Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DAN SAMPAH

Dosen Pembimbing :

Catur Puspawati, S.T., M. K. M.

Tugiyo, SKM, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Dea Syakilla Syafitri


NIM : P21335120009
Kelompok :4

Program Studi Sanitasi Lingkungan

2- DIV Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.4 No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH
DAN SAMPAH” yang merupakan salah satu tugas untuk mata kuliah Penyehatan
Tanah dan Pengelolaan Sampah A pada semester ketiga.

Kami juga berterimakasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST., MKM.dan


Bapak Tugiyo, SKM, M.Si yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga
pengetahuan penulis dalam penulisan makalah ini semakin bertambah dan hal itu
sangat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Jakarta, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
1.1. Pengertian dan Peranan Sifat Kimia Tanah dan Sampah ............................. 1
1.1.1. Sifat Kimia Tanah..............................................................................1
1.1.2. Sifat Kimia Sampah ............................................................................3
1.2. Macam-Macam Sifat Kimia Tanah (Ph, Koloid Tanah, KTK) Dan Sifat
Kimia Sampah ......................................................................................................... 4
1.2.1. Sifat Kimia Tanah ..................................................................................... 4
1.2.2. Sifat Kimia Sampah ............................................................................8
1.4. Pengambilan Sampel Kimia Tanah Dan Sampah ........................................ 9
1.4.1. Tanah .......................................................................................................... 9
1.4.2. Sampah ..................................................................................................... 12
1.5. Pengukuran sifat kimia tanah dan sampah ................................................. 14
1.5.1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) .......................................................... 14
1.5.2. Kapasitas Tukar Kation (KTK) ............................................................. 15
1.5.3. Pengukuran Kejenuhan Basa ................................................................. 16
1.5.4. Pengukuran Kadar Fosfor (P) .......................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
1.1. Pengertian dan Peranan Sifat Kimia Tanah dan Sampah

1.1.1. Sifat Kimia Tanah


Sifat kimia tanah merupakan hal yang penting karena
menggambarkan karakteristik bahan kimia tanah dalam lingkungannya yang
sangat penting untuk memprediksi fungsi tanah dari sudut pandang kelarutan dan
ketersediaan unsur dalam tanah. Sifat kimia tanah dipengaruhi oleh sifat dasar
tanah yang memiliki kandungan organik, mineral, larutan di dalam tanah dan
proses yang terjadi atau berlangsung di dalam tanah

Proses kimia tanah merupakan semua proses reaksi kimia yang dapat
meningkatkan atau menurunkan tingkat ketersediaan unsur hara tanaman di satu
pihak dan toksisitas/kontaminan dipihak lain. Sifat fisik tanah seperti besar butir
(tekstur), susunan dan komposisi butir dalam agregat termasuk pori tanah di
dalamnya (struktur) dan ketersediaan udara dan air di dalam tanah semuanya itu
sangat erat berhubungannya dengan sifat kimia tanah dan dapat mempengaruhi
proses kimia di dalam tanah.

Sifat kimia tanah adalah unsur yang paling kecil yang tidak dapat
dilihat oleh kasat mata. Sifat kimia tanah mempunyai peran sebagai berikut :

1. Menyebabkan tanah mampu menahan unsur hara dan menyediakannya untuk


tanaman
2. Menentukan perilaku bahan kimia yang ditambahkan ke tanah misalnya:
a. Pupuk
b. Limbah organic
c. Kapur
d. Pestisida
e. herbisida

Sifat kimia tanah terdiri dari

a. Ph tanah

1
2

b. Pertukaran ion
c. Kejenuhan basa

Hampir semua sifat kimia tanah itu terkait dengan koloid tanah,
koloid tanah dapat disebut sebagai partikel atau organic dalam tanah yang
mempunyai diameter kurang dari 0,001 mm. Kemudian mempunyai permukaan
luas, reaksi kimia berlangsung pada permukaan koloid, pada beberapa jenis tanah,
permukaan koloid bermuatan negative. Untuk memahami kimia tanah, perlu
mengetahui mineral apa yang ada dan kontibusinya pada muatan negative.

Secara kimia tanah merupakan gudang dan penyuplai hara atau


nutrisi (senyawa organik, anorganik sederhana dan unsur esensial seperti N,P,K,
Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain lain). Ketiganya merupakan penunjang
produktivitas tanah dalam menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, obat, dan lain lain. Bahan organik tanah sangat mempengaruhi
karakteristik sifat kimia tanah, adapun yang dipengaruhi antara lain warna, pH
tanah, kandungan karbon organik, Kandungan nitrogen, rasio karbon dan nitrogen
(C/N), kandungan fosfor tanah, struktur, kapasitas pertukaran kation, kandungan
kation basa, kandungan kation asam dan lain-lain.

Bahan organik juga merupakan medium aktivitas jasad hidup di


dalam tanah. Bahan organik berasal dari sisa tanaman muda, pupuk hijau, hasil
pembakaran sisa tanaman, akar, batang serta ranting tumbuh-tumbuhan yang telah
mati, maupun kotoran dan lendir dari serangga, cacing, dan binatang besar.
Bagian yang terpenting dalam organik tanah adalah mikroorganisme baik yang
masih hidup maupun yang telah mati seperti bakteri, fungi dan protozoa
(Hanafiah, 2012).

Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik tanah yang berbeda. Sifat
fisik tanah akan mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Menurut Sartohadi
2014 secara kimia, bahan organik tanah tersusun atas karbohidrat, protein, lemak,
resin. Prosentase sisa tanaman sebesar 75% air dan sisanya meliputi karbon,
oksigen, hidrogen, nitrogen dan elemen mineral. Dalam keadaan kering, bahan
3

organik didalam tanah ada sebesar 90% yang terdiri dari karbon, oksigen,
hidrogen, elemen lain yang memainkan peranan penting dalam unsur hara
tanaman. Nitrogen, sulfur, fosfor, natrium dan kalsium adalah bagian kandungan
yang penting dari bahan organik.

1.1.2. Sifat Kimia Sampah


Karakteristik kimia pada sampah digunakan sebagai cara
mengevaluasi alternatif suatu proses dan sistem recovery pengolahan sampah.
Komponen unsur yang sangat menentukan dalam reaksi komponen pembentuk
sampah adalah carbon (C), nitrogen (N) Oksigen (O) dan Hidrogen (H).
Karakteristik kimiawi pada sampah yang dapat diukur meliputi

a. Proximate Analysis

Proximate analysis, yaitu analisis terhadap kandungan volatile, kelembaban,


fixed carbon dan ash di dalam sampah, dengan satuan persen. Komponen
Municipal Solid Waste (MSW) mudah terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):

1. kelembapan (kadar air berkurang pada suhu 105c, t= 1 jam)


2. volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada pemanasan
950c)
3. fied carbon (sisa material setelah volatil hilang)
4. ash (sisa pembakaran)
b. Titik Lebur Abu

Titik lebur abu merupakan titik temperatur saat pembakaran menghasilkan


abu, berkisar antara 1100 – 1200C (2000 - 2200F).

c. Ultimate Analysis

Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H),


Oksigen (O), Nitrogen (N), Posfor (P), Sulfur (S) dan sebagainya. Unsur ini yang
menggambarkan susunan kimia sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini dapat
ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis masing-
4

masing komponen dalam sampah domestik kadar karbon tertinggi dimiliki oleh
komponen karet (78 %), kadar hidrogen tertinggi dimiliki oleh sampah karet (10
%), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas (44 %), kadar nitrogen
tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10 %) dan kadar sulfur tertinggi dimiliki oleh
sampah makanan dan kulit ( 0,4 %).

d. Kandungan Energi Komponen Sampah

Kandungan energi yang terdapat di dalam sampah dapat dihitung dengan cara
menggunakan alat calorimeter atau bomb calorimeter, dan dengan perhitungan.

1.2. Macam-Macam Sifat Kimia Tanah (Ph, Koloid Tanah, KTK) Dan Sifat
Kimia Sampah

1.2.1. Sifat Kimia Tanah


1) pH Tanah.

Kemasaman atau pH tanah menunjukkan kadar H+ dan OH- dalam


larutantanah. Ketersediaan haraesensial bagi tanaman bergantungpada pH, di
mana hara tanamanoptimum pada kisaran pH 6-7. Tanahsawah pada umumnya
mempunyaipH sekitar netral (6-7). Padakondisi ini, ketersediaan semuaunsur hara
dalam kondisi optimal (Setyorini dan Ladiyani, 2016).
5

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang


dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH
tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi
masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah
dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-
rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang
disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah
yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0)
karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).

Tanah dapat bereaksi masam, netral atau alkalis yang dinyatakan dengan pH
tanah. Reaksi tanah dikatakan netral jika larutan tanah mengandung H+ dan OH-
sama banyaknya. Jika ke dalam tanah diberikan Ca(OH)2 maka didalam larutan
tanah ion OH lebih banyak daripada ion H+, sehingga reaksi tanah berubah
menjadi alkalis, sebaliknya jika ke dalam tanah diberikan HCl, maka ion H+> ion
OH dan reaksi dan reaksi tanah berubah menjadi asam.

Setiap tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda pada tanah masam.
Beberapa tanaman mampu beradaptasi pada tanah yang berpH rendah tetapi
Sebagian besar tanaman akan tumbuh baik pada pH diatas 5,5. Terhambatnya
pertumbuhan tanaman di tanah masam berkaitan erat dengan beberapa
permasalahan kesuburan tanah (Damanik et al., 2011).

2) Koloid Tanah.
6

Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik dalam tanah yang
sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang tinggi persatuan berat
(massa). Budiansyah (2009) Salah satu sifat humus yang paling penting dan khas
adalah kandungan nitrogennya, yang biasanya berkisar dari 3 sampai 6%,
meskipun konsentrasi nitrogennya mungkin sering lebih rendah atau lebih tinggi
dari angka tersebut. Koloid tanah memiliki sifat dan perananya yaitu memiliki
muatan listrik muatan positif dan muatan negatif, jika tanah tidak memiliki koloid
(organik dan anorganik) maka tanah tidak dapat berperan sebagai media tanam
bagi tanaman. Muatan negatif liat akan beraksi dengan kation basa (K+, Ca2+,
Mg2+, Na+, dan NH4+). Muatan positif akan bereaksi dengan anion H2PO4-, NO3-,
Cl dan HSO4- reaksi inilah yang menentukan ketersediaan hara bagi tanaman
(Hanafiah, 2005).

3) KTK (Kapasitas Tukar Kation).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah.Tanah dengan KTK tinggi mampu
menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK
7

rendah.Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka


unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. (Soewandita, 2008).
Kapasitas tukar kation (KTK) tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah
untuk menjerap dan mempertukarkan kation.KTK biasanya dinyatakan dalam
miliekuivalen per 100 gram.Kation-kation yang sesungguhnya terjerap tidak
disertai oleh anion-anion.Akan tetapi kation-kation bebas bisa jadi terikut dan
membawa serta anion lawan, sehingga anion-anion tersebut dapat teranalisis
bersama-sama dengan kation yang dapat dipertukarkan.Ion-ion dari garam bebas
tersebut harus dikurangkan untuk mendapatkan KTK yang sesungguhnya (Tan,
1998).
Kapasitas tukar kation menjerap dan mempertukarkan kation yang dinyatakan
dalam me/100g koloid.Koloid tanah dapat menjerap dan mempertukarkan
sejumlah kation, yang biasanyaadalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe, dan H kation
kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai nilai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organic rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno,2003)
Tanah Inceptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga
fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan
tanah berkurang. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi disemua
lapisan. (Winarso, 2005).
Menurut Hakim, dkk (1986) besar KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri
tanah yang antara lain: reaksi tanah atau pH; tekstur tanah atau jumlah liat; jenis
mineral liat; bahan organik; pengapuran dan pemupukan. Pada pH tanah yang
rendah, KTK tanah relatif rendah, karena mineral liat dan bahan organik banyak
menjerap ion-ion H+ atau Al3+. Kation-kation yang terjerap dalam tanah dapat
dilepaskan dari tanah dan ditukar tempatnya oleh ion-ion H+ yang dilepaskan oleh
akar tanaman. Kation-kation yang berupa unsur hara itu kemudian larut dalam air
tanah dan diisap oleh tanaman. Besarnya KTK suatu tanah dapat ditentukan oleh
faktor- faktor berikut:
8

a) Tekstur tanah Tanah yang memiliki tekstur tanah liat akan memiliki nilai KTK
yang lebih besar dibandingkan tanah yang memiliki tekstur tanah pasir. Hal ini
karena liat merupakan koloid tanah.
b) Kadar Bahan Organik Oleh karena sebagian besar bahan organik merupakan
humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin banyak bahan
organik akan semakim besar nilai KTK tanah.
c) Jenis mineral liat yang terkandung di dalam tanah. (Winarso, 2005).
Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh tingkat pelapukan tanah, kandungan
bahan organik tanah dan jumlah kation basa dalam larutan tanah. Tanah dengan
kandungan bahan organik tinggi memiliki KTK yang lebih tinggi, demikian pula
tanah-tanah muda dengan tingkat pelapukan baru dimulai dari tanah-tanah dengan
tingkat pelapukan lanjut mempunyai nilai KTK rendah (Tambunan, 2008).
Semakin tinggi KTK tanah, semakin subur tanah tersebut, demikian juga
kemampuan menyerap pupuknya juga semakin tinggi. Kapasitas tukar kation
tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik,
seperti kompos atau pupuk kandang (Novizan,2002).

1.2.2. Sifat Kimia Sampah.


1) Proximate Analysis.
Proximate analysis terhadap komponen Municipal Solid Waste (MSW)
mudah terbakar meliputi (Tchobanoglous, 1993):
 Kelembapan (kadar air berkurang pada suhu 105°C, t = 1 jam)
 Volatile combustible matter (berat sampah yang berkurang pada
pemanasan 950°C)
 Fixed carbon (sisa material setelah volatil hilang) Ash (sisa
pembakaran).
2) Ultimate Analysis.

Ultimate Analysis meliputi penentuan unsur Karbon (C), Hidrogen (H),


Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S) sampah. Berdasarkan nilai C dan N ini
dapat ditentukan rasio C/N sampah (Tchobanoglous, 1993). Ultimate Analysis
masing-masing komponen dalam sampah domesIK dimana kadar karbon
9

tertinggi dimiliki oleh komponen karet (78 %), kadar hidrogen tertinggi dimiliki
oleh sampah karet (10 %), kadar oksigen tertinggi dimiliki oleh sampah kertas
(44 %), kadar nitrogen tertinggi dimiliki oleh sampah kulit (10 %) dan kadar
sulfur tertinggi dimiliki oleh sampah makanan dan kulit ( 0,4 %).

1.4. Pengambilan Sampel Kimia Tanah Dan Sampah

1.4.1. Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.

Dalam pemeriksaan sampel kimia tanah variabel yang diamati terdiri


dari sifat kimia yaitu pH, C-organik tanah, kandungan unsur makro Nitrogen (N-
total), Fosfor (P-total) dan Kalium (K-total) dan Kapasitas Tukar Kation. Tahapan
pelaksanaan penelitian terdiri dari 6 tahap yaitu:

1) Perizinan Lokasi.

Tahapan ini adalah tahapan awal dengan pengamatan pada lokasi yang akan
dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel tanah.

2) Pengumpulan Data di Lapangan.

Data yang dikumpulkan salah satunya dengan menggunakan data primer.


Data primer yang dikumpulkan yaitu sifat- sifat kimia tanah yang meliputi pH
tanah, unsur hara karbon (C-organik), Nitrogen (N-total), Fosfor (P-total), (K-
total), Kapasitas Tukar Kation (KTK). Metode analisis masing-masing sifat kimia
disajikan pada tabel.
10

No. Sifat Kimia Metode


1. pH (H2O) pH meter
2. Karbon (C-organik) Walkley dan Black
3. Nitrogen (N-total) Kjedhal
4. Fosfor (P- total) Brey dan HCl 25 %
5. Kalium (K-total) Consistant head
6. Kapasitas Tukar Kation Destilasi.

3) Pembuatan Peta Kerja.

Tahapan ini dilakukan setelah melakukan pengamatan awal dengan membuat


peta satuan lahan yang disebut dengan peta kerja. Peta kerja tersebut merupakan
hasil tumpang tindih (overlay) dari semua peta yang digunakan dalam penelitian.
Peta satuan lahan inilah yang dijadikan dasar dalam penentuan titik pengambilan
sampel tanah sawah yang berada pada masing-masing lokasi penelitian dengan
terlebih dahulu menentukan titik koordinat dari masing-masing satuan lahan.
11

4) Penentuan Titik Pengambilan Sampel.

Sampel tanah diambil secara komposit sebanyak 3 titik pada kedalaman 0-20
cm dari petak seluas 1 Ha. Penentuan titik dilakukan secara acak. Sampel tanah
utuh diambil sebanyak 3 titik pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm dari petak
seluas 1 Ha. Jumlah sampel tanah keseluruhan adalah 3 sampel tanah terganggu
dan 18 sampel tanah utuh.

5) Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan acuan berdasarkan peta kerja


atau peta satuan lahan yang telah dibuat. Tanah dipilih secara sengaja (purposive)
pada kondisi tanah kering atau kondisi tanah pasca panen dan pengambilan
12

sampel tanah dilakukan secara komposit dari setiap lapisan olah disetiap petak
pewakil untuk keperluan analisis sifat kimia tanah di Laboratorium. Sampel tanah
yang diambil yakni sampel tanah dengan kedalaman 0-30 cm pada lapisan top soil
kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik sampel yang telah diberi label.

6) Analisis Sifat-Sifat Tanah di Laboratorium.


 Reaksi Tanah (pH). Reaksi tanah (pH) yang diukur adalah pH H2O dan
pH KCl dengan nisbah tanah/larutan 1:2,5 dengan menggunakan
elektroda kaca.
 C-organik. Pengukuran C-organik ditentukan dengan menggunakan
metode Walkley dan Black.
 Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas Tukar Kation (KTK)
ditetapkan secara kolorimetri dengan metode Biru Indofenol, atau secara
destilasi.
 N-total Tanah. Pengukuran N-total dilakukan dengan metode Kjeldahl
 P-Total Tanah. Pengukuran P-Total tanah dilakukan dengan
menggunakan metode HCl 25 %.
 K-Total Tanah. K-total tanah diukur dengan menggunakan metode HCl
25 %.

Bahan – bahan yang digunakan yaitu: tali raffia untuk membuat batas plot,
kantong plastik untuk menyimpan sampel tanah, sampel tanah untuk bahan
penelitian, zat-zat kimia digunakan dalam proses analisis di laboratorium.
Alat – alat yang digunakan yaitu: parang untuk membersihkan tempat
pengambilan sampel tanah, ring untuk mengambil sampel tanah, penumbuk ring,
global positioning system (GPS), meteran untuk mengukur panjang dan lebar, alat
tulis menulis, kamera untuk dokumentasi penelitian, alat-alat laboratorium untuk
analisis sifat-sifat kimia tanah.

1.4.2. Sampah
Pengambilan sampel sampah untuk pemeriksaan secara fisika dan
kimia berbeda, karena parameter yang diperiksa juga berbeda. Pada pemeriksaan
kualitas fisika yang diperiksa adalah suhu, konduktivitas, warna, bau, kekeruhan,
13

Daya Hantar Listrik (DHL), serta Total Suspended Solid (TSS). Sedangkan untuk
pemeriksaan kualitas kimia yang diperiksa biasanya kesadahan (Mg, Cl, dll), Ph,
alkalinitas, dan lainnya.

Untuk pemeriksaan secara fisika dan kimia biasanya sering


digunakan sampel sampah cair atau licit. Pengambilan sampel pada pemeriksaan
tersebut hampir sama dengan dengan pengambilan sampel air. Hal ini karena
wujud yang sama yaitu cairan.

 Prosedur pengambilan sampel uji kimia

Tahapan pengambilan sampel sampah cair kualitas kimia untuk pengujian


total logam dan terlarut, dilakukan sebagai berikut :

a. bilas botol sampel dan tutupnya dengan sampel yang akan dianalisa;
b. buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa sentimeter
(cm) di bawah puncak botol, agar masih tersedia ruang untuk
menambahkan pengawet dan melakukan pengocokan;
c. lakukan penyaringan sampel kemudian di analisa di laboratorium.
14

Namun terkadang tidak menutup kemungkinan pemeriksaan kualitas fisik dan


kimia juga dilakukan pada sampel yang padat. Sampel padat dapat berasal dari
rumah tangga, industri dan lainnya yang biasa disebut sampah organik. Sampah
ini mudah mengurai sehingga dalam pengambilan sampelnya dapat dilakukan
pada tanah yang berada di sekitar sampah tersebut tempati. Namun perlakuan
pada sampel cair dan padat tentunya berbeda. Perbedaannya berada pada wadah
yang digunakan dan cara pengambilannya. Wadah yang digunakan biasanya
berupa kantong plastik, petridish.

1.5. Pengukuran sifat kimia tanah dan sampah

1.5.1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah


yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya
H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang
pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+
15

sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim
1991).

Untuk pengukuran langsung di tepat dapat menggunakan alat


pengukur pH tanah yaitu Soil tester. Adapun cara melakukannya dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah berikut :

a) Siapkan lahan yang akan diambil sampel tanahnya.


b) Sebelum tanah dijadikan sampel atau diukur pH tanahnya, basahi dulu
tanah 2 jam sebelum dilakukan pengukuran.
c) Gali tanah yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan sekop atau
auger sedalam 10 cm – 20 cm d. Siapkan soil tester, masukan Soil tester ke
dalam tanah yang sudah digali, pastikan sensor pada alat soil tester masuk
ke dalm tanah.
d) Diamkan selama 2 menit, biarkan sensor alat pada soil tester bekerja.
e) Tekan tombol pH pada alat soil tester tersebut, amati jarum yang terdapat
dalam soil tester, tunggu sampai jarum penunjuk pH berhenti .
f) Setelah jarum penunjuk pH berhenti, catat hasilnya pada lembar kerja.

1.5.2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat
dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :

a) Reaksi tanah
b) Tekstur atau jumlah liat
c) Jenis mineral liat
d) Bahan organik dan,
e) Pengapuran serta pemupukan.
16

Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation tanah


sangat beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai
dalam tanah berbeda-beda pula.

Pengukuran kapasitas tukar kation

a) Menambakan larutan aquades 100 ml pada tanah yang telah disaring pada
pengukuran kejenuhan basa terdahulu.
b) Memasukkan kedalam labu kajedal (atas) kemudian menambahkan NaOH
50% sebanyak 5 ml lalu mentetesi paravin sebanyak 5 tetes.
c) Pada labu Erlenmeyer (bawah) memasukkan larutan asam H2SO4
sebanyak 20 ml kemudian mentetesi dengan indikator asam metil merah
sebanyak 5 tetes.
d) Menunggu hasil destilasi sampai larutan pada labu erlenmeyer mencapai
50 ml.
e) Kemudian mentitrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan yang
semula berwarna merah muda menjadi warna kuning bening.

1.5.3. Pengukuran Kejenuhan Basa


a) Menimbang masing-masing sampel tanah seberat 5 gram sebanyak 4 kali,
dua untuk tanah mineral dan dua untuk tanah gambut lalu memasukkan
kedalam tabung reaksi.
b) Jika sampel tanah pada pengukuran pH terdahulu menunjukkan <4,8 maka
lakukan perendaman sampel dengan memasukkan larutan asam amonium
asetat pH4 sebanyak 20 ml dan jika sampel tanah menunjukkan pH >4,8
maka memasukkan larutan asam amonium asetat pH7 sebanyak 20 ml.
c) Mendiamkan tabung reaksi kurang lebih 12 jam (semalaman).
d) Setelah melakukan perendaman, tabung reaksi disentrifuge lalu
ditambahkan lagi larutan asam amonim asetat sebanyak 3 kali
penambahan.
e) Melakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan tanah dengan larutan.
17

f) Menambahkan H2O pada larutan yang telah dilakukan penyaringan.


g) Melakukan analisis kejenuhan basa dengan menggunakan alat AAS
(Adsorban Atomic Spectrofotometre)

1.5.4. Pengukuran Kadar Fosfor (P)


a) Menimbang tanah 1,5 gram dan memasukkan kedalam tabung reaksi.
b) Menambahkan 15 ml larutan PA (NH4F + 4,16 ml HCl 6 N).
c) Mengocok selama 15 menit.
d) Menyaring lalu memipet 5 ml kedalam tabung reaksi.
e) Menambakan 5 ml larutan PB (NH4-Heptamolybdat+H3BO3+HCl).
f) Menambahkan 5 tetes larutan PC(L-aminoz-napthol-4Sulfuric
acid+Na2S2O5).
g) Menunggu selama 15 menit.
h) Mengukur menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombang
660 nm.
DAFTAR PUSTAKA
Gito Marnakkok Pardede. 2018. “Kajian Beberapa Sifat Kimia Tanah Pertanian
Berbasis Organik Dan Non-Organik Desa Naga Timbul Kec.Bonatua
Lunasi Kab.Tobasa”. Skripsi. Sumatera Utara : Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Muhajir Utomo. 2016. ILMU TANAH Dasar-Dasar dan Pengelolaan. Jakarta :


PRENADAMEDIA

Nurmayanti, Demes dan Djoko Purwoko. 2017. Kimia Lingkungan. Jakarta :


BPPSDM

Rachman Susanto, Dasar Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kansius,
2005.

SIATUNG. http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-1-1-54211-613410018-bab1-
11082014105832.pdf, diakses pada Minggu, 3 Oktober 2021, Pukul 16.27
WIB.

USU.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/9202/110301172.pd
f?sequence=1&isAllowed=y, diakses pada Minggu 3 Oktober 2021, Pukul
16.13 WIB.

Supriatin, dkk. 2017. Penetapan Sampel Tanah Standar Untuk Menjamin Mutu
(Quality Control) Hasil Analisis Sampel Tanah Di Laboratorium Ilmu
Tanah Universitas Lampung. Diakses dari
http://repository.lppm.unila.ac.id/11865/1/Laporan%20Analisis%20Sampl
e%20Tanah%20Standar.pdf

Anonim. https://bannuntahtoh.wordpress.com/2013/09/15/pengambilan-sampah-
uji-fisik-kimia-bio/ diakses pada Minggu 3 Oktober 2021, pukul 17.00
WIB.

18

Anda mungkin juga menyukai