Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP SEHAT SAKIT DAN PENYAKIT MENURUT AGAMA

DOSEN PEMBIMBING

Eviy Aidah Fithriyah, M.pdI.

DISUSUN OLEH

Fathia Asri Wahyuningrum (2019080006)

Adisthy Amelinda Gunawan (2019080009)

UNIVERSITAS GRESIK

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah menyusun makalah
Konsep Sehat Sakit dan Penyakit Menurut Agama dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk menambahkan
khazanah tentang penyakit-penyakit dalam agama. Banyak kendala disaat kami menyusun
makalah ini. Namun tidak menyurutkan niat kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Dengan terselesaikan makalah ini, kami mengucapkan banyak rasa terima kasih
kepada semua pihak yang disengaja maupun yang tidak disengaja telah berpatisipasi dalam
proses pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen pembimbing kami,yaitu Ibu Eviy
Aidah Fithriyah, M.pdI. yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dengan
baik sehingga kami mendapatkan ilmu dan semoga bisa bermanfaat bagi diri kami sendiri dan
orang lain.

Kami telah berupaya menyempurnakan makalah ini, namun seperti kata pepatah,
“Tak ada gading yang tak retak”, maka kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun dari orang-orang yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca makalah
ini. Kami sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya untuk seluruh
mahasiswa. Dan kami mohon maaf apabila ada kekurangjelasan pengertian, kesalahan tulisan
dan kata-kata yang tidak berkenan dihati yang terdapat di dalam makalah ini.

Gresik, 4 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan............................................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................................

Bab II Pembahasan............................................................................................................

2.1 Konsep Sehat Sakit dan Penyakit Menurut Agama........................................................


2.1.1 Konsep Sehat Menurut Islam.............................................................................
2.1.2 Konsep Sakit Menurut Islam...............................................................................
2.1.3 Konsep Penyakit Menurut Islam.........................................................................
2.2 Manajemen Menghadapi Respon Sakit dan Penyakit.....................................................
2.2.1 Pengertian Empati...........................................................................................
2.2.2 Pengertian Simpati..........................................................................................
2.2.3 Perbedaan Empati dan Simpati.........................................................................
2.2.4 Peran Perawat Profesional Menurut Nilai-Nilai Islami........................................
2.2.5 Akhlaq Perawat Muslim yang Profesional.........................................................
2.2.6 Peran Perawat Dalam Membimbing Praktek Ibadah Pasien...................................
2.3 Konsistensi Beribadah dalam Berbagai Kondisi Sakit....................................................
2.3.1 Pengertian Konsistensi Beribadah dalam Berbagai Kondisi Sakit.........................
2.3.2 Tata Cara Ibadah dalam Kondisi Sakit................................................................
2.3.3 Ibadah yang Dilakukan Saat Sakit.....................................................................

Bab III Penutup................................................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interprestasi,banyak faktor
yang mempengaruhi kondisi sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi
kesehatan mengartikan sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Konsep sakit ini
penting untuk diketahui agar kita merasakan tanda sakit atau kurang sehat, maka kita bisa
segera mendatangi tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila
memang sakit, maka kita akan segera mendapatkan pengobatan yang tepat dari ahlinya
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa yang dimaksud konsep sehat sakit dan penyakit menurut agama ?
2 Bagaimana respon kita seorang perawat saat menghadapi pasien yang sedang sakit ?
3 Bagaimana pola beribadah kita saat sedang sakit ?.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep sehat sakit dan penyakit menurut agama
2. Untuk mengetahui respon seorang perawat saat menghadapi pasien yang sedang sakit
3. Untuk mengetahui pola ibadah kita saat sedang sakit
1.4 Manfaat
1.Sebagai pengetahuan tentang sehat sakit dan penyakit
2.Sebagai pengetahuan tentang respon saat menghadapi orang yang sakit
3.Sebagai pengetahuan tentang bagaimana ibadah kita saat sedang sakit
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sehat Sakit dan Penyakit Menurut Agama


2.1.1 Konsep Sehat Menurut Islam
Kesehatan dalam ajaran islam selalu menekankan agar setiap orang memakan
makanan yang baik dan halal sebagaimana Firman Allah SWT yang artinya : “wahai sekalian
manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang dibumi. Wahai orang-orang
yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.”
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit, akan
tetapi meliputi seluruh aspek kebutuhan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Dalam pengertian yang paling luas, sehat merupakan suatu keadaan
yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
internal (psikologis, intelektual, spritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial
dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Tokoh muslim dalam ilmu kesehatan
1. Hunain Ibnu Ishaq
Dia dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Dia adalah
spesialis mata. Hasil karyanya ialah buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit. Dia
banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab.
2. Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi
Dia dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada tahun 909 M. Buku
karangannya tentang kedokteran dijadikan buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya
diberi nama Al Hawi (menyeluruh). Ia menemukan penyakit cacar dan membaginya menjadi
cacar air (variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi atau
hipertensi.

3. Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan di Afsara (Asia Tengah) pada tahun 980 H atau 1593 M dan
meninggal di Isfahan pada tahun 1037 H atau 1650 M. Bukunya yang sangat terkenal
dibidang kedokteran adala Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran baik
universitas-universitas Eropa maupun negara islam.
4. Abu Mawar Abdul Malik Ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur
Dia lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun 1162 M. Dia sebagai dokter
spesialis penyakit dalam atau internis.

2.1.2 Konsep Sakit Menurut Islam

Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses


tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses
penyesuaian diri manusia. Sakit juga bisa dikatakan sebgai gangguan dari fungsi yang normal
dimana individu sebgai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi
sosial (Parsons,1972). Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta
terganggunya kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Pandangan islam tentang sakit adalah sebagai berikut :
1. Sakit Sebagai Ujian
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Begitulah Allah SWT menguji manusia, untuk melihat siapa diantara hamba-Nya yang
memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Allah SWT menegaskan bahwa
Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman. Semua ujian yang diberikan-Nya
semata-mata agar hamba-Nya menjadi lebih baik dihadapan-Nya.
2. Sakit Sebagai Isyarat atau Hikmah
Saat Allah SWT menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertenu yang menjadi
penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah SWT melakukan sesuatu tanpa sebab yang
mendahuluinya atau tanpa hikmah dibalik semua itu. Allah SWT pasti menyimpan hikmah
dibalik setiap sakit yang kita alami.
Sakit juga sebagai isyarat bahwa ada pesan dibalik adanya penyakit itu, sampai sejauh
mana diri memanfaatkan dan menjaga amanah tubuh ini untuk beribadah atau tubuh lebih
banyak digunakan untuk melakukan hal yang jauh dari Nya.
3. Sakit Sebagai Penebus Dosa
Kebanyakan penyakit berasal dari kerusakan hati, keburukan sikap dan sifat, sehingga
paling gampang dan murah untuk membersikan hati dan memperbaiki kelakuannya. Dalam
beberapa hadist disebutkan bahwa sakit adalah cara Allah untuk menebus atau mengurangi
dosa seseorang. Sakit dapat diumpamakan sebagai penggugur dosa seperti barang haram yang
menjalar ditubuh akhirnya dapat dilarutkan. Anggota badan yang terasa sakit dan nyeri itu
sama saja dengan disucikan.
4. Sakit Sebagai Barokah
Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tetapi kadang sakit itu juga barokah,
sebagaimana Nabi Ayyub a.s sakitnya justru menambah ketaatannya kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya
”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab :
“Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.”
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit
demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses
pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)
Karena itu barokah bukanlah perkara harta tentang cukup dan mecukupi saja, tetapi
barokah adalah ketaatan kita kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik dalam
keadaan berlimpah atau sebaliknya.
5. Sakit Sebagai Azab
Bagi seorang mukmin sakit dapat menjadi ujian, penebus dosa, barokah karena tetapnya
iman. Namun bagi sebgaian orang, sakit bisa menjadi azab yang akan membinasakan dirinya.
Allah SWT berfirman
“Katakanlah : “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu
atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang
saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang
lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti
agar mereka memahami (nya)” (Q.S Al-An’aam : 65)
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang kecil didunia
sebelum azab yang lebih besar diakhirat, meudah-mudahan mereka kembali ke jalan ynag
benar” (Q.S As-Sajdah : 21)
Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan. Sesungguhnya segala
macam bencana yang menimpa kita pada hakikatnya adalah karena perbuatan kita sendiri.
Allah SWT berfirman
“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,
dan Allah memaafkansebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Q.S Asy-Syura: 30)
Ingatlah bahwa azab yang diturunkan Allah SWT terhadap seseorang di dunia bisa
berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam, peperangan, sakit atau nahkan
kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu yang diazab oleh Allah SWT dengan
berbagai macam penyakit yang aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka
tetap bertahan di dalam kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah
ditampakkan di hadapan mereka. Sebagaimana firman Allah
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali, didalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka” (Q.S Thaahaa
:113)
Allah SWT juga berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka
maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka
sedikitpun” (Q.S Ali ‘Imraan : 116)
6. Sakit Adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah SWT senantiasa menuji hamba- hamba-Nya
untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki ketulusan iman. Siapa diantara
hamba-hamba-Nya yang sabar, yang sanggup bertahan, baik dalam susah maupun senang.
Inilah golongan yang dirahmati Allah SWT. Dari Anas bin Malik r.a diriwayatkan bahwa ia
menceritakan Rasulullah SAW bersabda :
“Sesunguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah
mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barang siap yang
ridha menerima cobaan-Nya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barang siapa
yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kemurkaan Allah” (HR Tirmidzi)
Rasullah SAW saat menjenguk orang sakit, Beliau senatiasa mengucapkan “Laa ba’sa
thahuurun,insya Allahu ta’ala” tidak mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-
dosamu). Inilah yang dimaksud bahwa islam memandang sakit bisa bermakna cinta . cinta
dari Sang Ilahi agar hamba-Nya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan
segala noda dan dosanya di dunia.

2.1.3 Konsep Penyakit Menurut Islam


Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk
menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.

Klasifikasi penyakit menurut umum

1. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menyerang tubuh manusia. Kuman dapat
berupa virus, bakteri, amuba atau jamur. Beberapa jenis penyakit menular adalah beri-beri,
cacingan, cacar air, campak, demam berdarah, hepatitis, malaria dan lain-lain.
2. Penyakit Tidak Menular
Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem
fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut
contohnya ialah batuk, sariawan, sakit perut dan sebagainya.
3. Penyakit Kronis
Penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis yang sering menyebabkan
kematian kepada si penderitanya antara lain AIDS, serangan jantung dan kanker.

Klasifikasi penyakit menurut islam

1. Penyakit Hati atau Rohani


Penyakit hati atau rohani ialah sifat dan sikap buruk dan merusak rohani, yang akan
mengganggu kebahagiaan manusia, merintanginya untuk memperoleh keridhaan Allah dan
mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak. Penyakit hati yaitu penyakit yang
bersemayam dalam hati, terdiri dari dua macam, yaitu penyakit syubhat yang disertai
keraguan dan penyakit syahwat yang disertai kesesatan.
Macam-macam penyakit hati
a. Nifak atau Munafik
Orang yang punya penyakit ini disebut munafik mereka mengatakan apa-apa yang tidak ada
didalam hati mereka. Allah memfirmankan :
“Dan sebagian dari pada manusia berkata : kami telah berimankepada Allah dan hari akhir,
padahal mereka bukan orang-orang yang beriman, Mereka hendak menipu Allah dan orang-
orang beriman padahal mereka tidak lain,melainkan menipu diri mereka sendiri, tetapi
mereka tidak menyadarinya. Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah
penyakit mereka, dan bagi mereka azab yang pedih, tersebab mereka telah berdusta.”(Q.S Al-
Baqarah :8,9,10)
b. Hasad atau Iri Hati
Yaitu orang yang benci kepada orang yang diberi nikmat oleh Allah dan ingin agar nikmat
tersebut terlepas dari padanya. Penyakit ini mengahabiskan semua pahala amal yang telah
dikerjakan, seperti yang tertulis dalam sabda Rasullullah
“Jauhilah iri hati, karena ia akanmemakan semua kebaikan (pahala) sebagaimana api
memakan kayu bakar yang kering.” (HR Abu Daud)
c. Tabzir atau Mubadzir
Yaitu sifat yang menyia-nyiakan harta, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang mubadzir itu adalah kawan-kawannya syetan.” (Q.S Al-
Isra’ : 27)
d. Anniyah
Yaitu egoistik, mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah saudara.” (Q.S Al-Hujurat : 14)
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa jika umat islam mementingkan dirinya sendiri saja,
berarti dia durhaka kepada Allah. Dan sifat ini termasuk dalam penyakit rohani atau hati.
e. Al-Bukhtan
Yaitu penyakit yang menjiwai, seseorang pendusta atau berdusta atau mengada-adakan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Berdusta ini salah satu tanda munafik. Dan munafik ini
adalah orang yang berpenyakit rohani.
f. Takkabur
Yaitu sikap seseorang yang mebesarkan diri atau merasa dirinya lebih dari orang lain.
Rasulullah SAW berfirman: “Takabbur itu adalah selendangKu” (Hadist Qutsi)
g. Riya’
Adalah penyakit yang diderita seseorang yang selalu ingin dipuji, ingin dilihat orang dalam
beramal. Tidak ada keikhlasan dalam beribadah dan beramal. Apa yang disedekahkan harus
diumumkan dan harus diketahui masyarakat. Sifat seperti ini merupakan penyakit hati yang
harus diobati.
2. Penyakit Jasmani
Penyakit jasmani ialah penyakit badan, penyakit yang tampak dan dapat kita rasakan.
Penyakit jasmani ini dapat disembuhkan oleh dokter dan mudah dideteksi dengan bantuan
medis.

2.2 Manajemen Menghadapi Respon Sakit dan Penyakit


2.2.1 Pengertian Empati
Empati dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan jiwa yaang merasa iba melihat suatu
penderitaan orang lain dan terdorong dengan kemauan sendiri untuk menolong tanpa
mempersoalkanperbedaan latar belakang agama, budaya, bahasa, kebangsaan, etnik,
golongan darah dan sebaginya ( Abuddin Nata)
Sebagai seorang manusia rasa empati sudah terkandug pada jiwanya. Lalu bagaimana
seseorang itu mengapilikasikannya. Islam mengajarkan kepada kita utuk bersikap, empati
seperti harus memiliki rasa sifat pemurah,dermawan, saling membantu, tolong-menolong dan
lainnya
2.2.2 Pengertian Simpati
Simpati adalah kecenderungan untuk merasakan perasaan, pikiran dan keinginan
orang lain. Namun kerena melibatkan perasaan, seringkali penilainnya menjadi subyektif.
Contoh kasus : Tn. Henra Melvan ( 51 tahun) di diagnosis menderita gagal ginjal kronik dan
fungsi ginjalnya sudah tidak normal lagi. Pada saat ini beliau sangat terggantung sekali
kepada alat pencuci darah (hemodialisa) dimana satu kali hemodialisamemerlukan dana
sekitar 400.000 dan harus dilakuan dua kali dalam satu minggu. Agar beliau dapat sembuh,
dokter menganjurkan untuk cangkok ginjal, cangkok ginjal dapat dilakukan pada ginjal yang
berasal dari saudara kandung maupun orang lain, asalkan dengan syarat komdisi ginjal
tersebut sehat. Tn Haris sebagai kakak menyubangkan satu ginjalnya kepada Tn. Melvan
kompas,19 agustus 2019)
2.2.3 Perbedaan Empati dan Simpati

Simpati

 Memberikan perhatian terhadap perasaan sedih saja


 Larut dalam berbagai perasaan duka
 Cenderung memberikan pendapat
 Bersifat subjektif

Empati

 Memberikan perhatian yang sama terhadap perasaan duka dan suka


 Tidak terlalu larut dalam perasaan dukanya
 Memberikan pendapat dan lebih memahami keluhan yang berduka
 Bersifat objektif
2.2.4 Peran Perawat Profesional Menurut Nilai-Nilai Islami
Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat Profesional :
1. Peran Pelaksana
a. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada
klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap
sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita
dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling mencintai
kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu tubuh.
b. Peran sebagai protector, lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien
untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek
samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak
boleh membuka aib saudara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita
memakan bangkai saudara kita yang mati.
c. Peran sebagai communicator, akan nampak bila perawat bertindak sebagai
mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat
dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan
selama 24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan.
d. Sebagai rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan
keperawatan, yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
dapat berfungsi normal.
2. Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat).
3. Peran Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi
masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan
keperawatan.

2.2.5 Akhlaq Perawat Muslim yang Profesional


1. Ikhlas
Ikhlas disini dalam artian sikap yang murni, semata-mata demi memperoleh ridhla
dan perkenan Allah dalam proses keperawatannya.
2. Ramah dan Santun
Ramah dan santun dalam menghadapi pasien dengan tidak membedakan kaya atau
miskin, golongan muslim atau non-muslim
3. Belas Kasih
Belas kasih dalam merawat pasien, yakni sikap simpati terhadap penderitaan orang
lain sehingga menimbulkan kesungguhan untuk menolong.
4. Sabar dan Tak Lekas Marah
Bila seorang perawat sedang kesal, waspadalah, karena kemarahan dan kekesalan
yang tidak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilakul yang keji, yang akan
melukai orang lain. Hal itu bisa membuat pasien merasa takut dan disa berakibat patal
bagi penya kitnya. Kita harus senantiasa bersabar dan menyayangi pasien seperti
keluarga sendiri
5. Bersikap Tenang
Bersikap tenang disini mempunyai arti tidak tergesa-gesa, teliti yakni seksama,
dengan hati-hati sekali, cermat dan rapi dalam merawat pasien.
6. Tenaga Kesehatan Harus Kuat Menyimpan Rahasia
Penyakit itu adalah salah satu aib (noda) bagi orang yang sakit. Ada beberapa macam
penyakit yang merupakan aib, hal ini sangat dirahasiakan oleh pasien. Agama Islam
tidak membenarkan seseorang membuka aib orang lain. Oleh sebab itu seorang tenaga
kesehatan tidak boleh membuka aib pasien kepada orang lain. Orang yang suka
mebicarakan aib orang lain, Allah SWT. mengancamnya dengan siksaan yang sangat
pedih, baik di dunia maupun di akherat kelak
7. Tenaga Kesehatan Harus Selalu Bersih, Rapih, Baik Jasmani Maupun Rohani.
Rohani atau jiwa Tenaga kesehatan hendaknya selalu bersih dan suci dari sifat-sifat :
hasad (dengki), sentimen, takabbur (sombong) dan lain-lain sifat yang tidak baik. Sebab
hanya dari jiwa yang bersih dan sucilah akan memancarkan sifat-sifat yang terpuji, sikap
yang baik dan ucapan yang menyenangkan. Tubuh dan pakaian Tenaga kesehatan
Muslim harus selalu bersih, rapih, sederhana dan tidak berlebihan dalam ber make up
atau memakai perhiasan.
8.Penampilan yang Menyenangkan
Gunakan selalu pakaian yang rapi, serasi dan tercium harum, kita tahu harum-
haruman yang baik akan membuat senang siapa pun yang berada disekitar kita.
Memakai pakain yang baik bukanlah tanda kesombongan. Allah maha indah dan
menyukai keindahan. Tentu saja dalam batas syari’at yang disukai Allah. Jangan
meremehkan penampilan karena hal ini akan membuat orang lain senang atau
sebaliknya
9. Mempunyai Sifat Pengabdian Pada Profesi
Kita tahu bahwa segala bentuk pekerjaan yang dilandasi oleh niat yang baik adalah
termasuk kedalam ranah ibadah, perlu kita ketahui bahwa bekerja adalah amanah,
bekerja adalah anugerah.

2.2.6 Peran Perawat dalam Membimbing Praktek Ibadah Pasien


Dalam menjalankan tugas, seorang perawat harus melandasi kepada pikiran dan
perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam kepada pasiennya yang dapat dilakukan
dengan cara:
1. Perawat juga bisa membimbing ritual keagamaan sesuai dengan keyakinan klien,
seperti cara bertayamum, salat sambil tiduran, atau berzikir dan berdoa. Bila
diperlukan perawat dapat mendatangkan guru agama pasien untuk dapat memberikan
bimbingan rohani hingga merasa tenang dan damai. Dalam kondisi sakaratul maut
perawat berkewajiban mengantarkan klien agar wafat dengan damai dan bermartabat.
2. Tugas seorang perawat, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi
menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. “Pernyataan tidak
memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara
medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya
dengan mengabaikan hukum sebab akibat, katanya”.
3 Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
hingga kondisinya semakin shaleh yang bisa mendatangkan ”manjurnya” doa.
Setelah perawat mengkaji agama pasien, yang harus dilakukan adalah menanyakan
apakah pasien kita mampu melakukan ibadahnya . Jadi, tugas kita disini adalah
mendampingi pasien tersebut dan membantu segala keterbatasan fisiknya. Tentu
bantuan disini disesuaikan dengan agama pasien dan bagaimana keadaan pasien
sendiri.
Beberapa peran perawat dalam membimbing pasien praktek ibadah sehari-hari antara
lain :
1. Membimbing Pasien Untuk Berwudhu atau Bertayamum (Thaharah)
Seorang perawat harus memiliki rasa perhatian penuh terhadap pasien, bahkan
perawatpun harus mapan dalam membantu pasien saat bersuci. Pada saat hendak
melaksanakan ibadah maka perawat harus bisa membantu pasien untuk bersuci
(thaharah) terlebih dahulu. Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Alquran dan
sunah. Pertama yang harus dilakukan oleh perawat membimbing pasien untuk
berwudhu, bila pasien tidak mampu, perawat yang akan membantu untuk melakukan
tayamum. Tayamum adalah bentuk thaharah (bersuci) sebagai pengganti wudhu dan
mandi untuk menghilangkan hadas. Tayamum dilakukan ketika wudhu dan mandi
tidak dapat dilaksanakan.
2. Membimbing Pasien Sholat Apabila Waktunya Telah Tiba
Shalat hukumnya fardhu (wajib) bagi setiap orang yang beriman yang telah
memenuhi syarat, baik laki-laki maupun perempuan walaupun dalam keadaan sakit.
Shalat dibebankan kepada setiap kaum muslimin dan tidak boleh meninggalkannya,
kecuali bagi orang gila, anak kecil yang belum baligh, dan wanita yang sedang haid
atau nifas. maka dari itu sebagai perawat kita wajib mengingatkan pasien kita agar
terus menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim
3. Membimbing Tadarus Al-Qur’an
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit,
rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh.
Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada
mengeluh atas penyakit yang dideritanya.
4. Membimbing Agar Selalu Berdoa Kepada Allah
Pasien dalam keadaan sakit apapun tetap harus memohon petolongan kepada Allah
SWT, karena hakekatnya Allahlah yang memberikan kesembuhan bagi yang sedang
sakit. Seorang perawat harus mampu membimbing berdoa pasiennya agar lekas
diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.
5. Membimbing Pasien Agar Selalu Berdzikir Kepada Allah
Keadaan batin pasien tidak stabil, selalu berprasangka buruk dengan apa yang Allah
ujikan kepadanya. Sebagai perawat yang profesional kita harus mampu membimbing
pasien agar selalu mengingat Allah (dzikir) agar batin pasien menjadi lebih tenang
dan tidak berprasangka buruk terhadap apa yang pasien hadapi. Dzikir adalah
mengingat Allah. Bila seseorang berdoa dengan khusyu hingga tak terasa air mata
menetes karena sangat nikmat berdzikir dan munajat kepadaNya, Allah akan
memberikan pertolongan kepadanya pada hari kiamat kelak
6. Membimbing Untuk Bersabar dan Rela Terhadap Ketentuan Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu sesungguhnya Allah besrta orang-orang yang sabar”
7. Sebelum Pasien Pulang, Perawat Membimbing Pasien dan Keluarga Untuk Berdoa
(Mensyukuri Nikmat Sembuh)
"Wahai Tuhanku, bahwasanya aku memohon kelapangan dalam waktu yang dekat,
kesabaran yang sempurna, rizki yang luas, terhindar dari segala bala. Ya Allah aku
memohon kepada Engkau untuk pandai mensyukuri nikmat sehat yang Engkau
limpahkan. Ya Allah aku memohon kepada Engkau kecukupan dari manusia (tidak
memerlukan kepada orang lain). Tak ada daya dan tak ada tenaga, kekuatan
melainkan dengan Allah yang Maha tinggi lagi maha besar”.

2.3 Konsistensi Beribadah dalam Berbagai Kondisi Sakit


3.3.1 Pengertian Konsistensi Beribadah dalam Berbagai Kondisi Sakit
Seorang Muslim mempunyai kepribadian konsisten, dengan berlandaskan akidah
yang benar, ia tak mudah goyah karena bencana dan kejadian apa pun. Akidahnya
tetap, karena kekuatan konsistensi, serta keyakinannya yang tidak goyah. Karena itu
kita melihat seorang Muslim yang benar akidahnya, dalam setiap keadaan, pekerjaan,
serta perkataannya, selalu konsisten. Dalam keadaan gembira, sedih, ditimpa
kesulitan, atau mengalami berbagai kemudahan, ia tak berubah, selalu konsisten.
Konsistensinya dalam setiap keadaan itu disebabkan akidahnya. Dalam banyak
kesempatan kita bisa melihat seorang Muslim yang berakidah benar, semua sikap dan
perilakunya tak pernah berubah.
Selain ketaatan serta ibadahnya yang tetap, ruang batinnya pun tak berbeda
dengan apa yang dinyatakannya. Ia beribadah bukan agar dilihat manusia. Ia taat
bukan sekadar pura-pura. Sebab suka mengelabuhi manusia adalah termasuk ciri
orang munafik, sebagaimana diterangkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Sakit
bukanlah alasan untuk tidak beribadah atau mengurangi intensitas ibadah yang sudah
rutin kita lakukan, bahkan kita tetap beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada
Allah, banyak berdoa dan berharap hanya kepada Allah. Di antaranya adalah ibadah
hati berupa kesabaran dan menerima takdir. Serta ibadah zhahir seperti shalat dalam
keadaan sakit, membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdoa.
3.3.2 Tata Cara Ibadah dalam Kondisi Sakit
1.Diperbolehkan Tayamum

Tayamum diperbolehkan bagi orang yang sakit dan tidak boleh terkena air
atau apa bila terkena air akan bertambah parah sakitnya atau mengundur proses
penyembuhan, tayamum ini dilakukan tidak hanya sebagai pengganti wudhu tapi juga
sebagai pengganti dari pada mandi besar, tata cara tayamum adalah dengan
menempelkan kedua telapak tangan ketempat yang berdebu atau berpasir kemudian
mengusapkanya ke wajah dan ketangan sampai batas pergelangan dan ini dilakuakan
cukup sekali saja, bagi yang boleh terkena air disebagian anggota tubuhnya namun
anggota tubuh yang lain tidak boleh terkena air maka anggota tubuh yang boleh
terkena air dibasuh atau dicuci dengan air kemudian kekuranganya disempurnakan
dengan tayamum, misalnya orang yang sakit kemudian kencing atau berak atau
selesai haid dan nifas, maka ia boleh cebok untuk membersihkan bagian yang kotor
tersebut kemudian selebihnya disempurnakan dengan melaksanakan tayamum.

Gerakan tayammum juga mudah dan sederhana bagi orang sakit. Cukup tiga gerakan,
yaitu:

1. Menepuk permukan bumi (misalnya dinding yang mengandung debu) dengan


kedua telapak tangan sekali tepuk kemudian meniupnya.
2. Mengusap punggung telapak tangan kanan dan kiri bergantian sampai telapak
tangan dengan sekali usap
3. Mengusap wajah dengan kedua tangan sekali usap

2. Sholat Semampunya
Sholat harus tetap dilaksanakan oleh orang yang sakit separah apapun selama
dia masih sadar, tetapi bagi yang tidak mampu melaksanakan sholat dengan gerakan-
gerakan yang sempurna maka ia diberi keringanan untuk sholat semampunya,
misalkan ada orang sakit yang tidak mampu melaksanakan sholat dengan berdiri maka
ia boleh melaksanakan sholat dengan duduk, kalau duduk juga tidak mampu maka
dilaksanakan dengan berbaring miring kearah kiblat, jikalau miring juga tidak mampu
maka dilaksanakan dengan cara berbaring, bahkan yang sudah tidak bisa
menggerakan seluruh anggota badanyapun harus tetap mengerjakan sholat meskipun
hanya dengan isyarat kedipan mata. Hal ini dikarenakan kita tidak dituntut
melaksanakan ibadah yang kita tidak mampu, dalam artian pelaksanaanya semampu
kita, sebagaimana firman Allah :
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” ( QS.
Al-Baqarah : 286 )
3. Dihitung pahala seperti ketika sehat
Orang yang biasa mengerjakan amalan-amalan ibadah ketika sehat kemudian
ia sakit dan tidak bisa melaksanakan amalan tersebut dikarenakan sakit maka ia tetap
mendapatkan pahala mengerjakan amal tersebut meski ia tidak mengerjakan amalan
tersebut karena tidak mampu, hal ini sebagai mana hadits Rasul shalallahu ‘alaihi
wasalam :
‫سو ُل قَا َل‬ َ ‫علَي هه للا‬
ُ ‫صلى للاه َر‬ َ ‫سلَ َم َو‬ َ ‫سافَ َر أ َ ْو ال َع ْبد ُ َم هر‬
َ ( ‫ض هإذَا‬ َ ‫ص هح ْي ًحا ُم هق ْي ًما يَ ْع َم ُل َكانَ َما همثْ ُل لَهُ ُكته‬
َ ‫ب‬ َ )
“jika seorang hamba sakit atau dalam keadaan safar maka ditulis baginya pahala
sepertia ia beramal dalam ketika tinggal ( bermukim ) di rumahnya atau dalam kondisi
sehat “ ( HR. Bukhari ).
4. Do’a obat mujarab bagi orang sakit
Allah berfirman :
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” ( QS. Yunus 57 )
“dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.” ( QS. Al-Isra’ 82 )

3.3.3 Ibadah yang Dilakukan Saat Sakit


1. Membaca Al Qur’an

Satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu”
ketika sakit untuk membaca Al Qur’an. Karena Al Qur’an memang bisa mengobati
kesedihan, kegelisahan hati, serta bisa mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk
semua ayat dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami
turunkan dari Al Qur`an suatu yang menjadi penawar kesembuhan dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Al Israa : 82)

2. Berdzikir kepada Allah


Waktu luang sangat banyak ketika sakit. Mungkin anggota badan lemah dan
tidak bisa bergerak tetapi kebanyakan orang sakit lisan mereka masih mudah untuk
digerakkan berdzikir kepada Allah. Berdzikir akan menenangkan hati dan melawan
kegelisahan bagi si sakit.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)

3. Berdoa kesembuhan kepada Allah


Misalnya doa berikut ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillāh” tiga kali,
lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’ūdzu billāhi wa qudrātihi min syarri maa ajidu wa
uḥaadzir”

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun
profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-
faktor yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan
penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri. Faktor emosional juga
mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksankannya.
3.2 Saran
Untuk menjaga keadaan kita tetap sehat dan fit berfikirlah yang positif, karena keadaan sakit
dimulai dengan keadaan jasmani, rohani dan sosial yang kurang baik. Sakit bukan saja karena
faktor alam tetapi faktor dari alam bawah sadar kita.

DAFTAR PUSTAKA
https://perkarahati.com/2015/09/10/makna-sakit-dalam-islam/ diakses tanggal 10 november
jam 10.32

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit dikases tanggal 10 november jam 11.30

https://www.academia.edu/36194696/KLASIFIKASI_PENYAKIT_DALAM_ISLAM_Jurnal
diakses tanggal 10 november jam 11.33

Anda mungkin juga menyukai