Leibenstein dapat dikatakan sebagai dasar peletak dari “teori ekonomi tentang fertilitas".
Menurut Leibenstein tujuan teori ekonomi fertlitas adalah untuk merumuskan suatu teori yang
menjelaskan factor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak yang diinginkan per keluarga.
Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup
(survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang
dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungab-perhitungan kasar mengenai jumlah
kelahiran anak yang diinginkanya, serta perhitungan-perhitungan yang demikian ini tergantung
pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang dieproleh dari biaya tambahan
kelahiran anak baik berupa uang maupun psikis. Terdapat tiga macam tipe kegunaan yaitu:
a. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu ‘barang konsumsi’ misalnya sebagai
sumber hiburan bagi orang tua.
b. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa
hal tertentu anak diharapkan untuk suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan
keluarga.
c. Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua
maupun sebaliknya.
Karya Becker kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitnya buku A treatise
on the Family. Kemudian berkembang dengan adanya analisis ekonomi fertilitas lalu terbentuk
ekonomi teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household economics). Analisis
ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian diikuti pula oleh beberapa ahli lain yaitu,
Paul T Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Willi dan sebagainya.
Dalam tulisannya yang berjudul Economic Growth and Population: Perspective of the
new home economics, Nerlove, mengemukakan bahwa Ekonomi rumah tangga terdiri dari empat
unsur utama, yaitu:
a. suatu fungsi kegunaan.
b. Suatu teknologi produksi rumah tangga
c. Suatu lingkungn pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk merubah sumber-sumber
daya rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan waktu yang tersedia bagi setiap anggota
rumah tangga untuk melakukan produksi rumah tangga dan kegaiatan-kegiatan pasar.
Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila
pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebabkan harga pelayanan anak berkaitan dengan
pelayanan komoditi lainnya meningkat jika pendpatan meningkat?
Bulato menulis tentang konsep demand for children dan supply of children. Konsep
demand for children dan supply for children dikemukakan dalam kaitan menganalisis economic
determinan factors dari fertilitas. Bulato mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah
anak yang diinginkan, termasuk dalam penegrtian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas,
waktu memiliki anak dan sebagainya. Menurut Bulato, jika pasangan tidak dapat
memformulasikan jumlah anak yang diinginkan secara tegas maka digunakan konsep latent
demand dimana jumlah anak yang diinginkan akan disebut oleh pasangan ketika mereka ditanya.
Fauzi, Ade Rizwa. 2015. Makalah Universitas Siliwangi: Dampak Fertilitas terhadap
Lingkungan Perkotaan.
https://www.academia.edu/18889348/DAMPAK_FERTILITAS_TINGGI_TERHADAP_
LINGKUNGAN_PERKOTAAN_DI_INDONESIA (Diakses pada 29 Maret 2020)
Pertanyaan
tambahan ketika memiliki seorang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan
A. John C. Caldwell
C. Gary S. Becker
D. Leibenstein*
E. Bolatao