Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“MODUL PENYAKIT AKIBAT KERJA,

DIAGNOSIS DAN PENCEGAHANNYA”

Disusun Oleh :

Nurul Rini Trinanti Br Sitepu P07125320021

Dea Nabillah P07125320023

May Refawati P07125320031

Hotmardina Moira Putri P07125320033

Yauma Rahmadani P07125320036

Badiatul Puspa Hati P07125320039

Dian Artiningtyas P07125320042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

PRODI SARJANA TERAPAN TERAPI GIGI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini yang berjudul “modul penyakit
akibat kerja, diagnosis dan pencegahannya” selesai dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok dalam mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang dibimbing oleh Ibu Dr drg Wiworo Haryani M.Kes .
Sesuai dengan segmentasi Mahasiswa Ahli Jenjang Terapan Terapis Gigi.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah masih banyak


kekurangan, untuk itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat.

28 Januari 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................II

DAFTAR ISI......................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Kerja..................................................3

2.2 Kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja........................................................5

2.3 Tujuan pelayanan kesehatan kerja .................................................................................6

2.4 Jenis program pelayanan kesehatan kerja ......................................................................7

2.5 Syarat Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Kerja..................................................9

2.6 Penyakit akibat kerja.......................................................................................................9

2.7 Diagnosis penyakit akibat kerja.....................................................................................12

2.8 Pencegahan penyakit akibat kerja..................................................................................14

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..........................................................................................................................15

Saran....................................................................................................................................16

Daftar Pustaka......................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang


dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Sebuah ungkapan mengatakan “Health is created in
everyday live”, bahwa kesehatan itu dibentuk atau dihasilkan dari kehidupan
manusia sehari-hari.

Kehidupan manusia adalah berada dalam lingkungan dimana manusia hidup


sehari-hari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia bayi sampai balita
hampir dikatakan manusia hidup dilingkungan keluarga atau rumah tangga saja.
Tetapi pada usia sekolah sampai mahasiswa, sebagian besar waktu manusia
dihabiskan di lingkungan keluarga dan sekolah atau kampus. Sedangkan pada usia
dewasa, lepas dari pendidikan manusia cenderung menghabiskan waktunya di
dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu lingkungan kerja mempunyai
peranan yang penting juga dalam membentuk atau mempengaruhi kesehatan
seseorang.

Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan


kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang
menghasilkan limbah yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan
seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor risiko
bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja, maka dari itulah perlu
dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.

1
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumasan maslah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja ?


2. Apakah tujuan pelayanan kesehatan kerja ?
3. Bagaimana syarat penanggung jawab Pelayanan kesehatan Kerja ?
4. Bagaimana Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tanga Kerja?
5. Sebutkan penyakit akibat kerja ?
6. Sebutkan Pencegahan penyakit akibat kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan tenaga kerja, tujuan serta


mekanisme pemeriksaan kesehatan tenaga kerja ?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis, prinsip serta pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai pemeriksaan
Kesehatan tenaga Kerja
2. Meningkat pengetahuan penulis dan pembaca tentang, tujuan serta
mekanisme pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
3. Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang jenis-jenis,
prinsip serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam


memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.Definisi pelayanan
kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat.

Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan


Kesehatan Adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. 
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan atupun masyarakat.
Kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan
dan kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan antara efek lingkungan
kerja dengan kesehatan pekerja, tetapi hubungan antara status kesehatan pekerja
dengan kemampuan untuk melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya dalam
menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah
dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :

3
a.       Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date  )
b.      Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
c.       Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatanpekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan  kerja  yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa
fokus utama kesehatan kerja , yaitu:

1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas  kerja


2) Perbaikan lingkungan  kerja  dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan
kesehatan
3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya  kerja kearah yang mendukung
kesehatan dan keselamatan di tempat  kerja juga meningkatkan suasana sosial
yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

4
2.2 Kapasitas Kerja,Beban Kerja,Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi
antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik
dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat
bekerja, misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam
tambahan trhadap pekerja. Beban beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri
atau bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya
di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam
Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja
diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas  kerja  yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja

5
2.3 Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja
Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja menurut Permennakertrans No. 03/Men/1982:

1. Memberikan bantuan kepada Tenaga Kerja dalam penyesuaian diri dengan


pekerjaannya
2. Melindungi Tenaga Kerja thd setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi Tenaga
Kerja yang sakit

Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja menurut Occupational Health Services:


1. Pelayanan Kesehatan yang dilakukan untuk pencegahan, diagnosa,
menangani kecelakaan kerja atau penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan serta pemberian rehabilitasi terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan atau penyakit di tempat kerja.
2. Salah satu lembaga K3 di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga
kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau
lingkungan kerja
3. Sarana penyelenggaraan upaya kesehatan kerja yang bersifat komprehensif
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
4. Diatur dalam Permennakertrans NO. 03 Tahun 1982

6
2.4 Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja.
Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, dalam
perusahaan juga memiliki program pelayanan dalam kesahatan karyawannya.
Program ini dilaksanakan dengan pendekatan menyeluruh (komprehensif)
yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif.

a.      Pelayanan Preventif.
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja, penyakitmenular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi
pekerja dan mesin atau tempatkerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik
maupun lingkungan kerja yang memadai dantidak menyebabkan sakit atau
mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1.      Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:
a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
b. Pemeriksaan berkala.
c. Pemeriksaan khusus.
2.      Imunisasi.
3.      Kesehatan lingkungan kerja.
4.      Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
5.      Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
6.      Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman
(pengenalan,pengukuran dan evaluasi).

b.      Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar
keadaan fisik danmental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini
diberikan kepada tenaga kerjayang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan
kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dandaya produktifitas tenaga
kerjaKegiatannya antara lain meliputi:

7
1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4. Perbaikan status gizi.
5. Konsultasi psikologi.
6. Olah raga dan rekreasi.

c.       Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat
kerjadengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun
pengobatan umumnyaserta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit
menular dilingkungan pekerjaan.Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang
sudah memperlihatkan gangguankesehatan/gejala dini dengan mengobati
penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegahkomplikasi atau penularan
terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Pengobatan terhadap penyakit umum.
2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

d.      Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau
kecelakaan parahyang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan bekerja secarapermanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan
bekerja yang baisanya mampu dilakukansehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1.      Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya
yang masihada secara maksimal.
2.      Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.

8
3.      Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga
kerja yang cacat akibat kerja.
2.5 Syarat Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Kerja

1. Ditunjuk oleh perusahaan/instansi


2. Disetujui oleh kepala dinas ketenagakerjaan setempat
3. Memperoleh penunjukan dari Dirjen Binwasnaker dengan SKP Dokter
Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja

2.6 Penyakit Akibat Kerja


Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi,
biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan
kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit
akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual juga berperan dalam
perkembangan penyakit di antara pekerja.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:

1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai dengan
Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan frostbite,
trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.

9
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan

3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap
badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat
mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan
fisik pada tubuh pekerja.

4. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan pekerjaan
yang monoton yang menyebabkan kebosanan.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor


PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis
penyakit akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

10
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaahidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.

11
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

2.7 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
diagnostik dan pemeriksaan penunjang.

2. Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis


mengenai riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup: Kapan
pertama kali bekerja, sudah berapa lama bekerja, apa yang dikerjakan, bahan yang
digunakan, informasi bahan yang digunakan bahan yang diproduksi, jenis bahaya
yang ada, jumlah pajanan, kapan mulai timbul gejala, kejadian sama pada pekerja
lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi) dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)

3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak


bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja

12
c. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data
penyakit di perusahaan

4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan :


a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik
b. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis
c. Dugan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan
laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis


a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosispembacaan
standar ILO)
b. Pemeriksaan audiometrik
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin

6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan


yang memerlukan:
a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada
c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan

7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain


a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,
kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau melalui pengamatan
(penelitian) yang relatif lebih lama
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan dengan
kompensasi)

13
2.8 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pencegahan Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit (five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:

a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan


kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug) baju
tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di
jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:4
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara amanuntuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungan dua arah antara
pekerjaan dan kesehatan.
Kapasitas kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Beban kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja, misalnya
panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap
pekerja. Beban - beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama
sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:
1.       Promotif
2.      Preventif
3.       Kuratif
4.      Rehabilitatif

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI


No.Per.03/Men/1982,pasal 2,tugas pokok Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
2. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitanir

15
5. Pembinaan dan pengawasan Perlengkapan untuk Kesehatan Tenaga Kerja.

3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pembaca

16
Daftar Pustaka
file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/PAK,diagnosis%20dan
%20pencegahan.pdf
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-pelayanan-kesehatan.html

Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC


http://hendriansdiamond.blogspot.com/2011/12/program-pelayanan-kesehatan-
kerja.html

https://dokumen.tips/documents/tugas-pokok-pelayanan-kesehatan-kerja.html

Suma’mur. 1990 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV


Haji Masagung

17

Anda mungkin juga menyukai