Dosen pengampu : Anis Rohmana Malik, SKM, MKKK – Dr. dr. Sudi Astono, MS
Tugas : Penyakit Akibat Kerja Faktor Bahaya Fisik
Nama kelompok : Kelompok 1
1. Addin Himawan Widyono (022018001)
2. Aquila Adhitama (022018004)
3. Dinda Nur Amalia (022018008)
4. Lintang Puri Hapsari (022018012)
5. Meidiana Maurizka K (022018014)
6. Nurul Hijati (022018019)
7. Shelvina Ester Betaris (022018024)
8. Thasya Victorin M (022018027)
Pengertian penyakit akibat kerja menurut ILO adalah penyakit yang diderita akibat
paparan/exposure faktor-faktor yang timbul dari kegiatan pekerjaan. Penyakit akibat
kerja terdiri dari banyak faktor yaitu dari faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikologi.
Penyakit akibat kerja faktor bahaya fisik dapat disebabkan oleh tekanan, kebisingan,
getaran, suhu dan iklim, radiasi dan pencahayaan.
Radiasi sinar laser Kerusakan retina dan Pengelasan, pemotongan 1. Pengendalian Teknis
kebutaan dan pelapisan logam. a. Mendesign ruang kerja
agar paparan radiasi
tidak langsung
menyentuh pekerja
2. Pengendalian
Administratif
a. Pemasangan aturan
SOP dalam bekerja
b. Pendidikan dan
pelatihan bagi para
pekerja terkait K3
dan risiko pekerjaan
c. Semua area kerja di
mana laser
digunakan harus
dipasang dengan
plakat peringatan
bahaya
d. Mengadakan safety
talk sebelum
pekerjaan dimulai
mengenai potensi
bahaya yang ada
e. Sosialisasi PAK
kepada pekerja
3. Perlindungan Personal
(Personal Protection)
a. Laser Protection
Eyewear (LPE)
b. Visible Dynamic
Sunlight Filter (V-
DSF)
c. Kombinasi LPE
dengan V-DSF
Cahaya yang tidak kelelahan kerja Pemeriksaan dan penjahitan 1. Pengendalian Teknis
diinginkan yang (fatigue) bahan pakaian berwarna tua a. Pengaturan tingkat
berada dalam
pencahayaan sesuai
jangkauan
penglihatan, yang NAB yaitu 1000lux
menyebabkan b. Mendesign ruang kerja
ketidaknyamanan,
dengan situsi yang
gangguan,
kelelahan mata ergonomi
atau gangguan 2. Pengendalian
penglihatan.
Administratif
a. Melakukan istirahat /
peregangan selama 5-
10 menit setelah 2 jam
bekerja
b. Melakukan pergantian
shifting/rolling
3. Pengendalian PPE/APD
a. Masker biasa (bisa
kain)
Sarung tangan jari untuk
penjahit
Suhu rendah Forsbite, Hipotermia Ruang pembekuan (cool 1. Pengendalian Teknis
storage) a. Terdapat ruangan
yang berfungsi untuk
menghangatkan
tenaga kerja
2. Pengendalian
Administratif
a. Pengaturan jam kerja
b. Melakukan rotasi kerja
atau rolling kerja
c. Medical Check Up
minimal 1 kali dalam
setahun
d. Perlu diselenggarakan
pelatihan, penyuluhan
ataupun pendidikan
tentang keselamatan
dan kesehatan kerja
yang terkait dengan
cold stress sehingga
karyawan lebih peduli
terhadap peraturan
yang ditetapkan dan
dapat waspada
terhadap diri sendiri.
3. Personal Protection
(APD)
a. Alat pelindung kepala
yang sesuai
digunakan pada suhu
yang dingin yaitu
dengan bahan kain
tahan air dan kulit
seperti bahan woll
b. Sarung tangan yang
sesuai di gunakan
pada suhu dingin pada
bagian luar sarung
tangan dan anti air,
bagian dalam sarung
tangan lebih tebal
seperti woll untuk
menjaga kehangantan
tangan
c. Sepatu berlapis karet
d. Full body suit
3. Pengendalian PPE/APD
a. Memakai pakaian
khusus (wearpack)
b. Masker khusus
welding
c. Sarung tangan karet
d. Kacamata khusus
welding
Menggunakan pakaian
lengan panjang
Getaran Hand arm vibration Operator alat-alat bergetar 1. Pengendalian Teknis :
syndrome atau mesin bergetar seperti a. Pastikan mesin alat
alat penghancur beton,
getar seperti alat
gergaji mesin, mesin bor,
mesin gerinda, impact pemotong untuk tetap
wrench, palu/ pahat listrik, terjaga ketajamannya,
dan peralatan mekanis
apabila sudah tumpul
lainnya.
diusahakan untuk
segera diganti, sebab
alat pemotong yang
tumpul akan
menimbulkan getaran
yang lebih kuat.
b. Mendesain ulang alat-
alat yang bergetar
untuk meminimalisasi
paparan pada tangan
dan lengan.
c. Meredam getaran
(damping), yaitu
dengan cara
menempelkan suatu
sistem resonansi
pada sumber getaran.
d. Mengurangi paparan
getaran dengan cara:
1) Membatasi jam
kerja penggunaan
alat kerja yang
menghasilkan
getaran sesuai
dengan NAB
getaran. ILO 1978
membatasi
selama 2 jam
pemakaian. NAB
getaran diatur
pada Kepmenaker
No: KEP-51/MEN/
1999 tentang nilai
ambang batas
faktor fisika di
tempat kerja.
2) Melakukan
istirahat selama
10 menit setiap
jamnya.
2. Pengendalian
Administratif :
a. Adanya pelatihan dan
memahami bahaya
getaran dan
pengendalian.
b. Mematuhi segala
peraturan yang dibuat
oleh perusahaan
seperti contoh JSA,
HIRADC, Instruksi
Kerja, SOP.
c. Hindari memegang
alat getar terlalu kuat
karena semakin kuat
memegang alat getar
maka semakin kuat
getaran yang
disalurkan ke jari-jari
dan tangan.
d. Pemeriksaan
kesehatan rutin
minimal 1 tahun sekali.
e. Menyusun jadwal kerja
dan istirahat
f. Sosialisasi PAK
kepada pekerja.
3. Personal Protection
(Alat Pelindung Diri)
a. Menggunakan
pengendalian
PPE/APD seperti
sarung tangan anti
getaran. Sebelum
menggunakan
pengendalian
PPE/APD disarankan
untuk menghangatkan
tangan terlebih dahulu.
Heat rash 1. Pengendalian Teknis .
Heat syncope
a. Remote control
Suhu tinggi Hipertemia
Milira (Pengoperasian
Heat stress Pekerja konstruksi,
pertambangan, pabrik kaca dikontrol dari ruangan
dan pabrik karet, pabrik terpisah)
peleburan logam, pekerja di
b. Perisai panas (metal
ruang boiler, dan pekerja
yang terpapar panas lainnya. shielding)
c. Ventilasi
d. Spot cooling
(pendinginan
setempat)
2. Pengendalian
administrasi.
a. MCU general
b. Pengaturan waktu
kerja (Perhitungan
waktu kerja
berdasarkan
maximum allowable
exposure time dan
minimum recovery
time atau perhitungan
work-rest regimen
berdasarkan ISBB.
3. Personal Protection
(Alat Pelindung Diri)
a. Rekomendasi
pengendalian
PPE/APD safety
shoes, thermal
protection glove, heat
resistant apron,
thermal protective
clothing, pakaian
berbahan katun.
b. Suplementasi air dan
garam.(penyediaan air
minum biasa dan air
minum dengan garam
terkonsentrasi sesuai
kebutuhan)
Perubahan Penyakit Dekompresi Penyelam, Pilot 1. Pengendalian Teknis
tekanan udara (Caisson’s Disease) a. Menggunakan
atau air yang
perlengkapan alat dive
terjadi terlalu cepat
computer atau alat
yang bisa mengukur
kedalaman air dan
durasi penyelaman
yang tersisa
2. Pengendalian
Administratif
a. Pembinaan dan
pelatihan khusus
pekerja selam
b. Menyusun SOP
penyelaman dengan
menerapkan safety
stop atau berhenti
beberapa menit
dikedalaman tertentu
sebelum kembali ke
permukaan
c. Menyusun SOP
penerbangan untuk
melakukan pengaturan
tekanan udara di
dalam pesawat
d. Menyusun program
olahraga secara rutin
untuk penyelam dan
pekerja di ketinggian
e. Pemeriksaan
kesehatan rutin
sebelum melakukan
pekerjaan
f. Menyusun jadwal kerja
dan istirahat
g. Pembinaan dan
pelatihan terkait K3
dan resiko bahaya.
3. Personal Protection
(Alat Pelindung Diri)
a. Pakaian selam
(wetsuit/drysuit),
Boots (sepatu
selam), sarung
tangan khusus selam
b. Peralatan selam
seperti SCUBA,
BCD, masker,
snorkel, fins, dan
weight belt
c. Masker oksigen di
pesawat
d. Pemberian gizi kerja
yang sesuai dengan
jenis pekerjaan.