Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadya Ryani Putri

Nim : PO71251180029

Prodi : D-IV Keperawatan Gigi (TK. 1)

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

FAKTOR SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PROGRAM KB

A. ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB


Mendengar kata keluarga berencana(KB). Mungkin tidak asing bagi kita. Akan tetapi
apabila kita berikan pertanyaan apa itu sebenarnya KB?, Apa tujuan KB dan apa faktor-
faktor yang mempengaruinya? Apa hubungan dengan aspek sosial budaya, sertaapa
pentingnya seorang perawat atau bidan perlu mengetahuinya. Mungkin banyak pertanyaan
itu membutuhkan pengetahuan yang lebih banyak untuk menjawabnya. Untuk itu dalam bab
ini, kita akan mencoba membahas semua pertanyaan itu.

Apa Itu Keluarga Berencana(KB)

Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali di canangkan pada tahun


1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai tugas mensukseskan program
tersebut. Badan tersebut adalah badan koordinasi keluarga berencana Nasional (BKKBN).
Program keluarga berencana merupakan sarana untuk menurunkan tingkat fertilitas, salah
satunya melalui pemakaian alat kontrasepsi. Dengan pemakaian alat kotrasepsi ini
diharapkan akan dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan.(Rusli Chaniago, 2000)

BKKBN dalam hal ini menyarankan masyarakat untuk memiliki dua(2) anak saja.
Seorang mahasiswa keperawatan yang kritis, kemudian akan bertanya, apakah saran tersebut
juga berlaku pada masyarakat tingkat sosial ekonomi atas?. Pertanyaan ini menarik dan
tentunya akan membawa kita pada suatu pertanyaan yang lebih mendasar, yaitu mengapa
BKKBN menyarankan dua anak saja. Kita tentunya perlu memahami bahwa jumlah
masyarakat Indonesia terbilang besar. Sensus tahun 2007 saja menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia adalah 210 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang besar tentunya
pemerintah semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka
meningkat kan kesejahteraan. Kondisi ini terjadi, apabila masyarakat tersebut menjadi beban
pemerintah. Akan tetapi bagaimana bila masyarakat tersebut menjadi agen yang membatu
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam kondisi seperti itu, tentunya memiliki banyak anak tidak masalah. Jadi,
masalahnya dalam kepemilikan jumlah anak adalah” apakah orang tua dapat memberikan
pendidikan, makanan yang bergizi dan lain sebagainya sehingga dapat melahirkan generasi
yang tangguh. Akan tetapi, apabila masyarakat tersebut berada pada kondisi dimana
mengalami kesulitan secara ekonomi, pendidikan yang rendah, lalu apakah dia dapat
menyediakan kebutuhan untuk melahirkan generasi yang tangguh atau hanya akan
menambah jumlah penduduk yang menjadi beban pemerintah dan juga beban keluarga.

Pemerintah melalui BKKBN menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk


mengontrol memiliki anak. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam program keluarga
berencana adalah:

a. Cara mekanik kontrasepsi intra unterine devince/ spiral kondom.


b. Cara kimiawi pil KB, suntik

B. TUJUAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

Target atau sasaran dalam program keluarga berencana adalah pasangan usia subur yaitu
pasangan usia 15-49 tahun, kemudian anggota masyarakat, institusi dan wilayah.

Program keluarga brencana ini memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum kecil dan sejahtera adalah secara bertahap dalam rangka
perkembangan dan pembudayaan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan sejahtera.
(BKKBN).

Adapun tujuan khususnya adalah;

1. Penurunan tingkat kelahiran.


2. Meningkatkan jumlah peserta KB.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak,
memperpanjang tingkat harapan hidup, menurunkan kematian bayi.
4. Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap masalah kependudukan dalam
melembagakan NKKBS.
5. Meningkatkan dan memantapkan peran dan tanggungjawab pasangan usia subur dan generasi
muda dalam penanggulangan masalah kependudukan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PEMAKAI ALAT KONTRASEPSI.

Sebagai seorang tenaga kesehatan, apakah perawat atau bidan, kita tentu nya memiliki
kepentingan untuk membantu masyarakat mencapai tingkat kesehatan yang baik, salah
satunya adalah membantu masyarakat menggunakan alat kontrsepsi untuk mengontrol
memiliki anak. Hal yang penting perlu disadarioleh para tenaga kesehatan adalah bahwa
penggunaan alat kontrasepsi pada masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor kesehatan
itu sendiri, akan tetapi terdapat faktor lain seperti sosial budaya, serta program KB itu
sendiri. Seringkali program kesehatan mengalami banyak kegagalan karena tidak
memperhatikan faktor luar tersebut yang memilki pengaruh yang besar.

1. Faktor Sosial Budaya

Faktor pertama yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah


faktor sosial budaya, aspek sosial budaya yang mempengaruhi adalah:

1) Alasan pribadi , misal nya kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 35 tahun.
2) Ingin menjarangkan kehamilan
3) Ingin membatasi anak
4) Pendidikan meningkat

2. Faktor kesehatan

Faktor kedua yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah


faktor kesehatan. Alasan kesehatan yang mempengaruhi adalah Terlalu sering hamil tidak
baik untuk kesehatan ibu.

3. Faktor Program KB

Faktor ketiga yang mempengaruhi masyarakat menggunakan alat kontrasepsi adalah


faktor program KB itu sendiri, aspek program yang mempengaruhi adalah Pemahaman
masyarakat yang baik akan program KB

4. Kemudahan untuk memperoleh

5. Jarak rumah mereka dengan lembaga yang bertanggungjawab terhadap program.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PEMAKAIAN ALAT

Selain memahami faktor yang mempengarui masyarakat menggunakan alat kontrasepsi,


disisi lain kita juga perlu memahami mengapa masyarakat masih enggan untuk menggunakan
alat kontrasepsi. Beberapa factor yang menghambat penggunaan alat kontrasepsi adalah
faktor sosial budaya, adat istiadat, agama, pilihan jenis kelamin, pandangan nilai anak,
pendidikan yang rendah, serta ekonomi.
1. Faktor sosial budaya

Tidak dapat kita hindari bahwasanya faktor sosial budaya memegang peranan penting dalam
perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat untuk tidak menggunakan alatkontrasepsi ternyata
dipengarui oleh adat istiadat dan atau kepercayaan dalam budaya tertentu. Misalkan saja:

1) Senang banyak anak sebagai aset.


2) Mengawinkan anak pada usia muda untuk memperoleh keturunan
3) Kurangnya pendidikan
4) Ekonomi yang sulit(tidak punya uang)
5) Pilihan jenis kelamin(laki/perempuan)

Contoh pada masyarakat bugis, harus ada anak perempuan, sehingga jika belum memiliki
anak perempuan,mereka mencoba terus memiliki anak sampai mendapatkan anak
perempuan.

2. Agama.

Berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, terdapat kelompok masyarakat agama


yang menerima dan menolak program tersebut. Dalam konteks ini tentunya sebagai tenaga
kesehatan, kita perlu memahami pandangan kepercayaanatau agama pada masyarakat yang
menjadi sasaran program KB. Tentunya kepercayaan agama bukanlah suatu yang dapat kita
paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya. Sebagai seorang tenaga
kesehatan yang memiliki tugas mensukseskan program ini, tentunya kita menjadi paham
bahwa kesuksesan suatu program kesehatan masyarakat tidak hanya di pengarui oleh
program itu sendiri, akan tetapi oleh faktor lain. Seperti sosial budaya tersebut ditemukan
oleh LIPSET dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan, dan
status sosial merupakan factor yang penting dalam partisipasi dalam program keluarga
berencana (KB).

Anda mungkin juga menyukai