Anda di halaman 1dari 10

Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Terjadinya Kurang Gizi pada

Remaja Putri
Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi pertumbuhan remaja.
Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan menjaga keseimbangan makanan sangat
penting untuk dilakukan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat menakjubkan pada
diri kita, baik secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan ini perlu ditunjang oleh
kebutuhan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.
Masa remaja merupakan masa yang rawan akan gizi, banyak remaja yang tidak
memenuhi gizinya karena takut gemuk dan ada juga yang malas atau tidak berselera dengan
makanan-makanan yang bergizi (Prastiwi, 2010,pp. 1-2).
Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh pola konsumsi makan,
kebanyakan dari mereka konsumsi zat gizinya rendah, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
makanan atau membatasi sendiri makanannya karena faktor ingin langsing (Karyadi 1995,
dalam Waluya 2007). Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.
Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau sarapan
memang penting. Namun mereka yang sarapan secara teratur hanya 60% (Daniel, 1997 dalam
Arisman, 2004).
Frekuensi makan kurang, bila frekuensi makan setiap harinya dua kali makanan utama
atau kurang 1. Untuk memperoleh tubuh yang langsing dan menarik banyak remaja putri
yang tidak sarapan, mengurangi frekuensi makan, dan melakukan diet yang berlebihan.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial seperti keluarga atau teman sekolah.
Sehingga apa yang dikonsumsi oleh remaja putri tidak mendapatkan gizi yang cukup dan
berakibat pada defisiensi gizi atau kurang gizi.
Faktor budaya yang menyebabkan remaja putri kurang gizi antara lain kebiasaan
masyarakat di pedesaan yang hanya memberikan makanan seadanya tidak memperhatikan
gizinya misalnya hanya memberikan lauk tempe atau tahu untuk kehidupan sehari -
harinya. dapat menjadi penyebab kurang gizi pada remaja putri. Serta kepercayaan yang
masih kental di suatu masyarakat juga dapat menjadi faktor pendukung remaja
kekurangan gizinya.

Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Masalah
gizi yang dapat terjadi pada remaja adalah gizi kurang (under weight), obesitas (over weight)
dan anemia. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi energi dan zat-zat gizi lain tidak
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi para remaja putri, gizi kurang umumnya terjadi
karena keterbatasan diet atau membatasi sendiri intik makannya. Menurut Guthe dan Mead
dalam Khumaidi (1989) kebiasaan makan merupakan cara-cara individu dan kelompok
individu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia
yang didasarkan kepada factor-faktor sosial dan budaya dimana ia atau mereka hidup.
Factor-faktor sosial budaya yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang pada remaja
putri yaitu
Kekurangan gizi akibat salah diet
Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang tidak puas
dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang salah seperti melewatkan
waktu makan, menghindari daging merah, tapi mengonsumsi makanan ringan dan bergula.
Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada usia tersebut tubuh mengalami
percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi. Jika diet yang dilakukan
salah maka tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting dalam jumlah kecil atau tidak sama
sekali. Sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur, mengurangi
makananbergula dan banyak lemak untuk mengurangi kelebihan kalori sambil tetap
mempertahankan nutrisi yang masuk. Selain itu masa-masa remaja merupakan waktu yang
banyak menyebabkan perkembangan gangguan makan.
Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang
juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan
seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya
kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu.
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan gizi tak
terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan mode yang tengah marak dikalangan
remaja. Ditahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi
makanan berupa hot dog dan minuman coca cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke
remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia.
Promosi yang berlebihan melalui media masa
Usia remaja merupakan usia disana mereka sangat mudah tertarik pada hal-hal yang
baru. Kondisi itu dimanfaatkan oleh pengusahan makanan dengan mempromosikan produk
makanan mereka, dengan cara yang sangat mempengaruhi para remaja. Lebih-lebih jika
promosi itu dilakukan dengan menggunakan bintang film yang menjadi idola mereka.
Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas
membawa pengaruh terhadap kebiasaan makanan para remaja.
Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hot
dog,pizza, humberger fried chichken dan French fries, berbagai jenis makanan berupa kripik
(junk food) sering dianggap sebagai gimbal kehidupan modern oleh para remaja.
Keberatanterhadap berbagai jenis fast food itu terutama karena kadar lemak jenuh dan
kolesterol yangtinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai
penyakitkardiovaskuler pada usia muda. Lihat tabel yang memuat kandungan lemak. Lemak
jenuhdan kolesterol serta garam pada tiap prosi makanan fast food yang dijual di Indonesia.

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/196710
051993022-AI_NURHAYATI/ARTIKEL_PEN.Status_Gizi_remaja.pdf
http://id.scribd.com/doc/98086449/Makalah-Remaja-by-Evie-Gizi-REG-XII-P-Raya

Pengertian Pendidikan
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan
sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi
lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan
teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga
memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan
itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Selain mempengaruhi kemajauan pendidikan di Indonesia, pendidikan juga mempengaruhi
pola gizi di masyarakat Indonesia salah satunya adalah pada remaja putri. Pendidikan Gizi
Pada remaja diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik
dan benar. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya status gizi pada rmaja, yaitu:
a. Kurangnya memakan aneka ragam makanan
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat
seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan yang mengandung
unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun kuantitas. Jadi,
mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Tetapi kebanyakan remaja putri pada saat ini tidak
memakan makanan yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan oleh adanya kesukaan dan tidak
kesukaan remaja putri terhadap suatu makanan. Oleh sebab itu, banyak remaja putri yang
mengalami gizi kurang karena makanan yang mereka makan tidak mengandung unsur- unsur
gizi yang diperlukan oleh tubuh.
b. Kurangnya memkan makanan yang cukup energi
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori (energi) agar dapat
hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi kalori akan ditimbun sebagai
cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan lemak. Tetapi kebanyakan remaja putri
tidak mengkonsumsi cukup kalori (energi). Hal ini disebabkan oleh adanya presepsi pada
remaja putri kalau mengkonsumsi kalori akan menyebakan tubuh gemuk dan tidak sehat. Hal
ini sangat mempengaruhi status gizi pada remaja putri.
c. Kurangnya makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Proses pencernaan
dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung lebih lama daripada yang sederhana.
Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya dibatasi 50% saja dari kebutuhanenergi sehingga
tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan pengatur. Dalam mengkonsumsi ini
diperlukan pendidikan tentang pengetahuan makanan yang bersumber dari karbohidrat.
Kurangnya pengetahuan akan hal ini menyebabkan banyak remaja putri yang kekurangan zat
gizi.
d. Tidak suka sarapan pagi
Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, daya tahan tubuh,
meningkatkan konsentrasi belajar dan meningkatkan produktivitas kerja. Tetapi, kebanyakan
remaja putri tidak sarapan pagi karena lebih lama mempersiapkan diri untuk beraktivitas pada
hari itu dibandingan dengan makan. Kebanyakan remaja putri lebih lama di depan cermin
dibandingkan harus sarapan pagi. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi tubuh remaja putri
terlebih- lebih jika sepanjang hari itu remaja putri tersebut melakukan banyak aktivitas.
Selain itu, remaja putri yang tidak sarapan sering terkena maag dan penyakit lainnyayang
mempengaruhi gizi kurang.
e. Kurang mengetahui pentingnya minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.
Air minum yang aman berarti bersih dan bebas kuman. Namun, kebanyakan remaja putri
tidak mengetahui pentingnya minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.Kurangnya
konsumsi air bersih tersebut dapat menimbukan penyakit. Hal ini sangat mempengaruhi
status gizi pada remaja putri.
f. Kurangnya melakukan aktivitas fisik secara teratur yang dipengaruhi oleh teknologi.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur dapat menurunkan kebugaran, menyebabkan
kelebihan berat badan, memperlambat fungsi jantung, paru dan otot serta mempercepat
proses penuaan. Hal ini sangat mempengaruhi status gizi pada remaja. Di zaman yang serba
teknologi ini kebanyakan remaja sekarang kurang melakukan aktivitas secara teratur yang
menyebabkan kebugaran sangat menurun.
g. Perilaku makan menyimpang pada remaja
Perilaku makan menyimpang adalah masalah emosi dan fisik yang dihubungkan dengan
obsesi terhadap makanan, berat badan dan bentuk tubuh. Ada tiga tipe perilaku makan
menyimpang
a. Anoreksia Nervosa
Remaja yang mederita anorexia nervosa memiliki ketakutan ekstrem terhadap
pertambahan berat badan dan selalu merasa kurang puas dengan bentuk dan ukuran
tubuhnya. Hal ini adalah bentuk dari kegagalan mereka untuk memepertahankan berat
badan normal. Beberapa orang dengan anoreksia membatasi pemasukan makanan
dengan diet dan olahraga secara berlebihan. Berikut ini adalah beberapa tanda remaja
yang mengalami anoreksia adalah :
- Sangat kurus
- Terobsesi untuk mengontrol berat badan
- Mengontrol jumlah atau porsi badan secara sangat berhati- hati
- Hanya makan makanan tertentum serta menghindari makanan seperti susu, daging,
tepung dan lain- lain.
- Menarik diri dari aktivitas aktivitas sosial, khususnya yang berhubungan dengan
makanan
Remaja yang mengalami anoreksia tidak hanya dapat menyebakan kurangnya status
gizi pada remaja melainkan dapat menyebakan kematian karena kurangnya asupan zat
gizi makanan.
b. Bulimia
Bulimia hampir sama dengan anoreksia tetapi dengan episode binge eating dan
mengompensasinya dengan cara yang ekstrem seperti : memuntahkan makanan dan
olahraga berlebih.
Tanda remaja yang mengalami bulimia antara lain ;
- Takut mengalami berat badan
- Selalu merasa tidak senang denga ukuran, bentuk dan berat tubuhnya
- Kemungkinan hanya memakan makanan diet
c. Binge eating
Binge eating hampir sama dengan bulimia, tetapi tidak mengompensasikannya dengan
melakukan pengeluaran makanan. Remaja dengan binge eating selalu memerlukan waktu
makan, atau makan dalam porsi kecil ketika bersama-sama dengan teman/keluarga, tetapi
kemudian makan dalam jumlah banyak ketika sedang sendiri. Perilaku akan menyimpang ini
biasanya ini biasanya terjadi pada remaja putri. Peran orangtua dan lingkungan sosial
penting dalam mencegah terjadinya episode perilaku makan menyimpang ini dengan
mengenali gejalanya sejak dini.

Referensi :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan


PENDIDIKAN
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-
sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak
menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan
tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2003: 98).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang
bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari
berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas.
Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang
dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000:55).
Menurut (Almatsir, 2002:4)
Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang
pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi
apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential.
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara anak-
anak dan dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka
dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi
dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akan menjadi
seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik. (Dedeh dkk, 2010 : 12)
Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak dari pada orang dewasa,
begitu juga vitamin dan mineral. Seorang remaja laki-laki yang aktif membutuhkan 3.000
kalori atau lebih perhari untuk mempertahankan berat badan normal. Seorang remaja putri
membutuhkan 2.000kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk.
Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang dikonsumsi. Banyak remaja
menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang mengandung vitamin dan mineral,
sehingga membuat badan lebih gemuk. Remaja sulit mengubah kebiasaan makannya, kecuali
melihat ada keuntungannya. Mereka harus melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan
dengan makanan yang harus dimakan, sebelum mengambil keputusan. Dalam konteks ini,
bukan diet yang mesti diambil, tetapi seharusnya sikap untuk menyukai makanan yang
bergizi. (Husaini, 2006 : 116)
Gizi mempunyai arti penting bagi kesehatan jasmani dan rohani termasuk bagi remaja
putri. Remaja putri mungkin sering sangat sadar akan bentuk badanya, sehingga banyak yang
membatasi konsumsi makanannya.
Banyak pantangan atau tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan informasi dari
kawannya yang tidak kompeten dalam ilmu gizi dan kesehatan, hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan. Disamping itu banyak remaja putri yang tidak memperhatikan
pemenuhan gizinya dikarenakan banyaknya kesibukan di sekolah dan di luar sekolah seperti
remaja kelas 3 SMA karena akan menghadapi ujian Nasional, sehingga seringkali tidak
memperhatikan pola makan mereka .
Masalah status gizi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan remaja. Oleh
karena itu upaya pencegahan status gizi kurang dan status gizi berlebih pada remaja sudah
seharusnya dilakukan, salah satunya dengan cara memberikan pendidikan tentang pemenuhan
gizi dengan benar..
Status gizi kurang dan status gizi berlebih dapat dicegah dengan meningkatkan
pengetahuan tentang pemenuhan gizi yang benar, sehingga dapat mengetahui apa yang
seharusnya dan tidak seharusnya untuk di konsumsi (Kartika setyorini, 2010). Namun, jika
informasi yang didapatkan tentang gizi kurang benar, maka perilaku dalam memenuhi
gizinya juga kurang benar, sehingga akan mempengaruhi status gizinya.


























DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, ,2002. Keadaan Pengetahuan Gizi Dan Pola Konsumsi
Siswa Program Keahlian Kompetensi Jasa Boga
Di Smk N 2 Godean.2012. http://eprints.uny.ac.id/8063/3/bab%202%20-
%2009511242003.pdf, diakses 11 April 2014 : 10.08
Setijowati, Nanik, dkk, ____. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Kesehatan
Dengan Kejadian Menarche Pada Remaja Putri (Studi Kasus Di 4 Kecamatan Kabupaten
Malang).
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/MAJALAH_NUR%20WIDYANING_1250
70309111002.pdf, diakses 11 April 2014 10.54
Sriwahyuni,Endang, dkk,_____. Hubungan Tingkat Pengatahuan Gizi Dengan Status
Gizi Remaja Putri Kelas 12 Di SMKN 2 Malang,
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/MAJALAH%20rozaqo.pdf, 11
April 2014. 11.00

Anda mungkin juga menyukai