IMUNISASI
Disusun Oleh :
Prodi PPDGS Ilmu Bedah Mulut & Maksilofasial
Jenadi Binarto
NPM 160121140001
Ariyaka Niastya P.
NPM 160121140002
Fajar Rezandaru
NPM 160121140003
Sabella Trinolaurig
NPM 160121140004
Willy Bernadi
NPM 160121140005
Fachrul Razi
NPM 160121140006
NPM 160121140007
NPM 160121140008
NPM 160121140009
Annisya Muharty
NPM 160121140010
Pengertian
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit
Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu
Tujuan
Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang
dapat menimbulkan cacat atau kematian
Respon imun
Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen
Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon
adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang
beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai
nilai protektif.
Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya
Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung
lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak
(imunoglobulin).
Kekebalan aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi
atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya
memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang
campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
Status imun penjamu
Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang
terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin
berkurang
Cara pemberian
Dosis
Jenis vaksin
Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat
pemberinanya pada sasaran
Sifat vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin
Hep B, DPT-HB
DPT, DT, TT
DPT, DPT-HB, DT
Hep B dan TT
Pada suhu
-0,5 C
-0,5C sd -10C
Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur
<34C)
30 hari
Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh :
polio, BCG dan campak
Vaksin
Polio
Pada suhu
Dapat bertahan selama
Beberapa C diatas suhu udara 14 hari
luar (ambient temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara 30 hari
luar (ambient temperatur
<34C)
Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan
lagi
Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat
dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali
hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh
digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG
hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak
divaksinasi
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang
tidak diharapkan
Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan
lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan
imunisasi
Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan
adanya kerusakan
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin
Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan
Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip
higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi
harus dikerjakan
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan
dalam periode tertentu
Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin
Tempat suntikan
Cara
penyuntikan
Dosis
Ukuran jarum
BCG
BCG, DPT-Hep B, Hep B
Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Intracutan
Intramuscular/subcutan dalam
0,05 cc
10 mm, ukuran 26
0,5 ml
25 mm, ukuran 23
jenis
Bubuk+pelarut
Vaksin
Tempat suntikan
Cara
penyuntikan
Dosis
Ukuran jarum
Jenis
Campak
Lengan kiri atas
Subcutan
Siap pakai
Polio
Mulut
Diteteskan di mulut
0,5 ml
2 tetes
25 mm, ukuran 23
Siap pakai
Botol dengan alat tetes mulut
Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di
desinfeksi)
Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril
Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi label tidak mudah
robek dan bocor
Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak
Vaksin BCG
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Polio
Vaksin Campak
BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan
secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas)
Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC)
dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat
seperti meningitis, TBC tulang
Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam
3 jam, dosis pada bayi < 1 tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini
disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)
Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari
Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam
Jadwal pemberian
Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur 2 bulan
Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)
Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)
Efek samping
Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 2-3 minggu setelah
penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm
Indikasi kontra
Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
Kehamilan
Proteksi
VAKSIN HEPATITIS B
Imunisasi pasif
Pemberian vaksin
Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan
kemudian
Paparan seksual
Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu
Paparan perinatal
Vaksin polipeptida
Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat)
Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual,
nyeri sendi maupun otot
Jadwal pemberian
Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan
Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi
Indikasi kontra
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolut terhadap pemberian
imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan
terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium
fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg
Toksoid Difteria
Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated
formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis
Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan yang
diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga
Vaksin pertusis
Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated
vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati
Toksoid tetanus
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I,
DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut :
Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid
tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa
Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun
yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan
anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan memperpanjang
imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak
dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa
Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau
DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada
anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan
perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat
perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
Imunisasi
Spacing
Masa perlindungan
Tujuan
T1
T2
4 pekan setelah T1
3 tahun
T3
T4
T5
6 bulan setelah T2
1 tahun setelah T3
1 tahun setelah T4
5 tahun
10 tahun
25 tahun
Mengembangkan
kekebalan tubuh pada
infeksi
Menyempurnakan
kekebalan
Menguatkan kekebalan
Menguatkan kekebalan
Mendapatkan
kekebalan penuh
Indikasi kontra
Riwayat anafilaksis
KIPI
VAKSIN POLIO
Ada 2 macam jenis vaksin polio
OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi
sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera
yang distabilkan dengan sukrosa
Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus
vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi
baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal
terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian
Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8C. OPV dapat disimpan beku
pada temperatur 20C. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara
ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak
berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan
tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi,
kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus
selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi
IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif
dengan formaldehid
IPV harus disimpan pada suhu 2-8C dan tidak boleh dibekukan
Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang
ditimbulkan OPV
OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000
Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3
dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu
Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat
diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B
Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada
saat diberikan dosis DPT sebagai penguat
Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum
meninggalkan sekolah
Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis
berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu
Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan
vaksinasinya tanpa mengulang lagi
Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh
ada yang tertinggal
KIPI
Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala
Pusing-pusing
Diare ringan
Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun
suntikan, juga pengobatan radiasi umum
VAKSIN CAMPAK
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak
Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, jangan terkena
sinar matahari
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)
Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg
eritromisin
Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra
muscular
Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam
program BIAS
Reaksi KIPI
Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan berlangsung selama 2 hari
Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari
Kontra indikasi
Demam tinggi
Hamil
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Varicella
Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di
deltoid
Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 612 minggu).
Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella
Perlindungan 3 tahun
Vaksin Hepatitis A
Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti
asuhan
Vaksin Varisela
Vaksin Influenza-1
Penyimpanan pada suhu 2-8C , jangan terkena sinar matahari maupun beku
Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian
Kontra indikasi
Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)