Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TOKSIKOLOGI

STANDAR DAN SISTEM MONITORING BAHAN TOKSIK

Dosen Pembimbing :

DR. Dra. Tjiptorini, M. Kes

Disusun Kelompok 2 :

Dea Syakilla Syafitri (P21335120009)


Hana Sahirah (P21335120018)
Oktaviana Kharisma T.P (P21335120030)
Riezky Senja Pratama (P21335120033)

Program Studi Sanitasi Lingkungan

2- DIV Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “STANDAR DAN SISTEM
MONITORING BAHAN TOKSIK” yang merupakan salah satu tugas untuk
mata kuliah Toksikologi Lingkungan pada semester ketiga.

Kami juga berterimakasih kepada Ibu DR. Dra. Tjiptorini, M.Kes. yang
telah memberikan tugas makalah ini sehingga pengetahuan penulis dalam
penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi
penulis di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1. Biological Expossure Indices .......................................................................... 2
2.1.1. Pengertian ............................................................................................. 2
2.1.2. Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengurangi Kadar Bahan Kimia ... 4
2.1.3. Jenis Paparan Bahan Kimia .................................................................. 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk mengetahui penilaian paparan bahan kimia terhadap manusia dapat
dilakukan dengan cara pemantauan lingkungan. Untuk mempelajari kandungan
bahan kimia di dalam tubuh manusia dan efek biologi dari bahan kimia tersebut
dipakai metode pemantauan biologi (biological monitoring). Monitoring
lingkungan dan biomonitoring merupakan pemantauan terhadap efek toksin pada
manusia dan untuk mengevaluasi suatu paparan bahan kimia terhadap manusia,
tergantung dari faktor sifat fisikokimia suatu bahan, kebersihan diri manusia itu
sendiri serta beberapa biologi antara lain umur dan jenis kelamin. Monitoring
lingkungan dilakukan untuk menilai paparan bahan kimia terhadap manusia
sedangkan efek biologi pada manusia dapat dilakukan dengan biomonitoring.

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari manusia, seperti darah dan air
kemih, untuk mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas ini adalah kunci dari
fungsi inti untuk efektivitas sebuah laboratorium kesehatan masyarakat. Tanpa
biomonitoring, diagnosis dan pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat
tertunda. Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit.
Ketika hal ini dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit, biomonitoring
memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk mengerti dengan lebih baik
apa, dimana dan kapan keterpaparan terjadi, hal inilah yang dikaitkan dengan
faktor-faktor lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Biological Expossure Indices ?
2. Apa saja hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi kadar bahan kimia?
3. Apa saja jenis paparan bahan kimia?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Biological Expossure Indices
2. Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi kadar bahan kimia
3. Menjelaskan tentang paparan bahan kimia

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Biological Expossure Indices

2.1.1. Pengertian
Indeks pemaparan biologis, indikator biologis (determinant) pada

pemantauan biologis dari spesimen pekerja dalam kondisi sehat dan terpajan

bahan kimia pada waktu bekerja dengan beban kerja dan aktifitas kerja yang

normal. Lamanya & Frekwensi Pemaparan Toksikologi Efek toksis bisa

dihasilkan oleh pemaparan akut dan atau kronis ke agent agent kimia. Pemaparan

Akut didefinisikan sebagai satu pemaparan tunggal atau berkali-kali dalam satu

waktu yan singkat (sama dengan atau kurangdari 24 jam).

Sedangkan Efek Kronik terjadi apabila agent menumpuk dalam

system biologi absorpsi melebihi metabolisme dan atau ekskresi atau bila satu

agent menghasilkan effek-effek toksis yang irreversible atau apabila disana ada

waktu yang cukup untuk satu sistem untuk kembali dari effek toksis dalam

interval frekwensi pemaparan. Dalam tanda-tanda khas dari sifat racun suatu agent

kimia khusus terbukti bahwa dibutuhkan informasi tidak hanya untuk pengaruh-

pengaruh dosis tunggal (akut) dan jangka lama (KRONIS), tetapi juga untuk

pemaparan jangka menengah. Tepatnya, pemaparan demikian disebut sebagai

pemaparan jangka pendek (satu minggu atau lebih) ataupun subkronik (biasanya :

3 bulan) dalam program pengujian daya racun.

Ada 3 tipe paparan efek toksik Organ tubuh yang spesifik dapat

menjadi sasaran zat kimia terntentu atau beberapa bagian tubuh. Akibat yang

2
ditimbulkan efekmerugikan tersebut bergantung tidak pada hanya zat kimia ketika

seseorang terpapar, tetapi juga pada tipe paparan dan derajat paparannya.

1. Pemaparan akut Toksikologi Didefinisikan sebagai pemaparan terhadap zat

kimia selamakurang dari 24 jam. Paparan tersebut biasanya disebut sebgai

paparan dosis tunggal zat kimia.

2. Pemaparan kronis (pemaparan jangka panjang) Pemaparan kronis mengacu

pada pemaparan berulang atau berkelanjutan terhadap suatu zat kimia dalam

waktu yang cukup lama. Pemaparan kronis dapat mengakibatkan efek

merugikan yang sama sekali berbeda dengan pemaparan akut.

3. Pemaparan subkronis Berlangsung lebih lama dari pemaparan akut tetapi lebih

singkat dari pemaparan kronis.

Karakteristik pemaparan dan spectrum efek secara bersamaan

membentuk hubungan korelasiyang dikenal sebagai hubungan dosis-respons.

Respons timbul karena adanya bahan kimia yang diberikan dan respons

berhubungan dengan dosis. Dalam penggunaan dosis-respon harus ada metode

kuantitatif untuk mengukur secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia. Dosis-

respons dinyatakan dengan suatu indek Lethal Dosis (LD50) dan Lethal

Concentration (LC50). LD50 adalah dosis tunggal dari suatu zat yang secara

statistik diharapkan dapat menyebabkan kematian sebanyak 50% dari binatang

percobaan selama 14 hari paparan. Sebagai contoh LD50 dari Acrylamid adalah

124 ppm, artinya pada konsentrasi 124 ppm 50% dari binatang percobaan mati

selama masa percobaan 14 hari. Secara lebih spesifik OSHA mendefiniskanLD50

dan LC50 sebagai berikut:

3
• LD50 berarti dosis mematikan yang dinyatakan dalam mg/kg massa tubuh,

yang mungkin menyebabkan kematian dalam 14 hari untuk 50% hewan yang

diuji, yang diberikan melalui mulut atau kulit telanjang.

• LC50 berarti konsentrasi mematikan yang dinyatakan dalam mg/L atau

mL/m3, yang kemungkinan besar menyebabkan kematian dalam 14 hari untuk

50% hewan yang diuji, yang diberikan melalui penghirupan debu atau kabut

atau uap.

Efek dari keracunan bisa bersifat akut dan kronik. Efek akut adalah

efek yang segera muncul pada saat terpapar atau terkena bahan toksit, dan akan

hilang setelah paparan bahan kimia beracun tersebut dihilangkan.

2.1.2. Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengurangi Kadar Bahan


Kimia
Bila pengendalian lingkungan tidak bisa mengurangi kadar bahan

kimia di tempat kerja maka perlu dilakukan :

1. Pemantauan biologis (biological monitoring)

Efek biologis akibat paparan campuran beberapa bahan dapat digolongkan

sebagai adiktif, sinergitik, potensiasi, antagonistik dan toleransi. Pada potensiasi,

satu dari dua bahan tidakmenimbulkan toksik, namun ketika terjadi paparan kedua

bahan tersebut, efek toksik dari bahan yang aktif akan meningkat. Kondisi

sinergistik dua bahan yang mempunyai sifat toksiksama atau salah satu bahan

memperkuat bahan yang lain, maka efek toksik yang dihasilkanlebih bahaya.

Antagonistik merupakan dua bahan toksik yang mempunyai kerja berlawanan,

4
toksik yang dihasilkan rendah/ringan. Toleransi merupakan keadaan yang ditandai

olehmenurunnya reaksi terhadap efek toksik suatu bahan kimia tertentu. Biasanya

efek toksikcampuran bahan kimia bersifat aditif.

2. Indeks pemaparan biologis (Biological exposure Indeces)

Yaitu suatu nilai panduan untuk menilai hasil pemantauan biologis yang

penetuan nilainyaditentukan dengan mengacu pada nilai NAB.

Biomonitoring (Biological Monitoring) merupakan salah satu

sarana untuk menilai paparan dan resiko kesehatan bagi para pekerja, yang

membutuhkan pengukuran konsentrasi bahan kimia yang terpapar pada media

biologis pekerja, yang merupakan indikator penyerapan bahan kimia tersebut.

Nilai acuan yang digunakan sebagai acuan hasil pemeriksaan

biomonitoring disebut BEIs, Biological Exposure Indices, atau yang biasa juga

disebut dengan Indeks Paparan Biologis. Biomonitoring adalah pemantauan

secara langsung kondisi batas paparan bahan kimia terhadap pekerja. Paparan

bahaya kimia secara umum terjadi melalui inhalasi maupun absorpsi, yang terjadi

sedikit demi sedikit dari material-material yang digunakan di dalam proses

produksi kepada para pekerja terkait. Informasi ini sangat berguna bagi

perusahaam untuk menghindari risiko sakit penyakit para pekerja dan menentukan

tindakan terhadap pekerja yang telah melewati ambang batas paparan serta

menetapkan tindakan pengendalian.

5
2.1.3. Jenis Paparan Bahan Kimia
Beberapa paparan bahaya kimia, meliputi :

1. Timbal, Pb dalam darah

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya apabila
masuk ke dalam tubuh manusia. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan dan kulit. Efek toksin timbal dapat
menyebabkan gangguan terhadap sistem saraf, saluran pencernaan dan merusak
fungsi ginjal. Apabila timbal masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas yang
telah ditentukan dan dengan konsentrasi yang tinggi, maka timbal akan
menyebabkan keracunan bagi manusia dan faktor yang dapat mempengaruhi
kadar timbal dalam darah yaitu umur, lama kerja, kebiasaan merokok, penggunaan
alat pelindung diri (APD), jenis kelamin, jenis pekerjaan dan faktor genetik.

2. Merkuri, Hg dalam darah dan urin

Keracunan merkuri adalah kondisi saat seseorang terpapar merkuri atau


raksa dalam jumlah tertentu, yang selanjutnya menyebabkan kerusakan dan

6
gangguan pada organ, seperti jantung dan otak. Keracunan merkuri sering terjadi
akibat mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri atau menghirup gas
merkuri.

Jenis merkuri yang paling berbahaya adalah metil merkuri (merkuri


organik). Pasalnya, sekitar 90% dari kadar metil merkuri yang tertelan atau masuk
ke dalam tubuh akan terserap ke dalam darah. Angka ini sangat besar jika
dibandingkan dengan merkuri jenis lain yang hanya terserap 2–10% ke dalam
darah. Ketika masuk ke dalam tubuh, merkuri dapat menimbulkan gangguan pada
banyak sistem tubuh, seperti sistem saraf, sistem pencernaan, sistem kekebalan
tubuh, dan juga organ tubuh, seperti paru-paru, ginjal, mata, dan kulit.

3. Cadmium, Cd dalam darah

Secara umum gejala keracunan kadmium pada manusia baik secara akut
maupun kronis dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan, kerusakan
pada fungsi organ hati dan ginjal, perdarahan, gangguan terhadap pertumbuhan
tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang.

7
4. Arsenik, As dalam urin

Keracunan arsenik umumnya terjadi akibat mengonsumsi air tanah yang


terkontaminasi arsenik. Hal ini dikarenakan air tanah bisa menyerap arsenik
secara alami dan bisa tercemar limbah industri. Arsenik tidak memiliki rasa dan
bau, sehingga seseorang bisa terpapar arsenik tanpa menyadarinya.

Selain melalui air tanah, keracunan arsenik juga dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:

 Merokok, khususnya rokok dari tanaman tembakau yang tercemar arsenik


 Mengonsumsi minuman atau makanan yang tercemar arsenik, misalnya
beras organik
 Menghirup udara yang tercemar arsenik di lingkungan industri atau
pertambangan pengguna arsenik

Keracunan arsenik dapat dialami oleh siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami keracunan arsenik,
yaitu: bekerja atau menetap di sekitar lingkungan industri dan menetap di daerah
tempat pembuangan limbah industry

8
5. Benzena dalam urin

Gejala dan keparahan keracunan benzena bervariasi tergantung pada jenis dan
durasi paparan. Keracunan benzena dapat terjadi ketika senyawa ini tertelan,
terhirup, atau kontak dengan kulit.

Beberapa gejala keracunan paling umum diantaranya adalah mengantuk,


pusing, sakit kepala, muntah, dan detak jantung tidak normal. Gejala-gejala yang
serius dapat mencakup perubahan keadaan mental, kehilangan kesadaran, dan
bahkan kematian.

Benzena adalah zat mudah terbakar, beraroma manis, dan berasal dari minyak
bumi yang terjadi secara alami maupun sintetis. Benzena merupakan bahan kimia
mudah menguap. Uap senyawa ini lebih berat dari udara sehingga cenderung
berada di dekat permukaan tanah.

6. Toluena dalam urin

9
Toluen memiliki dampak kesehatan dengan tingkat keparahan tinggi dan jika
terhirup dalam jangka panjang akan menyebabkan dampak kesehatan yang serius.
Keracunan akut toluen melalui inhalasi dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan disertai batuk dan pilek (nasal discharge).

Jika toluen terhirup dengan konsentrasi tinggi dapat memengaruhi perilaku


dan menyebabkan efek pada sistem saraf pusat dengan gejala, mual, sakit kepala,
pusing, tremor, gelisah, kepala terasa ringan (lightheadedness), rasa gembira
berlebihan, kehilangan memori, insomnia, gangguan reaksi gerak tubuh (impaired
reaction time), mengantuk, ataksia, halusinasi, somnolen, kontraksi otot atau
kejang-kejang, pingsan hingga koma.

Selain berpengaruh pada SSP, toluen juga dapat memengaruhi sistem


kardiovaskuler, yaitu dengan gejala jantung berdetak cepat, palpitasi jantung,
penurunan atau peningkatan tekanan darah, disritmia, respirasi (edema paru paru
akut, depresi pernapasan, apnea, asfi ksia), menyebabkan gangguan penglihatan
dan dilatasi pupil serta kehilangan nafsu makan.

7. Xylen dalam urin

Xylene adalah bahan kimia beracun. Partikelnya yang sangat kecil


memungkinkan untuk masuk ke dalam tubuh ketika dihirup. Menghirup racun
spidol dapat memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang. Bahan kimia ini
dapat menimbulkan gejala inhalasi mirip ketika orang menggunakan obat
penenang atau alkohol, yang efeknya bisa bertahan hingga 15 sampai 45 menit.

10
Sedangkan efek jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen dan kerusakan hati, ginjal dan sistem saraf pusat. Beberapa merek
spidol juga mengandung propyl alcohol yang tidak terlalu beracun tetapi dapat
mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan. Jika kandungan xylene pada spidol
masuk ke paru-paru, hal itu dapat menyebabkan luka serius pada paru-paru atau
bahkan adanya kematian. Jika xylene dihirup dalam jumlah yang kecil, Anda
mungkin akan mengalami batuk, tersedak, sesak napas, warna kulit membiru, dan
peningkatan denyut jantung jadi lebih cepat.

8. Bahaya kimia logam dan organik lainnya.

11
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Biomonitoring (Biological Monitoring) merupakan salah satu sarana untuk

menilai paparan dan resiko kesehatan bagi para pekerja, yang membutuhkan

pengukuran konsentrasi bahan kimia yang terpapar pada media biologis pekerja,

yang merupakan indikator penyerapan bahan kimia tersebut. Lamanya &

Frekwensi Pemaparan Toksikologi Efek toksis bisa dihasilkan oleh pemaparan

akut dan atau kronis ke agent agent kimia. Pemaparan Akut didefinisikan sebagai

satu pemaparan tunggal atau berkali-kali dalam satu waktu yan singkat (sama

dengan atau kurangdari 24 jam).

Nilai acuan yang digunakan sebagai acuan hasil pemeriksaan biomonitoring

disebut BEIs, Biological Exposure Indices, atau yang biasa juga disebut dengan

Indeks Paparan Biologis. Biomonitoring adalah pemantauan secara langsung

kondisi batas paparan bahan kimia terhadap pekerja. Terdapat hal yang perlu

dilakukan untuk mengurangi kadar bahan kimia, yaitu dengan cara pemantauan

biologis dan indeks pemaparan biologis.

Terdapat beberapa paparan bahaya kimia, yaitu timbal, Pb dalam darah,

merkuri, Hg dalam darah dan urin, Cadmium dalam darah, Arsenik dalam urin,

benzena dalam urin, toluena dalam urin, xylen dalam urin.

12
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, Adi. 2019. Dampak Terpapar Toluena Terhadap Kadar Asam Hipurat
Urin Pada Pekerja Pengecatan Oven Otomotif. Jurnal Penelitian Kesmasy.
VOL. 1 NO. 2.

https://id.scribd.com/document/445349715/biological-exposure-indices-docx
diakses pada Jumat, 8 Oktober 2021 pukul 12.00 WIB.

https://id.scribd.com/document/452479983/STANDAR-DAN-SISTEM-
MONITORING-BAHAN-TOKSIK diakses pada Jumat, 8 Oktober 2021
pukul 12.20 WIB.

https://icel.or.id/isu/kontaminasi-kadmium-dampak-kesehatan-dan-keamanan-
pangan-pembelajaran-dari-cina/

13

Anda mungkin juga menyukai