Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
IMUNISASI PADA IBU HAMIL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan 1A

Disusun oleh:
1. TUTIK AMALIA K.W
2. ISMI MAGHFIROH
3. INDAH MIFTAQHUL

(110603041)
(110603021)
(110603020)

Pembimbing: DOMAS PRITA.,SST.

STIKES PEMKAB JOMBANG 2012


Jalan dr. Sutomo No. 75-77 Telp / Fax (0321) 870214 Jombang
PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN PELAJARAN
2011-2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )
1. Pokok Bahasa
Antenatal.
2. Sub Pokok Bahasan
Informasi kebutuhan Imunisasi bagi ibu hamil.
3. Sasaran dalam penyuluhan
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah ibu hamil.
4. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk penyuluhan ini adalah 20 menit,
hari
5. Tempat
Ruang kelas 13 Stikes Pemkab Jombang.
6. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui tentang
imunisasi yang di perlukan selama kehamilan
7. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ibu dapat mengetahui dan mengerti
tentang :
Macam macam imunisasi pada ibu hamil
Kebutuhan imunisasi pada ibu hamil
8. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
9. Media
Leaflet dan Power Point.
10.

Kegiatan operasional

Kegiatan

o.

Penyuluhan

Kegiatan Sasaran

Waktu

Sasaran
mendengarkan
1.

Pembukaan.

5 menit.
sertamemperhatika
n para penyuluh.

2.

Ceramah/penyampaian

Sasaran

materi.

mendengarkan,
memperhatikan dan

15 menit.

mengerti

tentang

materi

yang

disampaikan.
Sasaran
menanyakan
tentang materi yang
3.

Tanya jawab.

15 menit.
tidak

dimengerti

dan
membingungkan.
Sasaran

dapat

menyebutkan
4.

isi

Penutup dan evaluasi

10 menit.
materi

yang

telah

disampaikan.

11.
Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung dan observasi dengan harapan ibu hamil dapat
mengerti bahasan yang disampaikan.
Pertanyaan:
1. Apa pengertian imunisasi ?
2. Apa manfaat dari imunisasi
3. Apa saja macam imunisasi yang diberikan pada ibu hamil
12.
LAMPIRAN
MATERI
1. Pengertian

Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit

Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu

2. Tujuan

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan


penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan
penyakit tertentu dari dunia

Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang
dapat menimbulkan cacat atau kematian

Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal)

3. Respon imun

Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen

Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon
adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang
beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai
nilai protektif.

4. Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya

Kekebalan pasif

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak
berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat
penolak (imunoglobulin).

Kekebalan aktif

Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya
memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang
campak lagi

Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
5. Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya
hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi

Cara pemberian

Dosis

Frekuensi dan jarak pemberian

Jenis vaksin

6. Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau
dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
7. Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang
telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai
pada saat pemberinanya pada sasaran

8. Sifat vaksin

Vaksin yang sensitif terhadap beku


Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin
Hep B, DPT-HB
DPT, DT, TT
DPT, DPT-HB, DT

Hep B dan TT

Pada suhu
Dapat bertahan selama
-0,5 C
Max jam
-0,5C sd -10C
Mak 1,5-2 jam
Beberapa C diatas suhu udara 14 hari
luar
(ambient
temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara 30 hari
luar
(ambient
temperatur
<34C)

Vaksin yang sensitif terhadap panas


Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh :
polio, BCG dan campak
Vaksin
Polio

Campak dan BCG

Pada suhu
Beberapa C diatas
luar
(ambient
<34C)
Beberapa C diatas
luar
(ambient
<34C)

Dapat bertahan selama


suhu udara 14 hari
temperatur
suhu udara 30 hari
temperatur

9. Penanganan vaksin sisa

Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan
lagi

Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat
dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka

o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali
hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh
digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG
hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
o

10. Tata cara pemberian imunisasi

Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak
divaksinasi

Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang
tidak diharapkan

Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan
lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan

Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan
imunisasi

Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan

Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan

Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik

Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan
adanya kerusakan

Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan

Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin

11. Setelah pemberian vaksin

Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat

Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis

Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan

Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip
higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi
harus dikerjakan

12.

Macam imunisasi yang diberikan pada ibu hamil

Imunisasi yang diberikan pada ibu hamil pada dasarnya adalah


vaksin dengan virus yang telah dimatikan, karena pemberian vaksin
dengan virus hidup dikhawatirkan berdampak negatif pada janin.
Imunisasi yang diwajibkan pada ibu hamil

Tetanus (Tetanus Toksoid)


: vaksin ini dianjurkan pada wanita
hamil untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan
sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi 3 kali
imunisasi dasar atau 10 tahun boster

JADWAL PEMBERIAN
Antigen

Interval
(
selang Lama
waktu minimal )
perlindungan

% perlindungan

TT 1

Kunjungan 1 ANC

TT 2

4 mgg setelah TT 1

3 tahun

80 %

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

95 %

TT 4

1 tahun setelah TT 3

10 tahun

99 %

TT 5

1 tahun setelah TT 4

25
tahun
/ 99 %
seumur hidup

Imu=nisasi yang direkomendasikan bagi golongan


terhadap pajanan penyakit menular tertentu :
1. Hepatitis A & Hepatitis B
Virus Hepatitis A

risiko

tinggi

Virus hepatitis A (HAV) menyebabakan ikterus infeksiosa. Ia anggota group virus


picona, yang juga mencakup poliovirus. Ia mungkin berkembang di dalam kultur
jaringan dan hanya ada satu jenis imunologi dari virus ini.
Tindakan pencegahan
Pengendalian infeksi HAV tergantung atas kebersihan pribadi dan masyarakat.
Beberapa penelitian sedag dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang cocok,
tetapai sementara itu perlindungan sementara bisa didapat dengan imunoglobulin
manusia yang normal yang jelas tidak diperluas untuk individu yang telah mempunyai
antibodi anti-HAV dalam serumnya.
Virus Hepatirtis B
Inferksi virus hepatitis B (HBV) (sebelumnya dinamai hepatitis serum, disebabkan
oleh virus primata dan belum tumbuh dalam biakan jaringan.
Vaksinasi
Vaksin yang tersedia saat ini terdiri dari HBsAg ditak-aktifkan formalin yang
dimurnikan, yang diepersiapkan dari plasma manusia pembawa virus. Telah
dibuktikan bahwa vaksin ini bebas dari virus sindrom imunodefisiensi akuisita
(AIDS), dan terlindng dari antigen o yang identik secara antigenik dengan virus
hepatitis B. Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis intramuskular dalam adjuvan
aluminium. Dosis kedua san ketiga harus diberikan pada interval 1 dan 6 bulan. Tiap
dosis untuk dewasa seharusnya mengandung 20 ug protein HBsAg, 10 ug untk bayi
dan anak umur 10 tahun dan 40 ug untuk pasien imunokompromis. Kebutuhan akan
dosis boster belum diketahui. Pada bayi berisiko tinggi infeksi hepatitis B (lahir dari
ibu HBsAg positif atau hidup bersama pembawa HBsAg kronik), maka tiga dosis
vaksin harus digunakan dan disis pertma haruus diberikan saat lahir dalam gabungan
dengan HBlg. ( pada anak berusia lebih dari 1 tahun, biosa dipertimbangkan paduan
dua dosis). Vaksin ini harus diberikan ke lengan ketimbang bokong, tempat ada angka
yang lebih rendah.
Yang harus divaksinasi
Vaksinasi rutin tidak diindikasikan. Pengendalian epidemi dengan vaksin memerlukan
identifikasi dini serogrup yang terlihat, dan jelas vasin yang akan digunakan harus
mengandung tipe itu (lebih disukai vaksin menovalen). Strategi yang digunakan akan
tergantung atas keadaan epidemiologi.
Vasin meningokokus bisa digunakan secara selektif untuk mengimunisasikan individu
berisiko tinggi ( mis. Kontak rumah tangga suatu kasus) sebagai tambahan bagi
kemoterapi.

Pelancong ke negara yang sedang terjadi epidemi harus divaksinasikan dengan vaksin
kuadrivalen.
Vaksin harus disimpan pada 2-8 C, tetapi tidak dibekukan, karena pembekuan
merusak kemampuan vaksin dan telah bertanggungjawab bagi penrunan dalam
kemanjuran vaksin dari 90% sampai 85%.
Sekitar 95% orang normal diimunisasi mengembangkan anti-HBs setelah
rangkaian vaksin yang tampak memberikan perlindungan terhadap infeksi selama
paling kurang 5 tahun.
Vaksin plasma (walaupun sangat efektif) sangat mahal (63,50 untuk
rangkaian penuh pada waktu penulisan) dan luasnya masalah hepatitis virus seluruh
dunia telah menimbulkan usaha untuk menghasilkan vaksin lain menggunakan
teknologi Dna rekombinan. Salah satunya, adalah vakisn ragi rekombinan, dengan
HBsAg telah dimasukkan ke dalam Escherichia coli dan kemudian ke dalam ragi roti,
yang antigennya dilepaskan dengan homogenisasi. Vaksin rekombinan ragi ini
sekarang menjalani ujicoba manusia. Pendekatan lain telah mengembangkan sintetik,
yang jelas akan merupakan vaksin masa depan.
Yang harus diimunisasi,
Pada saat ini, yang beresiko tinggi infeksi HBV harus diimunisasi selektif. Dapat
diperdebatkan apakah pada yang mungkin divaksinasi harus disaring dulu antibodinya
sebelum diberikan vaksin. Penyaringan untuk anti-HBs akan mendeteksi kebanyakan
orang yang tidak memerlukan imunisasi karena ia telah mendapat infeksi alamiah,
tetapi 10% dari orang yang telah terinfeksi di masa lampau tidak akan menghasilkan
anti-HBs dan anti-HBc merupakan penanda yang lebih dapat diandalkan. Keputusan
untuk menyaring tergantung atas keadaan epidemiologi, biaya vaksin, pengirimannya,
biaya penyaringan dan jumlah yang retan diantisipasi dalam kelompok ini ( seperti
dibuktikan oleh penelitian serologi penuntun).
Kelompok pertama yang dipertimbangkan untuk imunisasi merupakan tenaga
perawat kesehatan serta lainnya langsung terlihat dalam (1) perawatan pasien dalam
masa waktu, tempat insiden HBV tinggi diketahui, (2) perawatan pasien-pasien dalam
unit yang diketahui membawa virus, (3) pekerjaan yang berhubngan dengan darah dan
produk darah seperti staf bank darah dan petugas laboratorium yang terpapar ke
peningkatan risiko infeksi dari materi terinfeksi.
Kelompok kedua yang harus diberikan vaksin meliputi (1) pasien yang masuk ke
lembaga setempat untuk cacat mental, tempat ada risiko tinggi yang dikenal, (2)
pasien dialisis ginjal khusus dan (3) pasangan khusus dan pasangan seks lain serta
kontak rumah tangga pembawa HBV, yang tergantung atas keadaan antibodinya.

Kelompok ketiga merupakan kelompok gaya hidup berisiko tinggi, yang


mencangkup pria homoseks, penyalahguna obat dan juga tahanan. Keputusan untuk
secara rutin mengimunisasi orang dalam kelompok ini biasanya akan dibuat atas
analisis efektif biaya dan sejauh membicarakan di ignggris, tampak jelas kepentingan
untuk menganjurkan vaksin HBV pada pria homoseks.
Imunisasi bayi
Bayi yang lahir dari wanita positif HBsAg seharusnya menerima globulin imun HBV
spesifik, tetapi ia seharusnya juga menerima vaksin. Rekomendasi di atas bisa diganti
dengan pengumpulan lebih banyak data.
Reaksi merugikan
Semua bukti menunjukkan bahwa vaksin HBV aman dan efektif serta bahwa egek
sampingnya minimum. Tak terlihat reaksi jangka lama.
2. Meningitis Meningokokus
Meningitis meningokokus disebabkan oleh diplokokus gram-negatif dari genus
Neisseria yang ditemukan hanya dalam manusia. Ia mempunyai kapsula polisakarida
yang menentukan klasifikasinya ke dalam delapan subkelompok.
Penelitian paling luas bagi distribusi berbagai kelompok telah dibuat di AS dan paling
sering, yang terutama menebabakan penyakit di sana dan negara lain tamapaknya
adalah A,B dan C,Y dan W135. Meningokokus menjadi penghuni tersering
nasopharynx dan seluruh dunia dalam distribusinya.
Vaksinasi
Vaksin bivalen A-C dan vaksin kuadrivalen (A,C,Y W135) tersedia secara komersil
untuk pencegahan penyakit meningokokus. Vaksin ini mengandung 50mg
polisakarida spesifik per dosis dan diberikan dengan sntikan subkutis vaksin serogrup
A, yang mempunyai kemanjura\n klinik paling kurang selama 1 tahun dengan
perlindungan diberikan 1-2 minggu sebelum imunisasi. Vaksin relatif tak efektif untuk
anak yang sangat muda, usia paling sering terkena.
3. HPV
Vaksin HPV, berisi virus-like particle (VLP) Human Pappiloma Virus yang
merupakan penyebab utama kanker serviks. Yang membuat vaksin HPV menjadi
penting, selain dari sisi fatalitas penyakit dan juga insiden penyakit yang sangat
tinggi, juga dari sifat virus. HPV secara utuh dapat menembus epitelium dan
menghindar dari sistem imun. Respon imun klasik dengan inflamasi tidak teraktifasi

dari HPV, padahal seharusnya mukosa serviks merupakan barisan pertahanan pertama
melawan HPV.
Dengan pemberian vaksin HPV, maka dihasilkan level antibodi yang meningkat
dengan cepat dan bertahan lama. Vaksin HPV yang mengandung VLP tipe 16 dan 18
milsanya, memiliki level antibodi protektif yang kuat hingga 11 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan infeksi alami. Dalam studi, vaksin jenis ini bisa memberikan
perlindungan 100% hingga 5,5 tahun.
Untuk meningkatkan titer antibodi dalam tubuh, vaksin HPV dilengkapi sistem
ajuvan. Menurut Noroyono, ajuvan adalah zat yang memodulasi intrinsic
immunogenicity antigen. Fungsinya menginduksi level memori agar kapasitasnya
lebih besar. Dengan demikian respon imun tubuh akan semakin meningkat. "Jenis
ajuvan ini sangat menentukan karena dia ibarat vehicle atau media yang menjadi
kendaraan vaksin. Kesalahan dalam pemilihan zat ajuvan akan fatal, misalnya tidak
menimbulkan efek booster," tambah Noroyono.
Vaksin HPV tipe 16 dan 18 menggunakan sistem ajuvant ASO4 yang berisi
alumunium hidroksida dan MPL. Keduanya merupakan imunostimulan yang kuat.
Level antibodi pada vaksin yang menggunakan ASO4 menghasilkan level antibodi
lebih tinggi dan menetap dibandingkan vaksin yang hanya menggunakan ajuvan
alumunium hidroksida saja.
Vaksin HPV diberikan 3 kali yaitu di bulan ke 0, 1, dan 6. Beberapa negara termasuk
Indonesia merekomendasikan vaksin ini mulai diberikan di usia 11 tahun. Menurut
Noroyono, vaksin HPV tidak wajib diberikan pada wanita hamil. Namun bila setelah
penyuntikan vaksin pertama (di bulan ke, 0 ataupun ke-1) seorang wanita kedapatan
hamil, maka pemberian vaksin berikutnya dilakukan setelah melahirkan.
4. Infeksi pnemuokokus
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) suatu diplokokus
terbentuk lanset khas, yang tumbuh berpasangan. Pneumokokus
virulen mempunyai kapsula polisakarida, yang terdriri dari 83
serotipe berbeda.
Vakisinasi
Vaksin telah dibuat dengan komposisi bervariasi dari serotipe
tersering.
Yang harus vaksinasi
Vaksin ini efektif dalam anak di bawah usia 2 tahun.
Imunisasi rutin dewasa sehat tidak direkomendasikann, tetapi
berdasarkan penelitian pada penambang di Afrika selatan penduduk
asli Papua Nugini, mungkin ada tempat untuk penggunaan selektif
vaksin pnemuokokus dalam populasi tertentu dalam daeraah
tertentu. Tampaknya vaksiasi tidak efektif di rumah untuk orang tua,
walaupun beberapa penelitian telah memperlihatakan bahwa

dibandingkan dengan terapi, vaksinasi bisa efektif biaya dalam


orang berusia 65 tahun atau lebih.
Berbagai kelompok berisiko tinggi telah ditentukan, tempat infeksi
pnemuokokus membawa risiko tinggi. Mencakup penyakit sel sabit,
yng sayapnya mempunyai resiko tertinggi dalam kelompok usia
vaksin paling kurang efektif. Ada laporan yang saling bertentangan
tentang kemanjuran vaksin dalam pnyakit Hodgkin dan dalam
pasien splenektomi. Vaksinasi tidak tampak mempunyai manfaat
apa pun dalam mencegah otitis media berulang. Sementara
imnisasi primer umumnya bebas reaksi merugikan serius,
penyuntikan ulang vaksin ini bisa menimbulkan reaksi lokal parah
jenis Arthus dengan demam dalam sekitar 50% dari yang
divaksinasi.
Penggunaan luas vaksin penemuokokus dalam kelompok berisiko
tinggi harus bukti kemanjurannya yang lebih lanjut. Sementara itu,
karena efek merugikan yang bisa mengikuri penyuntikan ulang
vaksin pnemuokokus, persetujuan harus dicapai tentang formulasi
vaksin pnemuokokus tunggal.
Konta indikasi vaksinasi
Vaksi dikontraindikasikan dalam anak di bawah usia 2 tahun dan
dalam kehamilan serta harus digunakan dengan hati-hati dalam
penyakit kardiovaskular dan pernapasan.
5. Virus influensa
Virus influensa dikelompokkan menjadi jenis A,B,C aras dasar sifat
antigen berbeda dari komponen interna. Karena genom terbelah,
maka pnusunan bentuk genetik bisa mudah terjadi tidak hanya
dengan virus jenisnya sendiri (dengan kemungkinan 28= 256
kombinasi berbeda) tetapi seperti virus influensa A menginfeksi
babi, kuda-kuda, burung, dan ikan maupun mausia, maka
penyusunan
berubah
(kadang-kadan
dinamakan
sebagai
rekombinasi) bisa juga terjadi dengan virus binatang di alam. Virus
influensa jenis A terbagi lebih lanjut ke dalam subtipe berdasarkan
antigen hemaglutinin dan neuraminidase yang menimbulkan tata
nama virus influensa A, seperti H1N1 atau H3N2.

Imunisasi yang tidak diperbolehkan bagi wanita hamil :


1. Yellow Fever
Penyakit yellow fever atau demam kuning disebabkan oleh virus yellow
fever yang termasuk famili flavivirus. Penyakit ini dapat ringan seperti
serangan flu dan dapat seberat hepatitis atau demam berdarah. Masa

inkubasi 2 5 hari. Pada infeksi khas, gejala awal berupa nyeri kepala,
nyeri perut, dan muntah. Kemudia diikuti dengan gagal hati dan ginjal.
Epidemiologi
Secara epidemis dibedakan menjadi dua bentuk yellow fever , yaitu
bentuk yang ada di perkotaan ( urban) dan di hutan ( jungle 0. Kedua
bentuk tersebut, baik klinis maupun etiologis tidak berbeda. Yellow fever
yang ditemukan dipedesaan adalah suatu epidemi penyakit virus yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk aides aigepty. Di
daerah yan g telah dilakukan pemberantasan aides aygepty, maka yellow
fever dalam bentuk perkotaan dapat menghilang. Bentuk yang ditemukan
di hutan adalah yellow fever yang ditularkan diantara kera oleh berbagai
macam nyamuk hutan, yang bila menggigit manusia dapat menyebabkan
infeksi. Tindakan pencegahan terhadap yellow fever meliputi eradikasi
nyamuk Aedes aegepty, perlindungan terhadap gigitan nyamuk, dan
vaksinasi. Yellow fever yang ditemukan d hutan hanya dapat dicegah
melalui vaksinasi.
Vaksin Yellow Fever

Vaksin yellow fever adalah CSL dari galur 17D, merupakan vaksin
live attenuated, berbentuk vaksin keringh beku, aman digunakan
dan efektif
Setiap dosis 0,5 ml berisi tidak kurang dari 1,000 mouse LD50 units.
Vaksin tersebut dikembangkan dalam embrio ayam dan berisi tidak
lebih dari 2 IU neomisin dan 5 IU polimiksin, dikemas dalam vial
untuk 5 dosis
Vaksin disuntikan subkutan dalam sebanyak 0,5 ml berlaku untuk
semua umuur dan dapat memberi proteksi sampai 10 tahun.
Vaksin diberikan dalam dosis tunggal dan perlu diulang setiap 10
tahun
Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 10 tahun, wanita hamil,
imunokompromais, dan alergi telur.
Vaksin harus dilindungi dan disinar dan disimpan dalam keadaan
beku dibawah -50 C.

Kontra Indikasi

Bayi berumur 6 bulan atau kurang, walaupun secara teoritis lenih


rentan terhadap kejadian ikutan ensefalitis dibandingkan dengan
anak yang lebih besar.
Wanita hamil, vaksinasi perlu dipertimbangkan bila resiko infeksi
yellow fever sangat besar.

Gangguan status sistem imun. Virus vaksin yellow fever


memperberat penyakit leukimia, limfoma, infeksi HIV simtomatis,
penyakit keganasan, dan juga mereka yang respon imunnya
tertekan oleh kortikosteroid.
Hipersensitifitas
Pemberian vaksin lain pada hari yang sama.

2. Campak, Gondongan & Rubela


[ Measles, Mumps, Rubella = MMR ]
Gondongan ( mumps, parotis )
Gondongan adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh
paramyxovirus, dengan predileksi pada kelenjar dan jaringan syaraf. Pada
gondongan, paling sering terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah,
terutama kelenjar parotis. Penyebab penyakit ini melalui droplet dan
terutama terjadi pada anak dengan insiden puncak pada usia 5 9 tahun.
Rubela
Rubela pada umumnya merupakan penyakit infeksi akut yang ringan,
yang disebabkan oleh virus rubela . penyebaran penyakit ini dalaha
melalui udara dan droplet. Gejala klinis yang mencolok adalah timbulnya
ruam makulo-papular yang bersifat sementara ( kira kira 3 hari ),
pembengkakan kelenjar post suricular. Kadang kadang disertai artrithis
dan arthralgia. Walaupun jarang, dapat terjadi komplikasi lain pada sistem
saraf dan trombositopenia. Apabila rubela menjangkiti ibu hamil, maka
dapat terjadi sindrom ruela kongenital pada bayi yang dikandungnya.
Sindrom Rubela Kongenital
Pencegahan sindrom rubela kongenital merupakan tujuan utama
pemberian imunisasi rubela. Rubela adalah penyakit yang akan
mendatangkan malapetaka apabila terjadi pada awal kehamilan, karena
dapat menyebabkan kematian janin, kelahiran prematur dan cacat
bawaan.
Vaksin
Vaksin untuk mencegah campak , gondong dan rubela merupakan vaksin
kombinasi yang dikenal sebagai MMR , dosis 0,5 ml. Vaksin MMR
merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup, harus disimpan
pada temperatur 2 8 0 C atau lebih dingin dan terlindungi dari cahaya.
Vaksin harus digunakan dalam waktu satu jam setelah dicampur dengan
pelarutnya. Dan dapat diberikan bersamaan dengan vakskin varicela

Varicella (atau, cacar air) Vaksin universal dianjurkan untuk semua anak
dan orang dewasa tidak hamil yang rentan, tetapi tidak diberikan kepada
wanita hamil. Ibu hamil yang mengalami cacar (varicella) mengalami
peningkatan risiko memiliki penyakit parah dan sebagian kecil dari
mereka mungkin bayi dilahirkan dengan sindrom varicella kongenital.
Rentan wanita yang terkena varicella (atau sirap, yang disebabkan oleh
virus yang sama) harus menerima globulin imun varicella-zoster (VariZIG)
dalam waktu 96 jam, yang dapat mencegah atau memodifikasi infeksi.
Obat anti virus biasanya diperuntukkan bagi wanita hamil dengan
penyakit cacar air parah. Bayi lahir dari ibu yang menderita cacar air
dalam waktu 5 hari dari pengiriman juga diberikan VariZIG dalam 48 jam
setelah pengiriman untuk mencegah mereka dari memiliki penyakit
serius. Vaksinasi dengan vaksin varicella virus hidup selama kehamilan
tidak dianjurkan, meskipun vaksinasi sengaja tidak dikaitkan dengan hasil
yang merugikan. Seorang anggota rumah tangga hamil bukan merupakan
kontraindikasi untuk imunisasi varicella dari seorang anak dalam rumah
tangga itu, namun.
Virus vaksin varicella jarang menyebar dari orang divaksinasi yang
mengembangkan ruam untuk orang yang rentan dalam rumah tangga.
Resiko bagi wanita hamil rentan dan janinnya harus sangat rendah setelah
jenis tampilan ini. Namun, wanita hamil yang percaya bahwa dia rentan
terhadap cacar air dan yang memiliki eksposur rumah tangga kepada
seseorang yang mengembangkan ruam setelah imunisasi varicella harus
memberitahu dokternya.
Idealnya, perempuan harus kebal terhadap cacar air sebelum hamil, baik
dari vaksin atau cacar air. Pada akhir kehamilan, perempuan rentan harus
menerima dosis pertama vaksin cacar air sebelum dibuang dari fasilitas
kesehatan. Dosis kedua harus diberikan 4-8 minggu kemudian.
Campak, gondok, dan rubella. Campak, gondok, dan rubella vaksin virus
hidup-biasanya diberikan bersama sebagai MMR-tidak boleh diberikan
selama kehamilan. Namun, karena campak meningkatkan risiko aborsi
spontan atau kelahiran prematur, wanita hamil rentan diberikan globulin
imun dalam waktu enam hari setelah terpapar. Virus gondok belum
dikaitkan dengan masalah selama kehamilan. Liar infeksi virus rubella
pada awal kehamilan memiliki risiko tinggi menyebabkan sindrom rubella
bawaan (CRS) pada janin. Ini adalah penyakit yang merusak yang dapat
dicegah dengan penggunaan vaksin sebelum kehamilan. Wanita hamil
disaring awal kehamilan untuk memastikan bahwa mereka kebal. Jika
rentan dan terbuka, wanita hamil dan dokter bersama-sama akan perlu
untuk mempertimbangkan pilihan-nya. Wanita-rentan rubella harus

diimunisasi dengan MMR pada periode pasca-partum segera. Namun, CDC


telah mengikuti hasil dari vaksinasi rubella sengaja ibu hamil dan tidak
ada kasus CRS telah terdeteksi.
Penularan virus vaksin MMR dalam rumah tangga belum terbukti (kecuali
virus rubella dari ibu menyusui untuk bayi mereka). Dengan demikian,
anak-anak rentan harus diimunisasi apakah atau tidak ada kontak
serumah hamil.
Indikasi Kontra

Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau gangguan


imunitas.
Anak dengan alergi berat
Anak dengan demam akut
Anak yang mendapat vaksin hidup lain ( termasuk BCG ) dalam
waktu 4 minggu.
Jika MMR diberikan pada wanita dewasa dengan kehamilan harus
ditunda selama 2 bulan , seperti vaksin rubela
Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah

Anda mungkin juga menyukai