Anda di halaman 1dari 27

MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR(ISBD)

“PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Disusun oleh kelompok 6 :
 Mia Hammidah
 Nuzul Citra Dewanti
 Putri Widiawati
 Qorry Afifah
 Raihan Walid Ramadhan
 Rohmah Saniyah

TINGKAT 1 D-IIIB
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mempermudah kami dalam pembuatan makalah
Ekologi ini yang berjudul “Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat”, hingga akhirnya terselesaikan
dengan tepat waktu. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman, dan keluarga yang
telah mendukung kami.

Makalah ini telah kami susun dan kami selesaikan semaksimal mungkin, untuk itu apabila
kami masih terdapat banyak kesalahan dari segi penyusunan dan tata bahasa yang kami gunakan,
kami memohon maaf sebesar – besarnya. Untuk itu apabila teman– teman sekalian memiliki saran
dan kritik kami akan menerima dengan tangan terbuka.

Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia
yang sempurna, kecuali Allah.

Demikian kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat..........................................................................6
2.2 Stratifikasi Sosial dan Status Sosial..................................................................................................7
2.3 Elit dan Massa.................................................................................................................................15
2.4 Pembagian Pendapatan...................................................................................................................19
2.5 Strategi Mengatasi Kesenjangan Sosial..........................................................................................21
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masyarakat dimanapun di dunia, akan selalu dijumpai keadaan yang
bervariasi, keadaan yang tidak sama. Satu hal yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa
keadaan di dunia selalu bergerak dinamis. Dari segi alam ternyata bahwa tumbuhan
tumbuhan, tumbuh mulai dari kecil hingga besar dan dapat menghasilkan buah. Demikian
dalam kenyataan terlihat ada pohon besar dan pohon kecil, jenisnyapun berbeda. Demikian
juga dengan masyarakat. “ masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama,
bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar Ilmu Sosial Dasar Halaman 1 dari 7 bahwa
mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit
terkecil masyarakat adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan,
bawahan.. diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui
katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk
berpendapatan tinggi. Kenyataan-kenyataan yang terlihat ini menunjukkan baha didalam
kehidupan manusia, maupun kehidupan alamterdapat adanya tingkatan/lapisan didalamnya;
pelapisan terdapat sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat. Pelapisan maskudnya adalah
keadaan yang berlapis-lapis atau bertingkattingkat. Istilah pelapisan diambil dari kata
stratifikasi. Istilah stratifikasi berasal dari kata stratum (jamaknya adalah strata, yang berarti
lapisan). Pitirim A sorokin mengatakan bahwa pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchies). Perwujudan dari
gejala stratifikasi sosial adalah adanya tingkatan tinggi dan rendah. Dasar dan inti lapisan-
lapisan didalam masyarakat adalah karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian
hak, kewajiban dan tanggung jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial an
pengaruhnya diantara anggota masyarakat. Di dalam suatu masyarakat, pasti ada sesuatu
yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat agraris, tanah adalah sesuatu yang
paling dihargai; bagi masyarakat industri, uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada
masyarakat kota, pendidikan dapat merupakan hal yang paling dihargai. Sumbersumber
seperti uang,tanah, pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka yang

4
memiliki uang, tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati lapisan atas suatu
masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu, dalam istilah
sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian pelapisan berarti bahwa dalam
masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai posisi berbeda-beda
dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana golongan-golongan itu mendapat atau
menikmati hakhak tertentu.

Berarti tidak semua perbedaan posisi di dalam masyarakat menunjukkan adanya


pelapisan di dalam masyarakat. Misalnya kedudukan suanmi sebagai kepala keluarga
ataupun kedudukan pemuda dalam masyarakat tidak Ilmu Sosial Dasar Halaman 2 dari 7
membentuk suatu lapisan tertentu didalam masyarakat yagn mempunyai hak-hak tertentu.
Setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak
dan kewajiban akan terlihat dalam kedudukan (status) dan peranan (role) yang dijalankan
individu tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk terjadinya
pelapisan didalam masyarakt.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud pelapisan sosial dan kesamaan derajat?
2. Bagaimana stratifikasi sosial dan status sosial
3. Bagaimana pembagian dalam pendapatan?
4. Apa saja strategi yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan sosial?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pelapisan sosial dan kesamaan derajat
2. Untuk mengetahui bagaimana stratifikasi sosial dan status sosial dan pembagian dalam
pendapatan
5. Untuk mengetahui apa saja strategi yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan sosial?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat


 Pelapisan Sosial
Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut
Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas
tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat.
Menurut P.J. Bouman, pelapisan social adalah golongan manusia yang ditandai dengan
suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh Karena itu, mereka
menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota
masyarakat yang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas tinggi mempunyai hak-
hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam
masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya
pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan,
ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga
dalam masyarakat kedalam kelas-kelas social secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat
lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas social tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok
lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-
macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan
wewenang.

6
 kesamaan derajat

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbale balik, maksudnya orang sebagai anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-undangan atau
Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali dalam arti semua
orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang
diberikan dalam berbagai faktor kehidupan.

Pelapisan sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini berkaitan satu sama
lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas dalam masyarakat yaitu antara kelas
tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan derajat adalah suatu yang membuat bagaimana
semua masyarakat ada dalam kelas yang sama tiada perbedaan kekuasaan dan memilikihak
yang sama sebagai warga negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara kalangan atas dan
kalangan bawah.

2.2 Stratifikasi Sosial dan Status Sosial

1. Stratifikasi Sosial

 Pengertian Stratifikasi Sosial


Isitilah dari kata stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin, yakni stratum
yang berarti tingkatan serta socius yang berarti masyarakat atau teman.
Dari situlah diambil pengertian stratifikasi sosial adalah tingkatan-
tingkatan yang ada dalam masyarakat.

Menurut para ahli :

 Menurut Max Weber

Menurutnya pendapat dari M. Z. Lawang, sosial stratifikasion merupakan


pengelompokan orang-orang yang termasuk ke dalam sebuah sistem
sosial tertentu pada lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilege dan juga prestise.

7
 Menurut Pitirim A. Sorokin

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat


pada berbagai kelas secara bertingkat “hierarkis”.

Perwujudan dalam kasus ini yaitu terdapat beberapa lapiasan yang


berbeda di dalam masyarakat, dan dalam setiap lapisan itu disebut
dengan strata sosial.

Terlebih lagi bahwa stratifikasi sosial adalah ciri yang tetap dalam setiap
kelompok sosial yang teratur.

Beberapa lapisan di dalam masyarakat memang tidak jelas mengenai


batasnnya, namun akan nampak bahwa setiap lapisan terdiri dari
individu-individu yang memiliki tingkatan atau strata sosial yang secara
relatif adalah sama.

 Menurut Soerjono Soekanto

Menurut pendapat dari Soerjono SOekanto, pengertian dari sosial


stratifikasion adalah perbedaan masyarakat atau penduduk ke dalam
berbagai kelas secara bertingkat.

 Menurut Horton Dan Hunt

Menurutn pendapat yang disampaikan oleh Horton dan Hunt pengertian


dari sosial stratifikasion yaitu sistem perbedaan status yang berlaku atau
hidup dalam lingkungan masyarakat.

 Menurut P.J Bouman

Stratifikasi sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu


cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan
menurut gengsi kemasyarakatan.

 Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial

8
Terdapat dua proses terjadinya stratifikasi sosial, yakni secara otomatis
atau dengan sendirinya dan secara sengaja, berikut penjelasannya untuk
kalian semua:

1. Terjadi secara otomatis atau dengan sendirinya

Stratifikasi sosial yang terjadi secara tidak disengaja atau dengan


sendirinya. Stratifikasi sosial ini ditandai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Terbentuk sejalan dengan perubahan dalam masyarakat.


b. Terbentuk di luar kontrol masyarakat.
c. Berdasarkan sistem masyarakat yang bersangkutan.
d. Terbentuk karena perbedaan kedudukan seseorang dalam
masyarakat.
e. Dapat terbentuk karena alasan kepandaian umur, jenis kelamin, atau
keturunan.
2. Terjadi secara sengaja

Stratifikasi sosial bisa saja terjadi dengan sengaja, hal ini bermaksud
karena memiliki tujuan tentu atau untuk kepentingan bersama.
Penentuan dalam sistem dengan adanya wewenang sekaligus kekuasaan
yang diberikan oleh seseorang ataupun organisasi. Sebagai contoh
diberikan oleh partai politik, perusahaan tempat bekerja, atau
pemerintahan dan lain sebagainya.

Menurut pendapat dari Huky seorang pakar sosiologi, pendorong


terjadinya stratifikasi sosial diantaranya yaitu:

a. Adanya perbedaan ras, budaya, serta ciri biologis seperti warna kulit
dan juga latar belakang etnis

9
b. Pembagian tugas yang terspesialisai yang berhubungan dengan fungsi
kekuasaan dan juga status dalam stratifikasi sosial.
c. Kelangkaan yakni stratifikasi lambat laun yang ada dikarenakan
alokasi hak serta kekuasaan yang jarang atau langka.
 Fungsi
1. Sebagai suatu alat yang digunakan untuk penditribusian hak dan juga
kewajiaban, sebagai contoh dalam menentukan kedudukan, jabatan,
penghasilan seseorang dan lain sebagainya.
2. Sebagai alat untuk mempersatukan dengan pola menkoordinasikan
terhadap bagian-bagian yang ada dalam struktur sosial yang berfungsi
untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan sebelumnya.
3. Sebagai alat untuk penempatan individu ataupun seseorang dalam
suatu strata (lapisan) tertentu di dalam struktur sosial.
4. Sebagai penentu tingkatan mudah atau tidaknnya dalam bertukar
status ataupun kedudukan di dalam struktur sosial.
5. Untuk memecahkan berbagai persoalan yang terjadi di dalam
lingkungan masyarakat.
6. Serta untuk mendorong masyarakat agar dappat bergerak sesuai
fungsinya.

2. Status Sosial

 Pengertian
Kata ”status” berasal dari bahasa Latin yang berarti suatu kondisi
seseorang berdasarkan aturan hukum. Pada perkembangannya, istilah
status diadopsi oleh sosiologi untuk menjelaskan mengapa interaksi
sosial antar individu atau kelompok berbeda dan apa yang menentukan
setiap individu menjalankan peran sosialnya yang berbeda. Status sosial
adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang hierarkis,
yang sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi
dalam strata sosial berbeda-beda, tergantung pada hak dan kewajiban,

10
serta biasanya ditentukan pula oleh gaya hidup dan pola konsumsi
seseorang.

Menurut para ahli :

1. Mayor Polak (1979)

Menurut beliau. status dimaksudkan ialah sebagai kedudukan sosial dari


seorang oknumdidalam sebuah kelompok dan didalam masyarakat.
Status sosial ini memberi bentuk serta juga pola pada interaksi sosial.

2. Ralph Linton

Status sosial merupakan sekumpulan hak dan juga kewajian yang


dipunyai seseorang didalam bermasyarakat. Pemilik status sosial yang
tinggi akan ditempatkan juga pada tempat lebih tinggi dalam struktur
masyarakat dibandingkan dengan pemilik status sosial yang rendah.

3. Soerjono Soekanto

Status sosial merupakan tempat seseorang yang secara umum didalam


masyarakat sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan,
prestise serta juga hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

4. Pitirim Sorokin

Menurut Pitirim Sorokin untuk mengukur status dapat dilihat dari :

a. Jabatan / pekerjaan
b. Ilmu pengetahuan
c. Kekayaan
d. Agama
e. Politis , keturunan
 Cara menentukan status sosial

11
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menentukan status sosial
seseorang atau individu dalam suatu kelompok masyarakat, diantaranya
ialah:

1. Golongan Sosial

Konsep golongan sosial ini tergantung pada cara seseorang menentukan


golongan sosial itu sendiri. Status sosial timbul karena perbedaan status
di kalangan golongan masyarakat. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu:

a. Metode obyektif, yaitu status sosial yang ditentukan berdasarkan


kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, tinggi rendahnya
pendidikan dan jenis pekerjaan.
b. Metode subyektif, yaitu metode dimana golongan sosial dirumuskan
menurut pandangan anggota masyarakatnya sendiri yang menilai
dirinya dari hirarki kedudukan dalam masyarakat itu.
c. Metode reputasi, yaitu metode dimana golongan sosial dirumuskan
menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-
masing dalam status sosial masyarakat itu.

Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali sebutan golongan sosial


misalnya ialah golongan masyarakat atas, menengah, dan bawah.
Biasanya golongan masyarakat tingkat atas merupakan orang-orang
dengan golongan ningrat, sedangkan dari golongan menengah diduduki
oleh orang-orang kebanyakan yaitu tingkat yang sedang-sedang saja,
dan untuk golongan bawah ditempati oleh orang-orang yang dari segi
ekonominya sangat kekurangan.

2. Kelas Sosial (Social Class)

Kelas sosial ialah kedudukan seseorang atau keluarga dalam lapisan


masyarakat, dimana kedudukan atau golongan itu diperoleh secara
sadar serta diakui oleh masyarakat umum. Kelas sosial sendiri terbagi

12
berdasarkan aspek-aspek tertentu. Bisa berdasarkan keturunan, kondisi
ekonomi maupun berdasarkan kelas politik dan pekerjaan.

 Faktor yang mempengaruhi

Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya


keadaan status sosial seseorang dalam masyarakat masyarakat,
misalnya tingkat pendidikan, pemilikan kekayaan, jenis pekerjaan,
tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, dan partisipasi
dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan aktivitas serta usaha untuk meningkatkan


kepribadian dengan cara membina potensi-potensi pribadinya baik
rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) maupun jasmani (panca
indera dan keterampilan-keterampilan). Tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor yang bisa menentukan status seseorang dalam
lingkungan masyarakatnya. Sebab dari jenjang pendidikan yang dimiliki
seseorang akan menentukan peran orang tersebut dalam masyarakat.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah seluruh pendapatan kepala keluarga


maupun anggota keluarga lainnya yang dapat berwujud dalam bentuk
uang dan barang. Berdasarkan jenisnya, Badan Pusat Statistik (BPS)
membedakan jenis pendapatan menjadi dua yaitu:

a. Pendapatan berupa barang


Pendapatan berupa barang ialah segala pendapatan yang bersifat
regular dan biasa, namun tidak selalu berupa balas jasa dan diterima
dalam wujud barang atau jasa. Barang &jasa yang diterima memiliki

13
nilai yang sama dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau
disertai dengan transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa
tersebut.
b. Pendapatan berupa uang
Pendapatan berupa uang dapat dibagi menjadi pendapatan sektor
formal dan pendapatan sektor informal. Pendapatan sektor formal
ialah segala bentuk penghasilan yang bersifat regular dan
diterimakan biasanya karena balas jasa atau kontrasepsi di sektor
formal yang meliputi pendapatan berupa uang, contohnya adalah
gaji, upah dan hasil investasi dan maupun pendapatan lainnya.
Sedangkan pendapatan sektor informal merupakan segala
penghasilan baik berupa barang ataupun uang yang diterima karena
balas jasa atau kontraprestasi di sektor informal yang terdiri dari
pendapatan dari hasil investasi, dari keuntungan sosial, maupun
pendapatan dari usaha sendiri atau usaha yang dilakukan sendiri,
komisi dan penjualan dari hasil kerajinan rumah.
3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas.

Berbeda dengan pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas


merupakan kekayaan dalam bentuk barang-barang dimana masih
memiliki manfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas
atau kekayaan itu diantaranya ialah:

a. Barang-barang berharga.
Barang-barang berharga merupakan Pemilikan kekayaan yang
bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk maupun ukuran
b. Jenis-jenis kendaraan pribadi
Selain barang berharga, status sosial juga dapat dipengaruhi oleh
kepemilikan kendaraan-kendaraan pribadi individu. Umumnya
seseorang dengan status sosial yang tinggi dipengaruhi karena
kepemilikan kendaraan pribadi yang lebih bernilai.

14
4. Jenis tempat tinggal

Status sosial dalam suatu masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh jenis
tempat tinggal seseorang. Untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
seseorang berdasarkan rumahnya, dapat diketahui melalui 1), status
rumah yang ditempati, apakah rumah sendiri, rumah dinas, rumah
sewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain. 2) kondisi fisik
bangunan itu sendiri apakah berupa rumah permanen, dari kayu dan
bambu. 3) besarnya rumah yang ditempati. Semakin besar dan luas
rumah yang ditempati, maka akan semakin tinggi tingkat sosial
ekonominya.

5. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk


menopang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

6. Partisipasi dalam aktifitas kelompok.

Faktor lain yang dapat menentukan status sosial seseorang dalam suatu
kelompok atau masyarakat ialah tingkat partisipasinya dalam aktifitas
kelompok. Seseorang yang sering berpartisipasi dalam aktifitas
kelompoknya akan memiliki status sosial yang lebih tinggi, begitu pula
sebaliknya.

2.3 Elit dan Massa


            Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam
kepemimpinan. Sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak diikutsertakan.
Berbicara masalah elite adalah berbicara masalah pimpinan.

 Pengertian

Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelompok orang yang dalam
masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih yang khusus dapat diartikan

15
sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang
memegang kekuasaan.

Dalam cara pemakainnya yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam
masyarakat di puncak struktur-struktur social yang terpenting ,yaitu posisi tinggi didalam
ekonomi, pemerintahan aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-
pekerjaan dinas”. Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sengat menentukan watak elite.
Dalam masyarakat industry elitenya berbeda sama sekali dengan elite didalam masyarakat
primitive.

Di dalam suatu lapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai
posisi kunci atau mereka yang memeliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai
kebijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang
kaya, pension dan lainnya lagi. Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada
umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan
elite masyarakat.

 Fungsi Elite Dalam Memegang Strategi

             Dalam suatu kehidupan social yang teratur, bak dalam konteks luas maupun yang
lebih sempit. Dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecenderungan unuk
menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki
kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan massa.
Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap
peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan
dasar-dasar kehidupan pada masa-masa yang akan datang. Golongan minoritas yang
berbeda pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa adan menentukan dalam
studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat
untuk melayani suatu koletivitas dengan cara yang bernilai sosial.

             Kelompok minoritas yang mempunyai nilai secara sosial ini berkembang sejalan
dengan perkembangan fungsional dalam suatu masyarakat. Pengembangan elite sebagai
suatu kelompok minor yang berpengaruh dan menentukan dalam masyarakat tetap beranjak
dari fungsi sosialnya di samping adanya pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan

16
latar belakang sosial budaya masyarakat. Ada dua kecenderungan yang digunakan untuk
menentukan elite dalam masyarakat yaitu :

            Pertama, menitik beratkan pada fungsi sosial dan yang kedua, pertimbangan-
pertimbangan yang bersifa moral. Kedua kecenderungan penilaian ini menurut Parson
melahirkan dua macam elite, yaitu : Elite eksternal.

            Elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan
dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan Elite
eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi, berhubungan dengan problem-
problem yang memperlihatkan sifat yang keras, masyarakat lain atau masa depan yang tak
tentu.

            Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk
penampilan antara lain :

a) Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan
masyarakat secara keseluruhan.

b) Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan
yang dilandasi oleh kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikhis, material maupun
immaterial, merupakan heriditer maupun pencapaian.

c) Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar jika
dibandingkan dengan masyarakat lain.

d) Ciri-ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal di atas adalah imbalan
yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.

            Sejalan dengan cirri-ciri (yang walaupun tidak selalu tampak secara eksoplisit) ini
dan berdasarkan tata nilai dan norma yang melahirkan stratifikasi sosial maka kita akan
mengenal berbagai macam elite. Kelompok inti sosial akan melahirkan elite sesuai dengan
kecenderungan masyarakat menentukan golongan yang memiliki fungsi sosial terbesar atau
kelompok-kelompok terkemuka dalam masyarakat. Kelompok inti sosial itu mungkin para
pendeta, atau pemuka agama lainnya, mungkin para pemegang kekuasaan, militer dan lain-
lain yang dapat dijadikan perantara bagi kesejahteraan masyarakat.

17
            Di dalam masyarakat yang heterogen tentu banyak nilai yang dijadikan anutan
karena setiap golongan atau suku bangsa tentu memiliki kebiasaaan, kebudayaan maupun
adat-istiadat sendiri-sendiri. Di sini para elite harus dapat menyesuaikan dirinya dalam
menguasai masyarakat. Dalam hal ini mereka harus memperhatikan beberapa fungsi dalam
pengambilan kebijaksanaan untuk memimpin masyarakatnya agar terjadi kerjasama yang
baik dalam mencapai tujuan. Apa yang harus diperhaikan yaitu antara lain : tujuan yang
hendak dicapai, penyesuaian diri, integrasi, memperhatikan serta memelihara norma yang
berlaku dan memperhatikan kepemimpinan.

Tujuan yang hendak dicapai haruslah terikat dan merupakan tujuan bersama kepandaian
dalam menyesuaikan diri terutama bagi elite baru dapat membantunya secara efektif dalam
mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuannya. Sehubung dengan fungsi yang harus
dijalankan oleh elite dalam memegang pimpinan ia harus dapat mengatur strategi yang
tepat. Dalam hal ini kita dapat membedakan elite pemegang strategi secara garis besar
sebagai berikut:

a) Elite politik (Elite yang berkuasa dalam mencapai tujuan. Yang paling berkuasa biasanya
disebut elite segala elite).

b) Elit ekonomi, militer, diplomatic dan cendekiawan, (mereka yang berkuasa atau
mempunyai pengaruh dalam bidang itu).

c) Elite agama, filsuf, pendidik dan pemuka masyarakat.

d) Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikilogis, seperti : artis, penulis, tokoh film,
olahragawan dan tokoh hiburan dan sebagainya.

            Elite dari segala elite dapatlah menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite
pemegang strategi di tiap bidangnya untuk bekerja sebaik-baiknya.

            Kecuali itu di manapun juga para elite pemegang strategi tersebut memiliki prinsip
yang sama dalam menjalankan fungsi pokok maupun fungsinya yang lain, seperti
memberikan contoh tingkah laku yang baik kepada masyarakatnya, mengkoordinir serta
menciptakan yang harmonis dalam berbagai kegiatan, fungsi pertahanan dan keamanan;
meredakan konflik sosial maupun fisik dan dapat melindungi masyaraktnya terhadap
sebagai bahaya dari luar.

18
            Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat bagaimanapun juga menjadi
tanggung jawab mereka untuk dapat bekerjasama lain di dalam tiap lembaga kehidupan
masyarakat. Mungkin di dalam suatu masyarakat biasanya tindak-tanduk elite merupakan
contoh, dan sangat mungkin seorang elite diharapkan dapat melakukan segala fungsi yang
multi dimensi walaupun kadang-kadang hal itu sulit dilaksanakan.

 Pengertian Massa

            Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain
yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yang secara
fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.

       Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya
mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang
menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhn sebagai
diberitakan dalam pers, atau mereka yang berperan serta dalam suatu migrasi Dalam Arti
Luas.

 Ciri-Ciri Massa

Ciri-ciri yang membedakan di dalam massa :

1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi
orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat
kemakmuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai
massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang
pembunuhan misalnya melalui pers.

2. Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-
individu yang anonim.

3. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggota-anggotanya. Secara


fisik, mereka biasanya terpisah satu sama lain serta anonim, tidak mempunyai kesempatan
untuk menggerombol seperti yang biasa dilakukan oleh crowd

4. Very loosely organized, serta tidak bisa bertindak secara bulat atau sebagai suatu
kesatuan seperti halnya/crowd.

19
2.4 Pembagian Pendapatan

1. Komponen Pendapatan

Terdapat dua kelompok dasar dalam kehidupan ekonomi, yakni rumah tangga
produsen dan rumah tangga konsumen. Rumah tangga produsen memberikan jasa berupa
penjualan atas hasil produksinya kepada konsumen dan atas jasanya tersebut ia
mendapatkan balas jasa berupa keuntungan atau upah. Rumah tangga produsen juga bisa
mendapatkan balas jasa berupa bunga dari modal yang ditanam. Untuk besar kecilnya
bergantung pada kepentingan dari hasil dan sistem distribusi dan retribusi yang berlaku
2. Perhitungan Pendapatan

Masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya upah atau
sewa tanah, walaupun hasil yang dapat diperolehnya tetap. Namun demikian, tingkat upah
tidak bergerak bebas naik terus-menerus.
a. Sewa tanah
Sewa tanah adalah bagian dari pendapatan nasional yangditerima oleh pemilik tanah
karena ia telah menyewakan tanahnya kepada penggarap. David Ricardo mangatakan bahwa
perbedaan sewa tanah dipengaruhi oleh kesuburannya. Nilai jual total hasil produksi tanah
yang subur lebih besar daripada tanah yang tidak subur. Ada juga selain itu dari Von
Thunen yang mengatakan perbedaan sewa tanah dibedakan berdasarkan letak terhadap
pasar.
b. Upah
Adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh buruh, karena
menyumbangkan tenaganya dalam proses produksi. Menurut David Ricardo, upah ini
sebagai harga diri tenaga kerja. Sistem pemberian upah pun diatur dalam perjanjian kerja
yang terbagi atas upah harian, upah borongan, upah satuan, upah menurut waktu, upah
dengan premi, dan sebagainya. Yang masih menjadi persoalan adalah bagaimana
menentukan besaran upah tersebut sehingga penentuannya tidak memihak satu kelompok
tertentu.
c. Bunga Modal

20
Adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh pemilik modal, karena
telah meminjamkan modalnya dalam proses produksi. Modal yang ikut serta dalam proses
produksi akan memperbesar hasil produksi
d. Laba Pengusaha
Pengusaha memperoleh balas jasa berupa keuntungan karena telah mengorganisir
faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi. Pendapatan pengusaha diperoleh
dari beberapa sumber: apabila semua faktor produksi merupakan milik pribadi. Tetapi jika
hanya sebagian saja yang mempunyai hak milik maka balas jasa faktor yang dimiliki saja
3. Distribusi Pendapatan

 Adanya perhitungan pendapatan nasional akan berdampak pada kegiatan produksi


dan struktur perekonomian suatu negara. Selain itu juga mempermudah perancang
perekenomoian negara, karena telah diketahui bahan-bahan atau keterangan
mengenai situasi ekonomi baik secara makro maupun sektoral.
 Di samping itu adanya perhitungan pendapatan nasional tersebut juga dapat
berpengaruh pada penetapan pendapatan per kapita guna menunjukkan tingkat
potensi kemakmuran rata-rata. Akan tetapi perlu dicermati bahwa adanya petunjuk
pendapatan per kapita mengenai kemakmuran rata-rata suatu negara atau wilayah
belum tentu menunjukkan adanya kemerataan kemakmuran didalamnya.
 Sehingga butuh adanya suatu pendistribusian pendapatan nasional yang merata
untuk mendukung adanya kemerataan kesejahteraan tersebut. Salah satu konsep cara
pendistribusian pendapatan nasional sesuai dengan sistem perekonomian yang
diterapkan adalah aliran liberal atau klasik yang menganggap bahwa sesuai dengan
teori ekonomi liberal, lalu lintas dan arus distribusi pendapatan nasional dengan
sendirinya berlangsung dengan baik dan adil dan bila diatur oleh hukum permintaan
dan penawaran secara bebas melalui pasar.
 Sehingga berdasarkan uraian bahwa pentingnya suatu distribusi pendapatan nasional
yang adil dan merata maka pendistribusiannya sendiri perlu campur tangan
pemerintah, melalui peraturan-peraturan, upah, pajak, sewa, dan sebagainya.

2.5 Strategi Mengatasi Kesenjangan Sosial


 Pengertian

21
Kesenjangan sosial adalah suatu perbedaan antar individu atau kelompok dalam masyarakat
yang terjadi karena perbedaan status sosial, perbedaan status ekonomi, dan perbedaaan
kedudukan dalam masyarakt. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan cara
mengatasi kesenjangan sosial dalam perlakuan, perbedaan hukum, perbedaaan kesempatan,
dan perbedaan fasilitas umum yang didapatkan.

 Masalah Sosial
a. Kemiskinan yang meningkat
b. Pengangguran semakin banyak
c. Angka kriminalitas semakin tinggi
d. Kepadatan penduduk
e. Perilaku masyarakat yang menyimpang
f. Kesenjangan sosial
g. Kenakalan remaja
 Faktor Kesenjangan Sosial

 Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi adalah faktor yang paling banyak menyebabkan masalah sosial. Di antara
faktor ekonomi yang menyebabkan masalah sosial, yaitu kurangnya lapangan pekerjaan dan
pendapatan masyarakat yang tidak layak.

 Faktor Budaya
Semakin berkembangnya budaya dan masuknya budaya asing dapat menganggu fungsi
kebudayaan bagi masyarakat yang sudah ada sehingga dapat menimbulkan masalah sosial.
Contoh masalah sosial yang dapat terjadi adalah kenakalan remaja dan meningkatnya
perceraian.
 Faktor Biologis
Faktor biologis atau faktor lingkungan yang dapat menimbulkan masalah sosial di antaranya
adalah kurangnya fasilitas kesehatan pada suatu daerah, lingkungan yang rawan bencana
alam, dan pertumbuhan jumlah penduduk.

 Faktor Psikolgis

22
Faktor psikologis erat kaitannya dengan stress atau tekanan lingkungan. Umumnya banyak
terjadi di wilayah perkotaan.  Misalnya tingginya tuntutan hidup yang tidak diimbangi
pertumbuhan ekonomi.

 Faktor Teknologi
Saat ini teknologi berkembang sangat pesat. Media yang ada terus bertambah. Hal ini
memungkinkan semua informasi diterima dengan cepat tanpa diketahui benar atau salahnya.
Masalah sosial dapat terjadi dari sini.  Di antara masalah sosial yang dapat  terjadi karena
faktor teknologi adalah kriminalitas.

 Faktor Letak dan Kondisi Geografis

Pada umumnya tingkat pembangunan sebuah daerah dipengaruhi oleh letak dan kondisi
geografisnya. Masyarakat yang terletak di dataran tinggi cenderung lebih sulit butuh waktu
untuk membangun infrastruktur dibanding masyarakat yang berada di dataran rendah. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal di dataran rendah cenderung lebih cepat
berkembang. Dan kemudian menimbulkan kesenjangan sosial diantara kedua masyarakat
tersebut.

 Penyebab Kesenjangan Sosial

1. Kemiskinan dan Pengangguran

Kesenjangan sosial biasanya ditandai dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang
semakin naik dari tahun ke tahun. Bila masyarakat miskin dan menganggur mendominasi di
sebuah negara, maka pendapatan mereka pun sangat rendah. Dengan pendapatan yang tidak
pasti dan cenderung sangat rendah membuat daya beli masyarakat pada kebutuhan sekunder
akan menurun. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan keuntungan perusahaan tidak
optimal.

2. Target Pasar yang Tidak Tepat

Sesuai dari pengertian kesenjangan sosial dimana terjadi ketimpangan yang signifikan di
antara masyarakat maka akan membuat target pasar perusahaan tidak tepat arahnya. Jika

23
perusahaan mempunyai target pasar untuk kalangan menengah kebawah, maka akan
cenderung  merugikan perusahaan karena daya beli mereka cenderung tak stabil.

Akan tetapi meskipun perusahaan mempunyai target pasar untuk kalangan menegah keatas,
tidak menjamin perusahaan akan mengalami keuntungan. Mengingat kalangan elit di negara
Indonesia lebih menyukai belanja produk luar negeri daripada industri dalam negeri.

3. Sulit Mencari Tenaga Kerja yang Kompeten

Kenyataannya meskipun banyak pengangguran di Indonesia, tetapi banyak perusahaan yang


mengatakan kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkompeten. Kesenjangan
sosial menyebabkan tingkat dan kualitas pendidikan masyarakat banyak yang di bawah rata-
rata. Walaupun banyak yang bergelar sarjana, tetapi nyatanya keahlian mereka banyak yang
belum dibutuhkan di negara ini apalagi yang masih fresh graduate.

4. Maraknya Tindak Kejahatan

Kasus kejahatan di Indonesia dapat dibilang sangat tinggi. Bahkan baru-baru ini banyak
kasus kejahatan dari hacker yang merugikan perusahaan besar karena meretas data-data
penting di perusahaan.

Tingginya tidak kriminal di masyarakat bisa terjadi karena  permasalahan finansial akibat
kesenjangan sosial. Sampai saat ini ekonomi  menjadi salah satu faktor terbesar yang
menyebabkan seseorang atau sekelompok orang berbuat Tindak kejahatan.

 Mengatasi Kesenjangan Sosial

Cara mengatasi kesenjangan sosial mengingat banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan


kesenjangan sosial dan akibatnya terhadap masyarakat, maka diperlukan upaya untuk
mengatasi kesenjangan sosial. Upaya-upaya tersebut dirangkum dalam 5 hal di bawah ini,
yaitu :

1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah merupakan upaya yang paling utama untuk mencegah dan
mengendalikan kesenjangan sosial.  Di antara kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat

24
mencegah kesenjangan sosial antara lain kebijakan tentang pemerataan pembangunan,
kebijakan tentang sistem pendidikan, penyedeiaan lapangan pekerjaan, perbaikan sistem
perasilan,  upaya tindakan terhadap korban bencana alam, dan pemeliharaan lingkungan.

2. Sosialisasi

Sosialisasi umumnya berkaitan dengan peran lembaga pengendalian sosial. Dengan


sosialisai, diharapkan anggota masyarakat mempunyai kesadaran tentang pentingnya
pendidikan bagi manusia. Hal ini selanjutnya secara tidak langsung akan mengendalikan
anggota masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kejahatan atau kriminal.
3. Perbaikan Sistem Peradilan

Sistem peradilan yang diperbaiki mencakup mekanisme pelaksanaan sistem peradilan.


Dengan sistem peradilan yang baik, akan menjamin persamaan hukum bagi seluruh anggota
masyarakat. Hasilnya tidak ada lagi perbedaan hukum karena perbedaan status sosial dan
ekonomi seseorang. Sistem peradilan yang baik juga meniadakan korupsi, kolusi, dan
nepotisme yang berujung pada kesenjangan sosial.
4. Optimalisasi Sumber Daya

Kesenjangan sosial dapat dicegah dengan mengoptimalisasi sumber daya manusia dan
sumber daya alam dari suatu daerah. Walaupun terjadi bencana alam atau daerah yang
dikatakan miskin sumber daya, dengan optimasi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu bentuk optimasi sumber daya manusia adalah meningkatkan kreativitas
masyarakatnya dan meningkatkan kepercayaan diri.

5. Pemerataan Fasilitas Publik

Fasilitas publik atau fasilitas umum, serti sarana kesehatan dan sarana transportasi
diperlukan untuk mencegah kesenjangan sosial, terutama kesenjangan antara daerah dan
kota. Dengan fasilitas umum yang baik, daerah juga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, memperkecil perbedaan dengan kota.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut P.J. Bouman, pelapisan social adalah golongan manusia yang ditandai dengan
suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu. Pelapisan sosial
merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun,
pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa
selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan
sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu
pengetahuan, atau kekuasaan.

Faktor yang mempengaruhi kelas sosial adalah Tingkat Pendidikan,Pendapatan,


Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas, jenis tempat tinggal, Jenis tempat
tinggal, Partisipasi dalam aktifitas kelompok.

sifat perhubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah
timbal balik, artinya seorang itu sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan negara. Beberapa
hak dan kewajiban penting ditetapkan dalam undang-undang (Konstitusi) sebagai hak dan
kewajiban asasi.

Cara mengatasi kesenjangan sosial antara lain; 1. kebijakan pemerintah yaitu


kebijakan tentang pemerataan pembangunan, kebijakan tentang sistem pendidikan,
penyedeiaan lapangan pekerjaan, perbaikan sistem perasilan,  upaya tindakan terhadap
korban bencana alam, dan pemeliharaan lingkungan, 2. Sosialisasi, 3. Perbaikan Sistem
Peradilan, 4.Optimalisasi Sumber Daya, 5. Pemerataan Fasilitas Publik.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://duniapendidikan.co.id/kesenjangan-sosial/

https://stephaniangeline.wordpress.com/2017/01/08/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat/

https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/12/materi-ilmu-sosial-dasar-

pelapisan.html

http://sosiologis.com/status-sosial

https://www.gurupendidikan.co.id/status-sosial/

https://www.cekkembali.com/status-sosial/

27

Anda mungkin juga menyukai