

a. Bagian – Bagian Ginjal


Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa
ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum
ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)


Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn
darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun
bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah

6
terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai
bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bownman. Dari sini
maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum
ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran
paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian
ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal,
pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang
masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang
langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini
menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di
tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. . Fungsi Ginjal

7
Ginjal berfungsi sebagai berikut :
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh .Kelebihan air
dalam tubuh akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine
(kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air
(kelebihan keringat) menyebabkan urine yang di eksresi
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan
dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative
normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma
(keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion – ion akibat
pemasukan garam yang berlebihan / penyakit perdarahan
(diare , muntah) ginjal akan meningkatkan eksresi ion – ion
yangpenting (mis. Na , K , Cl , Ca dan fosfat)
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung
pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan
urine yang bersifat agak asam , pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolisme protein . Apabila
banyak makan sayur – sayuran , urine akan bersifat basa. pH
urine bervariasi antara 4 , 8 – 8,2 . Ginjal menyekreksi urine
sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)
zat – zat toksik, obat–obatan, hasil metabolisme hemoglobin
dan bahan kimia asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi
hormone renin yang mempunyai peranan penting mengatur
tekanan darah (system renin angiotensin aldesteron)
membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis ).

8
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta


abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat
yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai
bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava
inferior.

9
Aorta abdominalis → ginjal


Arteria renalis

↓ Arteri arkuata


Arteria interlobaris → glomerulus → simpai bowmen → vena
renalis → vena kava inferior

1. Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor)


saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke
dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di
atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang
menghasilkan 2 (dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormn kortison. Persarafan ginjal : Ginjal mendapat persarafan dari
fleksus renalis (vasomotor).

10
A. Nefrom

Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal


mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan
fungsi yang sama. Dapat dibedakan dua jenis nefron:
1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada
bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan
tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai
ke zona luar dari medula.
2. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak
pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla
dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona
dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.
Bagian-bagian nefron:
a. Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah
yang melewatinya.
b. Kapsula Bowman

11
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan
berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars
desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel
kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat,
bundar, biru dan biasanya
terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna
asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap ke
lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini
terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat
glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport
dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti
bikarbonat, akan diresorpsi.
2. Ansa Henle (lengkung henle)
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal
turun (pars asendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian
tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai
gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan
segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip tubulus
kontortus distal. Segmen tipis ansa henle
mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi
epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit
lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu
lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal.
Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan atau
mengencerkan urin.

12
3. Tubulus kontortus distal

Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok.


Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas antar
sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal.
Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan.
Sitoplasma sel bewarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel
yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian
ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan
dalam pemekatan urin. 2

B. Ureter

Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan


adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh
lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan
bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau
tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan

2
Young, B., Heath, J.W., Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text and colour atlas, 4th edition, (Edinburgh,
London: Churchil Livingstone, 2000) pp. 286-309.

13
penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung)
pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel
payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan
banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk
bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini
terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan
muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan. Lapisan
muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan
sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna).
Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam
kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa
dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang
amat sangat dan menyebabkan
penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik
ureter.

C. Kandung kemih

Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan


serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan
ureter (terdiri

14
atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria
dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos
yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan
tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika
adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik. Fungsi kandung kemih adalah
menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui uretra

D. Uretra

Panjang uretra pria (Gb-16) antara 15-20 cm dan untuk keperluan


deskriptif terbagi atas 3 bagian yaitu:
A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada
kandung kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada
bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran
keluar kelenjar prostat.

15
B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di
antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada
bulbus korpus kavernosus uretra.
C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus
korpus kavernosum dan bermuara pada glands penis. Epitel uretra
bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya
epitel gepeng berlapis pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar
yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Di
bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis
longgar. Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm
panjangnya. Epitelnya bervarias dari transisional di dekat muara kandung
kemih, lalu berlapis silindris atau
bertingkat hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya
terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa dengan ureter.3

B. Mekanisme Fisiologi Ginjal


Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam basa darah dan pengatur eksresi bahan buangan atau
kelebihan garam . Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali
oleh kemampuan bagian glomerulus sebagai penyaring cairan. Cairan yang
tersaring kemudian mengalir melalui tubulus renalis yang sel – selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan Ginjal memerankan berbagai fungsi
tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil
metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan homeostatis cairan
dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine. Pembentukan urin adalah
fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostatis tubuh.

3
Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. (Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta, 2003), hlm 5-20

16
Pada orang dewasa sehat, kurang lebih 1200 ml darah, atau 25% cardiac output,
mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal dapat
meningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun hingga 12% dari
cardiac output.
Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu
penyaringan darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler
glomerulus yang dibungkus kapsula bowman untuk menjadi filtrat glomerulus
yang berisi zat-zat ekskresi. Kapiler glomerulus tersusun atas sel endotel,
membrana basalis dan sel epitel. Kapiler glomeruli berdinding porous
(berlubang-lubang), yang memungkinkan terjadinya filtrasi cairan dalam
jumlah besar (± 180 L/hari). Molekul yang berukuran kecil (air, elektrolit, dan
sisa metabolisme tubuh, di antaranya kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari
darah, sedangkan molekul berukuran lebih besar (protein dan sel darah) tetap
tertahan di dalam darah. Oleh karena itu, komposisi cairan filtrat yang berada
di kapsul Bowman, mirip dengan yang ada di dalam plasma, hanya saja cairan
ini tidak mengandung protein dan sel darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu
disebut sebagai rerata filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate
(GFR). Slanjutnya cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan
mengalami sekresi di tubulus ginjal, yang kemudian menghasilkan urine yang
akan disalurkan melalui duktus koligentes. Proses dari reabsorbsi filtrat di
tubulus proksimal, ansa henle, dan sekresi di tubulus distal terus berlangsung
hingga terbentuk filtrat tubuli yang dialirkan ke kalises hingga pelvis ginjal.
Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting
dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh4.
Beberapa fungsi ginjal:
1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh.
2. Regulasi keseimbangan elektrolit.

4
M Martono, Fisiologi Ginjal. Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 , 2014, Hlm 43–48

17
3. Regulasi keseimbangan asam basa.
4. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing.
5. Fungsi endokrin (Partisipasi dalam eritropoiesis dan Pengatur tekanan
arteri).
6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3.
7. Sintesa glukosa.

C. Gangguan yang Terjadi pada Sistem Urinaria


1. Uremia

Gambar: Ginjal stadium akhir

Uremia adalah keadaan toksik yang disebabkan gagal ginjal. Hal ini
terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh
sehingga urea menumpuk dalam darah karena ginjal tidak dapat bekerja secara
efektif. Gejala-gejalanya termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
lemah, dan kebingungan mental

2. Batu Ginjal

Gambar: Batu Ginjal

18
Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika
material keras yang menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material
tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang di saring oleh
ginjal yang kemudia mengendap dan mengkristal seiring waktu.

Pada sebagian besar kasus, penyakit batu ginjal dialami oleh orang-
orang yang berusia 30-60 tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen
pria pernah mengalami kondisi ini selama hidup mereka.

Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau


masalah kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan jenisnya, batu ginjal
dibagi menjadi empat, yaitu batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan
batu sistin.

3. Nefritis

Gambar: Ginjal Penderita Nefritis

Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi


kuman umumnya bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan
menderita uremia atau edema. Uremia adalah masuknya kembali urine
(C3H4O3) dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan edema adalah air di
kaki karena terganggunya reabsorpsi air.

Nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan reamaja yang


disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Sedangkan nefritis kronis yang
diterima oleh orang tua ditandai dengan tekanan darah tinggi dan pengerasan
pembuluh darah ginjal. Penyebab peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh

19
infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefrtitis atau suatu reaksi kekebalan
yang keliru dan melukai ginjal. Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa
terjadi melalui 2 cara:

 Suatu antibody dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat
yang merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal.
 Antigen dan antibody bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian
menempel pada sel-sel di dalam ginjal.
Gejala tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air
kemih), proteinuria (protein di dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati,
yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya reaksi kekebalan.

4. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula
darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau
gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus
tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormone insulin yang
dihasilkan oleh organ pancreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan
dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada
pasien tersebut.

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe DM tipe 1


biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala
dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe 1 memerlukan insulin dai luar
tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya dialami saat
pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin
dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM lainnya
adalah DM gestastonal, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang
disebabkan oleh gangguan toleransi pada pasien tersebut.

Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan pola


hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola

20
makan yang tidak sehat. Faktor risiko umum DM tipe II antara lain: genetik,
lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat DM
gestasional, serta rasa tau etnis tertentu.

5. Hematuria
Hematuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah
merah pada urine. Penyebab hematuria adalah terdapat peradangan pada organ
ginjal yang timbul akibat terjadi gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga
dapat disebabkan oleh adanya kelainan pada glomerulus atau terdapat tumor
pada saluran kemih. Cara mengobati hematuria adalah dengan
menyembuhkan penyakit yang menyebabkannya.

6. Pyelonephritis

Gambar: Ginjal Normal dan Ginjal penderita Pyelonephritis

Infeksi ginjal (pyelonephritis) adalah jenis infeksi saluran urin spesifik


yang umumnya dimulai dari uretra atau kandung kemih dan menjalar ke
ginjal. Infeksi ginjal membutuhkan perhatian medis segera. Jika tidak diobati
secara benar, infeksi ginjal dapat merusak ginjal secara permanen atau
menybar ke aliran darah dan menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa.
Pengobatan infeksi ginjal biasanya terdiri dari antibiotic dan sseringkali
membutuhkan rawat inap.

21
7. Sindrom Nefrotik

Gambar: Ginjal Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal ketika ginjal mengeluarkan


terlalu banyak protein dalam urin yang keluar dari dalam tubuh. Setiap ginjal
mengandung 1 juta saringan untuk membersikan darah beracun. Ginjal yang
sehat akan menyimpan zat penting bernama protein di dalam darah. Tubuh
memerlukan protein untuk tumbuh dan memperbaiki diri sendiri. Dengan
sindrom ini, ginjal membuang protein dan zat sampah lainnya selama buang
air kecil. Sindrom nefrotik menyebabkan pembengkakan (edema), terutama
pada kaki dan pergelangan kaki serta meningkatkan risiko masalah kesehatan
lainnya.

Penyakit ini dapat muncul pada semua golongan umur. Namun, anak-
anak paling sering terkena penyakit ini. Kita dapat membatasi peluang terkena
penyakit dengan mengurangi faktor risiko.

8. Anuria

Gambar: Ginjal Penderita Anuria

22
Merupakan kegagalan ginjal dalam memproduksi urin. Anuria
diakibatkan oleh kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi darah dalam
ginjal. Penyakit anuria juga bisa muncul akibat radang di glomerulus, yakni
organ penyaring darah pada ginjal. Penyempitan arterial efferent oleh hormon
epinifrin dan radang menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ini.

Sebagai akibat terjadinya penyakit anuria pada ginjal, maka akan timbul
gangguan keseimbangan di dalam tubuh. Misalnya, penumpukan cairan,
elektrolit, dan sisa-sisa metabolism tubuh yang seharusnya keluar bersama
urine.

Kegagalan manfaat ginjal, yang bisa mempunyai pemicu ganda


terhitung obat-obatan atau racun (contohnya, antibeku), diabetes, tekanan
darah tinggi. Batu atau tumor dalam saluran kemih juga bisa mengakibatkan
obstruksi dengan menciptakan untuk aliran urin. Kalsium darah yang tinggi,
oksalat, atau asam urat, bisa berkontribusi pada risiko pembentukan batu. Pada
lelaki, kelenjar prostat membesar yaitu pemicu umum dari penyakit anuria
obstruktif.

Penyakit anuria akut, dimana penurunan produktif urin berlangsung


dengan cepat, umumnya adalah sinyal obstruksi atau gagal ginjal akut. Gagal
ginjal akut bisa dikarenakan oleh faktor-faktor yang tidak terkait dengan
ginjal, layaknya gagal jantung, infeksi, serta situasi lain yang mengakibatkan
ginjal dapat kekurangan aliran darah.

9. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa
kerusakan yang terjadi pada glomeruli. Glomeruli adalah penyaring kecil di
dalam ginjal yang berfungsi membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah
dari aliran darah. Kerusakan ini akan menyebabkan terbuangnya darah serta
protein melalui urine

23
Kondisi Glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbeda-
beda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) da nada yang
jangka panjang (kronis). Penyakit ini jga bisa berkembang pesat sehingga
mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau bulan.

Glomerulonefritis jarang menyebabkan gejala yang spesifik. Tetapi jika


bertambah parah, kondisi in ibis memicu munculnya darah pada urine.
Beberapa indikasi lain yang mungkin menyertai gejala utama tersebut
meliputi:

 Urine yang berbuih


 Hipertensi
 Pembengkakan pada wajah, tangan ,kaki, dan perut
 Kelelahan karema anemia atau gagal ginjal

10. Albuminuria
Albuminuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya protein
albumin di dalam urine. Penyebab albuminuria adalah terjadi kerusakan pada
glomerulus sehingga partikel besar seperti albumin bisa lolos. Kerusakan
tersebut bisa terjadi karena terdapat luka di glomerulus, iritasi akibat logam
berat, dan bakteri.

Cara mencegah albuminuria adalah dengan mengonsumsi makanan


dengan jumlah zat gizi seimbang dan minum air 8 gelas setiap hari. Cara
mengobati albuminuria adalah dengan melakukan cangkok ginjal.

24
11. Gagal Ginjal

Gambar: Ginjal Normal dan Gagal Ginjal

Gagal ginjal akut merupakan istilah untuk kondisi di mana ginjal


seseorang mengalami kerusakan secara mendadak, sehingga tidak bisa
berfungsi. Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring
limbah kimiawi dari darah yang bisa memicu penumpukan atau penimbunan
limbah tersebut di dalam tubuh. Penumpukan limbah kimia dan garam dalam
tubuh bisa menghentikan orang lain untuk berfungsi dengan benar.

Biasanya, gagal ginjal akut terjadi sebagai komplikasi dari penyakit


serius lainnya. Penyakit ginjal seperti ini umumnya diidap oleh lansia atau
pasien perawatan intensif di rumah sakit.

Sedangkan penyakit ginjal kronis atau yang lebih dikenal di masyarakat


dengan istilah gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saaat fungsi ginjal
mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan
gagal ginjal kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan,
komposisi darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari
tiga bulan.

Status GGK berubah menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-Stage Renal
Disease/ESRD) ketika ginjal tidak lagi berfungsi. Pada stadium ini biasanya
telah terjadi penumpukan limbah tubuh, cairan, dan elektrolit yang bisa
membahayakan tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan (dialysis/cuci
darah) atau transplantasi ginjal.

25
12. Polisistik
Polisistik adalah pnyakit yang ditandai dengan kerusakan saluran ginjal
yang menyebabkan munculnya kista (pertumbuhan sel abnormal berbentuk
seperti benjolan) di sepanjang saluran ginjal sehingga nefron menjadi rusak.
Penyakit ini dapat berkembang menjadi gagal ginjal pada usia empat puluh
tahun ke atas. Polisistik umumnya disebabkan oleh faktor keturunan. Cara
mengatasi polisistik adalah dengan diet, obat, atau infus. 5

5
Arjentinia Yudhi, Penyakit Sistem Urinaria, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

26
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra.
Berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa
metabolisme. Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi
urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai
penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui
orifisium urethra eksterna.

Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di


depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis,
kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut
oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-
otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang
tebal.

Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu


penyaringan darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler glomerulus
yang dibungkus kapsula bowman untuk menjadi filtrat glomerulus yang berisi zat-
zat ekskresi.

Ada beberapa macam gangguan pada ginjal yang dapat menyerang tubuh
manusia, dari yang kategori sedang sampai kronik seperti batu ginjal, albuminuria,
uremia, hematuria dan lain-lain.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, tentunya kami berharap pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini.Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena sumber referensi terbatas. Dan kami berharap
mendapat saran dan masukan dari pembaca, demi memperbaiki dan melengkapi

27
makalah ini agar tidak terjadi kesalahfahaman mengenai apa yang telah kami
jelaskan di dalam makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arjentinia Yudhi, Penyakit Sistem Urinaria, Fakultas Kedokteran, Universitas


Udayana

M Martono. 2014. Fisiologi Ginjal. Jurnal Ners Vol. 9 No. 1.

Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. 2003. Penerbit buku kedokteran.
EGC: Jakarta

Wonodirekso S dan Tambajong J (editor).1990. Sistem urinaria dalam Buku Ajar


Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V. EGC:Jakarta.

Young, B., Heath, J.W. 2000. Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A
text and colour atlas, 4th edition. Churchill Livingstone: Edinburgh, London.

29
REVIEW JURNAL ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

JURNAL e-Jurnal Keperawatan (e-Kp)

JUDUL PERBANDINGAN KUALITAS


HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK DENGAN COMORBID
FAKTOR DIABETES MELITUS DAN
HIPERTENSI DI RUANGAN
HEMODIALISA

VOLUMEN DAN HALAMAN Volume 5 Nomor 2

PENULIS Gresty N M Masi Rina Kundre

TAHUN 2018

REVIEWER Kelompok 9 ANFISMAN

Abstrak Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit


yang menyebabkan fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
mampu melakukan fungsinya dengan baik.
Kualitas hidup merupakan suatu model
konseptual yang bertujuan untuk
menggambarkan perspektif klien dengan
berbagai macam istilah. Dengan demikian
pengertian kualitas hidup ini akan berbeda
bagi orang sakit dan orang sehat.Tujuan
penelitian ini Mengetahui perbandingan
kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal

30
kronik dengan comorbid faktor diabetes
melitus dan hipertensi di ruangan
Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Metode penelitian yang digunakan
yaitu observasional analitik dengan rancangan
cross sectional. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini yaitu sampling jenuh
dengan jumlah 60 sampel. Pengolahan data
menggunakan program computer dengan
menggunakan uji chi-square dengan tingkat
kemaknaan 95% ( α = 0,05). Hasil penelitian
menunjukan jumlah responden gagal ginjal
kronik dengan comorbid hipertensi yang
memiliki kualitas hidup baik sebanyak 29
responden (96,7%) dan yang memiliki
kualitas hidup buruk sebanyak 1 responden
(3,3%). Sedangkan untuk pasien gagal ginjal
kronik dengan comorbid diabetes melitus
yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak
13 responden (43,4%) dan yang memiliki
kualitas hidup buruk sebanyak 17 responden
(56,7%) dan didapatkan nilai p= 0,000.
Kesimpulan ini menunjukan adanya
perbandingan kualitas hidup antara pasien
gagal ginjal kronik dengan comorbid
hipertensi dan diabetes melitus.

Pendahuluan Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK)


merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah besar di dunia. Gangguan fungsi

31
ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolism dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah. Badan kesehatan
dunia menyebutkan pertumbuhan penderita
gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat
50% dari tahun sebelumnya. Hasil survei
yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar
12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta
penduduk Indonesia mengalami penurunan
fungsi ginjal. ada hubungan antara diabetes
mellitus dengan terjadinya gagal ginjal
terminal. Dengan jumlah sampel sebanyak 68
responden, dimana 34 responden penderita
diabetes mellitus dengan gagal ginjal terminal
dan 34 responden penderita diabetes mellitus
tanpa gagal ginjal terminal. Dari hasil
perhitungan data statistik didapatkan nilai p =
0,045 (p<0,05) dengan nilai (r=0,20-
0,399)sehingga disimpulkan bahwa ada
korelasi yang bermakna antara lama diabetes
dan gagal ginjal terminal. Secara klinik
riwayat penyakit diabetes melitus mempunyai
pengaruh terhadap kejadian gagal ginjal
kronik 4,1 kali lebih besar dibandingkan
dengan pasien tanpa riwayat penyakit faktor
risiko diabetes melitus dan pasien dengan

32
riwayat penyakit hipertensi mempunyai risiko
mengalami gagal ginjal kronik 3,2 kali lebih
besar daripada pasien tanpa riwayat penyakit
faktor risiko hipertensi. Berdasarkan data dari
Indonesia Renal Registry (2011), penyebab
terbanyak dari gagal ginjal kronik adalah
hipertensi dengan 34 % dan diabetes melitus
sebesar 27 %. Dimana angka kejadian
penyakit ginjal hipertensi sebesar 4243 pasien
dan nefropati diabetika sebesar 3405 pasien.
Fitriana (2012), menyatakan bahwa pasien
hemodialisis dengan tekanan darah 130/80
mmHg akan mengalami kerusakan ginjal
yang lebih dini, menurut hasil penelitian dari
547 insiden pre-dialisis 89 % diantaranya
mengalami tekanan darah diatas 130/80
walaupun sudah selesai diberikan terapi dan
pemberian anti hipertensi dan hanya 11 %
yang mempunyai tekanan darah dibawah
130/80.

Bahan dan Metode JENIS PENELITIAN: penelitian kuantitatif


dengan menggunakan metode penelitian
observasional analitik untuk mencoba
mencari hubungan yang membandingkan
antara 2 variabel yaitu variabel independen
(Pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid
faktor dm dan hipertensi) dan variabel
dependen (Kualitas hidup pasien gagal ginjal
kroon

33
DESAIN PENELITIAN: cross sectional,
dimana melakukan observasi dan pengukuran
variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
bersamaan.

KRITERIA PASIEN:

1. Kriteria inklusi Pasien yang


mengalami gagal ginjal kronik dengan
comorbid faktor diabetes. Pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik dengan
comorbid faktor hipertensi.
Responden yang berkomunikasi
dengan baik dan kooperatif.
2. Kriteria Eksklusi yaitu Pasien gagal
ginjal kronik yang memiliki comorbid
faktor lain dan Pasien yang tidak
bersedia untuk menjadi responden dan
Responden yang mempunyai
kesibukan lain saat akan dilakukan
penelitian.

34
Hasil dan Pembahasan

Dari 60 responden diperoleh informasi


tentang karakteristik umur menunjukkan
bahwa sebagian besar memiliki umur >45-59
tahun sebanyak 41 responden (68,3%) dan
sisanya memiliki umur >60 tahun sebanyak
19 responden (31,7%), ynag mana hasil ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan. Usia 40-70 tahun, laju
filtrasi glomelurus akan menerun secara
progresif hingga 50% dari normal terjadi
penurunan kemampuan tubulus ginjal untuk
mereabsorpsi dan pemekatan urin.

Dari 60 responden diperoleh informasi


tentang karakteristik pendidikan
menunjukkan bahwa responden dengan
pendidikan SMA paling banyak dengan
jumah sebanyak 30 responden (50%)
perguruan tinggi sebanyak 20 responden

35
(33,3%) SMP sebanyak 9 responden (15%)
dan SD sebanyak 1 responden (1,7%).
Berdasarkan hasil tersebut penulis berasumsi
bahwa, pendidikan memiliki pengaruh pada
penyakit seseorang dimana semakin tinggi
pendidikan seseorang kesadaran untuk
mencari pengobatan dan perawatan akan
masalah kesehatan yang dialaminya juga akan
semakin tinggi.

Dari 60 responden menunnjukan bahwa


sebagian besar memiliki pekerjaan dengan
responden sebanyak 37 responden (61,7%)
dan yang tidak bekerja sebanyak 27
responden (38,3%). Hasil observasi peneliti
menjumpai bahwa sebagian besar responden
yang masih aktif bekerja adalah pegawai negri
sipil, wirausahawan ataupun aparat keamanan
sedangkan yang seudah tidak bekerja
sebagian besar karena lanjut usia ataupun
sudah kehilangan pekerjaan. Dari hasil
tersebut penulis berasumsi bahwa, dengan
bekerja responden tetap memiliki sumber
penghasilan, memiliki dukungan yang lebih
banyak dari lingkungan kerjanya, dan akan

36
meminimalkan konflik peran yang terjadi
akibat perubahan kondisi fisik pasien
hemodialisis.

Dari 60 responden, responden yang


mengalami gagal ginjal kronik dengan
comorbid hipertensi memiliki kualitas hidup
lebih baik dengan jumlah responden sebanyak
29 responden (96,7%) dan kualitas hidup
buruk sebanyak 1 responden (3,3%)
sedangkan untuk pasien gagal ginjal kronik
dengan comorbid faktor diabetes melitus
memiliki kualitas hidup buruk lebih besar
dengan jumlah responden sebanyak 17
responden ( 56 , 7 % ) dan yang memiliki
kualitas hidup baik sebanyak 13 responden (
43 , 4 % ). Hasil penelitian ini juga didapatkan
bahwa kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik dengan comorbid hipertensi yang
memiliki kualitas hidup baik sebanyak 29
responden dan yang memiliki kualitas hidup
buruk sebanyak 1 responden. Sedangkan
responden dengan comorbid diabetes melitus

37
yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak
13 responden dan yang memiliki kualitas
hidup buruk sebanyak 17 responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis
berasumsi bahwa kualitas hidup dari pasien
gagal ginjal kronik dengan comorbid
hipertensi lebih baik dibandingkan dengan
pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid
diabetes melitus dikarenakan proses
terjadinya kerusakan pada ginjal yang
berjalan lebih lambat ataupun penanganan
pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal
kronik yang berfokus pada pemberian terapi
obat anti hipertensi untuk mengontrol tekanan
darah pasien tersebut dan juga kepatuahan
dalam menjalani dialisis yang mungkin dapat
meningkatkan harapan hidup atau kualitas
hidup pasien.

Kesimpulan Menurut ke empat faktor yang diteliti dari


pada 60 responden, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbandingan
cukup signifikan antara kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik denga comorbid hipertensi
dan diabetes melitus.

38

Anda mungkin juga menyukai