Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATNYA KETAHANAN SOSIAL BUDAYA DAPAT MENCIPTAKAN KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

I.

PENDAHULUAN

Dalam rangka mempertahankan kehidupan dan eksistensi suatu bangsa serta mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya maka harus memiliki suatu Ketahanan Nasional yang kuat. Dalam hal cara yang ditempuh untuk menumbuhkan dan mengembangkan Ketahanan

Nasionalnya, setiap bangsa memiliki cara yang beragam, sejalan dengan pengalaman sejarah, falsafah, dan budaya yang hidup dan berkembang dalam negara tersebut. Bagi bangsa Indonesia, Ketahanan Nasional dibangun dan berkembang atas dasar falsafah bangsa dan negara

Indonesia yaitu Pancasila, di atas landasan konstitusional UUD NRI Tahun 1945 dan landasan visional Wawasan Nusantara. Konsepsi Ketahanan Nasional yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk menghadapi segala tantangan, ancaman, gangguan dan hambatan baik dari dalam maupun dari luar harus dipupuk dan dibina secara terus menerus melalui pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam segenap aspek dan dimensi kehidupan1, dalam penulisan ini aspek dan dimensi tersebut akan difokuskan pada Ketahanan Sosial Budaya.

Ketahanan Sosial Budaya Indonesia tercermin dari kondisi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang hidup di tengah keberagaman budaya bangsa dan telah terkristalisasikan ke dalam nilai-nilai Pancasila. Ketahanan Sosial Budaya Indonesia sejatinya mengandung kemampuan untuk membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya

masyarakat Indonesia yang beriman, cinta pada sesama, cinta tanah air

Modul BS. Ketahanan Nasional, PPSA XIX Tahun 2013 Lemhannas RI.

dan persatuan, demokratis, dan semangat keadilan sosial yang sejatera. Kemampuan sosial budaya ini juga mengandung ketahanan untuk menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional, dilain sisi mampu mengakomodir nilai-nilai budaya asing yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

Dalam kaitan tersebut di atas, menurut Koentjaraningrat (1981:63), nilai budaya bangsa Indonesia mengandung empat konsep yaitu: 1). Manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikelilingi oleh komunitasnya, masyarakat, dan alam semesta sekitarnya; 2). Segala aspek kehidupan manusia pada hakikatnya tergantung kepada sesamanya; 3). Manusia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya, yang terdorong oleh jiwa sama rata, sama rasa; dan 4). Manusia sedapat mungkin untuk bersifat konform, berbuat sama dan bersama dalam komunitasnya, yang terdorong oleh rasa sama tinggi dan sama rendah.

Ketahanan Sosial Budaya dibangun di atas sifat manusia adalah makhluk sosial. Kehidupan manusia dibentuk melalui pergaulan, interaksi dan interelasi sosial yang menuntun kehidupan sosial menuju keluhuran hidup dalam wujud cipta, rasa dan karyanya yang kemudian dikenal sebagai kebudayaan bangsa. Indonesia dikenal sebagai negara kesatuan yang dibangun keanekaragaman suku bangsa dengan sosial budayanya yang beraneka ragam pula. Sejarah perjuangan berdirinya bangsa Indonesia mengajarkan kepada kita, bahwa keanekaragaman suku dan budaya akan menjadi modalitas sebagai akar-akar dari Ketahanan Sosial Budaya Indonesia. Demikian halnya, dengan kuatnya Ketahanan Sosial Budaya ini, apabila terjaga, akan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat yang senantiasa kondusif.

Kondusif berasal dari bahasa Inggris conducive yang berarti bersifat menyumbang, membantu ke arah keadaan tertentu yang menurut Alfons Taryadi yakni memiliki peluang seperti yang diinginkan, mempunyai peluang yang mendukung keberhasilan (usaha, pekerjaan, tindakan)2. Keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang kondusif

merupakan kebutuhan dari setiap individu maupun kelompok masyarakat. Tanpa situasi dan kondisi yang aman dan tertib mustahil setiap orang dapat hidup tenang, nyaman dan tentram.

Pasal 28 G ayat (1) UUD NRI 1945 menegaskan bahwa :

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman kekuatan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Dalam hal ini, setiap warga negara di samping mempunyai hak yang sama atas keamanan diri dan hartanya, juga mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan di wilayahnya masing-masing, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 30 ayat (1) UUD NRI 1945 yang menegaskan bahwa :

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis membahas kondisi Ketahanan Sosial Budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini dalam kaitannya dengan upaya menciptakan Kamtibmas yang kondusif. Dengan kata lain pembahasan makalah ini ingin

http://copiyan.wordpress.com/2013/10/24/kondusif/

membuktikan bahwa dengan meningkatkan Ketahanan Sosial Budaya maka akan berkorelasi langsung dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. II. PEMBAHASAN

1.

Kondisi Ketahanan Sosial Budaya dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

a.

Kondisi Ketahanan Sosial Budaya Kondisi realitas, identitas dan integrasi yang kuat akan menjadi modal dasar dalam menumbuhkan ketahanan individu 3. Karakteristik individu yang memiliki ketahanan yang kuat inilah yang diperlukan dalam suatu masyarakat yang mendambakan Ketahanan Sosial Budaya yang tangguh. Kebudayaan

merupakan gambaran seluruh cara hidup yang melembaga dalam suatu masyarakat yang manifetasinya tampak dalam tingkah laku dan tingkah laku yang dapat dipelajari dan diwariskan.

Dalam teori sosial budaya yang berkembang di Indonesia, disebutkan paling tidak terdapat tiga komponen utama dari sosial budaya di dalam kehidupan masyarakat yang tumbuh mengakar sejak lama yaitu: Musyawarah; Paternalistik; dan gotong royong. Dalam kajian kewiraan, dijelaskan bahwa Ketahanan Nasional dari aspek sosial budaya merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan menjadi kekuatan dalam mewujudkan Ketahanan Sosial Budaya.

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa Kondisi Ketahanan Sosial Budaya Nasional akan terwujud jika didukung oleh tingkat
3

Mufid (2012), dalam kegiatan lokakarya mengenai Ketahanan Sosial Masyarakat Bali dan Betawi, 18 Oktober 2012.

Ketahanan Sosial Budaya di setiap daerah menunjukkan kekuatannya yang dinamis dan terpelihara4. Kehidupan sosial budaya telah tumbuh dan berkembang di Indonesia, Utomo (2010), menjelaskan bahwa kehidupan sosial budaya di Indonesia Budaya sangat dipengaruhi dan oleh Budaya Gotong

Musyawarah,

Paternalisme,

Budaya

Royong5, yang dijelaskan sebagai berikut :

1)

Budaya Musyawarah. Sejak lama sudah menjadi budaya bangsa Indonesia, dalam setiap kesempatan musyawarah ini dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, mulai dari hendak mengawinkan anak, membangun rumah, hingga memilih kepala desa dilakukan musyawarah dengan secara

musyawarah.

Nilai

budaya

kelembagaan tercermin dari lembaga tertinggi negara yang disebut Majelelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Lebih lanjut sila ke-4 Pacasila menegaskan bahwa negara

Indonesia adalah negara kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijasanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Ini merupakan bukti bahwa para pejuang dan pendiri negara memahami betul bahwa musyawarah merupakan akar budaya bangsa yang harus dilestarikan.

Kondisi saat ini, semangat untuk bermusyawarah dan bermufakat pada tatanan kelembagaan terus mengalami penurunan secara kualitas, hal ini disebabkan

mengemukanya sikap-sikap sektoral yang mengedepankan misi kelompok maupun golongan. Tidak jarang keputusankeputusan DPR/DPRD dilakukan melalui voting.
4

Febriyanti, 2010, dalam Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial Budaya Jakarta, 13 Mei 2010. Utomo. TWW, dalam Pilkada Langsung dalam Kerangka Reformasi Birokrasi, Beberapa Catatan Kritis, Inovasi Online, 2010

2)

Budaya Paternalisme. Paternalisme adalah suatu sistem yang menempatkan pimpinan sebagai pihak yang paling dominan. Pada budaya ini terdapat nilai tentang pentingnya peranan seorang pemimpin dalam memberikan

perlindungan terhadap masyarakatnya. Nilai positif budaya Paternalisme ini adalah sikap untuk patuh, mengikuti dan menghargai seorang pemimpin yang telah disepakati. Budaya paternalistik melahirkan figur-figur atau tokoh-tokoh politik besar pada zaman perang merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan. Kepemimpinan nasional saat ini tengah mendapat ujian dalam kehidupan yang serba demokratis, budaya

paternalisme dihadapkan pada era reformasi yang serba bebas dalam mengekpresikan diri. Kepemimpinan saat ini didominasi canggihnya oleh figur-figur yang dipopulerkan lemah oleh dalam

promosi

media,

tetapi

pengembangan visi, misi dan program kepemimpinan.

3)

Budaya Gotong Royong. Tidak dapat kita pungkiri bahwa gotong royong sangat kental terjadi di pedesaan, namun bukan berarti di perkotaan tidak terdapat gotong royong. Kita masih dapat menyaksikan di kota-kota adanya kerja bakti membersihkan lingkungannya, membangun sekolah, atau saling memberikan bantuan ketika terjadi bencana alam. Dengan gotong royong ini, masyarakat dapat digerakkan bersama-sama bahu membahu, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Namun pewarisan nilainilai gotong royong saat ini terasa semakin berat dan terus mengalami pelemahan, khususnya di perkotaan. Lapisanlapisan sosial (kaya-miskin, pejabat-rayat-biasa) menjadi

penghalang

kebersamaan

dan

semangat

kegotongroyongan.

Kebhinekaan kondisi sosial budaya daerah merupakan kekayaan bangsa. Pengembangannya harus selaras dengan pengembangan kehidupan sosial budaya misalnya, nasional. tidak Pengembangan mencakup

beragama

hanya

penghayatan dan pengamalan ajaran agama untuk pemeluknya sendiri, namun disertai pemahaman dan penghormatan terhadap agama lain beserta pemeluknya. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

perwujudan budaya bangsa disesuaikan dengan kekhasan unsur-unsur budaya daerah yang beraneka ragam sehingga melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan identitas bangsa. Ketahanan Sosial Budaya yang berasal dari kekuatan budaya bangsa sendiri akan meningkatkan

kemampuan bangsa untuk hidup dalam kondisi yang aman, nyaman dan tertib.

Perubahan era pemerintahan dan kepemimpinan ternyata juga mengubah tatanan sosial dan tatanan budaya bangsa. Pengertian sosial pada awalnya adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai

kebersamaan, senasib sepenanggungan, tertib sosial dan solidaritas sosial sebagai unsur pemersatu. Pengertian ini, nampak akhir-akhir ini memerlukan perenungan yang lebih mendalam serta tindakan nyata yang tepat dan bijaksana dalam menghadapi era yang serba berubah dengan cepat. Ketahanan Sosial Budaya dalam kehidupan modern mendapat tantangan serius dari dalam negeri maupun akibat penetrasi budaya yang serba mendunia dalam waktu singkat.

Kondisi Ketahanan Sosial Budaya masyarakat Indonesia masih perlu penguatan. Beberapa permasalahan yang dihadapi misalnya melemahnya akar sosial budaya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah, contoh : konflik akibat klaim dan penyerobotan lahan, pertikaian antar individu yang berakhir amuk massa. Demikian halnya kecenderungan

masyarakat yang mengandalkan petuah pemimpin atau tokoh panutan kelompoknya dalam mengambil langkah penyelesaian masalah, meskipun terkadang tidak tepat dalam konteks persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurunnya semangat gotong royong yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia selama berabad-abad, contoh : hidup berdampingan secara damai kini mulai memudar akibat perkembangan zaman, kini hampir segala sesuatunya diukur dengan materi sebagai imbalan.

Kebudayaan merupakan buah usaha budi, dimensi, dan jati diri manusia baik sebagai perorangan, kelompok, maupun sebagai bangsa. Budaya ini akan mengalami perubahan baik disebabkan oleh faktor internal bangsa maupun faktor eksternal yang datangnya dari luar sebagai konsekuensi atas kehidupan masyarakat menekankan yang terbuka. telah Pembangunan mengakibatkan Pemahaman dan yang hanya

ekonomi,

tertinggalnya penerapan

pengembangan

kebudayaan.

budaya lokal melalui jalur pendidikan, keluarga dan masyarakat perlu terus ditingkatkan. Meningkatnya Ketahanan Sosial Budaya Indonesia harus berjalan bersama dengan peningkatan

Ketahanan Sosial Budaya daerah.

Banyaknya masalah yang menimbulkan degradasi sosial budaya antara lain dikarenakan banyak terjadi pelanggaran hukum, kemerosotan etika pemimpin, primordialime, pertikaian antar etnis dan SARA yang kemudian menimbulkan konflik sosial. Kesemuanya itu, merupakan ancaman Kamtibmas dan pada skala luas akan mengancam keutuhan NKRI. Kondisi inilah yang perlu dianalisis dan dicermati dalam rangka peningkatan Ketahanan Sosial Budaya. Di samping itu perkembangan lingkungan strategis baik lingkungan global, regional dan nasional juga mempengaruhi upaya peningkatan Ketahanan Sosial Budaya nasional. Untuk itu pengaruh-pengaruh

enviromental input ini juga perlu dijadikan referensi dalam memilih strategi dan upaya meningkatkan Ketahanan Sosial Budaya ke depan.

b.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan bangsa Indonesia untuk kembali kepada semangat sosial budaya bangsa yang telah berkembang di Indonesia sejak zaman dahulu, dipengaruhi oleh beberapa

faktor berikut :

1)

Pengaruh perkembangan lingkungan global. Globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi terutama teknologi komunikasi informasi dan transportasi, menyebabkan dunia terasa semakin sempit, transparan dan tanpa batas. Proses globalisasi informasi dan ekonomi, membawa nilai positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi tetapi bisa juga berdampak negatif pada kondisi sosial budaya bangsa Indonesia dan seluruh aspek kehidupan nasional. Dominasi negara adi daya yang liberalis, kapitalis yang

selalu

memaksakan

kehendaknya

merupakan

permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial budaya Indonesia. Negara-negara yang kuat cenderung menerapkan kepentingan politik yang dilandasi nilai-nilai yang dianut masyarakatnya terhadap negara lain khususnya dalam isu-isu demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan lingkungan hidup serta pandangan akan arti kebebasan. Hal ini menyebabkan tekanan pada berbagai bidang kehidupan yang dapat memperlemah Ketahanan Sosial Budaya nasional.

2)

Pengaruh Regionalisme

perkembangan dianggap

lingkungan penting karena

regional. region6,

merupakan wadah tepat dan paling mungkin menerima perubahan serta perlawanan atas tekanan kapitalisme global. Dalam perspektif realis, ketidaksetaraan kekuatan (unequal power) akan menciptakan logika yang tidak mendukung pasar kapitalis. Oleh karena itu regionalisme dapat digunakan untuk menciptakan kesetaraan kekuasaan global. Kerjasama regional antar negara dalam satu kawasan merupakan regionalisme untuk merespon

tantangan global eksternal. Regionalisme menekankan koordinasi untuk menentukan posisi regional dalam sistem internasional. Dalam posisi inilah kondisi sosial budaya nasional harus mampu menerima dan memberi dalam sistem budaya regional yang diarahkan untuk memperkuat sistem sosial budaya nasional. 3) Pengaruh Pembangunan
6

perkembangan kesejahteraan

lingkungan sosial

nasional. yang telah

Farrel, Mary and Bjorn Hette, et al. 2005. Global Politics of Regionalism. Pluto Press. pp. 3853

dilaksanakan pada umumnya telah memberi kontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan sosial yang makin adil dan merata. Sasaran utama program pembangunan kesejahteraan sosial adalah manusia, menuju manusia Indonesia seutuhnya, di tengah keberagaman sosial budaya Indonesia, kita memilii sumber kekayaan alam yang melimpah, penduduk dalam jumlah besar, geografi yang strategis, ideologi Pancasila yang kuat, kehidupan politik, ekonomi yang demokratis. Ini merupakan modal dalam meningkatkan kondisi sosial budaya untuk mendorong terciptanya kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat.

Dari strategis

berbagai di atas,

pengaruh selain

perkembangan peluang

lingkungan yang dapat

terdapat

dimanfaatkan, juga memunculkan beberapa kendala yang perlu dieliminir yaitu :

1)

Peluang a) Proses globalisasi informasi dan ekonomi, yang membawa sistem nilai yang positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi kondisi sosial budaya bangsa. b) Kerja sama regional yang antar negara merupakan untuk

regionalisme

bisa

dimanfaatkan

merespon tantangan global, melalui koordinasi yang menentukan posisi regional dalam sistem

internasional. Regionalisme dapat digunakan untuk menciptakan kesetaraan kekuasaan bagi Indonesia dan kawasannya.

10

c)

Pembangunan kesejahteraan sosial (UU No.11/2009) telah memberi kontribusi dalam mewujudkan

kesejahteraan sosial yang makin adil dan merata. d) Pengembangan kebudayaan nasional dapat

memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan dapat untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga akan tercipta keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.

2)

Kendala a) Media komunikasi elektronik seperti televisi, komputer, satelit, internet dan sebagainya membuka ruang masuknya budaya asing dari negara maju ke negaranegara berkembang tanpa dapat dibendung. Kondisi ini akan menjadi kendala dalam membangun

Ketahanan Sosial Budaya tatkala budaya asing tersebut tidak disaring (filtering). b) Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah timbulnya erosi nilai-nilai budaya suatu bangsa. Kegagalan untuk mengembangkan budaya nasional akan menjadi ancaman terhadap jati diri bangsa. c) Kegagalan dalam pengelolaan sumber kekayaan alam, pemanfaatan kondisi geografis dan demografis Indonesia di tengah dinamika politik dan ekonomi, akan menjadi kendala dalam meningkatkan kondisi sosial budaya yang berujung pada terganggunya keamanan dan ketertiban masyarakat yang akan berujung sebagai krisis multi dimensi.

11

2.

Korelasi Antara Meningkatkan Ketahanan Sosial Budaya dengan Terciptanya Kamtibmas yang Kondusif

Struktur sosial di Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Sifat horizontal ditandai dengan adanya perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan. Sifat vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh perbedaanperbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Pluralitas masyarakat Indonesia bersifat multi dimensional yang dapat terintegrasi secara nasional sehingga menunjang terciptanya Ketahanan Sosial Budaya yang tangguh.

Kondisi Sosial Budaya Indonesia terdiri dari berbagai lapisan sosial membawa perbedaan perilaku kebudayaan seperti bahasa yang digunakan, kebiasaan berpakaian, kebiasaan konsumsi

makanan dan sebagainya. Kebudayaan kita yakni Kebudayaan Nasional Indonesia yang dibangun atas akar budaya daerah menjadi lebih penting daripada kebudayaan-kebudayaan lain untuk

mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta sebagai identitas ke-Indonesia-an kita. Apa yang disebutkan kebudayaan bangsa dalam penjelasan UUD NRI 1945 dirumuskan sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Puncak-puncak kebudayaan tersebut artinya adalah kebudayaan yang diterima dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia dan memiliki persebaran di sebagian besar wilayah Indonesia.

Akar budaya Indonesia berupa semangat gotong royong, semangat paternalisme (menghormati, menghargai pemimpin), serta semangat musyawarah adalah akar sosial budaya yang telah ada dan tumbuh sebagai jati diri bangsa yang harus terus dikembangkan untuk memperkuat sendi-sendi Ketahanan Sosial Budaya Indonesia.

12

Keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mewujudkan Ketahanan Sosial Budaya Indonesia akan mendorong terciptanya kondisi kehidupan masyarakat damai, adil, sejahtera,

sehingga dari kondisi demikian akan mampu memberikan kontribusi terhadap upaya menciptakan Kamtibmas yang kondusif. III. KESIMPULAN 1. Peningkatan Ketahan Sosial Budaya bangsa dapat dikembangkan melalui semangat gotong royong, semangat paternalisme

(menghormati, menghargai pemimpin), serta semangat musyawarah yang merupakan akar sosial budaya Indonesia. sebagai jati diri bangsa

2.

Peningkatan Ketahanan Sosial Budaya dapat memberikan kontribusi terhadap upaya menciptakan Kamtibmas yang kondusif. Oleh karena itu kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia yang tumbuh mengakar sejak zaman dahulu perlu dikembangkan secara maksimal agar mampu mendukung Ketahanan Sosial Budaya yang tangguh.

3.

Kebhinekaan kondisi sosial budaya daerah merupakan kekayaan bangsa yang pengembangannya harus selaras dengan

pengembangan sosial budaya nasional. Ketahanan Sosial Budaya yang berasal dari kekuatan budaya bangsa sendiri akan

meningkatkan kemampuan bangsa untuk hidup dalam kondisi yang aman, nyaman dan tertib.

Jakarta,

Nopember 2013 Penulis

Drs. Paulus Waterpauw

13

DAFTAR PUSTAKA

Mutakin, 2006, A. Proses Perubahan Sosial Budaya. Riza. T, 2004, Bagaimana Memilih Pemimpin Yang Tepat, Beranda Net, Safitri. Indra, 1999, Paradigma Baru Penegakan Hukum, Insider Online Jurnal, Sayidiman Suryohadiprojo, Perencanaan Ketahanan Nasional Dalam Era Reformasi, Jakarta 17 Maret 2009. Febriyanti, 2010, dalam Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial Budaya Jakarta, 13 Mei 2010. Utomo. TWW, 2010, dalam Pilkada Langsung dalam Kerangka Reformasi Birokrasi, Beberapa Catatan Kritis, Inovasi Online, Mufid (2012), dalam kegiatan lokakarya mengenai Ketahanan Sosial Masyarakat Bali dan Betawi, 18 Oktober 2012. TOR Penulisan Esai Blok III Pembinaan Ketahanan Nasional/Pembinaan Gatra (+) PPSA XIX Lemhannas RI Tahun 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai