Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA KULIAH IMMUNOLOGI

IMUNISASI
Disusun Oleh :
Prodi PPDGS Ilmu Bedah Mulut & Maksilofasial
Jenadi Binarto

NPM 160121140001

Ariyaka Niastya P.

NPM 160121140002

Fajar Rezandaru

NPM 160121140003

Sabella Trinolaurig

NPM 160121140004

Willy Bernadi

NPM 160121140005

Fachrul Razi

NPM 160121140006

Adria Permana Putra

NPM 160121140007

A.A Manik Swayoga

NPM 160121140008

Evan Yulius Saputro

NPM 160121140009

Annisya Muharty

NPM 160121140010

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2015

Pengertian

Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi
penyakit

Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu

Tujuan

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan


penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan
penyakit tertentu dari dunia

Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang
dapat menimbulkan cacat atau kematian

Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal)

Respon imun

Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen

Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon
adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang
beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai
nilai protektif.

Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya

Kekebalan pasif

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung
lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak
(imunoglobulin).

Kekebalan aktif

Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi
atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya
memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang
campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
Status imun penjamu

Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus

ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio

Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag dan pembentukan antibodi


spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang

Yang sedang mendapat imunosupresan

Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang
terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin
berkurang

Faktor genetik penjamu


Interaksi antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas
responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga ditemukan
keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya
hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi

Cara pemberian

Dosis

Frekuensi dan jarak pemberian

Jenis vaksin

Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah
ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat
pemberinanya pada sasaran
Sifat vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin
Hep B, DPT-HB
DPT, DT, TT
DPT, DPT-HB, DT

Hep B dan TT

Pada suhu
-0,5 C
-0,5C sd -10C
Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur
<34C)

Vaksin yang sensitif terhadap panas

Dapat bertahan selama


Max jam
Mak 1,5-2 jam
14 hari

30 hari

Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh :
polio, BCG dan campak
Vaksin
Polio

Campak dan BCG

Pada suhu
Dapat bertahan selama
Beberapa C diatas suhu udara 14 hari
luar (ambient temperatur
<34C)
Beberapa C diatas suhu udara 30 hari
luar (ambient temperatur
<34C)

Penanganan vaksin sisa

Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan
lagi

Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat
dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali
hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh
digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG
hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan

Tata cara pemberian imunisasi

Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak
divaksinasi

Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang
tidak diharapkan

Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan
lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan

Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan
imunisasi

Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan

Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan

Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik

Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan
adanya kerusakan

Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan

Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin

Setelah pemberian vaksin

Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam
kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat

Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis

Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan bila diperlukan

Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip
higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi
harus dikerjakan

Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan
dalam periode tertentu
Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin
Tempat suntikan
Cara
penyuntikan
Dosis
Ukuran jarum

BCG
BCG, DPT-Hep B, Hep B
Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Intracutan
Intramuscular/subcutan dalam
0,05 cc
10 mm, ukuran 26

0,5 ml
25 mm, ukuran 23

jenis

Bubuk+pelarut

Vaksin
Tempat suntikan
Cara
penyuntikan
Dosis
Ukuran jarum
Jenis

Campak
Lengan kiri atas
Subcutan

Siap pakai
Polio
Mulut
Diteteskan di mulut

0,5 ml
2 tetes
25 mm, ukuran 23
Siap pakai
Botol dengan alat tetes mulut

Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin

Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di
desinfeksi)

Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril

Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis

Kulit yang akan disuntik dibersihkan

Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi label tidak mudah
robek dan bocor

Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak

JADWAL IMUNISASI WAJIB (PPI)


VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)

Vaksin BCG

Vaksin Hepatitis B

Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)

Vaksin Polio

Vaksin Campak

VAKSIN BCG (Bacille Calmette Guerin)

BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan
secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas)

Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC)
dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat
seperti meningitis, TBC tulang

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan

Cara pemberian dan dosis vaksin

Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam
3 jam, dosis pada bayi < 1 tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini
disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)

Penyimpanan vaksin

Vaksin disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari

Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam

Jadwal pemberian

Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur 2 bulan

Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)

Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)

Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun

Efek samping

Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum

Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 2-3 minggu setelah
penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher.


Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri

Indikasi kontra

Reaksi uji tuberkulin > 5 mm

Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat
pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit
keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe

Anak menderita gizi buruk

Menderita demam tinggi

Menderita infeksi kulit yang luas

Pernah/masih menderita TBC

Kehamilan

Proteksi

Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi

Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)

Mencegah TB berat 60-80%

VAKSIN HEPATITIS B

Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B

Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius

Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif ataupun imunisasi aktif

Imunisasi pasif

Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin

IG/ISG (Immune Serum Globulin)


HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)

Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya


paparan (postexposure)

Indikasi utama pemberian imunisasi pasif


o Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun
mukosa
o Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+)
o Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+)

Pemberian vaksin

Pada kecelakaan jarum suntik

Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan
kemudian

Paparan seksual

Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu

Paparan perinatal

Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam


Imunisasi aktif
Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius
Ada 3 jenis vaksin hepatitis B

Vaksin yang berasal dari plasma

Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika

Vaksin polipeptida

Vaksin yang beredar di Indonesia

Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat)

Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug)

B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug)

Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug)

Engerix-B (dosis : anak 10 ug)

Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah deltoid atau paha anterior


(jangan dilakukan didaerah bokong)

Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual,
nyeri sendi maupun otot

Jadwal pemberian

Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir

Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan

Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya

Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug


(dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)
Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda
dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)
Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua
pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu

Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan)

Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)

Kejadian ikutan pasca imunisasi

Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari

Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi

Indikasi kontra
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolut terhadap pemberian
imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan
terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium
fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg
Toksoid Difteria

Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated
formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis

Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan yang
diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga

Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)

Vaksin pertusis

Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated
vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati

Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan tetanus

Toksoid tetanus

Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :

Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan

Kemasan tunggal (TT)

Kemasan dengan vaksin difteri (DT)

Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)

Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I,
DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut :

Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid
tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa

Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun
yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan
anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa

Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan memperpanjang
imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak
dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa

Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau
DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada
anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa

Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan
perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat
perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.

Imunisasi

Spacing

Masa perlindungan

Tujuan

T1

T2

4 pekan setelah T1

3 tahun

T3
T4
T5

6 bulan setelah T2
1 tahun setelah T3
1 tahun setelah T4

5 tahun
10 tahun
25 tahun

Mengembangkan
kekebalan tubuh pada
infeksi
Menyempurnakan
kekebalan
Menguatkan kekebalan
Menguatkan kekebalan
Mendapatkan
kekebalan penuh

Indikasi kontra

Riwayat anafilaksis

Ensefalopati pasca DPT sebelumnya

KIPI

Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat suntikan

Demam, gelisah, menangis terus menerus

Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis

VAKSIN POLIO
Ada 2 macam jenis vaksin polio

Vaksin virus polio oral (OPV)

Vaksin polio inactivated (IPV)

Vaksin virus polio oral (OPV)

OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi
sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera
yang distabilkan dengan sukrosa

Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus
vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi
baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal
terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian

Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8C. OPV dapat disimpan beku
pada temperatur 20C. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara
ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak
berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan

tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi,
kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus
selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi

IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif
dengan formaldehid

IPV harus disimpan pada suhu 2-8C dan tidak boleh dibekukan

Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut dengan jarak masing-masing


dosis 2 bulan

Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang
ditimbulkan OPV

OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program
Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000

Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3
dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu

Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat
diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B

Imunisasi penguat (booster)

Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada
saat diberikan dosis DPT sebagai penguat

Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum
meninggalkan sekolah

Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan


vaksinasi penguat, kecuali mereka yang dalam resiko khusus,

Imunisasi untuk orang dewasa

Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis
berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu

Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan
vaksinasinya tanpa mengulang lagi

Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh
ada yang tertinggal

KIPI
Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala

Pusing-pusing

Diare ringan

Sakit pada otot

Kontrai indikasi pemberian OPV

Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C)

Muntah atau diare

Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun
suntikan, juga pengobatan radiasi umum

Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem


retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik
yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia

Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak

VAKSIN CAMPAK
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak

Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, jangan terkena
sinar matahari

Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada
dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)

Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg
eritromisin

Dosis dan cara pemberian

Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra
muscular

Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan

Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam
program BIAS

Reaksi KIPI

Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan berlangsung selama 2 hari

Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari

Kontra indikasi

Demam tinggi

Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi

Hamil

Mempunyai riwayat alergi

JADWAL IMUNISASI ANJURAN (NON PPI)

Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib)

Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)

Vaksin Demam Thypoid

Vaksin Hepatitis A

Vaksin Varicella

Vaksin Haemophilus Influenza type B

Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus,


trometamol, sukrosa dan NaCl

Suspensi berkabut keputihan

Kombinasi dengan DTaP/DTwP

Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di
deltoid

Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)

Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam

Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam

Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia

Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular

Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan

Serokonversi pada >95% kasus

Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 612 minggu).

Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella

Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme

Vaksin Demam Thypoid

Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl,


NaHPO3H

Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun

Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi

Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun

Perlindungan 3 tahun

Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B

Vaksin Hepatitis A

Virus inaktif dalam formaldehid

Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti
asuhan

Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin

Diberikan secara intramuscular

Protektif pada 95-100%

Vaksin Varisela

Virus hidup dilemahkan, strain Oka

Diberikan secara subcutan

Kontra indikasi : demam, sakit akut

Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain

Jangan hamil dalam 2 bulan

Tidak efektif bila transfusi gamma globulin

Diberikan pada anak usia 1-13 tahun

Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun

Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi)

Aman, efektif dan ekonomis

Vaksin Influenza-1

Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)

Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid

Penyimpanan pada suhu 2-8C , jangan terkena sinar matahari maupun beku

Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara

Strain 2004 untuk daerah selatan


o H1N1 (new Caledonia/20/99)
o H3N2 (Fujian/411/2002)
o Hongkong/330/2001
o Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan

6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian

Vaksinasi diulang tiap tahun

Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)

Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib

Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib

DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)

Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib

Kontra indikasi

Sama dengan komponen masing-masing vaksin


Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)

Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)

Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe

Bebas pengawet dan bebas thimerosal

Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular

Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru


(pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman
(nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang
tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)

Anda mungkin juga menyukai