BAB I
PENDAHULUAN
Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan untuk memastikan adanya suatu kejadian luar
biasa (KLB) atau wabah terhadap peningkatan kasus penyakit/kematian disuatu daerah pada
waktu tertentu.
6.2 Ciri-Ciri Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1. Pemaparan peristiwa dilakukan secara sistematik dan lebih menekankan pada data faktual
daripada penyimpulan/ berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu.
2. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi/ tidak ada perlakuan terhadap variabel
dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi.
3. Tidak perlu adanya hipotesis.
4. Menguraikan satu variabel saja. Jika ada beberapa variabel yang diuraikan, dilakukan satu
persatu.
5. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau dilanjutkan dengan melakukan penelitian
analitik.
6. Hubungan antara variabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara keseluruhan suatu
peristiwa yang diteliti, tetapi pengujian mengenai tipe dan tingkat hubungan bukan merupakan
tujuan utama dari satu penelitian deskriptif.
6.3 Tujuan Epidemiologi Deskriptif
Tujuan dari epidemiologi deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
BAB III
JUDUL MAKALAH
Contoh Studi Kasus Penelitian Deskriptif
1. Karakteristik Orang
a. Usia
Pada penelitian deskriptif tuberkulosis paru yang diambil adalah dari semua usia mulai dari 0
hingga diatas 65 tahun. Berikut tabel hasil dari penelitian tersebut.
Data penderita tuberkulosis paru dan jumlah penduduk menurut kelompok usia.
USIA PENDERITA PENDUDUK % USIA
TB PARU
3. Karakteristik Waktu
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 dimana pada tahun tersebut kasus tuberkulosis
paru semakit menigkat dari tiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku Ilmiah
Sulistyaningsih. 2011. Epidemiologi dalam Praktek kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nugrahaeni, Dyan Khunti. 2010. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.
b. Website
Pramono, Dibyo. Rancangan Penelitian di Bidang Kesehatan. dibyopramono@gadjahmada.edu
(Di akses tanggal 24 Juli 2015, pukul 14.30)
Abidin, Zainal. Macam-macam
penelitian.http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/makalah-epidemiologi-
deskriptif.html. (Di akses tanggal 24 Juli 2015, pukul 15:45)
CONTOH SOAL
Epidemiologi gizi (byers, 1999)adalah semua penelitian mengenai hubungan antara diet dengan
kesehatan (penyakit) pada populasi manusia. Epidemiologi merupakan landasan kita untuk memahami
kaitan gizi dengan kesehatan.
Laporan studi kasus merupakan studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah
kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).
Dalam tulisan kali ini, saya akan berbagi dengan kalian semua mengenai salah satu bahasan
epidemiologi deskriptif , yaitu mengenai laporan studi kasus tentang gizi buruk, yang datanya diperoleh
dari data tersier yang terdapat di media elektronik. Berikut laporannya.
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Sejumlah bayi yang berada di kamp pengungsian di Kantor Bupati Sikka di Jalan Ahmad
Yani, Kota Maumere, mulai diserang kasus gizi buruk. Jumlah bayi yang menderita gizi buruk sembilan orang. Satu
diantaranya sudah mengalami gizi buruk sejak datang dari Pulau Palue. Sementara delapan bayi lainnya baru mengalami
gizi buruk di kamp pengungsian.
Petugas kesehatan yang ditemui Pos Kupang (Tribunnews.com Network) di kamp pengungsian, Jumat (30/8/2013),
membenarkan ada sembilan bayi yang mengalami kasus gizi buruk. Menurut petugas, ada delapan bayi yang baru
terserang di lokasi pengungsian. Sementara satunya memang mengalami kasus ini sejak datang dari Pulau Palue.
Petugas tersebut mengatakan, masalah gizi buruk yang dialami sejumlah anak pengungsi ini karena diduga sakit diare dan
lainnya. Penyebab lainnya bisa dari asupan makanan.
"Penanganan bayi gizi buruk akan dilakukan secara khusus di Puskesmas Beru. Di lengan bayi belum dililit pita merah
(istilah medis) atau belum parah," kata petugas itu.
Salah seorang dokter yang bertugas di kamp pengungsian, kepada Pos Kupang mengatakan, perawatan bayi dan anak yang
menderita gizi buruk dilakukan di puskesmas terdekat. Di puskesmas telah ada standar penanganan kasus gizi buruk.
Menurut dokter itu, bayi yang menderita gizi buruk ini akan ditangani secara baik dengan memperhatikan asupan
makanannya.
Bupati Sikka, Drs Yoseph Ansar Rera dalam jumpa pers di Pos Pendamping Penanganan Pengungsi di Kota Maumere, Rabu
(28/8/2013) malam, mengatakan, bayi dan anak yang mengalami gizi buruk akan ditangani secara khusus.
Ansar yang didampingi salah seorang pejabat dari BNPB Pusat, Yolak mengatakan, bayi dan anak yang mengalami gizi
buruk serta ibu-ibu hamil diberikan tempat sendiri secara terpisah dengan pengungsi lainnya.
2. Place (Tempat) :Kamp Pengungsian Kantor Bupati Sikka, Jalan Ahmad Yani, Kota Maumere
Kasus yang terdapat pada artikel ini termasuk ke dalam epidemiologi deskriptif jenis studi kasus,
karena pada kasus ini menunjukkan salah satu permasalahan kesehatan, yaitu masalah gizi buruk yang
terjadi pada suatu kelompok masyarakat terdapat keterangan mengenai orang yang terlibat, waktu dan
tempat kejadian. Studi kasus ini disebut juga studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan
pada saat atau periode tertentu (pada artikel ini terjadi di kamp pengungsian).
Kasus gizi buruk yang dialami sembilan bayi tersebut selain karena asupan makanan, dugaan
sementara di dukung adanya infeksi penyakit yaitu diare yang memperparah keadaaan mereka. Diare
disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan hygienitas di lingkungan sekitar kamp. Pemerintah setempat
menjamin pengobatan yang khusus pada sembilan bayi gizi buruk tersebut.
(Sumber: Solon FS dan Rodolfo, 1977. Physician Manual on Malnutrition, Filipina halm. 7)