Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

“CROSS SECTIONAL”
KELOMPOK 3

Dosen Pengampun: Thresya Febrianti, SKM, M.Epid

Disusun oleh:
Putri Risa Sonia (2016710023)
Holis Tiawati (2016710044)
Syafaaturrosida (2016710005)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat-Nya dari zaman kebodohan menuju zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Epidemiologi Deskriptif, Ibu
Thresya Febrianti, SKM, M.Epid, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baikanya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh
karena itu, kami memohon kritik dan saran dari para pembaca, agar menjadi acuan untuk kami
dalam pembutan makalah selanjutnya dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cireundeu, 12 Oktober 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
a) Tujuan Umum ................................................................................................... 2
b) Tujuan Khusus .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Cross Sectinal ......................................................................................... 3


B. Karakteristik Cross Sectional .................................................................................... 3
C. Kelebihan Cross Sectional ......................................................................................... 4
D. Kekurangan Cross Sectional ...................................................................................... 5
E. Tujuan Cross Sectional .............................................................................................. 5
F. Tipe Cross Sectional .................................................................................................. 6
a) Deskriptif ............................................................................................................. 6
b) Analitik ................................................................................................................ 6
G. Penerapan Studi Cross Sectional ............................................................................... 7
a) Penentuan Populasi Penelitan .............................................................................. 7
b) Pengukuran Eksposure ......................................................................................... 7
c) Pengukuran Kejadian Penyakit/Prevalensi .......................................................... 8
d) Mengukur dan Menghitung Anatar Hubungan Antara 2 Variabel ...................... 9

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 10

A. Jurnal yang Terkait Studi Cross-Sectional ................................................................ 10


B. Deskripsi Kasus Secara Epidemiolodi ....................................................................... 13
C. Telaah Jurnal Berdasarkan Karakteristik Cross-Sectional ........................................ 16

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 21

Kesimpulan ...................................................................................................................... 21
Saran ................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi,
berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial,
status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga
dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit. Tujuan epidemiologi
deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya beban penyakit
(disease burden), dan kecenderungan (trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam
perencanaan dan alokasi sumber daya untuk intervensi kesehatan; (2) Memberikan
pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit; (3) Merumuskan hipotesis tentang paparan
sebagai faktor risiko/ kausa penyakit (Murti, 2011).
Desain studi epideimiologi ada 3 jenis yaitu deskriptif, analitik. Studi deskriptif disebut
juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu
saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat
tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika
ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta
bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka
disebut dengan studi potong lintang atau cross-sectional.
Pada studi cross-sectonal atau potonglintang atau juga dikenal sebagai studi prevalensi
maka status eksposur (paparan) dan stsus penyakit diukur pada waktu yang bersamaan pada
suatu populasi. Studi prevalensi yang menitik beratkan pada etiologi biasanya dilakukan
untuk mempelajari kemungkinan faktor risiko dari suatu penyakit yang onsetnya lambat dan
durasinya panjang. Dalam penelitian cross-sectional peneliti biasanya memotret frekuensi
dankarakter penyakit, sertapaparan faktor penelitian pada suat populasi dan pada suatu saat
tertentu.
Salah satu prinsip utama dari studi cross-sectional adalah bahwa studi ini tidak dapat
dignakan untuk menjawan hubungan sebab-akibat, karena baik outcome maupun eksposure

1
diukur saat yang bersamaan, seingga tidak dapat diketahui secara definit apakah eksposur
mendahului outcome atau sebaiknya outcome mendahului eksposur (Sorokin, 2010).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara desain studi
cross-sectional dengan desain studi lainnya. Maka, peneliti tertarik untuk membuat makalah
tersebut sebagai bahan perbandingan dengan desain studi lainnya.

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami studi epidemiologi deskriptif mengenai desain studi
cross-sectional.
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dan tujuan dari desain studi cross-sectional (potong lintang)
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari desain studi cross-sectional (potong
lintang)
3. Mengetahui komponen dari desain studi cross-sectional (potong lintang)
4. Mampu menerapkan desain studi cross-sectional (potong lintang) dalam berbagai
penelitian.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cross Sectional


Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang melakukan determinasi terhadap
paparan (exposure) dan hasil (disease outcome) secara simultan pada setiap subjek penelitian
(Gordis, 2009). Ini berarti bahwa exposure dan outcome atau cause dan effect dilihat pada
waktu yang sama atau dikenal juga dengan snapshot of the population. Definisi lainnya
menyebutkan bahwa Cross Sectional Study design adalah penelitian yang mendesain
pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time).
Pada studi cross-sectional/potong lintang atau juga dikenal sebagai studi prevalensi maka
status eksposur (paparan) dan status penyakit diukur pada waktu yang bersamaan pada suatu
populasi. Studi prevalensi yang menitikberatkan pada etiologi biasanya dilakukan untuk
mempelajari kemungkinan faktor risiko dari suatu penyakit yang onsetnya lambat dan
durasinya Panjang. (Nur Fatimah, 2013)
Dalam penelitian potong lintang, peneliti biasanya “memotret” frekuensi dan karakter
penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan pada suatu saat tertentu.
Data yang dihasilkan penelitian potong lintang adalah data prevalensi dan bukan insidensi,
artinya, seorang penderita yang datang berulang-ulang ke rumahsakit akibat suatu penyakit
akan terhitung beberapa kali sesuai dengan jumlah kedatangannya di rumahsakit untuk
periksa. Dengan kata lain, semua pasien dengan diagnosis yang sama akan dihitung sebagai
numerator tanpa melihat apakah kasus baru atau kasus lama. (Nur Fatimah, 2013)

B. Karakteristik Cross Sectional


Menurut Budiarto (2004) dalam buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan, cross
sectional memiliki ciri-ciri:

1 Pengumpulan data dilakukan pada satu saat suatu periode tertentu dan pengamatan
subyek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian

3
2 Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan
atau tidak
3 Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subyek studi.
4 Tidak terdapat kelompok control dan tidak terdapat hipotesis spesifik
5 Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai
hipotesis dalam penelitian analiti atau eksperimental

C. Kelebihan Cross Sectional


Menurut Murti (2011) kelebihan desain studi cross sectional antara lain:
 Memberikan informasi mengenai frekuensi dan distribusi penyakit yang menimpa
masyarakat, serta informasi mengenai faktor resiko atau karakteristik lain yang dapat
menyebabkan kesakitan pada masyarakat.
 Dapat dipakai untuk mengetahui stadium dini atau kasus subklinis suatu penyakit,
seperti pemeriksaan pap-smear pada kanker leher rahim.
 Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum.
 Relatif mudah, murah, dan hasil cepat diperoleh.
 Dapat meneliti banyak variabel.
 Subjek jarang drop out atau keluar sebagai responden penelitian.
 Dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Melengkapi pernyataan dari Murti (2011), Maryani (2010) menyatakan bahwa kekurangan
dari desain studi cross sectional antara lain:

 Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan.


 Lebih murah dibanding dengan penelitian lainnya
 Berguna untuk informasi perencanaan, misalnya: untuk menentukan penganggaran
obat dan peralatan medis, jenis-jenis pelayanan yang diperlukan, dll.
 Untuk memahami kemungkinan hubungan berbagai variabel yang ada.

4
D. Kekurangan Cross Sectional
Menurut Maryani (2010) kekurangan desain studi cross sectional antara lain:

 Pajanan diukur pada waktu yang sama, sehingga kurang dapat melihat sebab-akibat
atai tidak dapat memberikan gambaran kausal, hanya memberikan informasi tentang
hubungan antara karakteristik epidemiologi dengan masalah kesehatan yang diamati.
 Umumnya hanya menemukan kasus yang selamat. Tidak dapat menemukan mereka
yang meninggal karena penyakit yang diteliti.
 Sulit dilakukan terhadap penyakit atau masalah yang jarang dalam masyarakat.
 Sulit dipakai untuk penyakit yang akut, pendek masa inkubasi dan masa sakitnya.

Melengkapi pernyataan dari Maryani (2010), Siswosudarmo (2015) menyatakan bahwa


kekurangan dari sedain studi cross sectional antara lain:

 Tidak dapat menjelaskan apakah penyakit atau faktor resiko (pajanan) yang terjadi
lebih dulu.
 Tidak cocok untuk kasus yang jarang terjadi.
 Membutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih.
 Masalah non-respons.
 Sering terjadi penyimpangan berupa bias observasi dan bias respon.
 Apabila penerapannya pada deskriptif peneliti tidak dapat melakukan tindak lanjut
terhadap pengukuran yang dilakukan.

E. Tujuan Cross Sectional


Mempelajari bahwa hubungan ada tidaknya suatu penyakit atau penyebab penyakit dapat
dikaji dan manfaat lainnya yang dapat diaplikasikan adalah bahwa hubungan antara subjek
terjangkit terhadap subjek tidak terjangkit , atau variabel yang terlibat sebagai penyebab
penyakit juga dapat dipelajari. (Timmreck, 2014)
Studi potong-lintang (cross-sectional study, studi prevalensi, survei) berguna untuk
mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data

5
yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang
dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang
dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena
tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit.
(Murti, 2011)

F. Tipe Studi Cross Sectional


a) Deskriptif
Menurut Swarjana (2012) descriptive cross-sectional study adalah penelitian yang
dilakukan secara cross-sectional (satu titik waktu tertentu) pada populasi atau penelitian
pada sampel yang merupakan bagian dari populasi. Berikut ini adalah ciri-ciri dari
penelitian dengan desain deskriptif:
 Umumnya bersifat cross-sectional.
 Menggambarkan atau mendeskripsi suatu fenomena, kejadian, kondisi, fakta, dan
lain-lain.
 Tidak membandingkan satu kelompok dengan kelompok lainnya.
 Pertanyaan tepat untuk penelitian deskriptif adalah what, where, when, how.
 Tidak memerlukan hipotesis, sehingga tidak perlu melakukan uji statistik.
 Analisis data umumnya menggunakan deskriptif ststistik.
 Studi tentang prevalence rate, proporsi, rasio dan lain-lain.

b) Analitik
Menurut Budiarto (2002) Penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional
dapat dilakukan di rumah sakit atau di lapangan. Penelitian klinis yang dilakukan di
rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross-sectional dengan tujuan untuk
mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya penyakit
sebagai akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan karena dengan pendekatan cross-
sectional untuk tujuan analitis akan lebih cepat, praktis, dan efisien serta data yang telah
ada dapat dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena pengamatan
sebab dan akibat dilakukan pada saat yang bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim,

6
yaitu sebab mendahuui akibat, yang merupakan salah satu syarat penting dalam
menentukan hubungan sebab-akibat.
Walaupun penelitian analitik yang dilakukan dengan pendekatan cross-sectional
sangat praktis dengan waktu penelitian yang pendek dan biaya yang relatif kecil, tetapi
mengingat kelemahan-kelemahan yang terjadi dan kesimpulan yang ditarik mempunyai
potensi untuk menimbulkan bias maka bila kondisinya memungkinkan sebaiknya
dilakukan dengan rancangan penelitian analitik. Penelitian ini juga banyak dilakukan
pada penelitian epidemiologis, penelitian oprasional, dan program pelayanan kesehatan
primer.

G. Penerapan Studi Cross Sectional


a) Penentuan Populasi Penelitian
Pertanyaan pertama yang biasanya muncul ketika seseorang ingin memulai
penelitian adalah siapa yang akan dipilih menjadi populasi penelitian? Dalam studi cross
sectional maka populasi penelitian menjadi sangat penting dan harus spesifik. Sebagai
contoh adalah jika ingin mengetahui angka kejadian pneumonia akibat penggunaan alat
medik, maka populasinya ada 2 macam, yaitu (1) penderita yang mengalami pneumonia
dan (2) penderita yang tidak mengalami pneumonia. Dari masing-masing kelompok
tersebut tentu juga akan terdiri dari mereka yang menggunakan alat medik dan yang tidak
menggunakan alat medik. Dapat juga dibandingkan prevalensi pneumonia akibat
penggunaan alat medik di suatu rumah sakit vs. rumahsakit yang lain. Untuk jenis studi
ini dapat juga kita membandingkan risiko terjadinya pneumonia akibat alat medik pada
laki-laki vs. wanita.

b) Pengukuran Eksposur
Untuk mengukur adanya paparan pada subyek penelitian dapat dilakukan antara
lain dengan menggunakan kuesioner, catatan medik, hasil pemeriksaan laboratorium,
maupun hasil pemeriksaan fisik. Salah satu contoh pengukuran eksposur adalah pada
kasus flebitis. Pasien yang dirawat inap di rumah sakit adalah subyek penelitian.
Selanjutnya diamati berapa yang mendapat terapi melalui infus. Diantara yang mendapat
terapi infus, berapa yang kemudian terbukti mengalmi flebitis. Dalam hal ini tentu ada

7
juga pasien-pasien yang mendapat infus tetapi tidak mengalami flebitis. Kelompok kedua
ini dapat digunakan sebagai pembanding.

c) Pengukuran Kejadian Penyakit/Prevalensi


Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dengan menghitung prevalensi.
Terdapat beberapa jenis formula, tergantung konteksnya. Sebagai contoh, jika tidak
disebutkan secara spesifik, maka biasanya berupa point prevalence, yaitu prevalensi suatu
penyakit pada suatu waktu tertentu. Point prevalence suatu penyakit per 1000 populasi
dihitung dengan formula berikut

Numerator di sini adalah jumlah total orang yang sakit pada suatu saat, tanpa
memperhitungkan sejak kapan yang bersangkutan sakit. Sedangkan denominator adalah
jumlah total populasi pada saat itu, termasuk yang sehat maupun yang sakit.
Point prevalence juga dapat digunakan untuk menghitung prevalensi penyakit
pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu, misalnya adalah prevalensi penyakit
pada laki-laki usia 45-54 tahun, maka formulanya adalah sebagai berikut

Berbeda dengan point prevalence maka period prevalence biasanya


menggambarkan angka kejadian penyakit pada suatu populasi dalam satu periode
tertentu, misalnya dalam 1 tahun. Adapun formulanya adalah sbb.

Pada period prevalence maka numerator adalah jumlah orang yang sakit dalam
satu periode waktu tertentu, sedangkan denominator adalah jumlah rata-rata populasi

8
dalam periode waktu tersebut, biasanya digunakan rata-rata populasi pada awal dan akhir
tahun atau jumlah populasi pada tengah-tengah tahun.

d) Mengukur dan Menghitung Adanya Hubungan Antara 2 Variabel


Seperti telah diuraikan sebelumnya, keterbatasan dari penelitian cross sectional
adalah tidak dapat digunakan untuk mencari sebab-akibat antara eksposur dengan
penyakit. Yang dapat dilakukan adalah menghitung/estimasi adanya kemungkinan
hubungan atau asosiasi antara 2 variabel. Dalam hal ini maka besarnya risiko terjadinya
suatu penyakit akibat eksposur dinyatakan dengan RR atau relative risk atau risiko relatif.

Sebagai contoh adalah kemungkinan adanya hubungan antara obesitas dengan


kejadian osteoartritis.

9
BAB V
PEMBAHASAN

A. Jurnal yang Terkait Studi Cross-Sectional


No. Penulis Judul Tahun Metode Hasil
Penelitian
1. Putri Ayudhya, Hubungan 2014 Cross Sectional Hasil penelitian sebagian
dkk. Pengetahuan dan Deskriptif besar responden
Sikap Masyarakat Analitik mempunyai pengetahuan
Tentang Penyakit baik tentang penyakit
Demam Berdarah Demam Berdarah
Dengue dengan Dengue (96%), sikap
Pencegahan Vektor yang baik sebesar (98%)
di Kelurahan dan tindakan pencegahan
Malalayag 1 Barat vektor yang baik sebesar
Kota Manado. (99%). Berdasarka uji
chisquare didapatkan p
value = 0,042 yang
berarti terdapat
“hubungan antara
pengetahuan dan tidak
pencegahan vektor”, dan
uji chisquare juga
didapatkan nilai p value
= 0,021 yang berarti
terdapat hubungan yang
signifikan antara “sikap
dan tindakan”. Dapat
disimpulkan terdapat
“hubungan antara
pengetahua penyakit

10
demam Berdarah Dengue
dan tindakan pencegahan
vektor dan terdapat
hubungan yang bermakna
antara sikap penyakit
Demam Berdarah
Dengue dan tindakan
pencegahan vektor” di
Kelurahan Malalayang 1
Barat Kota Manado
Tahun 2014.
2. Rochmadina Hubungan Tingkat 2018 Cross Sectional Hasil penelitian secara
Suci Bestari, Pengetahuan Dan Analitik statistik dengan uji
Purnama Perilaku Mahasiswa spearman didapatkan
Parulian Tentang bahwa tidak ada
Siahaan. Pemberantasan hubungan tingkat
Sarang Nyamuk pengetahuan tentang PSN
(PSN) Demam DBD terhadap
Berdarah Dengue keberadaan jentik Aedes
(DBD) Terhadap aegypti dengan nilai
Keberadaan Jentik ρ=0,464 (ρ > 0.05) dan
Aedes Aegypti terdapat hubungan antara
tingkat perilaku PSN
DBD terhadap
keberadaan jentik Aedes
aegypti. tingkat
pengetahuan PSN DBD
tidak terdapat hubungan
terhadap keberadaan
jentik Aedes aegypti dan
terdapat hubungan

11
tingkat perilaku PSN
DBD terhadapat
keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti.
3. Helper Sahat Pengetahuan dan 2016 Cross sectional Hasil penelitian
Parulian Perilaku Masyarakat Deskriptif menunjukkan 92,8 %
Manalu1, dalam Pencegahan responden tidak pernah
Amrul Munif1 Demam Berdarah mendengar Demam
Dengue di Provinsi Berdarah Dengue, 77 %
Jawa Barat dan responden memiliki
Kalimantan Barat pengetahuan Demam
Berdarah Dengue sebagai
penyakit menular, 81,5 %
responden memiliki
pengetahuan cara
penularan Demam
Berdarah Dengue dengan
gigitan nyamuk dan
sebesar 63,7 %
responden melakukan
tindakan pencegahan
melalui Pemberantasan
Sarang Nyamuk.
4 Ernawati,dkk Gambaran Praktik 2018 Cross sectional Hasil penelitian
Pencegahan Demam Deskriptif mengungkapkan bahwa
Berdarah Dengue mayoritas warga (68,2%)
(Dbd) Di Wilayah memiliki praktik
Endemik Dbd pencegahan pada level
sedang, dan masih ada
15% memiliki praktik
pencegahan buruk.

12
Berdasarkan hal tersebut
diharapkan
pendampingan dan
dukungan tenaga
kesehatan untuk dapat
meningkatkan praktik
pencegahan DBD.

B. Deskripsi Kasus Secara Epidemiolodi


a) “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Demam
Berdarah Dengue dengan Pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayag 1 Barat
Kota Manado.”
 Deskripsi
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Ayudhya, dkk bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Pengetahuan, Sikap masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah
Dengue dengan Tindakan pencegahan Vektor di Kelurahan Malalayang 1 Barat
Kota Manado Tahun 2014. Variabel penelitian yaitu variabel bebasnya adalah
Pengetahuan dan Sikap dan Variabel terikatnya adalah Tindakan, diteliti dengan
menggunakan kuesioner. Dengan analisis datanya menggunakan analisis univariat
Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel
independen yaitu pengetahuan dan sikap terhadap penyakit DBD. Analisis
bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap
terhadap tindakan pengendalian vektor di kelurahan Malalayang 1 barat
menggunakan uji statistic chi kuadrat (chi quare) dengan nilai probabilitas a <
0,05.
 Orang
Populasi penelitian ini adalah semua Kepala Keluarga (KK) atau Ibu Rumah
Tangga (IRT) yang ada di Kelurahan Malalayang 1 Barat Kota Manado, dengan
jumlah dan sampel penelitiannya yaitu 100 sampel.
 Tempat

13
Berdasarkan variable tempat, Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Malalayag 1
Barat Kota Manado.
 Waktu
Berdasarkan variabel Waktu, Penelitian Waktu dilakukan pada periode bulan
November sampai bulan Desember tahun 2013.

b) “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Tentang


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD) Terhadap
Keberadaan Jentik Aedes Aegypti”
 Deskripsi
Penelitian yang dilakukan oleh Rochmadina Suci Bestari, Purnama Parulian
Siahaan bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Mahasiswa Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam
Berdarah Dengue (DBD) Terhadap Keberadaan Jentik Aedes Aegypti. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan perilaku PSN DBD
yang diperoleh dari kuesioner sedangkan variabel terikat adalah keberadaan jentik
Aedes Aegypti yang diperoleh dari pemeriksaan observasi dengan check list. Data
diperoleh dari data primer dengan kuesioner dan uji pemeriksaan larva. Teknik
analisis data menggunakan uji statistik spearman.

 Orang
Populasi diambil dari mahasiswa di Desa Karang Asem, Kecamatan Lawayen
Kota Surakarta. Sampel sebanyak 43 responden.
 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Karang Asem, Kecamatan Laweyan, Kota
Surakarta.
 Waktu
Diambil pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Januari 2017
c) “Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Demam Berdarah
Dengue di Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat”
 Deskripsi

14
Penelitian ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Ethical clearence
no : KE.01.08/EC/488/2011) yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, dan
perilaku masyarakat terhadap pengendalian pencegahan DBD di Provinsi Jawa
Barat dan Kalimantan Barat. Data yang diambil data sekunder dan data primer
yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan di
kuesioner mengenai karakteristik psikologis meliputi pengetahuan tentang
penyebab dan cara penularan serta pencegahan DBD, juga upaya pencegahan dan
pengendalian DBD. Selain itu dilakukan pengamatan mengenai perilaku,
kebiasaan masyarakat dalam hubungannya dengan DBD. Pengolahan data
dilakukan dengan analisa deskriptif untuk memberikan suatu gambaran
(deskripsi) antar Kabupaten tentang pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang
DBD di daerah penelitian
 Orang
Sampel penelitian adalah kepala keluarga, dan jika tidak ada dapat diwakili oleh
orang dewasa yang dianggap dapat memberikan informasi tentang pengetahuan
dan perilaku anggota keluarganya. Setiap kabupaten diambil 150 kepala keluarga
(KK) sebagai sampel , ditentukan berdasarkan pada insidens rate dan
pertimbangan teknis. Adapun jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 600 orang.
 Tempat
Penelitian dilakukan di dua provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat yang
mengalami peningkatan pada tahun 2011. Pada masing-masing provinsi terpilih
dua kabupaten didasarkan pada perbedaan secara geografis, demografis dan
kesakitan DBD diambil pada empat kota/kabupaten yang mempunyai endemisitas
yang paling tinggi di dua provinsi terpilih . Provinsi Jawa Barat diwakili
kabupaten Indramayu dan Sumedang, sedangkan Provinsi Kalimantan Barat
diwakili Kabupaten Sintang dan Kabupaten Landak.
 Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2011

15
d) “GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI WILAYAH ENDEMIK DBD”
 Deskripsi
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan metode
cross sectional. Pada penelitian ini analisa bivariat dilakukan terhadap variabel
bebas yaitu usia reseponden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan variabel tidak
bebas yaitu praktek pencegahan demam berdarah.
 Orang
Responden penelitian ini adalah 148 keluarga dengan interval usia 18-55 tahun.
 Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Timur (DKI Jakarta) yang merupakan
wilayah endemic DBD
 Waktu
Waktu penelitian dilakukan

C. Telaah Jurnal Berdasarkan Karakteristik Cross-Sectional


Berdasarka tabel dibawah, dapat disimpulkan bahwa seluruh jurnal yang di telaah sudah
sesuai dengan karakteristik desain studi cross sectional menurut Budiarto (2004). Adapun
kesesuaiannya dengan dibuktikan :

No. Karakteristik Hubungan Hubungan Tingkat Pengetahuan dan GAMBARAN


Cross Sectional Pengetahuan dan Pengetahuan dan Perilaku PRAKTIK
Sikap Masyarakat Perilaku Mahasiswa Masyarakat dalam PENCEGAHAN
Tentang Penyakit Tentang Pencegahan Demam DEMAM
Demam Berdarah Pemberantasan Berdarah Dengue di BERDARAH
Dengue dengan Sarang Nyamuk Provinsi Jawa Barat DENGUE (DBD)
Pencegahan Vektor (PSN) Demam dan Kalimantan DI WILAYAH
di Kelurahan Berdarah Dengue Barat ENDEMIK DBD
Malalayag 1 Barat (DBD) Terhadap
Kota Manado (2014) Keberadaan Jentik

16
Aedes Aegypti

1. Pengumpulan Ya, dilakukan pada Ya, penelitian ini Ya, penelitian Ya, penelitian ini
data dilakukan periode bulan dilakukan pada bulan dilakukan pada dilakukan
pada satu saat November sampai Desember 2016 tahun 2011
suatu periode bulan Desember tahun sampai dengan bulan
tertentu dan 2013 dengan satu kali Januari 2017
pengamatan pengamatan.
subyek studi
hanya dilakukan
satu kali selama
satu penelitian

2. Perhitungan Ya, Populasi Ya, populasi Ya, Populasi dalam Ya, populasi
perkiraan penelitian ini adalah penelitian ini adalah bagian penelitian dalam penelitian
besarnya sampel semua Kepala mahasiswa di Desa tentang pengetahuan ini adalah 148
tanpa Keluarga (KK) atau Karang Asem, dan perilaku adalah keluarga dengan
memperhatikan Ibu Rumah Tangga Kecamatan Lawayen, masyarakat secara interval usia 18-
kelompok yang (IRT) yang ada di Kota Surakarta. Yang umum dan terdaftar 55 tahun di
terpajan atau Kelurahan Malalayang sudah memenuhi sebagai warga yang wilayah jakarta
tidak 1 Barat Kota Manado, kriteria retristik. menetap tinggal di timur.
dengan jumlah dan lokasi penelitian.
sampel penelitiannya
yaitu 100 sampel.

3. Pengumpulan Ya, Populasi Ya, pengumpulan Ya, Populasi dalam Ya, menggunakan
data dapat penelitian ini adalah data dilakukan bagian penelitian 2 kuesioner, yaitu
diarahkan sesuai semua Kepala kepada subjek yang tentang pengetahuan kuesioner
dengan kriteria Keluarga (KK) atau telah memenuhi dan perilaku adalah karakteristik
subyek studi. Ibu Rumah Tangga kriteria restriksi yaitu masyarakat secara demografi dan
(IRT) yang ada di mahasiswa pria umum dan terdaftar Kuesioner
Kelurahan Malalayang maupun wanita bukan sebagai warga yang Pengetahuan

17
1 Barat Kota Manado, dari jurusan menetap tinggal di Sikap Praktik
dengan jumlah dan kesehatan yang lokasi penelitian. (Knowledge
sampel penelitiannya tinggal di Desa Attitude Practice/
yaitu 100 sampel. Karang Asem selama KAP) yang
lebih dari 3 bulan dan mengukur
bersedia dilakukan pengetahuan,
wawancara dan sikap dan praktik
pemeriksaan. pencegahan
DBD.
4. Tidak terdapat Ya, tidak terdapat Ya, tidak ada Ya, tidak terdapat Ya, tidak terdapat
kelompok control kelompok control dan kelompok kontrol. kelompok kontrol kelompok
dan tidak hipotesis hanya “ada Hipotesa hanya kontrol. Hipotesis
Hipotesis hanya
terdapat hipotesis Hubungan menyebutkan tidak hanya
menyebutkan
spesifik. Pengetahuan dan ada hubungan tingkat menyebutkan
gambaran
Sikap Masyarakat pengetahuan dengan bahwa penelitian
pengetahuan dan
Tentang Penyakit keberadaan jentik, ini menemukan
kebiasaan masyarakat
Demam Berdarah dan terdapat tingkat
terhadap pencegahan
Dengue dengan hubungan tingkat pendidikan dan
Demam Berdarah
Pencegahan Vektor di perilaku dengan usia tidak
Dengue di Provinsi
Kelurahan Malalayag keberadaan jentik. memiliki
Jawa Barat dan
1 Barat Kota Manado Uji statistik hubungan yang
Kalimantan Barat
(2014)” tanpa melihat Spearman signifikan dengan
dimana tergolong
penyebab. menunjukan tidak ada praktik
masih kurang dalam
hubungan tingkat pencegahan
pengendalian Demam
pengetahuan dengan DBD,
Berdarah Dengue di
keberadaan jentik
lokasi penelitian.
nyamuk ρ=0,464. Uji
statistik Spearman
menunjukan ada
hubungan tingkat
perilaku dengan

18
keberadaan jentik
ρ=0,023.

5. Hubungan sebab Ya, penelitian ini Ya, dalam penelitian Ya, hubungan antara Ya, Gambaran
akibat hanya melanjutkan tindakan ini adalah tingkat pengetahuan, dan Praktik
berupa perkiraan selanjutnya dalam pengetahuan dan perilaku masyarakat Pencegahan
yang dapat mengetahui suatu perilaku PSN DBD terhadap Demam Berdarah
digunakan hubungan dengan uji terhadap keberadaan pengendalian Dengue (Dbd) Di
sebagai hipotesis statistik chisquare jentik merupakan pencegahan DBD Wilayah Endemik
dalam penelitian didapatkan p value = perkiraan hipotesa merupakan perkiraan Dbd merupakan
analitik atau 0,042 yang berarti untuk uji analitik. hipotesa dimana perkiraan karena
eksperimental terdapat “hubungan pengetahuan, dan bahwa penelitian
antara pengetahuan perilaku responden ini menemukan
dan tidak pencegahan kaitannya dengan tidak ada
vektor”, dan uji pencegahan demam hubungan tingkat
chisquare juga berdarah dengue pendidikan dan
didapatkan nilai p (DBD) secara usia dengan
value = 0,021 yang keseluruhan belum praktik
berarti terdapat begitu pencegahan
hubungan yang menggembirakan di DBD.
signifikan antara Jawa Barat maupun
“sikap dan tindakan”. di Kalimantan Barat.
Diketahui juga bahwa
rasa kekhawatiran
tentang demam
berdarah dengue
dengan melihat hasil
pengetahuan pada
daerah penelitian
masih rendah, selain
itu perilaku terhadap

19
tindakan
pengendalian
penyakit DBD masih
kurang, karena masih
ditemukan jentik
pada pemeriksaan
kondisi lingkungan di
dalam rumah dan di
luar rumah.

20
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Pada umumnya desain studi cross sectional hanya digunakan pada satu waktu dan hanya
dilakukan satu kali saja. Tujuan studi cross sectional adalah untuk mencari prevalensi serta
indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, memperkirakan
adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas
dan menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut. Cross
sectional juga memiliki kelebihan, dimana sifat penelitiannya yang relativ murah, mudah dan
hasilnya cepat diperoleh. Namun disamping itu juga memiliki kelemahan yaitu kurang dapat
melihat sebab-akibat atau tidak dapat memberikan gambaran kausal.

Saran
Diperlukan penjelasan yang lebih banyak mengenai perbedaan Cross-Sectional deskriptif
dengan analitik sehingga dapat sedikit mengurangi kesalahan dari penggunaan desain
tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, et.al. 2015. Cross Sectional Studies.UNC Gillings School of Global Public Health
Departement of depidemiology.

Bestari, Rochmadina Suci & Purnama Parulian Siahaan. 2018. HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA TENTANG PEMBERANTASAN
SARANG NYAMUK (PSN) DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP
KEBERADAAN JENTIK AEDES AEGYPTI. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Budiarto, Eko. 2002. Metodelogi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Budiarto, E. 2004. Metodelogi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.

Ernawati,dkk. 2018. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Wilayah Endemik DBD. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus, Jakarta

Manalu, Helper S.H & Amrul Munif.2016. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat dalam
Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat.
Ciamis: Loka Litbang P2B2

Maryani, Lidya & Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Murti, Bhisma. 2011. Desain Studi. Solo: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

22
Nur Fatimah. (2013). Penelitian deskriptif fakultas kedokteran UGM. Metode Penelitian, 15(5),
1–6.

Putri Ayudhya, dkk. 2014.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit
Demam Berdarah Dengue Dengan Pencegahan Vektor di keluarahan Malalayang 1
Barat Kota Manado.Manado: Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik

Rajab, wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Penerbit buku
kedokteran; EGC.

Siswosudarmo, R., 2015. Pendekatan Praktis Penelitian Epidemiologi Klinis Dan Aplikasi Spss
Untuk Analisis Statistika. Departemen Obstetrika dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
UGM-RS Sardjito Yogyakarta, pp.7–8.

Sorokin, R. 2010. Penelitian Deskriptif. Magister Manajemen Rumahsakit Yogyakarta: Fakultas


Kedokteran UGM

Swarjana, I Ketut. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Bali: ANDI.

Timmreck C, Thomas. 2014. Epidemiologi Pengantar Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai