Anda di halaman 1dari 16

SL.III. GDS.

7
KETERAMPILAN KLINIK
PEMBERIAN IMUNISASI BCG, POLIO, HEPATITIS B/DPT DAN CAMPAK
Sri Sofyani

I. PENDAHULUAN

Efektifitas program imunisasi dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan


yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah
terbukti secara global, nasional maupun lokal. Keberhasilan program imunisasi tersebut
ditentukan dengan berbagai strategi termasuk melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan para petugas yang melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam rangka untuk
mempersiapkan dokter Indonesia yang terampil dan handal, pelatihan dalam melakukan
kegiatan pemberian imunisasi tersebut juga harus dilakukan di bangku kuliah.

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI


Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut :
 Memberikan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak diimunisasi
 Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan
yang tidak diharapkan
 Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan jangan lupa
mengenai persetujuan yang telah diberikan kepada orang tua.
 Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi
 Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan
 Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
 Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut selama belum digunakan telah
disimpan dengan baik.
 Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda tanda perubahan ; periksa tanggal
kadaluarsa dan catat hal hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukkan adanya
kerusakan.
 Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain
untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.
 Berikan vaksin dengan tehnik yang benar. Lihat uraian dibawah mengenai pemilihan jarum
suntik, sudut jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin.

Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal hal sebagai berikut :


 Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.
 Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
 Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
 Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar
ketinggalan, bila diperlukan.
 Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi,
namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip prinsip higienis, surat
persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.

Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada
lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar
vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8 0C dan tidak membeku. Sejumlah
vaksin (DPT, Hib, Hepatitis B, dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan
untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus tentang masing masing vaksin,
karena beberapa vaksin (OPV dan vaksin Yelow Fever) dapat disimpan dalam keadaan beku.

Pengenceran
Vaksin kering yasng beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam
periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda tanda
kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan
cepat mengalami perubahan warna pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin.

Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun pada pemberian vaksin
secara intrakutan desinfeksi dengan alkohol tidak dilakukan
.

Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntukan intramuscular (IM) atau subkutan dalam.
Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan
dengan suntikan intradermal/intrakutan (dalam kulit).

Teknik Dasar dan Ukuran Jarum


Para petugas yang melaksanakn vaksinasi harus membahami tehnik dasar dan petunjuk keamanan
pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang
salah. Pada tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya
tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila memakai botol
multidosis (karena tidak ada alternative vaksin dalam sediaan lain) maka semprit atau jarum suntik
yang telah digunakan menyuntik tidak boleh dipakai lagi untuk mengambil vaksin. Semprit dan
jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi tanda (label) tidak mudah robek dan bocor,
untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum suntik bekas
harus dijauhkan dari jangkauan anak. Diharapkan semua petugas kesehatan memahami benar
petunjuk ini.
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan kedalam otot. Penggunan jarum yang pendek
meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk
vaksin vaksin yang inaktif ( inactivated).
Standar jarum suntik ialah ukuran dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam
beberapa hal seperti berikut :
 Pada bayi bayi kurang bulan umur dua bulan atau yang lebih muda, dan bayi bayi kecil
lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm.
 Untuk suntikan subkutan pada lengan atas dipakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16 mm,
untuk bayi bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12.
 Untuk suntikan intramuscular pada orang dewasa yang sangat gemuk (obese) dipakai jarum
ukuran 23 dengan panjang 38 mm.
 Untuk suntikan intradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25-27 dengan
panjang 10mm.

Tempat Suntikan yang Dianjurkan


Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi bayi dan anak
anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternative untuk vaksinasi pada anak anak yang
lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa.
Sejak lahir tahun 1980, WHO telah memberi rekomendasi bahwa daerah anterolateral paha
adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus)
untuk menghindari risiko kerusakan saraf scias (nervus ishiadicus).Buku pedoman ACIP (Advisory
Committee of Immunisation Practies) dan AAP (American Academy of Pediatrics) serta buku
pedoman Selandia Baru juga menganjurkan paha anterolateral sebagai tempat suntikan vaksin.
Buku pedoman Inggris menganjurkan paha anterolateral atau lengan atas pada bayi sebagai tempat
suntukan.
Risiko kerusakan saraf iskhiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak dijumpai
pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan
suntikan intramuscular di daerah gluteal dengan tidak disengaja menghasilkan suntikan subkutan
dengan reaksi local yang lebih berat. Vaksin hepatitis B dan rabies bila disuntikan di daerah gluteal
kurang imunogenik;hal ini berlaku untuk semua umur.
Rekomendasi untuk penyuntikan vaksin di daerah paha anterio lateral sebenarnya telah
diketahui, namun beberapa petugas kesehatan masih segan meninggalkan praktek tradisionalnya
dengan menyuntik di daerah gluteal. Sehubungan dengan hal tersebut, dianjurkan untuk selalu
mengulang kembali dengan memberi peringatan bahwa bila vaksin vaksin tersebut disuntikan
didaerah gluteal harus hati hati, yaitu dengan memilih lokasi suntikkan di daerah kuadran lateral
atas untuk menghindari saraf iskhiadika. Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit
diatas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan diatas puncak pundak memberi risiko
terjadinya keloid.

Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


Vaksin yang disuntikan harus diberikan pada bagian dengan risiko paling kecil terhadap kerusakan
saraf, pembuluh vascular serta jaringan lainnya, penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat
disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah
ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau
pengasuh untuk membentu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka
memahami apa yang sedang dikerjakan.

Alasan memeilih otot vastus lateralis pada bayi & anak umur dibawah 12 bulan adalah :
 Menghindari risiko kerusakan saraf iskhiadika pada suntikan daerah gluteal
 Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara
adekuat.
 Imunogenisitas vaksin hepatitis B dan rabies akan berkurang apabila disuntikan di daerah
gluteal.
 Menghindari risiko reaksi local dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang menahn.
 Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

Vastus lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha.
Vaksin harus disuntikan kedalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian
paling tebal dan padat. Jarum harus membuat sudut 40-60 derajat terhadap permukaan kulit,
dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari diatas
(kearah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.
Anak atau bayi diletakkan diatas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua/pengasuh atau posisi
setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila
menutupi otot Vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikan
terlalu kebawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang
dengan tangan antara jempol dan jari jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses
penyuntikan dan membuatnya lebih lancar.

Gambar. Diagram lokal suntikan yang dianjurkan pada otot paha


Dikutip dan dimodifikasi dari The Australian Immunization Handbook, 1997.
Gambar. Potongan/Belahan Lintang Paha; menunjukkan bagian yang disuntik
Dikutip dan dimodifikasi dari The Australian Immunization Handbook, 1997

Cara Mencari Lokasi suntikan pada vastus lateralis adalah sebagai berikut :
 Apabila bayi berada diatas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang
 Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut
 Cari trochanter mayor femur dan condilylus lateralis dengan cara palpasi
 Tarik garis yang menghubungkan kedua tempat di atas, tempat suntikan vaksin ialah batas
dari bagian atas dan sepertiga tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah sedikit
menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis bagian
distal lebih panjang)
 Supaya vaksin yang disuntikan masuk kedalam otot pada batas antara bagian atas dan
sepertiga tengah, jarum ditusukkan satu jari diatas batas tersebut (kearah proksimal).

Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


 Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk disuntik ialah duduk diatas pangkuan ibu
atau pengasuhnya
 Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya
diletakkan dibelakang tubuh orang tua pengasuh.
 Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan berhasil
 Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan yang tidak benar dan meningkatkan risiko
penetrasi saraf.

Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, buka baju sehingga daerah lengan atas dari pundak
sampai ke siku terbuka. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara
akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 50-60 derajat
mengarah pada akromion, bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis
karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.

Pengambilan Vaksin Botol (Vial)


Untuk vaksin yang diabil menembus tutup karet atau yang dilarutkan, harus memakai jarum baru.
Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau
semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin
dari botol vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis ganda
(multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternative lain.

Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari yang sama


Pemberian vaksin vaksin yang berbeda sesuai umur, pada hari yang sama telah dianjurkan. Vaksin
inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya mereka yang telah terjadwal, dapat diberikan pada
lokasi yang berbeda saat kunjungan hari itu. Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan
vaksin vaksin DPT, Hib, hepatitis B, dan polio.
Lebih dari satu macam vaksin virus hidup dapat diberikan pada hari yang sama, tetapi apabila hanya
satu yang diberikan, vaksin virus hidup yang kedua tidak boleh diberikan dalam waktu 4 minggu
dari vaksin yang pertama, sebab respons vaksin kedua mungkin telah banyak berkurang (hilang).
Sebagai tambahan perlu diperhatikan bahwa ada interaksi spesifik antara vaksin demam kuning dan
kolera, dan vaksin vaksin tersebut tidak boleh diberikan dalam jarak 4 minggu satu sama lain.
Vaksin vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin vaksin yang berbeda
yang diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda
dengan menggunakan semprit yang berbeda.
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN SUBKUTAN

Perhatian
 Penyuntikan subkutan diperuntukkan bagi imunisasi MMR, varisela, meningitis
 Perhatikan rekomendasi untuk umur anak

Umur Tempat Ukuran jarum Insersi jarum


Bayi lahir Paha daerah anterolateral Jarum 5/8*-3/4* Arah jarum 450
sampai 12 Semprit no.23-25 terhadap kulit
bulan
1-3 tahun Paha daerah anterolateral atau Jarum 5/8*-3/4* Cubit tebal untuk
daerah lateral lengan atas Semprit no.23-25 suntikan subkutan

Aspirasi semprit
Anak > 3 Daerah lateral lengan atas Jarum 5/8*-3/4* sebelum vaksin
tahun Semprit no.23-25 disuntikkan.

Untuk suntikan
multiple diberikan
pada bagian
ekstrimitas berbeda

Gambar. Lokasi penyuntikan subkutan pada bayi(a) dan anak besar(b)

CARA PENYUNTIKAN VAKSIN


Intra-Muskular

Perhatian
 Diperuntukkan imunisasi DPT, DT, TT, Hib, Hepatitis A & B influenza
 Perhatikan rekomendasi untuk umur anak

Umur Tempat Ukuran Jarum Insersi Jarum


Bayi (lahir Otot vastus lateralis pada Jarum 7/8”-1” 1. Pakai jarum yang
sampai 12 bln) paha daerah anterolateral Semprit no.22.-25 cukup panjang untuk
mencapai otot
1-3 tahun Otot vastus lateralis pada Jarum 2. suntik dengan arah
paha daerah anterolateral 5/8”11/4”(5/8” jarum 80-900. lakukan
sampai masa otot deltoid unt.suntikandi dengan cepat
cukup besar (pada deltoid umur 12-15 3. tekanan kulit sekitar
umumnya umur 3 th) bulan) tempat suntikan
dengan ibu jari dan
Semprit no.22-25 telunjuk saat jarum
ditusukkan.
4. aspirasi semprit
Anak >3 tahun Otot deltoid, dibawah Jarum 1”-11/4 sebelum vaksin
akromion semprit no.22-25 disuntikkan, untuk
meyakinkan tidak
masuk kedalam vena.
Apabila terdapat
darah, buang dan
ulangi dengan
suntikan baru.
5. untuk suntikan
multiple diberikan
pada bagian
ekstrimitas berbeda.

Akromin
Tempat
Penyuntikan

Tempat
Penyuntikan

Lokasi penyuntikan intramuscular pada bayi (a) dan anak besar (b)

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pemberian imunisasi dengan cara yang benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemberian imunisasi BCG.
2. Melakukan pemberian imunisasi Polio.
3. Melakukan pemberian imunisasi DPT/Hepatitis B.
4. Melakukan pemberian imunisasi Campak.

I. RUJUKAN

Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita, et al. Pedoman Imunisasi


di Indonesia edisi kedua, Satgas Imunisasi-Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005.

IV. PERALATAN DAN BAHAN


a. Boneka
b. Vaksin BCG dengan pelarutnya. Ada dua vaksin BCG yang tersedia di Indonesia yaitu
BCG strain Paris no.1173.P2; yang bisa dipakai untuk populasi yang besar karena setelah
dilarutkan dengan pelarutnya yang berisi 4 ml NaCL 0,9%, vaksin berisi 4 ml, bisa dipakai
untuk 20 orang anak. Dan satu lagi adalah berisi Micobakterium bovis, Danish strain
dengan pelarutnya berisi 1 ml NaCL 0,9%
c. Polio oral dan penetesnya
d. DPT/Hepatitis B (DPT Combo)
e. Campak strain Cam 70 dengan pelarutnya berisi 5 ml aquabidest steril
f. Spuit 1 ml, 5 ml
g. Jarum suntik dengan nomor dan panjang yang sesuai dengan keadaan anak dan jenis
imunisasi
h. Kapas alkohol
i. Kapas basah
V. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Perkenalan
1. Sapa dan perkenalkan diri pada orangtua bayi/anak.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
3. Minta persetujuan

2. Pemberian Imunisasi BCG


1. Gergaji leher botol vaksin dengan pisau yang disediakan (1 paket dengan
vaksin).
2. Masukkan plastik pengaman dari bagian atas botol vaksin.
3. Patahkan leher botol vaksin.
4. Ambil keseluruhan pelarut vaksin dengan spuit 5 ml ( pelarut dimasukkan
seluruhnya ke arah dinding botol vaksin) , masukkan ke botol vaksin dengan
menyemprotkan ke arah dinding botol vaksin, homogenkan larutan vaksin BCG
dengan cara menarik dan mendorong piston spuit berulang-ulang.
5. Ambil 0,05 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
6. Bilas daerah deltoid kanan bayi dengan kapas basah (jangan kapas alkohol).
7. Suntikkan secara intradermal/intrakutan di tempat tersebut, dengan posisi
lubang jarum ke arah atas.
8. Penyuntikan yang benar akan memperlihatkan adanya benjolan kecil yang
berwarna putih pada tempat suntikan atau kulit daerah tempat suntikan menjadi
pucat (indurasi)

3. Pemberian Imunisasi Polio


1. Buka tutup botol vaksin dan ganti dengan penetes yang sudah tersedia.
2. Buka tutup penetes.
3. Teteskan sebanyak 2 tetes vaksin polio ke mulut bayi.

4. Pemberian Imunisasi DPT/Hepatitis B


1. Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot
2. Ambil 0,5 ml vaksin DPT/Hepatitis B dengan spuit 1 ml.
3. Bilas daerah lateral paha anak dengan kapas alkohol.
4. aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk kedalam
vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru.
5. tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum ditusukkan.
6. suntik dengan arah jarum 80-900 (secara intramuskular). lakukan dengan cepat
7. Suntikkan secara intramuskular di tempat tersebut (lihat gambar).

5. Pemberian Imunisasi Campak


1. Larutkan vaksin Campak dengan seluruh isi pelarutnya.
2. Ambil 0,5 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
3. Bilas daerah anterolateral paha anak dengan kapas alkohol.
4. Cubit tebal untuk suntikan subkutan
5. Arah jarum 450 terhadap kulit
6. Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
7. Suntikkan secara subkutan dalam pada daerah tersebut (lihat gambar)

7. Dokumentasi
1. Catat tanggal dan jam pemberian imunisasi
2. Catat jenis-jenis imunisasi yang diberikan
VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
3. Meminta persetujuan
2. PEMBERIAN IMUNISASI BCG
1. Menggergaji leher botol vaksin dengan pisau yang disediakan
2. Memasukkan plastik pengaman dari bagian atas botol vaksin.
3. Mematahkan leher botol vaksin.
4. Mengambil keseluruhan pelarut vaksin dengan spuit 5 ml,
masukkan ke botol vaksin dengan menyemprotkan ke arah
dinding botol vaksin, homogenkan larutan vaksin BCG dengan
cara menarik dan mendorong piston spuit berulang-ulang.
5. Mengambil 0,05 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
6. Membilas daerah deltoid kanan bayi dengan kapas basah (jangan
kapas alkohol).
7. Menyuntikkan secara intradermal/intrakutan di tempat tersebut,
dengan posisi lubang jarum ke arah bawah.
8. Memperhatikan adanya benjolan kecil (indurasi) yang berwarna
putih pada tempat suntikan, atau kulit daerah tempat suntikan
menjadi pucat.
3. PEMBERIAN IMUNISASI POLIO
1. Membuka tutup botol vaksin, dan mengganti dengan penetes
yang sudah tersedia.
2. Membuka tutup penetes.
3. Meneteskan sebanyak 2 tetes vaksin polio ke mulut bayi.
4. PEMBERIAN IMUNISASI DPT/HEPATITIS B
1. Memakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot
2. Mengocok larutan vaksin DPT/Hepatitis B hingga homogen.

3. Mengambil 0,5 ml vaksin dengan spuit 1 ml.


4. Membilas daerah lateral paha anak dengan kapas alkohol.
5. Mengaaspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan
tidak masuk kedalam vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi
dengan suntikan baru.
6. Menekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk
saat jarum ditusukkan.
7. Menyuntik dengan arah jarum 80-900 (secara intramuskular)
5. PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
1. Melarutkan vaksin Campak dengan seluruh isi pelarutnya.
2. Mengambil 0,5 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
3. Membilas daerah anterolateral paha anak dengan kapas alkohol.
4. Mencubit tebal untuk suntikan subkutan
5. Mengarahkan jarum 450 terhadap kulit
6. Mengaspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
7. Menyuntikkan secara subkutan dalam pada daerah tersebut (lihat
gambar)
6. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan jam pemberian imunisasi
2. Mencatat jenis-jenis imunisasi yang diberikan
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
SL.III. HIS. 2
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN DAN PERCOBAAN PEMBENDUNGAN
(TEST RUMPEL LEEDE)

I. PENDAHULUAN

Pada keterampilan kedua ini mahasiswa akan diajarkan untuk melakukan


ketrampilan pemeriksaan hematologi yang berhubungan dengan fungsi trombosit yaitu
pemeriksaan masa perdarahan dan test rumpel leede. Prinsip dari pemeriksaan masa
perdarahan ini adalah untuk menilai fungsi trombosit dan reaksi pembuluh darah terhadap
luka. Test Rumpel leede bermaksud untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena-vena sehingga darah menekan dinding kapiler.
Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu,
darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya
sehingga tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit; bercak itu disebut
Petechiae.

MASA PERDARAHAN

 Pemeriksaan untuk mengukur lamanya perdarahan setelah dilakukan luka tusuk


pada kulit
 Terdiri dari 2 metode : Ivy atau Duke.
 Tes tersebut tergantung elastisitas dinding pembuluh darah dan jumlah maupun
fungsi trombosit
 Indikasi pemeriksaan pada pasien dengan riwayat perdarahan atau keluarganya
 Metode Ivy :
Tusukan dengan kedalaman 3 mm pada bagian volar lengan bawah dilakukan
terhadap pasien dewasa
 Metode Duke :
Tusukan dengan kedalaman 2-4 mm pada earlobe dilakukan terhadap pasien anak-
anak

Tujuan pemeriksaan:
1. Untuk menilai jumlah dan fungsi trombosit (kelainan fungsi bisa herediter
maupun yg didapat).
2. Reaksi vasokonstriksi pembuluh darah terhadap luka.

PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN


Alat :
 Tensimeter
 Lancet (atau needle)
 Stop Watch
 Kertas Saring (filter paper)
 Alkohol swab
 Plaster

Nilai Normal : 2-6 menit


PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TORNIQUET TEST/ RUMPEL LEEDE)

Alat : Sfigmomanometer
Cara:
1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan
100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai
tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit
3. Lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda statis darah menghilang. Statis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi
mendapat lagi warna kulit seperti lengan yang tidak dibendung.
4. Carilah adanya petechiae dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul pada
seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Penilaian

Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Dinyatakan
positif jika ada 10 atau lebih petechiae pada seluas 1 inci persegi
(2,5 x 2,5 cm) maka test biasanya baru dianggap abnormal; Dikatakan juga : test itu positif
seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan
ini (yang sering dinamakan test Rumpel Leede) positif juga.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

I. aPERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TEST RUMPEL LEEDE)


1. Memasang tensimeter pada lengan atas kanan dengan
tekanan 100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari
100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah
nilai sistolik dan diastolik).
2. Mempertahankan tekanan itu selama 10 menit
3. Menurunkan tekanan sampai tanda-tanda statis darah
menghilang lalu lepaskan manset. Statis darah telah
berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah
dibendung tadi kembali berwarna seperti lengan yang
tidak dibendung.
4. Mencarilah adanya petechiae pada kira-kira 4 cm distal
dari fossa cubiti dan hitunglah banyaknya petechiae
yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm)
5. Mendokumetasikan hasil pemeriksaan
a. Masa perdarahan
b. Percobaan pembendungan (test rumpel leed)
c. Evaluasi hasil

Note Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
SL. EM. VI. 3
KETERAMPILAN KLINIK
ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL + APGAR SCORE

I. PENDAHULUAN
Awal kehidupan bayi baru lahir merupakan saat yang kritis dimana bayi perlu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya yang baru. Tenaga kesehatan perlu
kompeten dalam melakukan asuhan segera setelah lahir, sejak menit-menit pertama
dilahirkan dan dalam 1 jam pertama kelahiran untuk memberikan dukungan kepada ibu
agar dapat menyusui secara dini.

A. Penilaian bayi baru lahir 1,2


Penilaian bayi baru lahir (BBL) sudah dimulai sejak awal kelahirannya. Bila bayi cukup
bulan, air ketuban jernih, segera menangis, bernapas spontan dan teratur, serta tonus otot
baik maka keputusan adalah bayi diberikan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal.
 Lakukan penilaian dengan menghadapkan bayi kepada penolong di atas perut ibu
yang sudah dilapisi kain/handuk dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila
tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)
 Apabila bayi baru lahir segera dapat bernapas spontan dan teratur, menangis kuat,
cukup mengusap muka bayi dari lendir dan darah dengan kain/kasa yang bersih.
Tidak dilakukan pengisapan lendir secara rutin pada jalan napasnya.
 Bila bayi lahir kurang bulan atau air ketuban bercampur mekonium, atau tidak
bernapas atau megap-megap, atau tonus otot buruk, bersiaplah untuk melakukan
resusitasi BBL dengan cepat.

B. Mencegah kehilangan panas 1,2


Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1. Menutup tubuh bayi dengan kain/handuk yang kering dan hangat kemudian mulai
mengeringkan dengan mengusap kepala, wajah, dada, dan perut dengan lembut
(tanpa membersihkan lemak kulit/verniks). Gosok punggung bayi dengan gerakan
ke atas dan ke bawah kemudian ke tangan dan kaki kecuali telapak tangan
2. Mengganti kain/handuk yang basah dengan kain yang bersih, kering, dan hangat.
3. Membungkus bayi mulai dari kepala dan badan kecuali bagian tali pusat dengan
selimut atau kain bersih dan hangat

C. Penilaian dan Pemantauan Bayi


 Lihat gerakan pernapasan, warna kulit, gerakan/tonus otot dan refleks (menangis).
Raba denyut jantung bayi melalui tali pusat
 Lakukan penilaian APGAR berdasarkan pengamatan pada 1 menit dan 5 menit
pertama

NILAI 0 1 2
Napas Tidak Ada Tidak teratur Teratur
Denyut Jantung Tidak Ada <100 >100
Warna Kulit Biru atau pucat Tubuh merah jambu, Merah jambu
tangan dan kaki biru
Gerakan atau tonus otot Tidak Ada Sedikit fleksi Fleksi
Refleks (menangis) Tidak Ada Lemah atau lamban Kuat

 Jumlahkan seluruh nilai, itulah nilai APGAR bayi baru lahir


 Nilai APGAR 0-3 yang menetap pada >5 menit merupakan salah satu karakteristik
yang menunjukkan telah terjadi asfiksia perinatal (AAP dan ACOG)
D. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat (Blok Reproductive System)1,2
Setelah bayi dikeringkan, lalu dilakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan tali
pusat dilakukan tidak dalam keadaan bayi telanjang melainkan dalam keadaan
terbungkus untuk mencegah hipotermi, buka hanya bagian perutnya.

Cara pemotongan tali pusat:


Dengan mengunakan klem , lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan
dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm
dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat diantara
kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi,
tangan yang lain memotong tali pusat antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting steril.

Mengikat tali pusat dan merawat tali pusat


Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan
puntung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
 Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk
atau
kain bersih dan kering kemudian memakai sarung tangan steril
 Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat).
Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat steril. Kunci ikatan tali
pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
 Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di
sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati
di bagian yang berlawanan.
 Lepaskan klem logam penjepit tali pusat
 Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehati hal yang sama bagi
ibu dan keluarganya

E. Kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) antara ibu dan bayi dan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) 2,3

1. Bayi di ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu
dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti dan bayi dapat diberi topi
2. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting
sendiri
3. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak satu jam;
bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan
sampai setidaknya 1 jam
4. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke
puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat
pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi
5. Tunda memandikan bayi sedikitnya 6 jam setelah lahir, lebih baik setelah 24 jam,
bayi baru boleh mandi kalau suhu stabil

F. Pemberian vitamin K1 1,2


Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular di paha
kiri sesegera mungkin (setelah proses IMD dan sebelum penyuntikan imunisasi
Hepatitis B) untuk mencegah perdarahan yang sering pada bayi baru lahir
(hemorrhagic disease of newborn) akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami
oleh sebagian bayi baru lahir.
 Beri vitamin K1 injeksi intra muskular dengan dosis tunggal 1 mg di paha kiri
(karena paha kanan untuk imunisasi Hepatitis B)

G. Pencegahan Infeksi Mata 1,2


Segera setelah lahir, bersihkan mata bayi dengan kain kasa steril. Jika keadaan bayi
sudah stabil lakukan tindakan pencegahan infeksi mata pada BBL dengan jalan
meneteskan obat tetes mata antibiotik profilaksis atau mengoleskan salep mata
antibiotik. Diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran, lebih dari
waktu itu tidak efektif.
Cara pemberian tetes mata:
 Cuci tangan terlebih dahulu (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
 Gunakan salah satu: Salep mata/tetes mata antibiotik pada kedua mata
 Buka kelopak mata dan teteskan satu tetes sehingga jatuh pada mata. Jika
memakai salep, berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
 Pastikan tidak membiarkan pipet tetesan mata atau ujung tempat salep kena
mata bayi atau lainnya
 Ulangi untuk mata yang sebelah lain

H. Pemberian Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0)


(Blok Growth and Development System)

BAGAN ALUR:
ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir:
Apakah bayi menangis atau berapas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Bayi cukup bulan


Ketuban kernih
Bayi menangis atau bernapas
Tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif

Asuhan Bayi Baru Lahir

Jaga bayi tetap hangat


Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
Keringkan
Pemantauan tanda bahaya
Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,
kira-kira 2 menit setelah lahir
Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah Menyusu Dini
Berikan salep mata antibiotik pada kedua mata
Pemeriksaan fisis
Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha
kanan anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1
V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Meja 1 buah + alat tulis, kertas checklist
2. Sarung tangan steril
3. Boneka bayi
4. Kain bedong bayi 2 helai
5. Tetes / salep mata antibiotik
6. Vitamin K1 ampul
7. Spuit 1 cc
8. Kapas dan alkohol

VI. RUJUKAN

 Buku Saku Pelayanan kesehatan Neonatal Esensial, Kementerian Kesehatan RI, 2010
 Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR/POGI-IBI-IDAI-DEPKES. Revisi 2007
 Baby-Friendly Hospital Initiative: Updated and Expanded for Integrated Care. A 20
hours course for maternity staff. UNICEF-WHO. Revisi 2006

VII. Kasus:

Seorang bayi lahir di ruang bersalin secara spontan, cukup bulan, segera menangis dan
gerakan juga aktif. Berat badan lahir adalah 3200 gram dengan panjang badan 49 cm.
Dokter telah berada di ruang bersalin dan telah siap untuk melakukan asuhan bayi baru
lahir

VIII. LEMBAR PENGAMATAN ASUHAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
PERSIAPAN SEBELUM BAYI LAHIR Ya Tidak
1. Mempersiapkan peralatan: sarung tangan steril,
kain bedong 2 helai, tetes/salep mata
antibiotik, vitamin K1 ampul, spuit 1 CC,
kapas dan alkohol
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir, memakai sarung tangan steril
PENILAIAN BAYI SAAT LAHIR
1. Melakukan penilaian dengan menghadapkan
bayi kepada penolong di atas perut ibu yang
sudah dilapisi kain/handuk dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan
2. Bila segera dapat bernapas spontan dan teratur,
menangis kuat, cukup mengusap muka bayi
dari lendir dan darah dengan kain/kasa yang
bersih. Tidak dilakukan pengisapan lendir
secara rutin pada jalan napasnya.
3. Bila bayi lahir kurang bulan atau air ketuban
bercampur mekonium, atau tidak
bernapas/megap-megap, atau tonus otot buruk,
bersiaplah untuk melakukan resusitasi BBL
dengan cepat
MENGERINGKAN DAN RANGSANG TAKTIL
1. Menutup tubuh bayi dengan kain/handuk yang
kering dan hangat.
2. Mulai mengeringkan dengan mengusap kepala,
wajah, dada, dan perut dengan lembut. Gosok
punggung bayi dengan gerakan ke atas dan ke
bawah kemudian ke tangan dan kaki kecuali
telapak tangan
3. Mengganti kain/handuk yang basah dengan
kain yang bersih, kering, dan hangat.
4. Membungkus bayi mulai dari kepala dan badan
kecuali bagian tali pusat dengan selimut atau
kain bersih dan hangat
MENILAI SKOR APGAR
1. Menilai Apgar menit ke-1 dan ke-5: napas,
denyut jantung, warna kulit, tonus otot, dan
refleks.
2. Menghitung nilai APGAR
MEMOTONG DAN MERAWAT TALI PUSAT
KONTAK KULIT DENGAN KULIT DAN
INISIASI MENYUSUI DINI
1. Bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Keduanya diselimuti.
Bayi dapat diberi topi
2. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk
merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting
sendiri
3. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan
kulit ibu selama paling tidak satu jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap
biarkan kulit ibu – bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam
4. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi,
bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting
tapi jangan memasukkan puting ke mulut bayi.
Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit
atau 1 jam lagi
MEMBERIKAN VITAMIN K1
1. Memberi vitamin K1 injeksi intra muskular
dengan dosis tunggal 1 mg di paha kiri
PENCEGAHAN INFEKSI MATA
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Buka kelopak mata dan teteskan satu tetes
sehingga jatuh pada mata. Jika memakai salep,
berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai
dari bagian mata yang paling dekat dengan
hidung bayi menuju ke bagian luar mata
3. Mengulangi untuk mata yang sebelah lagi
PENCATATAN DAN RAWAT GABUNG
1. Menimbang, mengukur serta melakukan
pencatatan dan pelaporan
2. Memasang gelang pengenal pada ibu dan bayi
3. Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar, bayi
dalam jangkauan ibu selama 24 jam
IMUNISASI HEPATITIS B PERTAMA

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai