(SAP)
IMUNISASI PADA IBU HAMIL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan 1A
Disusun oleh:
1. TUTIK AMALIA K.W
2. ISMI MAGHFIROH
3. INDAH MIFTAQHUL
(110603041)
(110603021)
(110603020)
( SAP )
1. Pokok Bahasa
Antenatal.
2. Sub Pokok Bahasan
Informasi kebutuhan Imunisasi bagi ibu hamil.
3. Sasaran dalam penyuluhan
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah ibu hamil.
4. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk penyuluhan ini adalah 20 menit,
hari
5. Tempat
Ruang kelas 13 Stikes Pemkab Jombang.
6. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui tentang
imunisasi yang di perlukan selama kehamilan
7. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ibu dapat mengetahui dan mengerti
tentang :
Macam macam imunisasi pada ibu hamil
Kebutuhan imunisasi pada ibu hamil
8. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
9. Media
Leaflet dan Power Point.
10.
Kegiatan operasional
Kegiatan
o.
Penyuluhan
Kegiatan Sasaran
Waktu
Sasaran
mendengarkan
1.
Pembukaan.
5 menit.
sertamemperhatika
n para penyuluh.
2.
Ceramah/penyampaian
Sasaran
materi.
mendengarkan,
memperhatikan dan
15 menit.
mengerti
tentang
materi
yang
disampaikan.
Sasaran
menanyakan
tentang materi yang
3.
Tanya jawab.
15 menit.
tidak
dimengerti
dan
membingungkan.
Sasaran
dapat
menyebutkan
4.
isi
10 menit.
materi
yang
telah
disampaikan.
11.
Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung dan observasi dengan harapan ibu hamil dapat
mengerti bahasan yang disampaikan.
Pertanyaan:
1. Apa pengertian imunisasi ?
2. Apa manfaat dari imunisasi
3. Apa saja macam imunisasi yang diberikan pada ibu hamil
12.
LAMPIRAN
MATERI
1. Pengertian
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit
Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu
2. Tujuan
Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang
dapat menimbulkan cacat atau kematian
3. Respon imun
Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen
Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon
adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang
beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai
nilai protektif.
4. Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya
Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak
berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat
penolak (imunoglobulin).
Kekebalan aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya
memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang
campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
5. Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya
hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi
Cara pemberian
Dosis
Jenis vaksin
6. Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau
dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
7. Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang
telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai
pada saat pemberinanya pada sasaran
8. Sifat vaksin
Hep B dan TT
Pada suhu
Dapat bertahan selama
-0,5 C
Max jam
-0,5C sd -10C
Mak 1,5-2 jam
Beberapa C diatas suhu udara 14 hari
luar
(ambient
temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara 30 hari
luar
(ambient
temperatur
<34C)
Pada suhu
Beberapa C diatas
luar
(ambient
<34C)
Beberapa C diatas
luar
(ambient
<34C)
Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan
lagi
Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat
dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali
hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh
digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG
hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
o
Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak
divaksinasi
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang
tidak diharapkan
Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan
lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan
imunisasi
Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan
adanya kerusakan
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin
Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan
Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip
higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi
harus dikerjakan
12.
JADWAL PEMBERIAN
Antigen
Interval
(
selang Lama
waktu minimal )
perlindungan
% perlindungan
TT 1
Kunjungan 1 ANC
TT 2
4 mgg setelah TT 1
3 tahun
80 %
TT 3
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
95 %
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
99 %
TT 5
1 tahun setelah TT 4
25
tahun
/ 99 %
seumur hidup
risiko
tinggi
Pelancong ke negara yang sedang terjadi epidemi harus divaksinasikan dengan vaksin
kuadrivalen.
Vaksin harus disimpan pada 2-8 C, tetapi tidak dibekukan, karena pembekuan
merusak kemampuan vaksin dan telah bertanggungjawab bagi penrunan dalam
kemanjuran vaksin dari 90% sampai 85%.
Sekitar 95% orang normal diimunisasi mengembangkan anti-HBs setelah
rangkaian vaksin yang tampak memberikan perlindungan terhadap infeksi selama
paling kurang 5 tahun.
Vaksin plasma (walaupun sangat efektif) sangat mahal (63,50 untuk
rangkaian penuh pada waktu penulisan) dan luasnya masalah hepatitis virus seluruh
dunia telah menimbulkan usaha untuk menghasilkan vaksin lain menggunakan
teknologi Dna rekombinan. Salah satunya, adalah vakisn ragi rekombinan, dengan
HBsAg telah dimasukkan ke dalam Escherichia coli dan kemudian ke dalam ragi roti,
yang antigennya dilepaskan dengan homogenisasi. Vaksin rekombinan ragi ini
sekarang menjalani ujicoba manusia. Pendekatan lain telah mengembangkan sintetik,
yang jelas akan merupakan vaksin masa depan.
Yang harus diimunisasi,
Pada saat ini, yang beresiko tinggi infeksi HBV harus diimunisasi selektif. Dapat
diperdebatkan apakah pada yang mungkin divaksinasi harus disaring dulu antibodinya
sebelum diberikan vaksin. Penyaringan untuk anti-HBs akan mendeteksi kebanyakan
orang yang tidak memerlukan imunisasi karena ia telah mendapat infeksi alamiah,
tetapi 10% dari orang yang telah terinfeksi di masa lampau tidak akan menghasilkan
anti-HBs dan anti-HBc merupakan penanda yang lebih dapat diandalkan. Keputusan
untuk menyaring tergantung atas keadaan epidemiologi, biaya vaksin, pengirimannya,
biaya penyaringan dan jumlah yang retan diantisipasi dalam kelompok ini ( seperti
dibuktikan oleh penelitian serologi penuntun).
Kelompok pertama yang dipertimbangkan untuk imunisasi merupakan tenaga
perawat kesehatan serta lainnya langsung terlihat dalam (1) perawatan pasien dalam
masa waktu, tempat insiden HBV tinggi diketahui, (2) perawatan pasien-pasien dalam
unit yang diketahui membawa virus, (3) pekerjaan yang berhubngan dengan darah dan
produk darah seperti staf bank darah dan petugas laboratorium yang terpapar ke
peningkatan risiko infeksi dari materi terinfeksi.
Kelompok kedua yang harus diberikan vaksin meliputi (1) pasien yang masuk ke
lembaga setempat untuk cacat mental, tempat ada risiko tinggi yang dikenal, (2)
pasien dialisis ginjal khusus dan (3) pasangan khusus dan pasangan seks lain serta
kontak rumah tangga pembawa HBV, yang tergantung atas keadaan antibodinya.
dari HPV, padahal seharusnya mukosa serviks merupakan barisan pertahanan pertama
melawan HPV.
Dengan pemberian vaksin HPV, maka dihasilkan level antibodi yang meningkat
dengan cepat dan bertahan lama. Vaksin HPV yang mengandung VLP tipe 16 dan 18
milsanya, memiliki level antibodi protektif yang kuat hingga 11 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan infeksi alami. Dalam studi, vaksin jenis ini bisa memberikan
perlindungan 100% hingga 5,5 tahun.
Untuk meningkatkan titer antibodi dalam tubuh, vaksin HPV dilengkapi sistem
ajuvan. Menurut Noroyono, ajuvan adalah zat yang memodulasi intrinsic
immunogenicity antigen. Fungsinya menginduksi level memori agar kapasitasnya
lebih besar. Dengan demikian respon imun tubuh akan semakin meningkat. "Jenis
ajuvan ini sangat menentukan karena dia ibarat vehicle atau media yang menjadi
kendaraan vaksin. Kesalahan dalam pemilihan zat ajuvan akan fatal, misalnya tidak
menimbulkan efek booster," tambah Noroyono.
Vaksin HPV tipe 16 dan 18 menggunakan sistem ajuvant ASO4 yang berisi
alumunium hidroksida dan MPL. Keduanya merupakan imunostimulan yang kuat.
Level antibodi pada vaksin yang menggunakan ASO4 menghasilkan level antibodi
lebih tinggi dan menetap dibandingkan vaksin yang hanya menggunakan ajuvan
alumunium hidroksida saja.
Vaksin HPV diberikan 3 kali yaitu di bulan ke 0, 1, dan 6. Beberapa negara termasuk
Indonesia merekomendasikan vaksin ini mulai diberikan di usia 11 tahun. Menurut
Noroyono, vaksin HPV tidak wajib diberikan pada wanita hamil. Namun bila setelah
penyuntikan vaksin pertama (di bulan ke, 0 ataupun ke-1) seorang wanita kedapatan
hamil, maka pemberian vaksin berikutnya dilakukan setelah melahirkan.
4. Infeksi pnemuokokus
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) suatu diplokokus
terbentuk lanset khas, yang tumbuh berpasangan. Pneumokokus
virulen mempunyai kapsula polisakarida, yang terdriri dari 83
serotipe berbeda.
Vakisinasi
Vaksin telah dibuat dengan komposisi bervariasi dari serotipe
tersering.
Yang harus vaksinasi
Vaksin ini efektif dalam anak di bawah usia 2 tahun.
Imunisasi rutin dewasa sehat tidak direkomendasikann, tetapi
berdasarkan penelitian pada penambang di Afrika selatan penduduk
asli Papua Nugini, mungkin ada tempat untuk penggunaan selektif
vaksin pnemuokokus dalam populasi tertentu dalam daeraah
tertentu. Tampaknya vaksiasi tidak efektif di rumah untuk orang tua,
walaupun beberapa penelitian telah memperlihatakan bahwa
inkubasi 2 5 hari. Pada infeksi khas, gejala awal berupa nyeri kepala,
nyeri perut, dan muntah. Kemudia diikuti dengan gagal hati dan ginjal.
Epidemiologi
Secara epidemis dibedakan menjadi dua bentuk yellow fever , yaitu
bentuk yang ada di perkotaan ( urban) dan di hutan ( jungle 0. Kedua
bentuk tersebut, baik klinis maupun etiologis tidak berbeda. Yellow fever
yang ditemukan dipedesaan adalah suatu epidemi penyakit virus yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk aides aigepty. Di
daerah yan g telah dilakukan pemberantasan aides aygepty, maka yellow
fever dalam bentuk perkotaan dapat menghilang. Bentuk yang ditemukan
di hutan adalah yellow fever yang ditularkan diantara kera oleh berbagai
macam nyamuk hutan, yang bila menggigit manusia dapat menyebabkan
infeksi. Tindakan pencegahan terhadap yellow fever meliputi eradikasi
nyamuk Aedes aegepty, perlindungan terhadap gigitan nyamuk, dan
vaksinasi. Yellow fever yang ditemukan d hutan hanya dapat dicegah
melalui vaksinasi.
Vaksin Yellow Fever
Vaksin yellow fever adalah CSL dari galur 17D, merupakan vaksin
live attenuated, berbentuk vaksin keringh beku, aman digunakan
dan efektif
Setiap dosis 0,5 ml berisi tidak kurang dari 1,000 mouse LD50 units.
Vaksin tersebut dikembangkan dalam embrio ayam dan berisi tidak
lebih dari 2 IU neomisin dan 5 IU polimiksin, dikemas dalam vial
untuk 5 dosis
Vaksin disuntikan subkutan dalam sebanyak 0,5 ml berlaku untuk
semua umuur dan dapat memberi proteksi sampai 10 tahun.
Vaksin diberikan dalam dosis tunggal dan perlu diulang setiap 10
tahun
Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 10 tahun, wanita hamil,
imunokompromais, dan alergi telur.
Vaksin harus dilindungi dan disinar dan disimpan dalam keadaan
beku dibawah -50 C.
Kontra Indikasi
Varicella (atau, cacar air) Vaksin universal dianjurkan untuk semua anak
dan orang dewasa tidak hamil yang rentan, tetapi tidak diberikan kepada
wanita hamil. Ibu hamil yang mengalami cacar (varicella) mengalami
peningkatan risiko memiliki penyakit parah dan sebagian kecil dari
mereka mungkin bayi dilahirkan dengan sindrom varicella kongenital.
Rentan wanita yang terkena varicella (atau sirap, yang disebabkan oleh
virus yang sama) harus menerima globulin imun varicella-zoster (VariZIG)
dalam waktu 96 jam, yang dapat mencegah atau memodifikasi infeksi.
Obat anti virus biasanya diperuntukkan bagi wanita hamil dengan
penyakit cacar air parah. Bayi lahir dari ibu yang menderita cacar air
dalam waktu 5 hari dari pengiriman juga diberikan VariZIG dalam 48 jam
setelah pengiriman untuk mencegah mereka dari memiliki penyakit
serius. Vaksinasi dengan vaksin varicella virus hidup selama kehamilan
tidak dianjurkan, meskipun vaksinasi sengaja tidak dikaitkan dengan hasil
yang merugikan. Seorang anggota rumah tangga hamil bukan merupakan
kontraindikasi untuk imunisasi varicella dari seorang anak dalam rumah
tangga itu, namun.
Virus vaksin varicella jarang menyebar dari orang divaksinasi yang
mengembangkan ruam untuk orang yang rentan dalam rumah tangga.
Resiko bagi wanita hamil rentan dan janinnya harus sangat rendah setelah
jenis tampilan ini. Namun, wanita hamil yang percaya bahwa dia rentan
terhadap cacar air dan yang memiliki eksposur rumah tangga kepada
seseorang yang mengembangkan ruam setelah imunisasi varicella harus
memberitahu dokternya.
Idealnya, perempuan harus kebal terhadap cacar air sebelum hamil, baik
dari vaksin atau cacar air. Pada akhir kehamilan, perempuan rentan harus
menerima dosis pertama vaksin cacar air sebelum dibuang dari fasilitas
kesehatan. Dosis kedua harus diberikan 4-8 minggu kemudian.
Campak, gondok, dan rubella. Campak, gondok, dan rubella vaksin virus
hidup-biasanya diberikan bersama sebagai MMR-tidak boleh diberikan
selama kehamilan. Namun, karena campak meningkatkan risiko aborsi
spontan atau kelahiran prematur, wanita hamil rentan diberikan globulin
imun dalam waktu enam hari setelah terpapar. Virus gondok belum
dikaitkan dengan masalah selama kehamilan. Liar infeksi virus rubella
pada awal kehamilan memiliki risiko tinggi menyebabkan sindrom rubella
bawaan (CRS) pada janin. Ini adalah penyakit yang merusak yang dapat
dicegah dengan penggunaan vaksin sebelum kehamilan. Wanita hamil
disaring awal kehamilan untuk memastikan bahwa mereka kebal. Jika
rentan dan terbuka, wanita hamil dan dokter bersama-sama akan perlu
untuk mempertimbangkan pilihan-nya. Wanita-rentan rubella harus