PENGUPAHAN
Teori pengupahan
Sistem pengupahan disuatu Negara didasarkan kepada falsafah atau sistem
perekonomian negara tersebut. Teori yang mendasari sistem pengupahan pada
dasarnya dibedakan menurut dua ekstrim, yaitu: 1) sistem pengupahan yang
dilakukan dinegara-negara penganut paham komunis; 2) sistem pengupahan yang
digunakan dinegara-negara yang digolongkan kapitalis.
Sistem pengupahan diberbagai Negara termasuk Indonesia, pada
umumnya berada diantara dua ekstrim tersebut. Landasan sistem pengupahan di
Indonesia adalah UUD, Pasal 27 ayat 2 dan penjabarannya dalam hubungan
Industrial Pancasila. Sistem pengupahan pada prinsipnya haruslah: (1) mampu
menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya; (2) mencerminkan
pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang; dan (3) memuat pemberian
insentif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan
nasional.
1. Karl Max
Sistem pengupahan menurut Karl Max didasarkan pada teori nilai dan atar
pertentangan kelas. Pada dasarnya pendapat Karl Max bahwa hany buruh yang
merupakan sumber nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang
digunakan untuk memproduksi suatu barang. Sedangkan dari pendapat lainnya
dari teori Karl Max adalah pertentangan kelas yang artinya bahwa kapitalis selalu
berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan
buruh. Akibatnya, adanya pengangguran besar-besaran sehingga menurunkan
upah. Untuk itu, tiada jalan lain bagi buruh kecuali untuk menjadi milik bersama.
Implikasi dari pandangan teori nilai adalah:
a. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa buruh yang dialokasikan untuk
seluruh proses produksi barang tersebut.
b. Jumlah jam kerja yang dikorbankan untuk memproduksi suatu jenis barang
adalah hamper sama. Oleh sebab itu, harganya dibeberapa tempat terjadi kirakira sama.
c. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh buruh, jadi dengan demikian
hanya buruh (pekerja) yang berhak memperoleh seluruh pendapatan nasional
tersebut.
Sedangkan implikasi dari teori pertentangan kelas:
a. Kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macam dan jumlahnya sama. Nilai setiap
barang sama adalah juga sama walupun berbeda tempat sehingga upah yang
hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dari buruh sebagai
pelaksanaan fungsi sosial.
b. Sistem pengupahan tidak mempunyai fungsi pemberian insentif untuk
menjamin peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional.
c. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang
betul-betul mau kerja menurut kemampuannya sehingga memerlukan
sentralisasi kekuasaan dan system paksaan.
2. Malthus
Menurut Malthus bahwa jumlah penduduk merupakan faktor strategis yang
dipakai untuk menjelaskan tentang tingkat upah. Upah merupakan harga
penggunaan tenag kerja. Oleh karena itu, tingkat upah yang terjadi adalah karena
hasil bekerjanya permintaan dan penawaran. Bila penduduk bertambah,
penawaran tenaga kerja juga bertambah, maka hal ini menekan tingkat upah.
Sebaliknya pun secara simetris tingkat upah akan meningkat bila penduduk
berkurang sehingga penawaran tenaga kerja pun berkurang. Jadi, dalam jangka
panjang tingkat upah akan naik turun sesuai dengan perubahan jumlah penduduk
dan akhirnya selalu kembali ke tingkat semula.
3. John Stuart Mills
Menurut Mills, dalam masyarakat tersedia dana upah untuk pembayaran upah.
Dunia usaha menyediakan sebagian dari dananya yang diperuntukkan bagi
pembayaran upah. Pendapat ini berkembang secara kebetulan bertepatan dengan
terjadinya revolusi industri yang menyerap tenaga kerja secara missal dengan
upah rendah. Disamping karena rendahnya keterampilan mereka, hal ini juga
karena sikap kurang begitu menghargainya pimpinan usaha terhadap perana
tenaga kerja.
4. Kelompok Neoklasik
Teori ini mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan
tiap-tiap pengusaha menggunakan factor-faktor produksi sedemikian rupa
sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan
sebesar nilai pertambahan hasil marjinal dari factor produksi tersebut. Pengusaha
memperkerjakan karyawan sehingga nilai pertambahan hasil marjinal seorang
sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Tingkat upah yang dibayarkan
oleh pengusaha adalah:
W=WMPPL=MPPL x P
Keterangan:
W
WMPPL
MPPL
Untuk
berbeda jumlahnya. Nilai tiap jenis benefits yang diterima oleh setiap orang sukar
dihitung.
d. Kondisi Lingkungan kerja
Kondisi lingkungan kerja yang berbeda disetiap perusahaan dapat memberikan
tingkat kepuasan yang berbeda juga bagi setiap karyawan. Kondisi lingkungan
kerja dalam hal ini dapat mencakup lokasi perusahaan dan jaraknya dari tempat
tinggal, kualiats, dan sebagainya. Aspek ini lebih sulit lagi untuk diukur. Sama
halnya dengan Fringe benefits, pperbaikan-perbaikan kondisi lingkungan kerja
oleh perusahaan merupakan tambahan biaya perusahaan, dan oleh sebab itu,
meningkatkan biaya tenaga kerja per unit barang yang diproduksikan.
Bagi pekerja atau karyawan, yang sering dianggap sebagai gaji adalah gaji
bersih. Nilai yang diterima dalam bentuk Fringe benefits dan kondisi lingkuagan
kerja jarang dianggap sebagai bagian dari upah atau penghasilan. Sebaliknya bagi
pengusaha, semua biaya yang dikelurkan sehubungan dengan memperkerjakan
seorang karyawan, seperti pembayaran gaji dalam bentuk uang. Tunjangan dalam
bentuk natura, Fringe benefits dan kondisi lingkkungan kerja dpandang sebagai
bagian dari upah.
Struktur Upah
Struktur upah dibagi menjadi dua, yaitu: Stuktur Upah Internal dan
Struktur Upah Eksternal.
Struktur Upah Internal
Dalam sebuah organisasi biasanya terdapat struktur upah yang teratur.
Kriterianya didasarkan atas isi jabatan. Semakin berat tanggung jawab pekerjaan,
maka semakin tinggi upahnya. Struktur pengupahan semacam ini menikuti pad
astruktur organisasi yang menjadi wadahnya.
7.1.1
keterampilan, jenis jabatan, lapangan usaha tertentu terkait dalam suatu struktur
tertentu.
Sektoral
Struktural upah sektoral mendasarkan diri pada kenyataan bahwa
kemampuan satu sektor dengan sektor lain. Misalnya saja di sektor pertanian,
pada umumnya orang yang mempunyai keterampilan/kemampuan lebih akan
ditawarkan tingkat upah lebih tinggi daripada yang tidak mempunyai
keterampilan khusus. Selain itu juga, bank swasta cenderung memberikan tingkat
upah yang lebih tinggi daripada bank milik negara/emerintah yang bergerak
disektor pertanian rakyat.
Jenis Jabatan
Upah juga berbeda karena perbedaan jenis jabatan. Dalam batas-batas
tertentu jenis-jenis jabatan sudah mencerminkan jenjang organisatoris atau
keterampilan. Misalnya, sama-sama berlatar belakang pendidikan teknik, yang
satu menjabat sebagai kepala bagian operasi di lapangan dan kepala bagian
perawatan mesin. Hal ini akan mempengaruhi struktur upah antar yang satu
dengan yang lain. Dalam hal ini, jenis jabatan hanyalah merupakan simbol dari
berbagai faktor, seperti isi jabatan, jenis keterampilan, dan sebagainya. Jadi,
perbedaan upah karena jenis jabatan merupakan perbedaan formal.
Geografis
Perbedaan lainnya mungkin disebabkan karena letak geografis pekerjaan.
Sama-sama pengetik yang mempunyai kemampuan sama seringkali menerima
upah berbeda. Misalnya, dokota besar cenderung memberikan upah yang lebih
tinggi daripada kota kecil atau pedesaan.
Seks
Hanya karena perbedaan seks, seringkali upah golongan wanita lebih
rendah daripada upah yang diterima laki-laki.
Dinamika Pengupahan
Struktur upah tidak statis melainkan dinamis. Beberapa penyebab
dinamiknya pengupahan adalah sebagai berikut.
Keenam, tingkat upah yang dapat berbeda menurut tingkat efisiensi dan
manajemen perusahaan. Semakin efektif manajemen perusahaan, semakin efisien
cara-cara penggunaan faktor produksi, dan semakin besar upah yang dapat
dibayarkan kepada para pekerja.
Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat pekerja juga dapat
mengakibatkan perbedaan tingkat upah. Dengan kata lain, tingkat upah di
perusahaan-perusahaan yang serikat pekerjanya kuat, biasanya lebih tinggi
daripada tingkat upah diperusahaan-perusahaan yang serikat pekerjanya lemah.
Kedelapan, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktor kelangkaan.
Semakin langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin tinggi upah
yang ditawarkan pengusaha.
Kesembilan, tingkat upah dapat berbeda sehubungan dengan besar
kecilnya risiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
Semakin tinggi kemungkinan mendapat risiko, semakin tinggi tingkat upah.
Perbedaan tingkat upah terdapat juga dari satu sektor ke sektor industri
yang lain. Perbedaan ini pada dasarnya disebabkan oleh satu atau lebih dari
sembilan alasan tersebut diatas. Pada akhirnya perbedaan tingkat upah itu dapat
terjadi karena pemerintah campur tangan seperti dalam menentukan harga
minimum yang berbeda.
Upah dan Jaminan Sosial
Dalam rangka meningkatkan kelancaran, efisiensi dan kelangsungan hidup
perusahaan, pengusaha perlu menjamin pemberian imabalan yang layak secara
kemanusiaan dan sesuai dengan sumbangan jasa yang dihasilkan oleh beruh atau
pekerja. Sehubungan dengan itu, pihak perusahaan wajib memeperhatikan
peningkatan kesejahteraan buruh berdasarkan kemampuan dan sesuai dengan
kemajuan yang dicapai perusahaan.
Selain upah, jaminan sosial merupakan faktor penting dalam rangka
penciptaan hubungan perburuhan yang baik. Sejalan dengan kebijakan dalam hal
tersebut, maka pelaksanaa asuransi kecelakaan kerja dan tabungan hari tua yang
dikaitkan dengan tunjangan kematian.
pembentukan
sistem
pemeliharaan
pendapatan
hari
tua
yang
jaminan
sosial
di
Indonesia
harus
mengacu
pada
kedua
dibidang
pengupahan
berhubungan
dengan
Daftar Pustaka
BR, Arfida. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Malang: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia &
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.