Anda di halaman 1dari 12

Kode Mata Kuliah : EKI 409 B2

Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Kependudukan


PERMINTAAN AKAN ANAK DI NEGARA BERKEMBANG DAN TEORI
ALIRAN KEKAYAAN

Oleh:

KELOMPOK 2

1. Haniffa Arista Putri 1406105094


2. Andre Garcia 1406105100
3. Made Juni Hartawan 1406105105

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I

Latar Belakang

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang


nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya,
merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata
sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk
sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan,
seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya.
Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita.
Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir
mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa
kelahiran.
Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau
berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas. Tidak adanya
kemampuan ini disebut infekunditas, sterilitas atau infertilitas fisiologis.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita
yang tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di
beberapa masyarakat yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan
sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat
satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa
tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita
tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas (kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena
kelahiran melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya
melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal
pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak
mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah
melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut
menurun.
BAB II
Pembahasan

2. Permintaan akan Anak di Negara Berkembang

Jika teori pelaku konsumen konvensional diaplikasikan ke dalam analisis


fertilitas, anak dihitung sebagai konsumsi spesial, bahkan untuk di negara
berkembang dan negara dengan pendapatan rendah anak dihitung sebagai sebuah
investasi. Permintaan akan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional bagi
konsumen. Pilihan akan memiliki anak mengorbankan pilihan (barang) lain.
Keinginan punya dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya pendidikan,
kesehatan, dan biaya lain untuk merawat anak) serta keinginan mengkonsumsi
barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
Permintaan akan anak berhubungan positif dengan pendapatan. Karena
semakin tinggi pendapatan seseorang, maka ia akan memiliki uang lebih untuk
dikeluarkan atas harga anak tersebut. Sedangkan permintaan akan anak
berhubungan negatif terhadap harga relatif (biaya pemeliharaan) anak serta
preferensi untuk barang-barang lain. Secara matematis, hubugan ini dapat
dinyatakan dengan rumus:
Cd = f(Y, Pc, Px, tx), x = 1,, n
Ket:
Cd = permintaan akan anak
Y = pendapatan Rumah Tangga (artinya, makin tinggi pendapatan, maka
permintaan akan anak meningkat)
Pc = harga neto anak (artinya, makin tinggi biaya pemeliharaan anak,
permintaan akan anak menurun
Px = harga barang lain (artinya, makin tinggi harga barang-barang lain,
permintaan akan anak meningkat)
tx = preferensi terhadap barang lain (artinya, makin tinggi preferensi untuk
barang-barang lain, permintaan akan anak menurun)
Ada dua hal yang diperhitungkan dalam memiliki anak, yang pertama
adalah opportunity cost berupa jatah waktu yang dihabiskan untuk memelihara
sang anak sehingga membuang waktu yang digunakan untuk hal-hal produktif.
Selanjutnya adalah biaya pendidikan anak. Jika jumlah anaknya sedikit
kemungkinan untuk mendapat tingkat pendidikan yang baik akan semakin tinggi.
Dengan semakin baiknya tingkat pendidikan kaum wanita, maka mereka
semakin berpotensi untuk memberikan kontribusi yang lebih besar dalam keluarga
sehingga waktu yang digunakan untuk membesarkan anak terbatas sehingga
keinginan untuk memiliki anak akan berkurang.
Tingkat kelahiran di kalangan penduduk negara berkembang akan
menurun apabila:
1. Taraf pendidikan wanita meningkat.
2. Kesempatan kerja bagi wanita di non pertanian meningkat.
3. Penghasilan meningkat (kesempatan kerja menciptakan redistribusi
pendapatan).
4. Pelayanan kesehatan dan penyediaan gizi meningkat.
5. Sistem jaminan dan tunjangan hari tua.
6. Perluasan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan

2.1 Teori Aliran Kekayaan dan Kaitannya dengan Penurunan


Fertilitas

Dalam teori Caldwell (1976) tentang transfer kekayaan antargenerasi, ia


menjelaskan hubungan langsung antara struktur/susunan keluarga dan fertilitas
(tingkat kelahiran). Caldwell menyatakan bahwa terdapat dua bentuk struktur
keluarga. Pertama, dalam masyarakat primitif atau tradisional, kekayaan mengalir
dari generasi yang lebih muda ke generasi yang lebih tua. Oleh karena itu,
mengapa orang tua dalam masyarakan tradisional cenderumg memiliki banyak
anak. Anak dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi, khususnya dalam
masyarakat agraris dimana anak seringkali dijadikan pekerja untuk membantu di
ladang, sawah, atau menjaga ternak. Orangtua dalam masyarakat tradisional juga
memiliki harapan bahwa anak dapat menjamin jaminan hari tua. Mereka berharap
bahwa kelak di hari tuanya, mereka akan tinggal bersama dan dirawat oleh anak
mereka.
Kedua, masyarakat di negara-negara maju cenderung memiliki anak lebih
sedikit karena kekayaan mengalir dari generasi tua ke generasi yang lebih muda.
Bagi mereka, anak memiliki nilai yang mahal karena mereka harus menyisihkan
lebih banyak dana untuk kesehatan dan biaya pendidikan anak. Kekayaan dalam
teori Caldwell tidak hanya sebatas kekayaan berbentuk materi seperti uang dan
barang. Kekayaan yang dimaksud dalam teori ini juga meliputi kekayaan non-
material seperti jasa, pelayanan, dan jaminan yang disediakan seseorang bagi
orang lain. Jaminan dalam hal ini adalah jaminan rasa aman di hari tua, yakni
jaminan bahwa anak akan menjaga, melayani, dan merawat orangtuanya yang
sudah lanjut usia.
Perubahan struktur keluarga tradisional menuju struktur keluarga
modern terjadi ketika sekelompok besar orang mengtadopsi nilai baru dan
meresponnya dengan tingkat kelahiran yang rendah. Dengan kata lain, pendidikan
berperan dalam mengubah nilai yang dimiliki masyarakat sehingga mengubah
cara pandangnya mengenai nilai ekonomis anak. Masyarakat yang tadinya
berpikir bahwa anak mendatangkan keuntungan ekonomis, kini berpikir bahwa
anak juga membawa beban ekonomis, sehingga memutuskan untuk memiliki lebih
sedikit anak. Dengan demikian, peningkatan pendidikan mempercepat dan dapat
mendorong terjadinya transisi (perubahan) fertilitas.
Caldwell bukanlah orang pertama yang mengajukan teori mengenai
hubungan antara aliran kekayaan antargenerasi dengan tingkat kelahiran. Namun
dibandingkan dengan ahli lain, Caldwell adalah satu-satunya yang mengenali
adanya dampak teknologi, seperti nilai ekonomis dari pendidikan, terhadap aliran
kekayaan. Selain itu, Caldwell berpandangan bahwa ada dua determinan utama
yang menentukan aliran kekayaan antargenerasi. Determinan pertama adalah
sistem nilai yang berkaitan dengan dukungan di hari tua. Sementara determinan
kedua adalah hubungan antara individu dan keluarga yang lebih besar.

Willis (1982) mengkritisi teori Caldwell dengan menyatakan bahwa generasi tua
yang memiliki sifat altruistik akan menganggap bahwa keberhasilan yang diraih
oleh keturunannya juga merupakan keberhasilan mereka. Hal ini akan membuat
mereka bersedia untuk berinvestasi lebih banyak guna meningkatkan kualitas
keturunannya melalui penyediaan dana kesehatan dan pendidikan yang lebih
besar, bahkan apabila dibandingkan dengan orangtua yang bertindak semata-mata
untuk keuntungan diri sendiri.
Dalam teori aliran kekayaan disebutkan bahwa pendidikan mempengaruhi
perubahan fertilitas melalui tiga cara. Pertama, pendidikan menggantikan sistem
nilai tradisional yang berorientasi kepada masyarakat dan melatih anak untuk
mengejar tujuan pribadi. Kedua, pendidikan mengurangi kemampuan anak untuk
berkontribusi terhadap penghasilan keluarga karena waktu yang mereka miliki
dihabiskan untuk belajar di sekolah. Anak juga kehilangan pengetahuan dan
keterampilan tradisional yang dibutuhkan untuk memperoleh penghasilan. Ketiga,
pendidikan, secara langsung maupun tidak, meningkatkan beban biaya
pengasuhan anak. Beban biaya yang harus dikeluarkan orangtua untuk pendidikan
anak yang semakin tinggi akan mendorong orangtua untuk membatasi jumlah
anak.
Teori Caldwell ini memiliki dua kekuarangan. Data yang ada tidak
mendukung interpretasi kaku terhadap hipotesis aliran kekayaan antargenerasi.
Selain itu, penentu aliran kekayaan dalam keluarga tidak didukung dengan dasar
teoritis yang dirinci dan ditentukan dengan baik. Teori ini tidak merinci mengapa
sistem nilai tertentu, yang menyebabkan aliran kekayaan, muncul. Teori ini juga
tidak merinci hubungan antara faktor ekonomi dari luar keluarga, psikologis
manusia, dan evolusi budaya.
Kekuatan teori Caldwell adalah teori ini menjelaskan kondisi masyarakat
dengan tingkat fertilitas yang tinggi dan rendah. Kekuatan kedua adalah bahwa
teori ini menjelaskan variabel eksogen serta proses psikologis dan sosial. Proses
psikologis dan sosial menerjemahkan pengaruh variabel eksogen terhadap
perilaku seseorang. Proses psikologis dan sosial menekankan faktor-faktor
ekonomi dan sosial dalam memahami transisi fertilitas. Teori ini juga memperluas
ilmu kependudukan dengan mengarahkan perhatian pada isu budaya. Teori ini
menginspirasi dan mempengaruhi munculnya sejumlah besar penelitian empiris.

2.2 Konsekuensi Tingginya Fertilitas


Berikut ini adalah beberapa argumen utama yang mendukung dan
menentang gagasan bahwa konsekuensi dari tingginya fertilitas disusul dengan
pertumbuhan penduduk yang cepat, dapat menimbulkan berbagai masalah
pembangunan yang serius.

a. Argumen Pertama: Ini Bukan Masalah Sebenarnya


Kita bisa mengidentifikasi tiga argumen umum dari orang-orang yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk tidak menjadi masalah:

- Masalahnya bukan pertumbuhan penduduk tetapi masalah lainnya,


seperti underdevelopment, penipisan sumber daya alam dan penghancuran
lingkungan, distribusi penduduk, subordinasi perempuan.

- Pertumbuhan penduduk adalah masalah palsu yang sengaja dibuat oleh


badan dan lembaga internasional yang didominasi negara-negara kaya agar negara
berkembang tetap berada dalam kondisi ketergantungan

- Bagi banyak negara berkembang dan wilayah berkembang, pertumbuhan


penduduk justru diinginkan.

b. Argumen Kedua : Ini adalah isu yang sengaja direkayasa

Argumen kedua menyangkal pentingnya pertumbuhan penduduk sebagai


masalah utama pembangunan terkait erat dengan teori ketergantungan
neokolonial. Pada dasarnya, berpendapat bahwa over concern di negara-negara
kaya dengan pertumbuhan penduduk dari negara-negara miskin benar-benar
merupakan upaya negara kaya menahan laju pertumbuhan negara miskin dalam
rangka untuk mempertahankan status quo internasional yang menguntungkan bagi
negara-negara kaya kepentingan pribadi. Versi aliran neo marxis yang radikal
penekanan jumlah penduduk oleh negara kaya merupakan upaya rasis dan
genosida mengurangi jumlah orang miskin relatif atau absolut yang sebagian
adalahpenduduk dunia non-kulit putihyang dianggap akan mengancam
kesejahteraan masyarakat kaya yang umumnya kulit putih.

c. Argumen ketiga : Ini adalah Fenomena yang diinginkan


Argumen ketiga percaya bahwa pertumbuhan penduduk sebagai bahan
penting untuk mendorong pembangunan ekonomi. Populasi yang lebih besar akan
menghasilkan economics of scale produksi, biaya produksi yang lebih rendah, dan
pasokan yang lebih rendah biaya tenaga kerja. Mereka juga berpendapat pasar
bebas dan kecerdikan manusia akan memecahkan setiap dan semua masalah yang
timbul dari pertumbuhan penduduk. Di sisi pertanian, populasi yang lebih besar
dapat mengolah area yang lebih luas dibandingkan jika hanya beberapa orang. Di
berbagai negara hanya sejumlah kecil dari seluruh lahan potensial ditanami, dan
kepadatan penduduk pedesaan yang rendah dipandang sebagai kelemahan serius
untuk meningkatkan hasil pertanian. Militer dan kekuasaan politik juga
membutuhkan banyak orang untuk melindungi negara.

d. Argumen keempat : Pertumbuhan penduduk memang memang masalah yang


sebenarnya.

Argumen keempat mendukung perlunya mengendalikan pertumbuhan


penduduk karena konsekuensi negatifnya. umumnya didasarkan pada tiga
argumentasi berikut:

Argumentasi garis keras (kependudukan dan krisis global): Pendapat ekstrem


memandang kependudukan sebagai masalah, pertumbuhan penduduk terlalu besar
dianggap sebagai penyebab dari hampir semua masalah ekonomi dan sosial dunia.

Argumenttasi teoritis: Siklus populasi kemiskinan dan perlunya progaram


keluarga berencana: teori siklus populasi-kemiskinan (population poverty cycle)
adalah argumentasi utama para ekonom yang berpandangan bahwa pertumbuhan
penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan konsekuensi negatif terhadap
ekonomi, sehingga harus benar benar diperhatikan negara berkembang. Model
dasarnya adalah penyederhanaan persamaan pertumbukan neoklasik tipe solow
standar.

Argumentasi empiris lainnya yaitu ada tujuh konsekuensi negatif pertumbuhan


penduduk. Tujuh konsekuensi potensial pertumbuhan penduduk tersebut adalah:
1. Pertumbuhan ekonomi: pertumbuhan penduduk dapat memperendah
pendapatan perkapita hampir semua negara berkembang.

2. Kemiskinan dan ketimpangan: konsekuensi negatif pertumbuhan penduduk


yang cepat telah menimpa hampir seluruhorang miskin karena mekalah yang
dibuat tidak bertahan.

3. Pendidikan: semakin tinggi pertumbuhan penduduk maka biaya untuk


pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan semakin menipis dan akan
menurunkan kualitas demi kuantitas pendidikan.

4. Kesehatan: tingginya fertilitas akan merugikan kesehatan ibu dan anak


karena jarak kehamilan yang dekat dan fertilitas yang tinggi memperbesar resiko
kesehatan pada ibu dan anak pada saat kehamilan

5. Pangan: smeakin banyak jumlah penduduk maka semakin besar kebutuhan


akan pangan, jika tidak diimbangi produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan
maka dapat terjadi kalangkaan pangan.

6. Lingkungan hidup: lingkungan hidup juga akan terancam karena perluasan


pemukiman dan juga pembuangan limbah-limbah yang dapat membahayakan
lingkungan.

7. Migrasi internasional: ini dianggap dapat terjadi baik legal maupun ilegal
karena kebutuhan akan pekerjaan atau yang hal lain yang mengakibatkan migrasi
dari negara berkembang menuju negara maju.
BAB III
Kesimpulan

Teori ini mengangkat kesimpulan bahwa tingginya kelahiran tidak


berpengaruh pada kematian dan adat istiadat. Akan tetapi, hal tersebut terjadi
semata-mata karena pergeseran keutungan ekonomi. Hingga pada akhirnya, hal
yang mempengaruhi transisi demografi adalah pergeseran sistem ekonomi yang
berlaku, sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi modern maka keinginan
untuk memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih memilih untuk
konsenterasi pada karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan sistem
keluarga di negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang,
jumlah anak itu sedikit dan usia produktif banyak sedangakan pada negara
berkembang jumlah anak banyak dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara
maju. Orang tua memperoleh keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan
penurunan fertilitas hanya akan terjadi ketika aliran kekayaan atau flow of wealth
dari anak ke orang tua dibalik menjadi dari orang tua ke anak.
Daftar Pustaka

Caldwell, J. C. (1982). Theory of Fertility Decline. New York: Academic Press.


Singarimbun, M. (1988). Kelangsungan Hidup Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Economic Development: 11th Edition. New
Jersey: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai