Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT

PENGADAAN SUKU CADANG ALKES DI RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU: Safari Hasan, S.IP., M.MRS

DISUSUN OLEH:

Nuriyana Devi 10821017

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI MANAJEMEN DAN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk mendukung pelayanan
kesehatan yang diberikan dibutuhkan suatu pengelolaan kesehatan.
Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan
pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan, manajemen, informasi, serta regulasi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.

Peralatan kesehatan merupakan salah satu aspek pendukung


terlaksananya kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 220/Men.Kes/Per/IX/1976, disebutkan bahwa alat
kesehatan adalah barang, instrumen, aparat atau alat termasuk tiap
komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi maupun dijual.
Alat kesehatan tersebut digunakan dalam pemeliharaan dan perawatan
kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau pencegahan
penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia,
pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur
badan manusia. Tidak tersedianya peralatan atau tidak digunakan
dengan baik oleh rumah sakit akan mempengaruhi mutu dari pelayanan
kesehatan yang diberikan

Peralatan medis sangat membutuhkan pemeliharaan dan


pengawasan untuk menghindari kegagalan fungsi alat medis. Kesalahan
dalam mendiagnosa dan dapat menghambat pemberian pelayanan
kesehatan pada pasien. Sehingga ketepatan dalam pemeliharaan dan
pengawasan sangat dibutuhkan oleh semua alat medik.

1
Kondisi fisik maupun fungsi dari alat kesehatan dapat dikontrol
dengan suatu pengelolaan atau manajemen yang biasa disebut dengan
manajemen logistik. Manajemen logistik merupakan suatu bidang
manajemen yang tugasnya menyediakan bahan/barang yang dibutuhkan
untuk kegiatan operasional instansi atau rumah sakit dalam hal ini
paralatan kesehatan. Fungsi manajemen logistik meliputi fungsi
perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran,
pemeliharaan, penghapusan dan fungsi pengendalian.

Ciri-ciri logistik rumah sakit yang menyebabkan logistik rumah


sakit merupakan suatu hal yang perlu dilihat dan diperhitungkan adalah
logistik rumah sakit bersifat spesifik atau terkait dengan pelanggan dan
profesi tertentu, harga yang variatif dari sangat murah sampai sangat
mahal dan jumlah item yang sangat banyak sehingga sering dikelola
secara departemental sesuai pelayanan dan profesi. Logistik rumah sakit
umumnya terdiri dari logistik farmasi dan logistik umum. Logistik farmasi
bertanggung jawab terhadap persediaan obat dan alat kesehatan.
Sedangkan logistik umum bertanggung jawab menyediakan barang-
barang non medis seperti bahan makanan, alat tulis kantor, bahan
pencuci, barang perawatan dan kebersihan, barang untuk pemeliharaan
dan suku cadang.

Logistik pemeliharaan dan suku cadang sebagai bagian yang


bertanggung jawab terhadap tersedianya barang yang diperlukan dalam
perawatan dan penyediaan suku cadang alat-alat, bangunan berserta
utilitasnya penting diperhatikan. Jumlah item barang yang sangat banyak
dan perputaran barang yang lambat menyebabkan logistik ini banyak
yang tidak dikelola secara baik padahal sebenarnya belanja untuk
kebutuhan ini sangat besar. Selain itu ketidak tersediaan salah satu item
saja barang yang dibutuhkan akan dapat mengganggu kepuasan
konsumen rumah sakit baik pasien maupun pengguna fasilitas lain.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di uraikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Alat Kesehatan?
2. Bagaimana Manajemen Logistik Rumah Sakit?
3. Bagaimana Proses Pengadaan Logistik?
4. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengadaan Logistik?
5. Bagaimana Langkah-langkah mengatasi tantangan pengadaan
logistik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Alat Kesehatan.
2. Untuk mengetahui Manajeman Logistik Rumah Sakit.
3. Untuk mengetahui Proses Pengadaan Logistik.
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengadaan
Logistik.
5. Untuk mengetahui Langkah-langkah mengatasi tantangan pengadaan
logistik.

3
BAB II

ISI

A. Alat Kesehatan
1. Pengertian Alat Kesehatan
Menurut Permenkes RI No 4 Tahun 2014 tentang cara distribusi
alat kesehatan yang baik, alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,
mesin dan impian yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia
dan membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Alat kesehatan merupakan salah satu aspek yang mendukung


terselenggaranya upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
penyembuhan penyakit (kuratif). Tidak tersedianya peralatan
kesehatan maka akan mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan
kepada pasien. dalam Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, pada pasal 98 dan 104 menyebutkan bahwa
pengelolaan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat,
bermutu dan terjangkau bagi masyarakat serta pengamanan alat
kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh pengguna alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.
Oleh karena itu, kondisi maupun fungsi dari sarana fisik alat
kesehatan tersebut harus dalam keadaan baik dan mendukung
pelayanan kesehatan (PPRI, 2015).

Menurut Permenkes Nomor 1911 tahun 2010 alat kesehatan


adalah instrumen, aparatus, mesin dan implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia dan membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.

4
2. Tujuan Penggunaan Alat Kesehatan
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana
dimaksud oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi
untuk manusia dengan satu atau beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Diagnosa, pencegahan, pemantauaan, perlakuan atau
pengurangan penyakit
b. Diagnosa, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau
kompensasi kondisi sakit
c. Penyelidikan, pengganti, pemodifikasian, mendukung anatomi
atau proses fisiologis
d. Mendukung atau mempertahankan hidup
e. Menghalangi pembuahan
f. Desinfeksi alat kesehatan
g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosa melalui
pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia (PMKRI
NO 1191, 2019).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No 56 tahun 2014


tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit pada pasal 35
menyatakan bahwa peralatan rumah sakit umum kelas B harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi
gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi,
persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi
medik, farmasi, instalasi gizi dan kamar jenazah.

Untuk alat kesehatan dengan standar kelas B dikelompokkan


sesuai dengan ruangannya, seperti beberapa alat kesehatan yang
ada di ruangan radiologi, patologi klinik dan juga kamar bedah. Untuk
alat kesehatan yang harus ada di bagian Radiologi yaitu DSA, MRI,
CT Multislice, Fluoroskopi, USG 4D, Dental X-Ray, C-Arm, Computed
Radiography (CR), peralatan Protektif Radiasi, perlengkapan proteksi
Radiasi, Emergency Kit, Generator Set dan lain-lain. Untuk alat
kesehatan yang harus ada di bagian Patologi Klinik yaitu Biosafety

5
Cabinert Level 2A, Fume Hood (lemari asam), Mikroskop, Skink
Laboratorium, Refrigerator 2-8°C, Sentrifus, Mikropipet, Hematology
Analyzer, Coagulometer, Chemistry Analyzer, Imunologi Analyzer,
Incubator CO2, dan lain-lain. Dan untuk alat kesehatan yang harus
ada di bagian kamar bedah yaitu Operating Table, Mayo Table, Mesin
Anestesi, Defibrilator, Ventilator Anesthesi, Operating, Microscope
dan lain-lain (Guswani, 2016).

3. Tujuan Penggunaan Alat Kesehatan


Kompendium alat kesehatan merupakan daftar dan spesifikasi
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terpilih dengan
persyaratan standar minimal keamanan, mutu dan manfaat untuk
digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan JKN.

Peralatan kesehatan di fasilitas kesehatan harus memenuhi


persyaratan:
a. Standar mutu, keamanan dan keselamatan
b. Memiliki izin edar sesuai peraturan perundang-undangan
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang

Kompendium alat kesehatan digunakan sebagai acuan oleh


fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kompendium alat kesehatan yang dimaksud dalam diktum kesatu
memuat daftar alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
terdiri dari:
a. Alat kesehatan elektromedik (49 alat)
b. Alat kesehatan non elektromedik (41 alat)
c. Produk diagnostik in vitro (25 alat) Kepmenkes No. 118, 2014
dalam (Faizal Ramadhan, 2020).

6
B. Manajeman Logistik Rumah Sakit
Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau
seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/
alat-alat. Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana
cara mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahwa logistik setiap
saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif.
Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan didukung oleh
pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode, dan
Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor
tersebut akan memberi kepuasan kepada konsumen (Saleh, 2017).

Secara umum, kegiatan logistik merupakan penyampaian dan


pengiriman barang atau material dengan jumlah tertentu dan waktu yang
tepat ke lokasi tertentu dengan biaya seminimal mungkin. Melalui proses
logistik, material dapat sampai ke tempat produksi melalui saluran
distribusi sehingga mampu memberikan kegunaan (utility) yang baik.
Dengan demikian, sistem logistik merupakan sumber penciptaan nilai
tambah baru (creation of the new value added), yaitu dalam
mempermudah dan memperlancar aliran barang dan jasa sehingga
menjadi suatu pelayanan terpadu yang selanjutnya merupakan
sumbersumber pendapatan. Semakin besar suatu organisasi, maka
semakin rumit manajemen logistik yang harus dilakukan karena semakin
beraneka ragamnya bahan, barang, alat, dan sarana yang ditangani.

Manajemen logistik merupakan proses perencanaan,


implementasi, dan pengendalian dari proses-proses kegiatan logistik
mulai dari pengadaan, penyimpanan, penghapusan, dan pendistribusian
guna memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam organisasi publik,
manajemen logistik sangat erat hubungannya dengan penyelenggaraan
fungsi pemerintah. Proses ini tidak hanya berputar di sekitar aktivitas
pengadaan barang untuk kebutuhan suatu instansi pemerintah, tetapi
juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dikarenakan aktivitas manajemen logistik sangat menyangkut kehidupan

7
seharihari yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pemerintah
(Rahmatullah et al., 2020).

Menurut Dwiantara dan Rumsari (2004), Manajemen logistik


merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung
efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi
(Siregar, 2017).

Manajemen logistik sangat dipengaruhi oleh sistem logistik,


pengertian sistem itu sendiri adalah suatu keseluruhan yang terorganisir
terdiri dari bagianbagian yang dihubungkan dengan cara tertentu dan
diarahkan untuk tujuan tertentu, unsur-unsurnya yaitu input, proses dan
output.

Konteks dari logistik rumah sakit juga mengandung pengertian


sebagai suatu perbekalan dari sebuah rumah sakit untuk dapat
beroperasi. Berdasarkan pengertian dari logistik rumah sakit, maka dapat
diidentifikasi empat kegiatan utama dari logistik rumah sakit diantaranya:
a. Kegiatan manajemen persediaan seperti pembelian,
penerimaan dan pengendalian persediaan dan perbekalan.
b. Kegiatan manajemen transportasi seperti transportasi pasien
dari dan ke dalam rumah sakit, pengiriman produksi farmasi
dan medis.
c. Kegiatan produksi laundry, kantin dan sterilisasi
d. Kegiatan distribusi seperti pengiriman dan penyusunan barang
dalam jumlah besar ke dalam urutan permintaan untuk
masing-masing departemen.

Manajemen rumah sakit bukan saja merupakan suatu kegiatan


pengelolaan dari pelayanan kesehatan semata. Penyediaan suatu daya
dukung yang memadai dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelayanan

8
kesehatan, sehingga akan dapat diperoleh suatu hasil pelayanan yang
baik pula.

Daya dukung tersebut adalah suatu Asupan (input), yang


kemudian diolah dan diproses dengan melaksanakan dan menggerakkan
seluruh fungsi-fungsi dari manajemen tersebut, maka akan dihasilkan
suatu Luaran (output) dalam bentuk jasa pelayanan kesehatan yang
memadai dan dapat dipertanggung jawabkan (PSMK, 2017).

Menurut Subagya 1996 dalam (Guswani, 2016) Gambaran siklus


sistem administrasi manajemen logistik sebagai berikut:

Sedangkan siklus logistik Rumah Sakit menurut Imron (2010)


dalam (Guswani,2016), bisa dilihat seperti di bawah ini:

Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-


kegiatan yakni perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan dan
pengendalian. Manajemen logistik merupakan serangkaian kegiatan

9
perencanaan, perorganisasian dan pengawasan terhadap kegiatan
pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan
penghapusan logistik guna mendukung efektivitas dan efisien dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi

1. Tujuan Manajemen Logistik


Pada dasarnya tujuan manajemen logistik adalah
menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam
jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan yang
dapat dipakai ke lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan total biaya
yang terendah.
Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan, antara
lain:
a. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta
bahan dalam jumlah yang tepat mutu yang memadai.
b. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa upaya tujuan
operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-
rendahnya.
c. Tujuan pengamanan, dimaksud agar persediaan tidak
terganggu oleh kerusakan, pemborosan,penggunaan tanpa
hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya,
serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin
di dalam sistem akuntansi (El-Dairi & House, 2019).

2. Komponen Manajemen Logistik


Menurut teori fundamentals of logistics management (1998)
mengemukakan bahwa kegiatan manajerial dalam logistik, meliputi
berikut ini.
a. Merencanakan (planning) berkaitan dengan bagaimana
rencana logistik yang dilakukan.
b. Penerapan (implementation) dari rencana-rencana logistik
yang telah ditetapkan sebelumnya.

10
c. Rencana yang telah diterapkan perlu dilakukan
pengendalian (controlling) agar berjalan, seperti yang
diharapkan sesuai dengan perencanaan.

C. Proses Pengadaan Logistik


Penyelenggaraan logistik adalah suatu aspek penting dari operasi
perusahaan dan juga pemerintah. Menurut Abbas 2012 dalam Deddy
Ackbar Rianto. (2018) Manajemen logistik adalah suatu proses kegiatan
fungsional untuk mengelola material, yang meliputi perencanaan dan
penentuan kebutuhan, penganggaran pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian. Tujuan
manajemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-
macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan,
keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia dibutuhkan, dan dengan
total biaya yang terendah. Penyelenggaraan logistik memberikan
kegunaan (utility) waktu dan tempat (Yusman, R., & Amran, R. 2020).

Pengadaan logistik peralatan medis rumah sakit melibatkan


proses mengidentifikasi, memilih, dan memperoleh bahan, produk, dan
layanan yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan profesional
kesehatan saat ini (Net Source, 2020). Pengadaan peralatan dan
perlengkapan medis lebih dari sekadar kontrak dasar antara pemasok
dan penyedia layanan kesehatan; pengadaan ini membutuhkan
pertimbangan kebutuhan pengguna, pemeliharaan teknis, kebutuhan
pelatihan, bahan habis pakai yang memadai, dan cara pembuangannya
(Hinrichs-Krapels et al., 2022). Fokus utama dalam menciptakan rantai
pasokan adalah untuk menyediakan kebutuhan medis yang diperlukan
untuk institusi seperti rumah sakit, klinik, atau apotek secepat mungkin
(Partners, 2023).

11
Proses pengadaan alat kesehatan di rumah sakit melibatkan
beberapa langkah yaitu:
a. Mengenali kebutuhan akan alat atau seperangkat alat tertentu,
yang biasanya diidentifikasi oleh anggota staf internal dan
diteruskan ke departemen yang sesuai (Vocassociates, 2020).
b. Mengidentifikasi persyaratan khusus untuk perangkat tersebut,
termasuk kebutuhan pengguna, pemeliharaan teknis,
kebutuhan pelatihan, bahan habis pakai yang memadai, dan
metode pembuangan.
c. Setelah persyaratan diidentifikasi, rumah sakit dapat memulai
proses pengadaan, yang melibatkan pemilihan pemasok dan
negosiasi kontrak.

Proses pengadaan peralatan dan perlengkapan medis berbiaya


tinggi di rumah sakit membutuhkan pertimbangan beberapa faktor di luar
kontrak dasar antara pemasok dan penyedia layanan kesehatan. Faktor-
faktor ini termasuk kebutuhan pengguna, pemeliharaan teknis, kebutuhan
pelatihan, bahan habis pakai yang memadai, dan metode pembuangan
(Hinrichs Krapels et al., 2022).

1. Proses pengadaan logistik non medis


Pengadaan Logistik non medis sangat berperan penting dalam
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan, khususnya bagi
pelayanan administrasi di rumah sakit. Tanpa adanya pengdaan
logsitik non medis maka pelayanan baik medis maupun non di rumah
sakit akan terganggu atauapun terhambat. Untuk menjaga agar
pelayanan tersebut tidak terhambat karena kekurangan /kehabisan
stock, serta menjaga ketepatan dan waktu dalam memberikan
pelayanan kesehatan, maka perlu dilakukan pengadaan logistik
barang non medis.
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk
menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan
peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya
belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk

12
tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas
efisiensi. (Subagya: 1994).
Pengadaan logistik barang logistik non medis di rumah sakit
dilakuan berdasarkan kebutuhan yang ada dengan melakukan
kegiatan/ tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengadaan Logistik Non Medis
Sebelum melakukan pemesanan logistik non medis,
petugas logistik membuat perencanaan pengadaan dan
menentukan kebutuhan logistik non medis, perencanaan ini
dimaksud untuk menentukan jenis logistik non medis yang
dibutuhkan dan akan dipesan, berapa jumlah pemesanan,
kemana akan dipesan, harga dan potongan harga yang
diberikan. Dalam hal ini keahlian dan ketelitian sangat
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam
perencanaan baik berkaitan dengan jenis, jumlah dan
harga.
Untuk merencanakan dan menentukan kebutuhan
logistik non medis dapat dilihat dari tingkat kebutuhan
masing-masing bagian yang ditentukan dengan banyaknya
kunjungan pengguna jasa layanan di rumah sakit. Semakin
besar jumlah pengguna jasa layanan kesehatan maka
semakin besar kebutuhan logistik non medis yang
diperlukan.
Disamping itu dalam menentukan perencanaan dan
tingkat kebutuhan logistik non medis, petugas logistik juga
melihat jumlah stock akhir dari masing-masing jenis logistik
non medis di gudang. Jika stock logistik non medis sudah
mencapai batas minimal, maka petugas sudah mulai
merencanakan untuk melakukan pengadaan dengan jumlah
order untuk tiap jenis logistik non medis yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penetapan perencanaan
pengadaan dan order dimaksud agar stock yang tersedia
juga tidak terlalu banyak sehingga dapat meningkatkan
efisiensi.

13
Dalam membuat perencaan pengadaan, petugas
mencatat nama-nama logistik non medis yang sudah
mencapai batas minimal yang dibutuhkan oleh masing-
masing unit kelembar permohonan pengadaan barang
logistik non medis sesuai jumlah batasan order yang telah
ditetapkan, kemudian diajukan kepada direktur melalui
bagian rumah tangga. Setelah disetujui barulah dibuatkan
SOP (Surat Order Pembelian)untuk melakukan pembelian
logistik non medis.

b. Penganggaran kebutuhan
Dalam melakukan pengelolaan logistik non medis
tentunya memerlukan penganggaran biaya. Untuk
penganggaran logistik non medis di rumah sakit,
penganggaran disediakan oleh bagian keuangan kepada
bagian/unit rumah tangga dan diketahui oleh direktur untuk
dilakukan pembelian.

c. Cara pengadaan
Pengadaan logistik non medis di rumah sakit
dilakukan dengan pemesanan/pembelian secara langsung.
Pemesanan/pembelian dilakukan setiap saat sesuai dengan
kebutuhan logistik non medis. Setelah membuat
perencanaan logistik non medis yang dibutuhkan, maka
petugas logistik melakukan pemesanan logistik non medis
dengan menggunakan formulir PP (Permintaan Pembelian)
melalui bagian rumah tangga, bagian keuangan, kasie
administrasi dan direktur untuk dilakukan order pembelian
logistik non medis yang diperlukan.

2. Pengendalian Logistik Barang Non Medis


Pengendalian pengelolaan Logistik non medis di rumah sakit
sangat berperan penting untuk memberikan keseimbangan dan
mengurangi kesalahan dalam proses pengadaan, pencatatan ataupun

14
prosedur, sehingga proses pelayanan logistik non medis dapat
berjalan semestinya. Pengendalian yang dilakukan petugas pengelola
logistik non medis di rumah sakit, bertujuan memberikan pengontrolan
terhadap semua kegiatan pelayanan logistik agar dapat dicegah
kesalahan-kesalahan dalam proses pengadaan, pencatatan dan
prosedur pelayanan logistik non medis dirumah sakit yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi produktifitas
pelayanan yang dihasilkan kepada pengguna jasa layanan kesehatan.

Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan,


penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkahlangkah
manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung. Bentuk
kegiatan pengendalian antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria,
norma, instruksi dan prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan,
guna mendapatkan gambaran dan informasi tentang
penyimpangan dan jalannya pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara
pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervise

Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik


diperlukan saranasarana pengendalian sebagai berikut:

a. Struktur organisasi yang baik


b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju
standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Anggaran yang cukup memadai

Pengendalian yang bisa dilakukan petugas logistik non medis


rumah sakit antara lain:

15
a. Pengendalian Prosedur
Prosedur yang mengharuskan setiap barang pesanan yang
diminta bagian/unit di rumah sakit, disediakan oleh petugas
logistik non medis dan diambil sendiri oleh bagian yang meminta
dengan menggunakan formulir permintaan logistik yang
ditandatangani oleh kepala bagian yang bersangkutan serta telah
mendapat tanda tangan dari petugas logistik non medis untuk
dapat menerima permintaan logistik non medis tersebut

b. Pengendalian Stock Gudang


Dengan pencatatan yang baik dan analisis kecendurungan
didalam kartu stok gudang dapat diketahui dan dipersiapkan stock
yang optimal agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan dalam
pemberian pelayanan logistik non medis dirumah sakit.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengadaan Logistik


Menurut Fu et al., (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengadaan logistik alat kesehatan di rumah sakit antara lain biaya
peralatan, kemampuan pemasok untuk memenuhi standar komoditas
hijau, dan penerapan sistem e-procurement rumah sakit yang ramah
lingkungan dengan menggunakan model cloud. Penerapan sistem e-
procurement hijau dapat meningkatkan efisiensi proses pengadaan dan
mengurangi dampak lingkungan rumah sakit. Pengalaman pasien dan
evaluasi terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit juga dapat
mempengaruhi efisiensi proses pengadaan di rumah sakit umum (Aineah
Apwoka, 2018).

1. Masalah kompleks yang menghalangi pengadaan logistik


Ada beberapa masalah kompleks yang menghalangi
pengadaan yang sukses di industri medis, termasuk teknologi yang
sudah ketinggalan zaman, yang dapat menyebabkan inefisiensi atau
kesalahan yang signifikan dalam operasi pengadaan. Untuk
memastikan pengadaan yang sukses dalam rantai pasokan layanan
kesehatan, penting untuk menetapkan serangkaian langkah yang

16
dapat membantu para profesional pelayanan kesehatan
mengidentifikasi, memilih, dan memperoleh bahan, produk, dan
layanan yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan mereka
saat ini (Net Source, 2020). Langkahlangkah ini termasuk
menetapkan strategi pengadaan, mengidentifikasi pemasok yang
tepat, menegosiasikan kontrak, dan mengelola proses pengadaan
(CME, 2023).

E. Langkah-langkah mengatasi tantangan pengadaan logistik


Menurut Net Source (2020) empat langkah untuk menciptakan
strategi mengatasi tantangan pengadaan untuk mengembangkan dan
mengelola rantai pasokan mereka dengan lebih baik, yaitu :
a. Pengumpulan data, ketika perwakilan penjualan medis mendekati
fasilitas kesehatan, mereka biasanya sudah memiliki semua informasi
yang mereka butuhkan untuk membantu mereka melakukan dan
menutup penjualan, seperti lembar data produk, studi dan laporan
resmi, dokumen MSDS, rencana penetapan harga, dan informasi
kontak pemasok. Informasi yang terkumpul ini membantu tim analisis
nilai fasilitas - yaitu tim pengadaan - mengevaluasi apakah solusi
produk/layanan memenuhi kebutuhan klinis.
b. Negosiasi, tujuan utama fasilitas kesehatan adalah memuaskan
dokter, pasien, dan keuntungan. Oleh karena itu, solusi
produk/layanan yang mereka investasikan harus memenuhi
kebutuhan personel dan pasien mereka dengan harga yang
kompetitif. Para profesional pengadaan harus mengevaluasi
bagaimana solusi tertentu dibandingkan dengan solusi alternatif
dalam hal efektivitas dan harga. Jika diperlukan, mereka dapat
bernegosiasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih
baik.
c. Pengujian dan uji coba, menyiapkan periode pengujian dan uji coba
memungkinkan fasilitas kesehatan untuk mencoba suatu produk atau
layanan dan melihat apakah personel dan/atau pasien menyukainya.
d. Penyelesaian, setelah mengevaluasi informasi produk/layanan yang
disajikan oleh perwakilan penjualan, rencana harga, dan data yang

17
dikumpulkan dari periode pengujian/percobaan, tim pengadaan
fasilitas kesehatan harus dapat menentukan apakah produk/layanan
tersebut memenuhi kebutuhan klinis dan keuangan mereka. Jika ya,
mereka dapat mengalokasikan dana anggaran untuk berinvestasi di
dalamnya.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Alat Kesehatan Menurut Permenkes RI No 4 Tahun
2014 tentang cara distribusi alat kesehatan yang baik, alat kesehatan
adalah instrumen, aparatus, mesin dan impian yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan
pada manusia dan membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Menurut Permenkes Nomor 1911 tahun 2010 alat kesehatan


adalah instrumen, aparatus, mesin dan implant yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan
pada manusia dan membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Tujuan Penggunaan Alat Kesehatan Kompendium alat kesehatan


merupakan daftar dan spesifikasi alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai terpilih dengan persyaratan standar minimal keamanan, mutu dan
manfaat untuk digunakan di fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan JKN.

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau


seni dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/
alat-alat. Menurut Dwiantara dan Rumsari (2004), Manajemen logistik
merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan
pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung
efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi
(Siregar, 2017).

Manajemen logistik sangat dipengaruhi oleh sistem logistik,


pengertian sistem itu sendiri adalah suatu keseluruhan yang terorganisir

19
terdiri dari bagian-bagian yang dihubungkan dengan cara tertentu dan
diarahkan untuk tujuan tertentu, unsur-unsurnya yaitu input, proses dan
output. Tujuan Manajemen Logistik Pada dasarnya tujuan manajemen
logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam
material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam
keadaan yang dapat dipakai ke lokasi dimana dibutuhkan, dan dengan
total biaya yang terendah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan logistik alat


kesehatan di rumah sakit antara lain biaya peralatan, kemampuan
pemasok untuk memenuhi standar komoditas hijau, dan penerapan
sistem e-procurement rumah sakit yang ramah lingkungan dengan
menggunakan model cloud.

20

Anda mungkin juga menyukai