Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah “Epidemiologi Kesehatan Lingkungan”
Dosen Pengampu : Moch. Ichsan Soedjarno, SKM, M.Epid.
Disusun Oleh :
Dea Syakilla Syafitri (P21335120009)
Mutiara Aini (P21335120025)
Nur Rokhmat Hendro P. (P21335120029)
Vinka Aulia Bernika (P21335120038)
Kesehatan Lingkungan
Tingkat 1
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayang-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Epidemiologi Deskriptif”
ini sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Terakhir, penutup
para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada bapak Moch. Ichsan Soedjarno, SKM, M.Epid. selaku dosen
Mata Kuliah Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan,
baik yang berkenan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan, walaupun
demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya. Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat.
Maret 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan kebenaran yang berdasarkan pada fakta kegiatan penelitian ilmiah
memerlukan tahap-tahap yang sistematis. Kegiatan penelitian harus sesuai aturan tertentu, logis
sesuai dengan penalaran. Penelitian adalah sebagai satu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Salah satu metode ilmiah untuk memecahkan dan
mengetahui kebenaran suatu masalah adalah dengan studi penelitian deskriptif (Beaglehole,
2007).
Penelitian epidemiologi mempunyai tujuan untuk menjelaskan etiologi dari suatu penyakit
atau sekelompok penyakit, gangguan, efek, kondisi, sindrom, ketidakmampuan, atau kematian
melalui analisis pada data medis serta epidemiologi dengan memakai manajemen informasi serta
informasi yang bersumber dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang benar, termasuk ilmu sosial
atau perilaku. Salah satu metode ilmiah yang digunakan untuk memecahkan dan mengetahui
kebenaran suatu masalah adalah dengan studi penelitian deksriptif.
1
- cross sectional
2
BAB II PEMBAHASAN
Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi yang dapat dilakukan suatu saat atau
suatu periode tertentu. Jika studi ini ditunjukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang
mempunyai masalah kesehatan aka disebutlah studi kasus. Namun ditunjukan untuk pengamatan
secara berkelanjutan maka disebutlah degan surveilans serta bila diujukan untuk menganalisa
faktor penyebab aau resiko maupun akibatnya, maka disebut dengan studi potong lintang atau
cross sectional.
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompuk
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi dengan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap malaha
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
3
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang
diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif dengan
mengajukan pertanyaan pertanyaan :
• Siapa yang terkena?
• Bilamana hal tersebut terjadi?
• Bagaimana terjadinya?
• Di mana kejadian tersebut?
• Berapa jumlah orang yang terkena?
• Bagaimana penyebarannya?
• Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?
4
2.2. Kelompok Desain Deskriptif
A. Ekologi
Definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel
(1834-1914). Dalam ekologi makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Ekologi tidak terlepas dari ekosistem yang dari biotik makhluk hidup.
Sedangkan abiotic antara lain suhu, kelembaban,cahaya, dan topografi. Ekologi mempunyai
cabang yang luas salah satunya ekologi kesehatan.
Definisi ekologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar manusia,
lingkungan biologis, lingkungan fisik, lingkungan sosial, di dalam suatu daerah dan waktu
tertentu yang mempunyai pengaruh pada status kesehatan. Misalnya pada studi kasus ditemukan
hasil penelitian angka penularan kejadian TB paru di rumah tangga (kontak serumah) sebesar
13%. Lingkungan rumah yang menyebabkan penularan TB paru meliputi : jumlah penderira TB
paru serumah, pencahayaan matahari masuk ke rumah, dan kebiasaan tidur dengan penderita.
Studi kasus TB paru menggambarkan interaksi antar manusia dengan lingkungannya dapat
menentukan status sehat sakit seseorang. Contoh ekologi yang berkaitan dengan penyakit.
Studi korelasi/ studi ekologi merupakan studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit
analisis untuk mendeskripsikan pola frekuensi dan distribusi masalah kesehatan atau
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor yang mempengaruhi.
Menggunakan data dari seluruh populasi untuk membandingkan:
1. Frekuensi penyakit pada kelompok-kelompok yang berbeda dari suatu populasi pada suatu
periode yang sama
2. Frekuensi dari kelompok-kelompok yang sama pada periode yang berbeda
5
- kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat nilai koefisien korelasi (“r”)
4. Jika variabel “exposure” dan “outcome” sebagai data kategorikal
- hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji kuadrat atau regressi logistic
b. Koefisien Korelasi
Kekuatan hubungan linier antara variabel X (paparan) dan variabel Y (penyakit)
dihitung dalam koefisien _ koefisien korelasi.
Koefisien korelasi mengukur berapa besar perubahan setiap unit frekuensi penyakit
diikuti oleh perubahan setiap unit paparan, atau sebaliknya.
Nilai koefisien korelasi berkisar +1 hingga -1.
Perlu diingat!!!
Suatu korelasi yang kuat antara variabel X dan Y, tidak dengan sendiri dapat diartikan
bahwa X adalah penyebab Y atau Y disebabkan oleh X.
c. Contoh
1. Studi korelasi populasi yang mempelajari korelasi antara konsumsi daging perkapita dan
frekuensi penyakit Ca colon pd wanita pd negara2 ttt.
2. Terlihat bahwa ada hubungan/korelasi yang +
Negara-negara dengan tingkat konsumsi daging perkapita yang rendah memiliki
frekuensi Ca colon yang rendah
Negara-negara dengan tingkat konsumsi daging perkapita yang tinggi memiliki frekuensi
Ca colon yang tinggi
d. Kelebihan
1. Dapat menggunakan data insidensi, prevalensi, maupun mortalitas.
2. Desain studi yang tepat sekali digunakan pada penyelidikan awal hubungan paparan dan
penyakit.
3. Dapat dilakukan cepat, mudah dan murah karena data yang diperlukan biasanya telah
tersedia
4. Pemerintah atau instansi swasta biasanya secara rutin mengumpulkan data : demografi,
produksi pangan, pencatatan pelaporan mengenai morbiditas dan mortalitas
6
5. Cocok untuk menilai efektivitas program intervensi kesehatan pada populasi sasaran.
e. Kelemahan
1. Tidak dapat melihat hubungan paparan dan penyakit ditingkat individu
Studi korelasi populasi dapat mengetahui jumlah orang ang terpapar dan jumlah orang yang
sakit pada populasi, tetapi tidak dapat diketahui bagaimana status paparan dan status penyakit
pada individu. Dengan kata lain, kita tidak dapat mengetahui apakah seseorang yang terpapar
juga berpenyakit. Jika populasi sebagai unit analisis kita pakai untuk membuat interferensi
kausal pada individu, maka terjadi kekeliruan kesalahan ekologi (ecologi fallacy)
Menurut National Cancer Institute (NCI) dari National Institue of Health, Departemen
Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika Serikat, “Case series merupakan serangkaian
laporan pasien (serangkaian case report) yang melibatkan pengobatan yang diberikan. Hal ini
berisi data diri pasien yang meliputi informasi demografis (seperti usia, seks, etnis) dan
informasi tentang diagnosis, pengobatan, perawatan, sampai dengan tindak lanjut setelahnya.”
Case series digunakan ketika penyakit yang diteliti bukan penyakit biasa dan
disebabkan oleh pajanan eksklusif atau hampir eksklusif (seperti vinyl chloride dengan
angiosarcoma). Hal ini merupakan hal pertama yang bisa dilakukan untuk menemukan petunjuk
7
dalam identifikasi sebuah penyakit baru dan untuk melihat dampak pajanan bagi kesehatan.
Karena merupakan laporan per pasien tanpa populasi kontrol sebagai perbandingan, case series
tidak memiliki validitas statistik.
8
Case series tidak memiliki validitas statistik.
Case series lemah untuk memberikan bukti kausal
Case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran
klinis penyakit
Tidak ada grup kontrol
Tidak dapat dilakukan studi hipotesis
C. Cross Sectional
Cross Sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
penyakit dengan paparan (pajanan) secara acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus
dan status penyakit diteliti pada waktu yang sama.
Dalam rancangan studi potong lintang, peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit
serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi pada satu saat tertentu. Konsekuensinya data
yang dihasilkan adalah prevalensi. Sehingga studi potong lintang disebut juga survai prevalensi.
Skema paparan kasus potong lintang yang diamati sebagai berikut :
Keuntungan :
9
Kerugian :
1. Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya karena
penelitian dilakukan pada satu waktu.
2. Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representative
3. Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.
Contoh kasus :
Pada Penelitian Paparan auramin di pabrik zat pewarna dan kanker kandung kemih.
Populasinya adalah semua pekerja pada pabrik zat pewarna (pekerjaan A) dan semua pekerja
pada bukan pabrik zat pewarna (pekerjaan B). Cara pengambilan data yaitu dengan memeriksa
secara bersamaan paparan auramin pada pekerjaan A dan Pekerjaan B. Selanjutnya kita akan
melihat pada pekerjaan A orang yang sakit dan terpapar auramin, orang tidak sakit dan tidak
terpapar auramin dan pada pekerjaan B orang yang sakit dan tidak terpapar auramin dan orang
yang tidak sakit serta tidak terpapar auramin.
10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau
menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel
orang, tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit
informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan
dengan penyakit.
Studi korelasi/ studi ekologi merupakan studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit
analisis untuk mendeskripsikan pola frekuensi dan distribusi masalah kesehatan atau
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor yang mempengaruhi. Case series
merupakan serangkaian laporan pasien (serangkaian case report) yang melibatkan pengobatan
yang diberikan.
Case series dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain
studi analitik. Case report mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan memberi terapi kepada
kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Cross Sectional merupakan rancangan studi epidemiologi
yang mempelajari hubungan penyakit dengan paparan (pajanan) secara acak terhadap satu
individu dimana faktor pencetus dan status penyakit diteliti pada waktu yang sama. Tujuan dari
Cross Sectional adalah mempelajari angka kejadian suatu penyakit, mempelajari hubungan antar
suatu faktor resiko dengan angka kejadian suatu penyakit, dan memperoleh gambaran pola
penyakit dan determinan pada populasi sasaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, dkk. 2019. Buku Ajar Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Bandung: PT Refika
Aditama.
https://docplayer.info/73465867-Bab-ii-isi-a-definisi-epidemiologi-deskriptif.html
https://www.paei.or.id/epidemiologideskriptif/#:~:text=Epidemiologi%20deskriptif%20adalah%
20studi%20yang,variabel%20orang%2C%20tempat%20dan%20waktu.
http://hellomydaily.blogspot.com/2015/10/makalah-desain-epidemiologi-deskriptif.html?m=1
12